YURI ON ICE

MITSURO KUBO.

Notes : Victor seumuran dengan Yuuri. CC nya dipending dulu. Datanya yg udh lengkap di lampie semua :'( malas bikin baru *kabur.

Typo Ooc.


Empat hal yang Katsuki Yuuri ketahui.

Pertama. Ia membenci keramaian. Meskipun keramaian bukanlah sesuatu yang baru baginya yang terbiasa tinggal dirumah dengan usaha pemandian air panas namun akhir-akhir ini ia merasa perutnya seperti dipenuhi kupu-kupu. Semenjak hari itu— Hari dimana ia dipermalukan oleh orang-orang. Ia mulai kesusahaan untuk bertatap muka dengan yang lainnya terkecuali keluargannya. Setiap melihat mereka, rasa malu dan tidak mengenakkan selalu muncul.

Ia berlari melewati lorong kelas menuju kamar mandi dan mengunci dirinya didalam toilet. Ia duduk dan menaruh tasnnya diatas pangkuan. Ia menunduk dan menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan debaran jantungnya yang tak karuan. Toilet ada tempat yang nyaman untuk melarikan diri dari kejamnya kenyataan yang ia hadapi sekarang ini. Meskipun ia sering merasa tidak nyaman mendengar suara gemercik air yang keluar dan bau khasnya bahkan terkadang terdengar suara sesuatu yang masuk kedalam air. Tapi ia harus bertahan karena toilet hanyalah satu-satunya tempat yang paling aman dari kejaraan orang-orang itu. Bisa saja ia pulang begitu saja namun akan sangat disayangkan jika ia melewatkan satu saja materi yang akan dosen ajarkan hari ini. Makanya ia memilih untuk tetap bertahan.

Seharusnya ini adalah tempat yang aman— seharusnya...

"Yuuri kau ada didalam sana?!" teriak seseorang dari luar sambil mengedor-ngedor pintu dengan keras. "Hei janganlah takut. Ayo keluar dan bermain bersamaku."

Kedua. Ia membenci orang yang mengusik dunia miliknya. Bisa diumpamakan orang yang tengah mengedor pintu dengan kencang itu adalah seorang yang mencoba menyusup kedunianya. Walaupun ruangan sempit itu tidak sebesar dengan istana pikirannya namun orang itu berhasil mengusik Yuuri.

Orang itu menggedor-ngedor pintu dengan pace semakin cepat dan keras karena Yuuri tidak merespon. Karena merasa risih ia menjawab dengan setengah hati. "Apa yang kau mau?" tanyanya dengan nada tertahan.

"Cepat keluar dari sana dia ingin mengajakmu bermain."

Ia menyadari kalau dirinya begitu lemah dan juga sendirian. sehingga ia dengan mudah diperbudak oleh sekumpulan manusia madesu. Dan salahnya juga karena ia tidak pandai berteman dan membuat kesan buruk kepada lain sehingga ia agak kesusahan untuk mencari kenalan. Mungkin jika ada satu saja teman disamping nya maka hal ini dapat ia hindari. Ia juga sudah mencoba melawan manusia-manusia madesu itu namun karena ia sendirian maka mereka tidak mudah untuk dilawan. Mengikuti perintah mereka adalah salah satu jalan keluar yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

Dengan berat hati ia membuka pintu. Pemuda itu menyapanya dengan senyum licik.

"Kenapa kau lama sekali? Cepat mereka pasti sudah tidak sabar menunggu. Hei babi pastikan kau membawa semuanya."

Mereka langsung pergi menuju bangunan tua yang sudah lama ditinggalkan. Jaraknya tidak begitu jauh dari gedung fakultas. Karena sudah terbelengkalai maka wajar jika disepanjang jalan terlihat beberapa bagian bangunan yang rusak seperti : cat bangunan yang memudar, plafon atap yang jebol karena terkikis cuaca, serpihan kaca dilantai dan juga sekeliling gedung yang ditutupi seng untuk mencegah orang masuk kedalam. Tapi masih saja ada yang membandel seperti halnya Yuuri dan pemuda itu.

Dengan melewati celah dari seng yang sengaja dirusak maka masuk lah mereka ketempat itu dengan mudahnya. Menaiki tangga menuju lantai 3— Tempat dimana manusia madesu itu berkumpul.

Ternyata sudah ada sebelas orang menunggunya disana. Mereka sibuk meminum sesuatu dari botol itu. Bahakan beberapa terlihat sedang merokok. Yang menarik perhatiannya adalah ketua dari perkumpulan tersebut. Ia sedang duduk dipinggir jendela sembari menatap langit kelabu. (Itulah yang membuat Yuuri heran ketika yang lain sedang sibuk merokok dan mabuk hanya dia sendiri yang paling "waras.")

"Akhirnya datang juga." Katanya sambil menoleh kearah Yuuri dan anak buahnya. Ia bangun dan mendekati Yuuri. Reflek anak buahnya melangkah mundur kebelakang boss.

