Sebelumnya, terima kasih buat yang masih mau membaca fanfic ini. hayo siapa, NamTaeKook, VlackBerryKook. Terima kasih :)

Ada beberapa orang yang PM saya, pertanyaannya seputar ini:

"Thor, itu yang pakai tanda kutip itu apa sih? Nama apa? Kok gak ada?"

"Kak, ini ngomongin siapa sih? Kasih tau dong ~"

Jadi gini,

Saya juga heran kenapa nama 'itu' gak ada di fanfic ini. Karena seingat saya, saya udah bikin kok nama Selebgram itu. Capslock malah. Tapi entahlah, waktu di publish malah gak ada. Saya udah PM ya, udah saya jawab namanya siapa. Silahkan cari di IG ^^

Dan saya merasa salut pada siapapun, yang ngasih link fanfic ini ke Selebgram Keperawanan Abadi itu. Jangan tanya gimana 'dia' dapat nama IG saya, karena saya sendiri pun gak tau. Beneran, saya kaget dapat PM dari 'dia'. Katanya, kurang lebih begini:

"Eh kamu itu ya, ngapain sih bikin2 cerita tentang akoh? Kamu suka sama Sehun? Suka sama Taehyun?(disini saya mau ngakak, Taehyun katanya :V). Akuh itu cuma sahabatan sama opa, gak usah alay deh kamu pasang-pasangin dia sama Jangkok (ini saya beneran ngakak). Dia 'kan gak mungkin homo. Kamu itu iri aja sama kesyantikan dan kepopuleran aku. Jadi stop deh stalking hidup akoh."

...Dan saya bingung mau jawab apa. Mau ngakak sih, tapi gak saya bales. Saya read aja :)

Udah ah, itu aja ya. Sebenarnya masih panjang pesannya, cuma saya rasa itulah ringkasannya. Maaf tiba2 jadi curcol begini. Rasanya sayang aja harus saya simpan sendiri. Maaf kalau lama nunggu lanjutannya. Silahkan dibaca ~


WHAT THE...

JEON JUNGKOOK X KIM TAEHYUNG

7D


Seonggok manusia terduduk di pinggiran kasur. Mengambil boxer yang tergeletak dilantai dan memakainya dengan wajah mengantuk. Ia menoleh ke belakang, melihat manusia lain yang masih tertidur membelakanginya. Meringkuk dengan gaya tidur yang terbilang imut.

"Hehehehe..."

Jungkook terkekeh sendiri, suaranya sangat berat persis om-om butuh belaian saat melihat Taehyung. Mengingat permainan semalam yang membuatnya rela tidur hanya satu jam hari ini.

Ia berdiri, pinggangnya terasa pegal, agak meringis saat meregangkan tubuhnya. Dia saja pegal seperti ini, apalagi Taehyung yang semalam habis-habisan digenjotnya.

Ia berbalik lagi, sekedar ingin membenarkan letak selimut Taehyung yang tadi melorot karena posisi tidur Taehyung yang sekarang telentang. Banyak bercak-bercak merah di dada lelaki itu, bibir terbuka yang masih membengkak, dan wajahnya yang seakan minta digagahi lagi.

Tapi untuk pagi ini, biarlah malaikat yang ia dengar. Memilih untuk mandi segera sebelum Taehyung bangun, –

"Ehehehe..." – sambil membayangkan Taehyung tidak bisa berjalan nantinya.

Thank's, Mimi Peri!


Jungkook melirik Taehyung yang baru bangun. Saat ini ia sedang memakai pakaiannya di depan lemari sambil bercermin. Menyisir rambut dengan tangan, diakhiri dengan kedipan ganteng dengan senyum simpul bangsat. Fix, dia keren.

Andai Jungkook tahu kalau Taehyung melongo memandangnya sekarang. Semakin besar anu –eh, besar kepala si Jungkook.

Taehyung pelan-pelan menggeser bokongnya mendekati pinggir ranjang, nyeri bok. Dadanya agak perih, ingat kalau lelaki yang kini tengah membelakanginya itu menggigitnya gemas semalam. Taehyung meringis, ini bukan yang pertama untuk mereka. Tapi kenapa rasanya sakit sekali?

Susah payah Taehyung mengambil kaos Jungkook yang tergantung di pinggir ranjang mereka dan memakainya. Cuma itu yang bisa Taehyung jangkau, pinggangnya benar-benar sakit sekedar untuk menunduk mengambil celananya di lantai. Entah kemana rasa kantuknya tadi, digantikan dengan sakit di sekujur tubuhnya karena lelaki itu.

Iya, lelaki yang kini duduk di kursi pojok kamar, dengan headphone hitam di telinganya. Ia tidak melirik Taehyung yang sedang susah payah untuk menegakkan tubuhnya untuk duduk. Entah Taehyung harus bersyukur atau kesal. Bersyukur karena Jungkook tidak mendengar ia merengek karena tubuhnya yang sakit, kesal karena Jungkook tidak berniat sedikitpun membantunya.

