Tittle: The Journey

(1st Chapter)

Author: RoséBear

Pair : Kai x Kyungsoo (KaiSoo)

Warning! GS. Maaf untuk typo.


Start story!


...

Musim panas yang begitu terik. Gemerlap malam menyaingi kilauan air laut. Matahari bersinar dengan sangat indah. Menampilkan sisi romantisme nan eksotis ke setiap sela-sela bangunan di perkotaan. Mencuri kehangatan dari musim semi. Musik dengan sejuta penggemar di penjuru negeri. Pantai adalah lokasi yang paling menarik untuk di kunjungi. Segarnya air laut. Teriakan para Pengunjung, ratusan gadis dengan setelan bikini.

Namun jauh dari pantai, daerah berbukit terdengar tidak terlalu buruk. Perjalanan baru, mendaki tanah terjal yang dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi nan besar. Tidak jauh dari perkotaan.

Libur musim panas yang akan berlangsung singkat. Tidak biasanya penginapan di kawasan gunung penuh seperti ini. Mungkin trend mendaki telah mempengaruhi minat masyarakat. Mengubah cara pandang kebanyakan orang hingga kawasan puncak di musim panas menjadi salah satu tujuan berlibur.

Kim Jongin.

Pria berwajah tampan. Ia bosan dengan suasana pantai yang semakin membuat kulitnya gelap. Lelaki itu terlihat sexy dengan kulit tan. Rambut gelap dengan senyum yang mempesona. Menggoda tiap gadis yang ia temui sepanjang jalan.

Ia bermain di pesta untuk mendapatkan wanita. Terbukti pesonanya tak pernah pudar. Jongin lebih suka jika seseorang memanggilnya dengan nama kecil yang terkesan errr bad boy.

KAI

Ia sangat terkenal dikalangan para gadis. Baik itu wanita di klub malam ataupun di tempat ibadah. Jongin suka menggoda, ia mendapatkan kesenangan dengan menggoda banyak wanita. Menyentuh wanita adalah hobby Jongin. Dia laki-laki normal yang senang berpesta namun juga tak melupakan kewajiban beribadah. Setidaknya Jongin menjadi anak baik sepanjang sejarah yang ia buat.

Celana levis hitam dengan sedikit sobekan di bagian lutut. Kaos hijau lumut tanpa lengan dibalut jaket kulit. Pria tan itu berdiri di halte bus.

Pukul dua dini hari. Berdiri sendiri ditengah kegelapan malam. Dari tempatnya berdiri Jongin bisa memandang gemerlap lampu-lampu perkotaan nan jauh di sana. Ia telah menempuh perjalanan empat jam untuk sampai di daerah berbukit ini. Bus tidak melakukan perjalanan semakin jauh ke atas. Dan ponselnya mati untuk bisa menghubungi seseorang memberitahu keberadaan nya.

Jongin meninggalkan kota setelah sedikit melakukan pesta. Kini ia menenteng ransel berisikan pakaian serta kamera. Bau alkohol dan rokok melekat pada tubuhnya.

Tidak! Jongin tidak meneguk ataupun menghisap rokok. Hanya saja tempatnya mengadakan pesta meninggalkan jejak itu di tubuhnya. Sesekali pria itu mengumpat jika kakinya menyandung bebatuan. Suara jangkrik dilewati begitu saja.

Setengah jam berjalan kaki ia tiba di tempat tujuan.

Berdiri di depan pintu dari susunan bambu. Tembok beton setinggi dua meter mengelilingi rumah yang menjadi tujuan Jongin. Rumah lama yang begitu klasik. Dengan ruangan yang terpisah oleh sekat-sekat. Berbentuk melingkar. Halaman tanpa atap berada di tengah. Tempat yang cocok untuk menikmati bintang-bintang atau sekedar menyiapkan bahan-bahan pembuatan kimchi. Pohon persik itu bahkan masih berdiri kokoh seperti terakhir kali Jongin berkunjung.

Dahulu ini adalah sebuah rumah pribadi namun kemudian dengan banyaknya ruang yang kosong kini di depan pagar bertuliskan papan.

'Penginapan Savior Faire'

Jongin bergumam pelan membacanya. Ternyata pagar tidak di kunci. Jongin tersenyum mengetahui fakta itu. Langkahnya ringan masuk ke dalam. Tanpa sepengetahuan siapapun dia masuk dengan santai. Tidak memikul beban berat selain ransel berisikan beberapa lembar baju dan kamera.