"Apa yang membuatmu terlambat?" ucapanya yang datar membuat Yuuri terktekan. Ditambah dengan sorot mata yang menusuk itu sudah cukup membuat Yuuri ketakutan. Tapi ia tidak menunjukkan ketakutannya dihadapan pria itu. "Huh... Kau mau kabur dariku lagi seperti hari itu lagi? Dari wajahmu seperti nya kau berniat untuk kabur lagi. Baiklah akan kumaafkan kau kali ini selama kau membawanya. Apa kau membawanya?"

"Ti-Tidak..." jawab Yuuri. Kepalanya menunduk kebawah sehingga ia tidak melihat langsung wajah boss.

"Kenapa?"

"Karena aku merasa tidak enak dengan keluargaku. Mereka... Sudah bekerja mati-matian dan aku menghamburkan jerih payah mereka begitu saja."

Jawaban yang agak mengejutkan pria itu. Tapi bukannya luluh ia justru menarik rambut Yuuri— Memaksa dirinya untuk menatapnya. Ia sempat mengalihkan matanya tapi cengkraman kuat dipipinya membuat Yuuri harus menghadapinya.

"Yuuri... Babi kecilku.. Kenapa kau harus peduli dengan keadaan mereka padahal kau sendiri berada diujung tanduk. Seharusnya kau menurutiku, bukan mereka." Ia melepaskan cengkraman pipinya dan mendorong Yuuri hingga jatub kebelakang.

"Albert. Lakukan."

"Baik Victor."

Ketiga, Ia benci kekerasan. Semua orang juga pasti benci kekerasaan. Karena bekas luka yang ditinggalkan begitu perih dan menyakitkan bahkan dalam kasus lainnya hingga berbekas.

Kepalan tangan orang itu melukai pipi Yuuri. Diikuti beberapa tinju yang diarahkannya sembarang arah. Belum puas, laki-laki itu tidak lupa menendang Yuuri berulang-ulang kali sehingga Yuuri berteriak meminta ampun. Tapi suaranya tidak diindahkan oleh Albert maupun Victor itu sendiri. Ingin membalas tapi terlalu lemah. Karena itu ia membenci dirinya yang tak berdaya.

"Ba-Baiklah a-akan ku minta mereka uang lagi. Jangan pukuli aku kumohon!"

Victor memeberi tanda berhenti kepada Albert. "Kau yakin?"

"...Y-Ya..."

Yuuri bangun dengan bertumpu menggunakan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang perut yang terasa sakit. Kepalanya mendangak ke Victor dan Albert. Matanya berlinang tapi baik Victor maupun Albert tidak akan mengasihinya. Tak berselang lama Victor membuka mulut untuk mengurangi suasana menegangkan.

"Baiklah. Uang itu harus ada dalam dua minggu lagi atau tidak akan kuhajar kau habis-habisan."

Yuuri mengangguk ketakutan. Secepat mungkin ia bangkit dan bergegas pergi meskipun dengan langkah terpincang-pincang. Sedikit goncangan membuat luka diperutnya terasa nyeri. Ia menggigit bibir bawahnya untuk meredam suara rintihan yang ingin ia keluarkan. "Setidaknya aku bisa melarikan diri dari sini" pikirnya. Walaupun kesusahan untuk berjalan namun pada akhirnya ia berhasil kembali kegedung fakultas dengan seolah-seolah dia baik-baik saja. Kebanyakan dari mereka juga tidak mempedulikan dirinya jadi hal itu bukanlah masalah yang besar untuk Yuuri.

Keempat, ia membenci Victor Nikiforov. Iya dia membenci pemuda bernama Victor Nikiforov itu. Bukan karena ia iri dengan kelebihan yang ia punya melainkan karena Victor berhasil mempermalukannya dihadapan banyak orang. Kejadian itu sudah lama terjadi tapi hingga detik ini ia masih belum bisa melupakannya. Karena hal itu sekarang ia menjadi seorang budak. Ia tidak begitu mengharapkannya tapi jika ia tidak menuruti perintah mereka maka Victor akan mempermalukannya lagi. Dilema. Ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Semua pilihan yang dihadapkan tidak membawa jalan keluar yang memuaskan.

Ia masuk kedalam ruang kelas dan duduk dibagian atas dekat dengan jendela. Karena masih sepi makanya ia masih bisa memilih tempat duduk. Ia menaruh tas diatas meja dan menggunakannya sebagai bantalan kepala. Tanganya menyentuh luka lebam diperutnya. Ia merintih. Tidak ada orang yang menyadarinya bahkan orang yang duduk disebelahnya. Tak butuh waktu lama untuk mengisi kursi yang kosong itu. Dalam kurun waktu 5 menit bangku sudah dipenuhi oleh orang-orang dan Victor salah satunya.

Kehadirannya selalu diawali dengan suara teriakkan perempuan. Dan jika Yuuri mendengar teriakan perempuan berarti Victor tidak jauh dari situ. Matanya memincing tajam memperhatikan Victor dari kejauhan. Laki-laki itu sedang tersenyum dan terlihat berbaur dengan manusia yang lain. Setelah puas berbicara dengan yang lain barulah ia duduk dan menunggu dosen tiba.

