Tittle: The Journey

(Chapter 11)

Author: RoséBear

Pair : Kai x Kyungsoo [KaiSoo]

Warning! Cerita ini ditujukan untuk dewasa.

GS. Fast completion, Suprised story!

Start story!


Jongin menatap pantulan tubuhnya di cermin kamar mandi. Ia sedikit melirik ke balik pundak, menyaksikan keberingasan serangan Kyungsoo untuk mempertahankan diri. Bekas cakaran membuat pundaknya memerah dengan goresan yang sudah tentu terasa perih. Walau Jongin tahu Kyungsoo pasti merasakan sakit luar biasa atas apa yang ia lakukan tadi malam. Menyetubuhi Kyungsoo, menulikan pendengarannya tentang rintihan dari bibir hati gadis manis itu. Hanya saja Ia sama sekali tidak menyesal telah menyetubuhi Kyungsoo malam ini.

Senyumnya tercetak sangat lebar. Apapun caranya, Jongin menginginkan Kyungsoo. Dia ingin Kyungsoo kembali padanya, menyadari keberadaan Jongin. Hanya ada Jongin.

Tanpa sadar ia menjadi begitu posesive. Semua menjadi lebih parah ketika di halte itu Kyungsoo juga berkomitmen dia benar-benar ingin melupakan Chanyeol. Nyatanya gadis itu menemui Chanyeol, tanpa memberitahunya. Keluar secara diam-diam. Padahal malam itu dia merengkuh Kyungsoo dalam pelukan yang begitu erat, hanya karena lengah satu detik saja Kyungsoo lepas kendali. Jongin berpura-pura tidur, sesungguhnya satu malam itu dia tidak bisa tidur dengan tenang. Jongin ingin menahan Kyungsoo, namun gadis itu benar-benar bertekad ingin keluar. Dia sebagai pria pelarian bisa apa? Hanya mengikuti Kyungsoo.

Pelarian? Bukankah dulu Jongin tidak mempermasalahkannya? Namun Kyungsoo telah memupuk begitu banyak harapan pada diri Jongin. Membesarkan harapan itu dengan sangat baik hingga Jongin tak bisa mengendalikan diri untuk tetap berada di tempatnya. Yang dia inginkan adalah Kyungsoo. Ini pertama kalinya Jongin takut kehilangan setelah dia berpisah dengan Ibu dan saudara perempuannya.

Ia keluar dari kamar mandi setelah berganti pakaian formal. Beberapa orang ingin menemui Jongin secara langsung hari ini karena tidak ada anggota direksi ataupun Minseok yang biasa membantunya.

Hatinya seakan di hantam ombak besar saat melihat Kyungsoo masih terbaring di atas ranjang, gadis itu meringkuk bagaimana bayi dalam kandungan. Tidak ada selimut yang membalut tubuh telanjangnya. Ada hal menyedihkan di bagian hati Jongin menyaksikan pemandangan itu. Ia mengambil potongan kain sutra dan menyelimutkannya pada Kyungsoo. Duduk di pinggir ranjang, membelai wajah polos yang kini tampak tersiksa. "Aku tidak ingin kehilanganmu," pria itu mengecup pipi Kyungsoo. Ia harus pergi sekarang karena sudah hampir terlambat untuk menghadiri pertemuan.

Pria itu tidak lupa mengunci pintu ruangan, ia meninggalkan Kyungsoo dengan beberapa roti dan susu serta sebuah pesan singkat mengingatkan Kyungsoo akan sarapannya.


~ RoséBear~


Kyungsoo terbangun dengan rasa perih dan pegal di sekujur tubuhnya. Tangannya menepuk kasur mencari keberadaan Jongin.

"Shhhh~" gadis itu meringis sakit saat mencoba menggerakkan tubuhnya. Beberapa saat ia butuhkan untuk menarik nafas, menyesuaikan diri dengan apa yang bisa ia lihat. Ini bukan kamarnya, bukan pula apartemen yang biasanya.

Nihil

Dia tidak mendapati sedikitpun tanda-tanda keberadaan Jongin. Seketika bayangan seksual mereka tadi malam merayapi pikiran Kyungsoo. Yeah, dia memang pergi menemui Jongin. Bertemu Minseok dan masuk ke dalam bangunan yang nan mewah. Oh tidak! Jongin benar-benar menyetubuhinya.