Sunyi... Entah kenapa lampu di setiap ruangan menyala. Sebagian begitu terang, sebagian lainnya redup. Sekarang ia yakin penginapan ini cukup ramai oleh pengunjung. Sekelompok orang tua mungkin. Hanya itu yang terlintas di pikiran Jongin.

Hanya sekelompok orang lanjut usia yang menghabiskan libur musim panas di pegunungan. Anak-anak lebih memilih ke pantai dan para orang tua biasanya berusaha mengikuti keinginan anak - anak mereka.

Ada lampu di satu ruangan sudut rumah yang tak menyala. Bangga tentu. Itu kamar yang selalu di jaga ibunya. Jongin yakin akan hal itu. Alih-alih membangunkan ibunya, ia bergegas naik ke lantai kayu yang terasa hangat. Apa mereka menyalakan penghangat ruangan atau memang udara musim panas terlalu berkobar.

Jongin melangkah naik. Ia menggeser pintu dan menemukan ruangan yang begitu gelap. Tubuhnya lelah menempuh perjalanan dengan bus malam. Belum lagi jalanan yang menanjak, kakinya begitu letih.

Kim Jongin itu terbilang lelaki jorok. He's so dirty namja. Dalam ruangan yang gelap Jongin merasakan kasur lipat telah terbentang. Senyumnya semakin mengembang dengan lebar. Segera Jongin melepas pakaian meninggalkan boxer di atas lutut. Kebiasaan Jongin adalah tidur tanpa busana. Dia nyaman hanya dengan boxer saja. Alasan ini amat membuatnya bangga setelah mendengar desas desus sperma pria jauh lebih baik jika para lelaki menggunakan boxer untuk keseharian.

Jongin membenturkan punggung dengan kasur lipat yang rata. Tidak terlalu keras dan benar-benar nyaman serta wangi. Sekarang Jongin yakin ibu dan saudari perempuannya tetap merawat kamar ini. Besok dia harus membuat kejutan kecil. Sekarang hanya perlu menikmati sisah malam yang hanya beberapa jam saja.

Dia sudah merencanakan liburan musim panas kali ini. Menikmati suasana di desa kelahiran sang Ibu. Lebih tepatnya menjauh dari hingar bingar perkotaan. Benar-benar sebuah liburan yang akan indah bahkan hanya dengan membayangkannya saja. Pria Tan itu mulai menikmati mimpi indahnya. Tipe yang cepat berbaur dengan lingkungan sekitar. Jongin mudah tidur dimana saja hanya dalam hitungan detik ia bisa terlelap. Dan sulit sekali untuknya bangun. Bahkan jika memungkinkan Jongin bisa tidur dari malam menuju sore hari. Luar biasa. Jikapun kali ini dia bangun siang atau sore tidak akan ada yang menyadari. Bukankah kamar ini tidak digunakan? Artinya tidak ada yang akan mengusiknya bukan.


Do Kyungsoo.

Telah mencurahkan beberapa tahun dalam hidupnya untuk menyalurkan hobby dalam pekerjaan. Kyungsoo punya suara yang merdu. Sejak sekolah dia sudah terbiasa membawa acara di radio sekolah ataupun radio umum. Menginjak dewasa wajahnya semakin cantik. Perpaduan bibir hati, mata bulat dan pipi yang sedikit gembil. Dia juga punya senyum yang menawan. Berhasil menawarkan diri untuk semakin melangkah maju. Jauh lebih baik dari seorang penyiar radio.

Kyungsoo suka menyampaikan informasi. Menulis opini di beberapa majalah ataupun newspaper. Hidupnya dipenuhi beberapa berita harian, Politik, skandal pejabat, artis, ataupun masalah sosial. Kyungsoo sangat pandai menyusun fakta dengan sangat baik. Kariernya berjalan mulus, setiap pagi menyapa pegawai lainnya. Mendapat meja kerja sendiri. Ia juga punya jadwal kerja yang tersusun rapi. Halaman berita online Kyungsoo juga banyak diminati.

Dia bukanlah seorang pimpinan direksi. Hanya pegawai biasa yang punya pesona dan pengaruh biasa saja. Di balik kesempurnaan itu ternyata menyimpan masalah lain. Kyungsoo punya masalah pribadi yang ia takut orang-orang akan bekata buruk tentang itu.