Labil deh, TaeTae.

"Jungkook ~" Taehyung coba memanggil,

"Hmmm..."

Dan ternyata Jungkook mendengarnya! Yeay ~

"Gendong aku.." Taehyung melebarkan lengannya, meminta Jungkook untuk menggendongnya.

"Tidak mau."

"Tapi 'kan, bo—"

"Katanya manly, bangga dipasangkan dengan gadis. Gitu saja sudah merengek."

Taehyung diam.

Menyesali mulutnya yang sekarang tidak bisa melawan Jungkook. Iya sih, dia bilang begitu semalam. Tapi 'kan tidak tau kalau akhirnya separah ini. Tak mau terlihat lemah, Taehyung berjalan sendiri ke kamar mandi.

Jungkook melotot dengan bibir terbuka. Selama ini, dari dulu sampai sekarang, belum pernah ia melihat Taehyung serapuh ini.

Melihat Taehyung yang berjalan tertatih, tangan di pinggang, dan lagi –

KAKI TAEHYUNG YANG JELAS BERGETAR HEBAT KETIKA IA BERJALAN! MATANYA TERPEJAM SAMBIL MENGGIGIT GEMAS BIBIRNYA SENDIRI PULA!

KAMERA MANA KAMERA?

Jungkook berselebrasi di dalam hati. Mengagumi dirinya sendiri yang sudah berhasil membuat Taehyung seperti itu.

Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil.

Wah, kalau Ayah dan Ibunya tahu, pasti mereka bangga dan bersyukur. Memiliki anak gagah dan perkasa seperti Jungkook, yang sudah berhasil menggagahi lelaki lain diusianya yang masih muda dan fresh. Ini rekor yang hebat –pikir Jungkook.

...

..

.

Hebat kepalamu.


Kopi ini manis. Setidaknya di lidah Jungkook ya seperti itu rasanya. Padahal dia tidak menambahkan gula ke kopi itu. Senyumnya mengembang begitu mudah pagi ini, hatinya berbunga-bunga saudara-saudara.

"Dasar gila. Hentikan senyum psikopatmu itu, Jeon." Dan itu karena melihat Taehyung yang agak tertatih berjalan menghampirinya. Duduk di seberangnya sambil mengunyah roti dari piring Jungkook.

"Aku tak bisa berhenti tersenyum pagi ini, hyung. Kupikir kau suka dengan senyumku."

"..."

"..."

"Hyung, tahu tidak, saat apa yang paling menyenangkan bagiku saat melihatmu?"

Taehyung menatap Jungkook, "Ehmm, saat kau melihatku bernyanyi?"

"Bukan. Tapi, itu juga termasuk sih. Kurang tepat saja."

"...Jadi?"

"Mau tahu?"

Taehyung mendengus, "Sudahlah, Jungkook. Aku lapar. Biarkan aku makan."

Jungkook tidak menjawab. Ia hanya mencondongkan tubuhnya ke depan, berusaha mendekati wajah Taehyung yang sedang menunduk.

Taehyung yang merasa Jungkook mendekatinya, mendongak melihat wajah Jungkook yang sudah terlalu dekat padanya. Hidung mereka hampir bersentuhan, bahkan Taehyung dengan jelas melihat sisa kopi di bibir atas Jungkook.

"Aku suka," Jungkook menekan tengkuk Taehyung, menyuruhnya mendekat, "saat aku menyakitimu."

Taehyung melotot. Kaget dengan jawaban sang kekasih yang kini tatapannya berbeda. Seperti...menahan sesuatu?

"Menggigit bibirmu, lehermu, pahamu, hingga kau memekik seperti anak gadis. Melihatmu berjalan terpincang-pincang seperti tadi pagi, justru membuatku semakin bangga telah menyakitimu, hyung."

Kemudian Jungkook mengecup bibir merah Taehyung, dan melanjutkan lagi, "Tapi aku lebih bangga, saat kau justru menerima aku menyakitimu seperti itu, bahkan menikmatinya. Jungkook si psikopat, dan Taehyung si masokis, cocok 'kan?"

Ucapan serak dan dalam itu diakhiri dengan ciuman basah dan kuluman singkat sepihak di bibir lawannya. Kemudian ia berbalik, meninggalkan meja makan itu dengan Taehyung yang memandang kosong ke depan.

Jungkook mendengus, "Sering-seringlah berulah, TaeTae sayang. Aku senang melihatmu yang lemah seperti ini."

Meninggalkan Taehyung yang merinding, dengan pikiran blank karena ucapan vulgar Jungkook barusan.

"Apa benar dia psikopat?"


Jungkook itu sexy, bermulut manis, serta si tampan bangsat yang bisa menghamili anak orang dengan kedipan matanya saja.

Itu kata dirinya sendiri sih.