Kyungsoo mengedarkan pandangannya, mata bulat itu pun tak menemukan Jongin. Hanya sebuah memo bertuliskan.

'Sarapanmu'

Kyungsoo memandang dirinya dari pantulan cermin besar di sebelah barat ruangan. Ia tersenyum miris, air mata mengalir mengingat perlakuan Jongin semalam.

Kyungsoo memang salah menemui Chanyeol disaat dia membuat komitmen untuk mempercayai Jongin. Kyungsoo memang merindukan sentuhan pria itu, tubuhnya menginginkan Jongin tapi tidak pernah terbayang oleh Kyungsoo jika Jongin akan bermain begitu kasar.

Tangan yang lemah itu mencoba menopang tubuhnya, hanya ada sehelai kain sutra transparan yang melingkupi tubuh telanjangnya. Ia beranjak menuju kamar mandi dengan tertatih, mencoba bertahan pada apapun yang bisa ia sentuh, sekali lagi Kyungsoo menyaksikan tubuhnya, Jongin meninggalkan begitu banyak kepemilikkan di sana hingga keselangkangannya.

Satu jam Kyungsoo habiskan untuk mengistirahatkan tubuh di dalam bathup, air hangat membuat tubuhnya sedikit rileks. Gadis itu keluar, masih menemukan pakaian yang berserakan di lantai. Kyungsoo hanya memiliki pakaian itu, ia harus mengenakannya kembali walau terasa tidak terlalu nyaman.


Matanya membelalak menyadari pintu terkunci, ponselnya juga mati. Ia terkurung di dalam sana. Kyungsoo memijit kepalanya yang terasa pening, tidak ada alat apapun yang bisa menghubungkannya dengan dunia luar. Apa sekarang Jongin memperlakukannya seperti seorang sandera?

~ RoséBear~

Sudah jam dua siang dan hanya suara detak jam saja yang bisa Kyungsoo dengarkan. Jam weker di atas meja, berwarna coklat yang menjadi teman helaan nafas Kyungsoo. Beberapa saat gadis itu mengagumi barang-barang di dalam ruangan. Hanya itu saja yang bisa membuat hatinya sedikit tenang. Nafasnya menjadi berat, Ia telah duduk lama di pinggir ranjang. Rasanya sangat lelah, roti dan minuman yang ditinggalkan Jongin sudah habis sejak tadi. Berjalan-jalan di ruangan luas ini ternyata berhasil menguras tenaganya.

Handle pintu bergerak membuat Kyungsoo langsung bangkit. Rasa pening menyerangnya tiba-tiba.

Saat seseorang mencoba masuk pandangan Kyungsoo mengabur. Tubuhnya akan menghantam lantai cukup keras membuat Jongin yang membuka pintu terlonjak kaget.

Brugh

Tubuh rapuh itu benar-benar menghantam lantai keramik.


"Kyungsoo!" Nafas Jongin tersenggal menyadari Kyungsoo jatuh. Nampan di tangannya terhempas begitu saja. Buru-buru pria itu berlari menghampiri Kyungsoo yang tidak sadarkan diri. Pria itu bergegas mengeluarkan ponselnya dari saku menghubungi dokter perusahaan.

Jongin menaikkan kembali tubuh Kyungsoo ke atas ranjang yang masih tampak kusut akibat perbuatannya semalam. Keringat dingin membanjiri tubuh Kyungsoo. Dia menatap miris Kyungsoo yang memiliki aroma sama dengannya namun mengenakan pakaian yang sama seperti saat gadis itu tiba.


~ RoséBear~


Tidak berapa lama kemudian seorang perempuan masuk ke dalam dengan ruang kerjanya. Seharusnya perempuan ini menerima pasien di tangannya namun kali ini sang cucu presidir perusahaan yang memanggil, ia yang hanya pegawai hanya bisa menuruti. Awalnya dokter itu terkejut menemukan seorang perempuan di ruang pribadi bos-nya. Buru-buru ia tepis semua pemikirannya melihat keadaan Kyungsoo yang pucat pasih. Memeriksa suhu tubuh Kyungsoo serta mengambil sample darahnya.

"Akan kutinggalkan obat untuknya. Sementara biarkan dia istirahat. Aku juga memberinya obat tidur."