Dia bekerja di sebuah Kantor berita harian. Di bagian publisher. Seharusnya dengan kemampuan bicara yang baik serta wajah cantik dia bisa saja menjadi pembawa acara berita harian. Menyapa pemirsa di rumah dengan sangat baik. Sayangnya Kyungsoo punya ketakutan jika berhadapan dengan kamera, terutama blitz. Dia menjadi gugup, berkeringat dingin serta blank jika tiba-tiba dihadapan dengan blitz kamera. Masalah itu menyudutkan Kyungsoo untuk lebih maju. Jadi dia lebih suka berada di balik monitor computer menulis artikel atau menjadi penyiar radio.

Kyungsoo punya kekasih. Seorang pembawa berita nasional yang tampan, tinggi dan sangat baik menurut Kyungsoo sebelum mereka mengakhiri hubungan karena kekasihnya ternyata menyukai rekan seprofesinya. Kyungsoo tak bisa mempertahankan hubungannya. Dia tak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan hubungan itu.

Hari yang cerah di musim semi. Bunga-bunga bermekaran mengeluarkan aroma wangi yang begitu hangat. Dia yang terbiasa setiap pagi berangkat berdua. Makan siang di kantor bersama dan kini harus melakukan pekerjaan seorang diri. Kyungsoo mulai tertekan setiap hari melihat mantan kekasihnya berjalan dengan perempuan lain. Tampil menonjol dengan riasan yang cantik. Sejak itu pekerjaan Kyungsoo menjadi kacau. Terkadang emosinya tidak stabil. Artikel yang ia buat kekurangan fakta hingga terbaca sangat aneh.

Bicaranya menjadi tidak jelas ketika menyiapkan berita di radio dan kekecauan lain trus saja bermunculan.

Suatu pagi Kyungsoo di panggil oleh atasannya. Dia sudah mendapatkan surat peringatan beberapa kali. Tapi hatinya sulit disembuhkan. Atasan Kyungsoo bahkan memindahkan posisi Kyungsoo agar tetap mempertahankan pegawainya yang terkenal sangat pandai.

Sayangnya dimanapun itu tidak berhasil. Kyungsoo menyaksikan kekasihnya di acara berita pagi dan sore hari. Emosinya tidak stabil, bahkan dia bisa menghabiskan dua potong hotdog jumbo sekedar untuk sarapan.

"Aku sudah tidak tahu lagi harus membuat keputusan bagaimana tentangmu Kyung. Kau sangat pandai, dahulu." Suara pria tua itu penuh penekanan. Menciutkan nyali Kyungsoo yang kesekian kalinya memasuki ruangan atasannya dalam satu musim ini.

Jika suasana mulai tenang Kyungsoo akan mengambil suara. "Maafkan aku Pak. Bisa tolong berikan aku kesempatan lagi."

Jika permohonan di hari-hari sebelumnya dikabulkan. Kali ini Kyungsoo harus lebih kuat bertahan lagi. Dia mengabaikan jam makan siang untuk mendengarkan omelan yang membuat panas telinga. Satu kesempatan terakhir. Kyungsoo pergi untuk melakukan wawancara dengan seorang pimpinan Perusahaan. Dan itu adalah kesempatan terakhir Kyungsoo. Dia mengacaukan kesempatan itu hanya dalam hitungan menit saat wawancara dilakukan. Kyungsoo kehilangan fokus pagi itu karena acara berita. Padahal sebelumnya dia terlambat satu jam untuk sebuah pertemuan yang sangat berharga.

Manager Oh mengurut dahinya mendengar kesalahan Kyungsoo kali ini. Dia bahkan meminta Kyungsoo keluar dan mengambil pesangonnya.

Hidup begitu kejam pada Kyungsoo. Perjalanan yang mulus ternyata menemui jalanan berbatu yang menanjak. Sedikit bahaya. Bisa kecelakaan jika dia tidak berhati-hati. Kyungsoo menghabiskan sisa musim semi dengan mengurung diri di kamar.

Suatu pagi dia terbangun dengan otak penuh ide-ide. Bergegas kembali ke kantor dan bertemu manager Oh. Kyungsoo membawa beberapa lembar kertas berisikan artikel yang cukup layak diterbitkan. Sayangnya artikel itu tidak cocok lagi.