Tapi ia agak menyesali mulutnya yang sudah berbicara sembrono tadi pagi. Taehyung mendiaminya. Iya, dia dicuekin si pujaan hati. Yang menurut Jungkook karena ucapannya ke Taehyung tadi.

Ia 'kan cuma berusaha sexy, kalimat-kalimat itu biasanya dipakai Namjoon ketika menggoda Seokjin –karena Jungkook berguru pada manusia sipit itu. Dan di Seokjin godaan itu berhasil, tapi kenapa Taehyung tidak? Yang ada ia malah dapat tatapan takut pemuda itu.

Taehyung cuma salah paham.

Ia berpikir kalau Jungkook benar-benar psikopat. Bagaimana tidak? Sekarang Jungkook berjalan ke arahnya, membawa pisau ditangan dengan mata pisau yang mengarah padanya.

"Hyung, kenapa kau diam saja?"

Taehyung melihat Jungkook, sebentar saja, karena ia lebih melihat pisau yang Jungkook genggam saat ini.

Jungkook paham. Ia meletakkan pisau itu di meja, lalu duduk bersila menghadap Taehyung.

Jungkook melihat Taehyung. Taehyung melihat Jungkook.

"Ini...ini Jungkook kan? Maksudku, i-itu..."

"Iya, ini aku."

"..."

"Sayang, ayolah~ tadi itu aku hanya menggodamu saja~"

"..."

"Aku bukan psikopat, demi Tuhan. Mana mungkin aku tega menyakiti orang semanis dirimu, cintakuuu~"

Dan Taehyung sudah tidak tahan lagi untuk memeluk tubuh besar itu. Kepalanya ia tenggelamkan di ceruk leher kekasih, menyamankan posisinya agar bersandar sepenuhnya di tubuh Jungkook.

Jungkook apa kabar?

Ia sudah senyum-senyum tidak jelas sambil merengkuh pinggang Taehyung. Nafas Taehyung menggelitik lehernya. Jarang sekali mereka berpelukan mesra seperti ini. Biasanya Jungkook lah yang lebih dulu memeluknya. Suatu keberuntungan sih buat Jungkook.

Orang ganteng memang disayang Tuhan. Makin ganteng, makin banyak rezekinya –pikir Jungkook songong.

Tak lama setelah tenggelam dalam motto songongnya, Taehyung melepaskan pelukan mereka. Tangan lelaki itu menggenggam tangan Jungkook, menatap Jungkook dengan senyuman malu-malu minta diperawani.

"Jangan seperti itu lagi. Aku takut, bodoh."

"Kau saja yang tidak pintar, hyung. Itu 'kan hanya godaan, flirting. Padahal aku berharap kau akan malu-malu melihatku..." Jungkook menggantung ucapannya.

"Lalu?"

"Lalu kau memelukku, menciumku, dan kita habiskan waktu kita –"

"Kapan sih otak mesummu itu bersih sebentar? Kau ini tidak ada romantis-romantisnya sama sekali."

"Eii~ jadi kau mau Jeon Jungkook yang romantis, Jeon Taehyung?"

Percakapan itu terhenti karena Taehyung malah menundukkan kepalanya. Jungkook tahu, pasti Taehyung-nya malu.

"Jadi..."

"Hmm?"

"Bagaimana keadaanmu, hyung? Masih sakit?"

"Enggh, sedikit."

"Tapi jalanmu tadi masih pincang, hyung."

"Iya, lagipula —" Taehyung melepas genggaman tangannya dengan Jungkook, lalu menjitak jidat bangsat lelaki muda di depannya,"—ini semua gara-gara kau, sialan. Kau tak tahu sakitnya tubuhku tadi pagi ketika berjalan ke kamar mandi. Kau bahkan diam saja dan tidak melihatku!"

Bukan tidak melihatmu, sayang. Tapi melihat wajah tersiksamu itu menyenangkan untukku, jawab Jungkook dalam hati.

"Maaf." Jungkook pura-pura merengut, sehingga Taehyung langsung mengusap jitakan di dahi Jungkook dan mengecupnya.

"Pokoknya jangan ulangi lagi, Jungkook."

"Apanya?"

"Kau yang menggodaku seperti psikopat itu."

"Iya iya."

Elus, elus, elus, elus, elus ~

"Nah, sudah tidak merah lagi. Ayo tidur siang, Kookie."

"Disini saja, TaeTae. Aku malas ke kamar ~"

"Ya sudah. Sini dekat TaeTae tidurnya."

Dan dua anak adam itu mengakhiri obrolan mereka siang ini. Bukan, lebih tepatnya Taehyung yang langsung tertidur pulas dipelukan Jungkook. Jungkook merasakan jantungnya berdebar menyenangkan.

Taehyung itu manis. Sangat manis.

"Selamat tidur, cinta~" bisik Jungkook sebelum ikut memejamkan matanya. Menyamankan kepalanya di atas kepala Taehyung.

Maka berakhirlah monolog romantis itu, yang sayangnya tidak di dengar oleh Taehyung.

.

.

END