"Hm." Jongin berdehem pelan tanpa melihat ke arah dokter wanita itu. Matanya tak berpaling barang sedetikpun dari Kyungsoo. Sementara tangannya trus saja membelai sayang wajah Kyungsoo.

"Tuan Kim." Panggil dokter wanita itu seperti ingin memastikan sesuatu.

"Kalau kau sudah selesai silahkan keluar."

Wanita itu menghela nafas pasrah. Ia tidak punya hak untuk bertanya lebih walaupun pikirannya tidak bisa lepas dari kondisi gadis yang baru diperiksanya tadi.

Suara pintu tertutup membuat Jongin menarik tubuhnya naik ke atas ranjang. Ia menyingkap selimut memperhatikan pakaian Kyungsoo. Pria itu menghubungi seseorang. Hanya butuh beberapa menit saja seseorang tiba dengan paper bag berisikan pakaian wanita lengkap.

Pria itu menahan gairahnya saat mengganti pakaian Kyungsoo, menanamkan dalam pikirannya bahwa Kyungsoo sedang sakit dan dia akan menjadi bajingan sesungguhnya jika menyentuh Kyungsoo yang sakit.

"Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu Kyungsoo. Tidak akan pernah kulepaskan kau sayangku."


~ RoséBear~


Sudah terlalu malam ketika Kyungsoo mulai menggerakkan matanya gelisah, tangannya bergerak. Mata bulat itu perlahan terbuka. Ia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Jongin sedang duduk bersila menghadap layar notebook nya. Pria itu sangat fokus, entah apa yang sedang dikerjakannya. Beberapa saat Kyungsoo terpana melihat Jongin menggunakan kacamata minus. Dari bawah sini, posisi Jongin benar-benar membuatnya memaafkan semua perbuatan pria ini.

"Kau sudah bangun?" Pria itu bicara tanpa melirik Kyungsoo. Tangannya menjalar merasakan kening Kyungsoo. Gadis itu memalingkan wajahnya. Suara Jongin terasa begitu dingin di telinganya. Dia tidak perlu menjawab pertanyaan itu, tanpa di jawab pun harusnya Jongin sudah tahu.

Pria itu mematikan notebook nya. Menyingkirkan gadget itu ke atas meja di samping ranjang.

Kyungsoo berusaha untuk bangkit. Kepalanya masih pening. Jongin segera membantu Kyungsoo, pria itu mengambil air mineral dan membantu Kyungsoo untuk minum. "Dokter bilang kau harus meminum obatmu. Kau pingsan dan dokter memberimu obat tidur. Apa sekarang sudah baikkan?"

Kyungsoo menggigiti bibir bawahnya, ia menunduk setelah menelan setengah air dari cangkir. Barulah ia sadari betapa dehidrasi dirinya hingga tubuhnya kehilangan tenaga.

"Kyungsoo~ sekarang kau makan dulu."

Jongin kembali berbalik. Ternyata di atas meja samping ranjang semangkuk bubur ayam telah tersedia.

"Aku akan menyuapimu."

Gadis itu masih diam. Tangannya masih terlalu gemetar menghadapi semua sentuhan Jongin. Pria itu, bicaranya terlalu dingin. Tidak seperti Jongin biasanya. Jemarinya di balik selimut saling bertautan satu sama lain.

"Buka mulutmu, Kyungsoo."

Kyungsoo masih diam, di sudut ekor matanya mengintip tatapan Jongin yang begitu tajam. Kyungsoo terlalu takut, Jongin tampak masih marah padanya.

Kyungsoo tahu kesalahannya, bertemu serta berciuman dengan Chanyeol di belakang Jongin. Tapi dia belum memiliki ikatan dengan Jongin. Hanya sebuah komitmen untuk melupakan Chanyeol dan tidak seharusnya pria ini marah. Bukankah Jongin berkata bersedia menunggu Kyungsoo? Lalu apa yang terjadi sekarang?

"Kyungsoo~ aku tidak mau mengulangi perkataanku."

Tanpa tersadar gadis itu menurut. Mulutnya terbuka menerima suapan pertama Jongin.

"Ekhhhh." Ia berdesis pelan merasa aneh ketika makanan itu menyentuh lidahnya. "Jo-Jongin~" lirih Kyungsoo pelan.

"Aku tahu rasanya tidak akan enak. Tapi kau harus tetap makan." Barulah Kyungsoo bisa mendengar suara lembut Jongin.