Musim semi telah berlalu.

Kyungsoo kehilangan pekerjaannya. Hari itu juga Kyungsoo mendapatkan pesangonnya. Dan juga mendapat surat undangan pernikahan mantan kekasihnya.

Ya Tuhan. Kyungsoo sudah berpacaran dua tahun lamanya namun berakhir tragis. Lalu mantan kekasihnya baru berhubungan dua bulan kini mengirim undangan pernikahan kepada Kyungsoo. Undangan itu bahkan dikirim satu bulan sebelum acara resmi.

Dua hari mengurung diri di kamar Kyungsoo ditemukan dalam kondisi tidak baik oleh Luhan. Teman yang tinggal disebelah apartemennya. Bau alkohol dan sampah bertebaran di setiap sudut apartemen Kyungsoo. Apartemen kecil yang menyimpan banyak kenangaan Indah berubah bagai nightmare yang merusak mimpi Indah.

Sebagai teman, Luhan benar-benar prihatin. Dia sudah mengatakan pada Kyungsoo untuk mencari pekerjaan lain sejak manager Oh memberi surat peringatan. Tapi tampaknya butuh waktu. Kyungsoo juga butuh istirahat terlebih dahulu.

Saat kondisi Kyungsoo membaik karena Luhan merawatnya. Gadis itu membawa sebuah tiket liburan.

"Anggap ini liburan musim panasmu. Orang-orang menjadi lebih baik setelah berlibur."

Awalnya Kyungsoo ragu kenapa Luhan Memberikan tiket berlibur ke gunung. Musim panas identik dengan pantai bukan?

"Kau mau ke pantai? Lalu menemukan ratusan blitz kamera yang bisa saja menyerangmu."

Luhan benar. Kyungsoo tidak bisa berbuat apa-apa jika dia harus dikejutkan dengan blitz kamera nanti. Tapi kenapa gunung? Tidakkah ada tempat lain? Kyungsoo tak suka jalanan mendaki, membuatnya lelah.

"Nenekku pergi ke gunung jika ingin menenangkan diri. Lagian udara di gunung jauh lebih baik. Kau bisa bertemu kelompok orang tua yang pergi mendaki. Pokoknya tenangkan dirimu di sana Kyung. Besok siang aku akan mengantarmu. Jadi siapkan keperluanmu."

Luhan bohong jika berkata mengantarnya. Kyungsoo sampai ke penginapan seorang diri. Dia bahkan hanya mengantar setengah jalan saja. Kyungsoo menempuh perjalanan mendaki di bantu oleh jemputan dari penginapan. Mobil tua tanpa pendingin di musim panas. Kyungsoo merasa begitu dehidrasi ketika tiba di penginapan.

Dan lagi penginapan itu penuh oleh kelompok orang tua. Dia hampir tak mendapatkan kamar. Bersyukur karena Luhan sudah membayar mahal jadi pemilik penginapan mengusahkan kamar untuk Kyungsoo.

Sebuah kamar yang tenang. Terletak di pojok. Sudah ada kasur lipat. Lemari pakaian. Meja selutut dengan bantalan. Kamar mandi di dalam. Kyungsoo bersorak dia mendapatkan fasilitas pribadi sendirian. Tidak perlu mengantre hanya untuk mandi.

Dua jam sejak kedatangan, Kyungsoo bisa menyaksikan kelompok orang tua yang kembali dari mendaki. Mereka tampak bahagia. Setidaknya itu yang ia lihat.

Pemilik penginapan punya senyum yang menawan. Cantik dengan lesung pipi. Ramah pada setiap tamu. Dia juga punya seorang anak gadis yang tak kalah cantik. Dua pegawai yang ikut membantu membersihkan penginapan.

Kyungsoo baru saja menghabiskan makan malam yang di antar ke depan pintu kamarnya. Demi apapun Kyungsoo suka masakan yang mereka sajikan. Makanan manis memang cocok untuk udara panas.

Tapi lantai itu terlalu panas. Kyungsoo melepas pakaian nya. Ia berdiri di bawah shower cukup lama. Tidak ada bathup disini. Perlahan kulitnya basah, cermin di dalam kamar mandi menampilkan bagian wajah hingga pinggang Kyungsoo. Dia tetap cantik dengan wajah putih, rambut hitam kelam tanpa poni lalu dua buah payudara yang kencang Kyungsoo punya tubuh yang cukup proposional. Sintal dan kulit halus.

Miris jika ternyata dia ditinggalkan berselingkuh karena tak mampu meraih posisi di balik meja pembawa berita. Terkadang Kyungsoo mengumpat kenapa kamera begitu menakutkan. Bagaimana para model dan artis itu bisa begitu bahagia bila mendapatkan sorotan kamera. Mereka masih bisa tersenyum dengan berbagai penampilan luar biasa. Sangat berbeda dengan dirinya.

Selesai Mandi Kyungsoo tak menggunakan dalaman. Itu menyenangkan bagian tubuhnya. Hanya gaun tidur tipis selutut. Kain berpori-pori lebar membuat angin mendinginkan tubuh kyungsoo. Sekarang saatnya dia berbaring. Terlalu lelah untuk sekedar memikirkan masalahnya. Besok Kyungsoo berencana bangun siang dan pemilik penginapan sudah tahu akan hal itu. Mereka tak harus menyajikan sarapan untuk Kyungsoo. Tubuhnya merasakan pegal karena menempuh perjalanan cukup jauh.

Malam sunyi. Hembusan angin benar-benar pelan. Hembusan angin pada daun-daun membuat perpaduan alunan musik musim panas, mengiringi suara jangkrik yang bernyanyi. Penginapan itu telah didatangi tamu sejak musim gugur beberapa tahun yang lalu. Cukup terkenal dengan pelayanan yang ramah. Baik untuk sekelompok lansia yang ingin menikmati udara segar pegunungan. Musim apapun mereka mendapat cukup pengunjung. Tidak untuk musim dingin tahun lalu. Longsor di perbatasan menghalangi pengunjung untuk kemari. Selama musim dingin itu tak ada yang berkunjung hingga akhirnya musim semi menyambut. Tidak jauh dari penginapan terdapat sebuah kuil. Lalu hutan cemara dimana banyak orang melakukan meditasi dipagi hari. Menenangkan jiwa dan menyenangkan raga.


Musim panas tahun ini kawasan hutan menjadi tujuan untuk menghabiskan libur musim panas.

Penginapan 'savior faire'

Ramai akan pengunjung sejak awal musim panas. Mereka menjadi cukup sibuk dengan pelayanan yang hanya dilakukan oleh empat orang. Hanya ada tujuh kamar yang disediakan. Semuanya kini penuh. Ada dua kelompok yang butuh pemandu wisata. Semua bekerja lebih keras dari biasanya.

Park Jungsoo. Selaku pemilik penginapan punya misi untuk membahagiakan para pengunjung. Semua mendapat kebahagiaan hingga pulang dengan senyuman. Harapannya adalah agar mereka kembali lagi berkunjung kemari. Jungsoo punya seorang putri yang membantunya mengurus penginapan, Kim Ryeowook. Dia memasak makanan dengan sangat baik. Lalu dua orang yang ikut membantu dan tinggal bersama.

Pagi itu seperti biasa Jungsoo membantu Ryeowook di dapur. Sementara Sunny dan Yuri membersihkan penginapan. Hari-hari dimulai seperti ini. Musim panas biasanya mereka akan memetik beberapa buah yang di tanam sendiri. Tapi nanti ketika sarapan tersaji di depan kamar dan para pengunjung menikmati wisatanya sendiri. Penginapan ini punya kebun strawberry yang cukup untuk sehari-hari. Lalu sebuah rumah kaca agar mereka tetap bisa menanam beberapa makanan segar di musim dingin.

Tong tong

Bunyi nyaring seseorang mengetukkan lonceng di gerbang.

"Ibu akan mengambilnya untukmu."

"Terima kasih Bu." Ryeowook berseru.

Jungsoo sudah tahu siapa yang baru saja membunyikan alat itu sepagi ini. Tentu saja pengantar madu dan susu.

Pagi ini ada susu segar dengan beberapa lauk yang Ryeowook buat. Cukup untuk penghuni tujuh kamar penginapan.

"Ibu, apa perlu kita mengirimkan strawberry ini untuk Jongin? Buahnya cukup banyak."

"Kalau begitu kau bantu packing. Ibu akan menitipkannya pada Yunho siang ini."