Dia mencoba menelan beberapa suap yang kemudian disusul oleh beberapa pil obat.

"A-aku mau bicara~" Kyungsoo masih dengan suara paraunya mencoba menahan Jongin yang ingin membaringkan tubuhnya.

Walau tidak segematar sebelumnya, jemari Kyungsoo mencoba menarik kemeja yang digunakan pria itu.

"Tidak! Tidak! Aku mau kau tidur!"

"Jongin~"

"Tidak Do Kyungsoo! Kubilang tidur!"

"Ta- pi!"

"Tidurlah!"

Kata terakhir Jongin membuat Kyungsoo terdiam. Ia memutar tubuh memunggungin Jongin. Bergelung memeluk tangannya sendiri. Detik berikutnya Kyungsoo merasakan tangan Jongin membalik tubuhnya. Pria itu menatapnya dalam diam. Lalu...

"Hmphhhhhh."

Kyungsoo terkejut Jongin menciumnya tiba-tiba. Pria itu menindihnya, Kyungsoo bisa merasakan ketegangan dalam diri Jongin. Itu membuat tangannya memegang erat kemeja Jongin. Tanpa terasa air matanya mengalir menyentuh wajah Jongin. Pria itu terkesiap sejenak. Susah payah ia lepaskan ciuman dari bibir Kyungsoo.

Jongin lalu beranjak dari tempat tidur, tidak hanya meninggalkan ranjang. Tapi juga kamar itu. Meninggalkan gadis itu dalam kesedihan hati dan rasa sakit yang menyesakkan.


~ RoséBear~


Pagi hari Kyungsoo kembali terbangun dengan tenggorokan yang kering. Ia tahu ini sudah pagi, jam weker itu bukan hanya sebuah jam analog, sedikit dengan sentuhan modern yang menyertakan tanggal serta kondisi di luar sana. Jadi siapapun yang bekerja di dalam ruangan ini, tahu kapan dia harus keluar dan masuk dari sini, kondisi cuaca juga tertera di sana.

Ia menemukan sarapan serta setumpuk pakaian perempuan. Kyungsoo menghela nafas berat tak menemukan Jongin disana. Sudah dua malam dia terkurung di ruangan ini. Dia benar-benar seperti seorang sandera.

Tanpa sadar Kyungsoo menyentuh lehernya yang tergores, goresan itu mulai menghitam karena luka yang mengering.

Saat keluar dari kamar mandi, Kyungsoo menemukan Jongin sedang berbicara melalui telepon genggamnya. Pria itu juga mencari-cari sesuatu di tumpukan kertas. Setelah menemukan yang dicarinya, Jongin menyadari keberadaan Kyungsoo yang memandang lekat pada dirinya, mendekati Kyungsoo mencium pucuk kepala gadis itu sekali lalu kemudian pergi dari ruangan. Kyungsoo yakin dia di kunci lagi dari luar.

Entah sudah hembusan nafas berat yang beberapa. Kyungsoo mengamati tubuhnya yang terbalut dress kuning selutut. Dress dengan kerah sanghai itu masih menampilkan beberapa bekas tanda yang Jongin buat dua malam yang lalu.

Kalung itu, dia tidak tahu Jongin buang kemana. Kyungsoo telah mencoba mencari ke seluruh ruangan tapi tetap tak menemukannya. Dia hanya menemukan beberapa kertas bergambar. Ia yakin Jongin yang membuat semua desain pakaian itu. Ada keterangan tanggal serta namanya sendiri.

Kyungsoo merasa sangat pening, ia berkeringat dingin dan pandangannya sedikit kabur. Tubuhnya terasa begitu lemas, Kyungsoo kekurangan sumber energinya. Gadis itu mencoba kembali ke ranjang ia berbaring memegang perutnya. Sakit dan terasa nyilu mengingat sekali dia kelaparan. Sementara Jongin tak kunjung kembali.


~ RoséBear~


Jongin terlalu sibuk dua hari ini, para direksi meninggalkannya dengan setumpuk pekerjaan langsung dimana dia sendiri yang mengambil risiko ini, seharusnya Jongin bisa menumpuk pekerjaan itu hingga yang lain kembali. Tapi dia lebih tidak ingin berada di ruangan yang sama dengan Kyungsoo. Gairahnya terlalu tinggi. Bersamaan dengan obsesi serta rasa posesif pada Kyungsoo yang begitu mendalam.