Kedua wanita cantik itu trus memanen strawberry mereka. Tidak hanya memanen tapi merapikan sulur strawberry. Ini adalah sisah tanamam musim semi. Masih berbuah cukup untuk awal musim panas sembari menunggu jagung-jagung dari ladang berbuah.

Dua wanita itu tersenyum ramah pada penghuni penginapan yang berlalu lalang. Ada yang baru saja akan pergi menyusul rombongan mereka. Sementara Sunny dan Yuri menemani dua kelompok lansia mendaki Jungsoo dan Ryeowook menjaga penginapan sekaligus untuk menyiapkan makan siang.

Siang itu meninggalkan mereka berdua dengan percakapan ringan.


Semakin menjelang siang hari cahaya matahari makin berkilau. Di dalam kamar itu tangan seorang wanita melingkar di pinggang polos Jongin. Pria tan berkedip beberapa Kali. Kepalanya masih terasa pening namun ia memaksakan diri untuk membuka mata. Jongin pikir dia bermimpi semalam. Bermimpi pergi berlibur ke tempat Ibunya. Tapi sepertinya tidak. Buktinya ia bangun dengan seorang wanita cantik disisinya. Akhh! Jongin yakin dia dicekoki obat tidur oleh gadis ini. Sepertinya Jongin lupa mengendalikan diri tidak seperti biasanya. Syukurlah dia masih menggunakan boxer nya. Jika tidak? Jongin tak yakin apa yang sudah di perbuatannya. Tanpa pengaman? Kenapa para gadis suka sekali jika Jongin menyentuhnya. Dalam keadaan setengah sadar Jongin mengangumi wajah gadis ini. Cantik dan tidak ada bau alkohol. Aroma vanilla menguar dari rambutnya ketika gadis itu telah menggerakkan kepalanya yang kini menjadikan lengan Jongin sebagai bantal.

Tunggu!

Kenapa mereka tidur di atas kasur lipat? Jongin membalik kepalanya tanpa mengusik gadis itu. Buku-buku tersusun di atas meja. Lukisan pohon persik, wallpaper dinding berwarna cream dengan garis-garis vertikal yang tak berubah. Ini adalah kamarnya! Yah! Jongin ingat itu bukan mimpi. Dia berjalan kaki dari halte bus kemari. Meninggalkan pesta malam itu untuk berlibur di rumah ibunya. Lalu siapa gadis ini? Tiba-tiba pandangan Jongin sedikit horor.

Dalam seperkian detik wajah gadis itu mengernyit. Ia terusik oleh tingkah Jongin yang kebingungan. Matanya mengerjap beberapa kali. Menggosok kan punggung tangannya untuk mempengaruhi jelas penglihatan. Jongin menunggu reaksinya. Mata bulat yang jernih sedang menatapnya tanpa berkedip. Wajahnya maju lebih dekat, bibir berbentuk hati dan sepasang alis tebal kontras dengan warna kulitnya yang putih.


Kyungsoo.

Ia terdiam beberapa saat mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Seorang pria berwajah tampan kini tersenyum padanya. Kyungsoo pikir apa dia segila itu hingga tidur bersama seorang pria sebagai pelarian masalahnya. Otak cerdasnya mulai mengingat sepenggal kejadian.

Seingat Kyungsoo tidak ada pria muda berambut hitam. Yang ada orang tua beruban. Dia sedang berlibur di penginapan traditional. Dialah tamu termuda. Para pelayanan juga adalah wanita. Lalu kenapa ada pria? Di tempat tidur yang sama. Tanpa pakaian. Apa yang sudah pria ini lakukan padanya.

Tidak! Kyungsoo berharap pria itu tidak melakukan apapun tanpa sepengetahuannya. Yeah! Kyungsoo bukan lagi anak kecil. Dia Sering menonton film dewasa. Melakukan hal-hal menjijikkan sendiri. seperti menyentuh kemaluannya dengan jari atau bermain dengan vibrator.

Tapi tidak terfikir oleh Kyungsoo untuk melakukan nya dengan seorang pria yang tak dikenal.

Keduanya tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"YAAAAAAAAA!"

Brugh

Tubuh Jongin terpental menabrak tiang meja. Kyungsoo beringsut kebelakang. Tidak ada selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih terbalut gaun tidur tipis. Ia menggunakan lutut dan tangannya. Mata Kyungsoo menatap tajam Jongin yang meringis kesakitan. Tentu saja pria itu merasakannya. Kyungsoo pernah berlatih ilmu bela diri semasa sekolah. Itu cukup kuat untuk menunjukkan rasa sakit.

Suara derap langkah kaki terdengar beradu dengan lantai kayu.

Brak

Pintu kamar bergeser dengan kasar. Seorang wanita cantik terengah di depan pintu. Kyungsoo ingat itu adalah Ryeowook. Putri pemilik penginapan. Wanita itu menanjamkan pandangannya menatap korban kekerasan Kyungsoo.

"Jo-jongin?"

Pagi itu Jongin benar-benar butuh merendam di air es. Bukan hanya karena udara panas di luar. Tapi tubuhnya merasakan panas ketika menghantam kaki meja.


"Noona! Pelan-pelan." Ia merasa Ryeowook tidak ikhlas mengompres punggungnya yang membiru.

"Salahmu sendiri! Kenapa kau masuk ke kamar tamu. Mengejutkanku sekali. Bagaimana jika tamu lain mengetahuinya? Kim Jongin!" Suara. Ryeowook mengeram kesal namun dia tak bisa memukul adiknya ini. Jongin juga korban disini.

Di luar ruangan. Jungsoo sedang meminta maaf pada Kyungsoo. Gadis itu hanya diam mencoba mengatakan pada dirinya sendiri ini adalah sebuah kesalahan.

Jongin dan Ryeowook hanya bisa mengintip dari lubang pintu. Terdengar Jungsoo yang memohon maaf atas kejadian tidak terduga seperti ini. Kyungsoo tampak akan beranjak dan kembali ke kamarnya. Jungsoo sedang menahan gadis itu. "Aku akan segera berkemas." Jongin dan Ryeowook bisa mendengar ucapan Kyungsoo.

Tapi Jungsoo masih mencoba menahannya. Kini mengejar Kyungsoo yang beranjak ke kamarnya.

"Noona. Kenapa tidak membiarkannya pergi saja."

"Kau tahu gadis itu baru saja tiba sore kemarin. Dia bahkan membayar mahal untuk kamar itu." Ryeowook menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Jongin.

"Tapi itu kamarku."

Jongin beranjak. Disusul Ryeowook keduanya berjalan keluar ruangan. Pikir Ryeowook gadis itu benar-benar akan pergi. Koper yang telah berada di luar ruangan namun Jungsoo masih berusaha menahannya.

Kyungsoo menatap tajam pada sosok Jongin yang tiba di depan pintu. Pria Tan itu hanya mengenakan levis hitam sobek setelah kejadian beberapa saat yang lalu.

"Aku benar-benar minta maaf Nona Kyungsoo. Bisakah anda tetap di sini. Aku tahu anakku melakukan kesalahan. Akan kuminta dia meninggalkan kamar ini."

"Aku tidak akan meninggalkan kamar ini. Ibu tahu ini kamarku sejak dulu. Kalau ada yang harus pindah itu adalah dia."

Puk

"Aw!" Jongin kembali meringis ketika Ryeowook menepuk lukanya kasar. Wanita itu tersenyum pada Kyungsoo. "Maafkan adikku Kyungsoo. Aku akan bicara dengannya. Jadi kau bisa memakai kamar ini."

Dalam satu tarikan Ryeowook membawa Jongin menjauh dari ruangan. Mereka berhadapan beberapa saat. "Noona. Apa maksudmu? Kalau ada yang harus meninggalkan kamar itu dialah orangnya."

"Jongin," suara Ryeowook terdengar begitu lembut. "Kau benar-benar tidak tahu situasinya hm?"

"Situasi apa? Dialah yang menepati kamarku jadi dia yang harus pergi."

Ryeowook menghela nafas pelan. Tampaknya wanita itu bingung harus menjelaskan darimana.

"Dia tiba kemarin sore dan hanya kamarmu yang kami punya. Kau harus tahu Kyungsoo telah membayar mahal untuk kamar itu." Mulainya yang di dengarkan seksama oleh Jongin. Sekarang Jongin tahu, itu artinya kamar lain telah terisi.

"Lantas kenapa tidak membiarkannya pergi?"

Kali ini Ryeowook menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. "Jika bisa kami sudah menolak kehadirannya kemarin."

Kini Jongin yang bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini.

"Kami sudah menerima uangnya Jongin."