Pria itu bergegas menyelesaikan tumpukkan dokumen terakhir. Ia mengangkat gagang telepon lalu menekan nomer sekretarisnya. Seorang pria tinggi masuk dan segera mengambil tumpukan kertas yang Jongin sodorkan. Pria itu menekan pelipisnya dengan ibu jari serta ujung telunjuk, dia baru ingat belum makan sejak pagi. Tiba-tiba Jongin ingat pada Kyungsoo.

Pria Tan terlonjak dari kursinya, ia bergegas mengambil makan siang di kantin dan berlari menuju ruang bawah tanah. Tepatnya ruang pribadi Jongin. Hatinya mencelos melihat Kyungsoo meringkuk di atas ranjang. Meletakkan nampan berisi makan siang untuk Kyungsoo begitu saja di atas nakas. Dengan sigap membalik tubuh gadis itu, Kyungsoo merasa gemetaran. Berkeringat dingin serta tangannya yang menyadari keberadaan Jongin menggenggam erat kemeja yang dikenakan pria itu.

Nafas Kyungsoo tersenggal. Bergumam tidak jelas, lebih tepat seperti suara ngengat.

Jongin membenarkan posisi Kyungsoo. Menyelimuti gadis itu dengan selimut tebal. Ia menghubungi seseorang disana.

Dokter Perusahaan yang kemarin juga memeriksa Kyungsoo.


~ RoséBear~


"Yak tuan muda Kim Jongin. Bagaimana kau bisa membiarkannya kelaparan? Apa dia sanderamu?"

Wanita setengah abad itu sedikit berteriak pada Jongin. Menatapnya sangat garang.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Kau ingin aku mengompres seluruh tubuhnya?"

"Biar aku saja." Jongin menyela. Wanita itu mengangguk mencoba memahami dengan keberadaan Kyungsoo. "Baiklah, beri dia minuman manis terlebih dahulu ketika terbangun. Baru kau beri dia makan."


Jongin menyeka Kyungsoo hati-hati. Mengelapkan handuk dingin pada tubuh Kyungsoo, baru ia melapisi tubuh itu dengan piyama tidur berkancing.

Sudah beberapa menit Kyungsoo tak bangun. Jongin memilih masuk ke dalam selimut, berbaring dan memeluk Kyungsoo. "Aku menyakitimu?" Bisiknya begitu lirih. Tidak sadar kalau keputusannya untuk marah malah menyakiti Kyungsoo. Kasihan gadis ini, dia tersakiti oleh Jongin. "Maaf~" berkali-kali Jongin menciumi pucuk kepala Kyungsoo lembut.

Tidak lama setelah itu Kyungsoo mulai bangun. Ia mendapatkan sedikit kesadaran. Jongin bergegas membantu Kyungsoo bersender di kepala ranjang. Ia segera mengambil teh manis dan memberikannya pada Kyungsoo. "Sekarang kau makan ya?"

Kyungsoo hanya diam memandang Jongin seolah benar-benar ingin menyampaikan sesuatu. "Makan dulu sayang."

"Ta-pi a- ku i- ngin bi- ca- ra." Gumamnya pelan. Tangannya menolak pemberian Jongin.

"Aku akan mendengarkan setelah kau makan. Aku janji." Ucapnya yakin. Jongin mengecup pucuk kepala Kyungsoo lembut. Dia menyuapi gadis itu pelan.


Sesuai janjinya. Jongin harus mendengarkan Kyungsoo. Pria itu merentangkan tangan mengundang Kyungsoo dalam pelukannya. Gadis itu datang dengan segera. Memeluk Jongin untuk mendapatkan kehangatan. " a-ku dan Chanyeol ti-dak a-da hu-bu-ngan a-pa-pun Jo-ngin."

Kyungsoo menghela nafas panjang, tangannya memeluk Jongin erat. "Aku mengantarkannya pergi. A-ku bilang pa-da-nya..."


~ RoséBear~


Pagi itu Kyungaoo telah memantapkan hatinya. Dia yakin Chanyeol akan mengerti nanti. Gadis itu menunggu Chanyeol tiba. Pria itu benar-benar datang dengan melambaikan tangan. Mereka duduk dan sedikit mengenang kencan pertamanya. Tiba saat Chanyeol mengatakan masih mencintai Kyungsoo dan ingin agar gadis itu menunggu. Ia hanya tersenyum.