"Kembali kan uangnya. Biarkan dia pergi. Semua selesai. Aku juga tidak melakukan hal aneh padanya."

"Tidak bisa."

Sekarang Jongin benar-benar tidak mengerti. Kenapa Ryeowook dan ibunya mempertahankan tamu itu sekalipun menggunakan kamar pribadi Jongin. "masalahnya kami menerima uang yang banyak sebulan lalu. Seseorang bernama Luhan membayar kamar untuk Kyungsoo selama libur musim panas. Uang itu.. Sudah kami gunakan membayar hutang. Sekarang pun tak punya uang lebih untuk mengembalikan uangnya."

Dahi Jongin berkerut. Hutang?

"Dengar adikku sayang. Kami tidak memiliki tamu ketika musim dingin lalu. Itu semua karena bencana longsor. Tidak ada tamu maka no money. Bahkan untuk membayar gaji pegawai kami tidak mampu. Sekarang kami kekurangan pegawai. Kau mengerti?"

Errr

Ryeowook mengajaknya kembali ke kamar. Disana Kyungsoo tengah duduk berhadapan dengan ibunya. Jongin berharap gadis itu pergi dengan suka rela agar dia mendapatkan kamarnya. Tapi senyum ramah sang Ibu membuat Jongin bergidik. Sepertinya dia akan menerima hadia tak terduga. Tak mungkin ibunya tega membiarkan Jongin tidur di luar kan? Atau harus membersihkan gudang seluas satu kali satu setengah meter untuk tempat tidur Jongin.

"Kalian sudah kembali. Duduklah di sana Jongin. Ada yang ingin Ibu sampaikan."

Terdengar seperti akan menyampaikannya berita buruk. Walau ragu Jongin tetap duduk disebelah Kyungsoo.

"Ibu sudah bicara dengan Kyungsoo dan dia memaafkan tindakanmu. Kau juga tidak melakukan apapun. Itu sebuah kecelakaan."

Yeah. Jongin mengangguk. Ketiganya mendengarkannya ucapan Jungsoo. Sepertinya sedang menyampaikannya kesepakatan dengan Kyungsoo.

"Dan ibu sudah meminta maaf. Sebagai gantinya Kyungsoo tidak akan meninggalkan penginapan. Dia juga akan tetap menempati kamar ini. Kau juga tahu kamar ini adalah ruangan terluas di rumah ini."

"Ibu, kalau dia menempati kamar ini lantas aku harus tidur di mana?" Jongin mengeluarkan protesnya.

"Ehem.!" Jungsoo berdehem meminta Jongin untuk mendengarkan kembali. "Jadi Kyungsoo sepakat membagi kamar ini bersamamu. Apa kau berniat memgahabiskan libur musim panas di sini?"

"Y-yeah." Jongin menjawab ragu. "Kupikir aku ingin memberikan kalian kejutan."

"Kau memang mengejutkan kami Jongin," guman Ryeowook memotong namun bisa di dengar oleh semuanya.

"Seperti kata kakakmu. Kami terkejut. Jadi ibu sudah meminta tolong pada Kyungsoo untuk membagi kamar ini. Kau bisa beristirahat di kamarmu. Kami akan memasang tirai pembatas nanti."

"Hah?" Jongin pikir dia lah yang mengacaukan liburan musim panasnya sendiri. Harusnya dia datang sehari sebelumnya untuk mencegah hal ini terjadi.

"Sebagai gantinya, kau akan melayani Kyungsoo. Menjadi pemandunya selama disini. Ibu harap kau masih ingat tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi."

Apa yang menarik dari libur musim panas tahun ini?

Jongin pikir tidak ada. Tapi jika dia menoleh ke samping. Maka Jongin harus tahu betapa beruntungnya dia bersama gadis cantik seperti Kyungsoo.


To be Continue...


Oke! New Fanfic About KaiSoo. again and again...

Nantikan tiap chapternya, mohon beritahu kesalahan dimana untuk perbaikan chapter selanjutnya. Follow dan fovourite juga untuk mempertahankan eksistensi KaiSoo. Akhh stau lagi pertanyaanku, kalian mau aku publish KaiSoo di Screenplay atau di EXO next Door supaya tida kesulitan mencarinya?

Dan Terima kasih banyak sudah membaca sampai akhir...

Salam Hangat,

RoséBear(19 Maret 2017)