"Chan... Mungkin jika sebulan yang lalu kau mengatakan ini aku benar-benar akan menunggumu seperti wanita bodoh. Tapi tidak untuk sekarang," Chanyeol terdiam. Pria tinggi itu seolah mengerti maksud Kyungsoo.

"Yeah. Seperti yang kau duga. Aku mencintai Jongin, aku merasa nyaman di sampingnya tanpa tahu kenapa. Aku selalu ingat Jongin trus berada disisiku. Terima kasih, karenamu aku terpuruk. Tapi Jongin menunjukkan jalan yang begitu terang. Aku yang tidak berani membuka semua kenangan kita akhirnya berhasil membuang semua itu. Sekali saja aku ingin mempertahankan seseorang..."

"Kau tidak perlu melanjutkannya. Aku melihat itu dari pandanganmu saat mengatakan tentang pria itu Kyungsoo. Tapi .. Kau juga harus tahu. Aku mencintaimu dan akan trus begitu. Aku ingin kau bahagia, jadi kau tahu harus kemana jika dia menyakitimu."

Kyungsoo menggeleng.

"Aku mencintainya. Aku tidak akan kembali padamu Chan."

"Kata-kata dan pandanganmu selalu sejalan. Baiklah, aku benar-benar kalah. Bisakah aku meminta sesuatu? Aku ingin menciummu sebelum pergi. Hanya satu kali saja, kita berpisah secara baik-baik, memastikan aku tidak akan mengharapkanmu."


~ RoséBear~


Kyungsoo memandang Jongin dari balik bulu matanya. Gadis manis itu menyesal menyetujui permintaan Chanyeol.

"Maafkan aku Kyungsoo."

Ia tercekat dengan ucapan Jongin. Oh Kim Jongin, jangan coba meminta maaf karena ingin meninggalkan Kyungsoo.

"Jongin~" panggil Kyungsoo sedikit ragu. "A-apa kau tidak menyukaiku lagi?"

"Sssstttt." Seketika pria itu terkejut. Dia menekan bibir Kyungsoo dengan telunjuknya. "Aku mencintaimu sangat mencintaimu sampai aku benar-benar putus asa bagaimana cara mempertahankanmu. Maafkan aku Kyungsoo. Aku dengan pikiran bodohku malah menyakitimu."

"Kau tidar perlu meminta maaf," Kata-kata Kyungsoo terdengar seperti sebuah sihir penenang. Di tambah belaian lembut pada rahang Jongin yang mulai ditumbuhi bulu halus. "Sudah kukatakan aku mencintaimu. Jadi jangan menunggu jawaban lagi."

"Tidak Kyungsoo," Jongin menepis lembut tangan Kyungsoo. Dia memegang erat tangan mungil yang bisa saja diremukkan tangan kuatnya. "Aku begitu gila mencintaimu. Aku ingin memilikimu seutuhnya sampai aku berniat membuatmu hamil."

Alis Kyungsoo terangkat mendengar pengakuan Jongin.

"Dengar," Potongan Jongin cepat. "Aku tahu kau akan sangat marah. Tapi waktu itu aku benar-benar takut kau akan kembali pada Chanyeol. Pria itu, dia mendatangiku dan dengan sombongnya ingin merebutmu kembali. Aku juga melihat kardus berisikan kenangan kalian. Aku sadar tidak bisa membuatmu sebahagia itu. Jadi malam itu, saat kau kemari aku bercinta denganmu tanpa pengaman. Menanam spermaku di sini. Aku berpikir tidak akan membiarkanmu keluar hingga kau hamil anakku," Ia membelai lembut perut rata Kyungsoo.

Jongin memalingkan wajahnya, ia terlalu malu pada Kyungsoo . Takut menerima kebencian Kyungsoo setelah ini. Dia akui kesalahan ini, pikirannya saat itu sangat pendek. Baru kali ini Jongin begitu mencintai seorang perempuan, dia sangat takut kehilangan Kyungsoo hingga cara apapun akan dilakukan Jongin. Membalik badannya sedikit menjauh dari Kyungsoo. "Maafkan aku. Aku akan bertanggung jawab jika kau hamil. Tapi kumohon jangan tinggalkan aku Kyungsoo. Kau boleh memukulku sampai kau puas. Aku tidak akan menghindar barang sedikitpun," Jongin menunduk bersiap menerima tamparan ataupun lemparan Kyungsoo.

Lama dia menunggu Kyungsoo tidak melakukan apapun. Memberanikan diri mengintip dari balik bulu mata lentiknya, pria itu mendapati Kyungsoo merentangkan tangan dan tersenyum.

Jongin perlahan bergeser mendekat, masuk ke dalam pelukan Kyungsoo seperti anak lima tahun yang mengadu kejahilan temannya pada sang ibu. Jongin menerima belaian lembut pada rambutnya. Kyungsoo mengusapkan pipinya di sela-sela rambut Jongin. "Tidak akan. Lagian.." Samar Jongin mendengar Kyungsoo sedikit terkikik. Ia memberanikan diri kembali mengintip. Benar saja, Kyungsoo sedang tertawa lepas. "Aku pikir tidak akan hamil, kontrasepsi itu kurasa masih bekerja."

"Kontrasepsi?" Jongin menarik kepalanya. Memandang Kyungsoo penuh tanya. Sementara gadis itu hanya tersenyum, kembali menarik Jongin dalam pelukannya.

"Yeah, aku mengkonsumsinya karena Luhan. Sejak kukatakan kau akan tinggal bersamaku, ia memaksaku mengkonsumsi pil pencegah kehamilan. Luhan takut kau menghamiliku diluar nikah."

Arghh gadis itu. Jongin tidak tahu dia harus berterima kasih atau mengumpat kasar pada Luhan.

"Sejak kapan?" alih-alih mengumpat dia lebih memilih bertanya.

"Sejak pertama kali kau datang. Hari itu juga Luhan memaksaku ikut dengannya sebelum malam menjelang."

Kyungsoo membelai lembut pungung Jongin, dia merindukan pria ini. Segala kelembutan milik Jongin. "Jongin~ Kau memintaku percaya padamu. Tapi sekarang aku mau kau juga percaya padaku."

"..."

"Kyungsoo~" Panggil Jongin lembut. Gadis itu hanya bergumam pelan. "Apa pil itu masih memiliki efek?"

Jongin merenggangkan pelukannya, membalik posisi, ia menarik Kyungsoo dalam sebuah dekapan hangat.

"Hmm sudah berhari-hari. Kurasa tidak lagi, karena petunjuknya aku harus mengkonsumsi setiap hari sebelum berhubungan."

"Kalau begitu... Jika kulakukan sekarang berapa persen kemungkinan kau akan hamil?"

Gadis itu mengangguk, masih menikmati kehangatan dalam pelukan Jongin. "Kupikir 75 persen.. Oh tidak... Jongin?" Dia baru saja menyadari maksud pertanyaan Jongin. Namun pria itu telah membuatnya telentang di atas ranjang. Menindih, mengecup lembut bibir Kyungsoo, menarik bibir itu beberapa kali. Turun mencium rahang lalu semakin turun.

"Jo-jongin. Kupikir aku harus menghubungi Luhan. Dia pasti sangat khawatir aku tidak memberi kabar."

"Sudah aku katakan kau berlibur bersamaku. Sehun pasti menyampaikan itu juga padanya. Tenanglah... Aku tidak akan melakukannya lagi sebelum kita menikah. Aku janji padamu. Tapi... Aku masih penasaran bagaimana kau bisa tahu aku di sini?"

Kyungsoo membelai dada Jongin. Setelah Pria itu berguling kesebelah. Merengkuh Kyungsoo dalam pelukan posesif. "Maaf, aku bertanya pada Ayahmu. Dia... Langsung memberitahuku begitu saja setelah kukatakan siapa diriku."

Jongin membisikkan sesuatu pada Kyungsoo. " kau tahu ayah ingin aku menemukan calon istri secepatnya di Seoul. Dia pasti sangat senang seorang perempuan mencariku. Apalagi anak teman dekatnya dan Ibu ingin aku bertanggung jawab padamu karena perbuatanku di penginapan, dan aku punya sesuatu untukmu..."

Dia mengeluarkan kalung yang pada malam itu ditarik paksa. Jongin memakaikan kembali ke leher Kyungsoo, mengecup liontin bunga anggrek itu begitu dalam hingga meninggalkan salivanya di belahan dada Kyungsoo.

Mereka bertatapan lama. Mata Kyungsoo membulat lucu, ia bisa melihat kebahagiaan di wajah Jongin. Pria itu semakin mendekat lagi, mencium Kyungsoo lembut.

Keduanya berpelukan di balik selimut hangat.

Bunga matahari akhirnya bisa mengintip keluar rumah kaca. Melihat bunga snow drop yang penuh harapan telah berjuang agar bisa mekar di puncak musim dingin, dan dia trus saja setia bertengger sangat kuat pada sang matahari di balik rumah kaca.

Meluapkan perasaan cinta yang begitu hangat. Kini hanya ada kebersamaan mereka.

"Terima kasih telah mencintaiku Jongin."

"Terima kasih telah mempercayai cintaku Kyungsoo."

Dan akhirnya hati mereka dimiliki oleh satu sama lain.


~ Suprised Story~


Musim panas yang begitu terik. Ruangan itu begitu luas, berlatar wallpaper bunga matahari dan karpet biru. Serta beberapa tripod, kamera dan peralatan pemotretan lainnya. Oh jangan lupakan beberapa patung serta peralatan sang desainer pakaian.

Di sana, seorang gadis mengenakan gaun putih sedang melakukan pengepasan pakaian. Dia sangat cantik secara penampilan, namun terlihat begitu gugup padahal ini belum hari pernikahannya.

"Ayolah sayang,,, kau bisa anggap kamera adalah aku, ingat. Hanya aku yang boleh menatapmu intens."

"Ta-pi Jongin. Jika blitz-nya muncul?"

Pria itu menjauhkan diri dari kamera dan berjalan mendekati Kyungsoo. Gadis dengan gaun putih yang gugup luar biasa. "Percayalah padaku. Jika blitz itu muncul, kau anggap itu seperti kotak kejutan. Aku yang selalu memberikan kejutan."

Kyungsoo mengangguk pelan. Menerima ciuman hangat di pucuk kepalanya. Pria itu bergegas kembali ke posisinya, ia siap membidik Kyungsoo.

"Apa kau merasa cantik?"

Gadis itu tergagap mendengar pertanyaan Jongin yang tiba-tiba. Tanpa sadar dia tersenyum dan tidak bicara apapun.

Ckrek!

"Apa kau mencintai Kim Jongin?"

Kyungsoo kembali tersenyum dengan sedikit kekehan. Dia memberikan jawaban pelan. 'Aku mencintaimu.'

Ternyata kamera itu tidaklah begitu menakutkan jika saja kita bisa mengatur pemikiran. Jika kita bisa tersenyum maka orang-orang akan ikut bahagia. Dan lagi, kamera saat mengeluarkan blitz benar-benar terlihat seperti kotak kejutan bagi Kyungsoo.

Jika dulu itu terbayang seperti kilat di langit, maka karena Jongin itu seperti kotak kejutan.


END


First and Foremost, my thanks to all reader at fanfiction .net

Without the help, support and love of all these reader, this story would not have come about.

This story will not be perfect without your correction every Chapter.

My deepest appreciation goes to Kim Jongin and Do Kyungsoo, the best inspirator I've ever writing every parts of this story.

Suprised Story itu aku temukan dari kisah seorang photografer luar negeri, bagaimana cara dia memotret untuk buku tahunan sekolah, hasilnya menakjubkan, anak-anak tersenyum begitu tulus hanya karena sebuah pertanyaan tiba-tiba.

Aku bukanlah orang yang romantis, bukan pula kutu buku yang akan mencium lembaran kertas, tidak pernah belajar pada kelas khusus bahasa. Aku hanya tidak bosan untuk menulis, membaca, menggambar, dan mendengarkan. Dalam satu kotak, mereka membuat bahagia. Thanks from the bottom of my heart for you. Mari menjadi semakin dekat dengan sebuah pesan singkat pada review atau PM, dan bertemu lagi di cerita selanjutnya.

Unlucky Girl (Cosmopolitan) KaiSoo ff publish 170719

Complementary [KaiSoo FF] for Table of contents publish 170716 and 1st Chapter update 170721.

Senang bertemu kalian ^^

Thank You.

.

RoséBear