Yuuri diam-diam mengamati Victor dari kejauhan untuk mencari kelemahannya. Berharap dengan kelemahan itu ia bisa menjatuhkan Victor. Namun semenjak pertama kalinya ia mengamati Victor, ia sama sekali belum menemukan kelemahannya. Dan ia merasa seperti orang yang sedang jatuh cinta dengan pemuda itu. Hal kecil yang ia amati tentang dirinya selalu menarik perhatian Yuuri. Dan jika ia terus memperhatikannya lagi... Mungkin Yuuri akan jatuh cinta dengan pemuda rusia itu.

Victor mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Itu terlihat seperti buku tapi ia tidak tahu apa isi persisnya. Karena begitu banyak orang jadi ia tidak bisa mendengar percakapannya dengan orang disebelahnya.

"Seorang Victor membaca kisah romansa?! Manis sekali!. Hei kalian bagaimana kalau kita kirimkan pemuda yang malang ini sebuah surat cinta?! Apa ada yang berminat?"

Satu kelas langsung dipenuhi keriuhan. Para perempuan berteriak tapi hal itu tak berselang lama saat dosen masuk. Kelas kembali kondusif.

...Kurasa aku bisa membalas perbuatannya.

Victor nikiforov sering sekali terlihat selalu bersama dengan seorang perempuan. Namun sayangnya dari puluhan orang yang ia kencani tidak ada satupun perempuan yang berhasil menaril hati Victor. Hingga berhembus kabar kalau dia adalah seorang gay. Tapi ia tidak mau membuka mulut untuk soal orientasi sexualnya. Karena laki-laki itu terkesan misterius maka hingga sekarang masih banyak perempuan yang mencoba menggaetnya meskipun kabar itu masih berhembus hingga sekarang.

XXX

Pada akhirnya ide gila itu batal terlaksana. Victor berbicara didepan kelas sambil meminta maaf sebesar-besarnya.

"Aku benar-benar minta maaf karena akan sangat disayangkan jika surat yang kalian berikan kepadaku dibuang saja olehku. Makanya lebih baik kalian tidak perlu mengirimkannya. Maafkan aku... Aku tidak bermaksud menyinggung perasaan kalian tapi..."

Hal itu langsung menjadi buah bibir dimana-mana. Hingga keluar dari kampus pun ia masih mendengar suara para perempuan satu kampusnya bergosip di terminal. Sebenarnya itu bukanlah hal yang perlu dibesarkan karena ia juga akan merasa risih jika dikirimi ribuan surat cinta.

Dan dia sama sekali tidak pandai mengungkapkan perasaannya. Benar-benar kesalahan yang fatal buatku. Apa dia tidak menyadarinya?

Hari ini Yuuri berniat untuk langsung pulang. Ia tidak ingin mampir dulu ke rumah makan untuk hari ini. Perutnya masih terasa perih karena bekas tendangann Albert. Begitu ia sampai rumah ia membuka sepatunya dan menaruh kesembarang tempat. Melempar tasnya keatas kasur barulah ia mencari salep dikotak p3k. Luka lebam terlihat sangat besar. Pantas saja terasa sangat perih dari pada biasanya. Ia merebahkan dirinya begitu saja setelah memberi salep.

Dan tentunya ia tidak akan mengikuti perkataan mereka. Walaupun ia harus terkena imbasnya tapi itu lebih baik dari pada harus meminta orang tuanya. Sebenarnya bisa saja Yuuri bekerja hanya saja kampusnya melarang setiap mahasiswanya bekerja. Jadi ia harus menaati peraturan jika tidak mau di keluarkan.

Selain beristirahat ia juga sedang mencari ide untuk dituliskan dikertas kosong. Sesuatu yang membuat seorang Victor tersentuh. Sesuatu yang bisa membuat Victor berhenti menyakitinya. Tapi kata seperti apa yang harus ia tulis? Dengan malas ia raih tas. Mengabil kertas dari buku dan juga pulpen. Ia hanya mengasal menulis. Jika ia salah maka ia akan mengambil kertas dan menulis ulang. Mencari diksi yang tepat dan juga berimajinasi.

Dear Russian prince.

Jika kamu pikir aku menulis ini karena ulah temanmu itu, maka kau harus menghela nafas lega. Karena sebenarnya aku tidak berminat mengatas namakan surat yang kau baca ini adalah sebagai surat cinta. Aku menulis surat ini atas dasar opiniku tentangmu dan juga sebelum temanmu mulai bercanda. Bagaimana aku tahu candaan temanmu? Oh tentu banyak sekali orang yang berbicara mengenai dirimu karena menurut mereka permintaan maafmu itu seperti sebuah sindiran bagi mereka yang menyukaimu Tenang mereka tidak akan memarahimu toh kau punya kawan dibelakang jadi jika ada apa-apa kau bisa memanggil mereka.

Ah maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, pangeranku. Aku hanya memberitahumu saja. Jadi sekali lagi aku minta maaf jika menyinggungmu perasaanmu.

Aku menulis surat ini karena aku menghargai dan mengagumimu karena kau selalu ramah dan baik kesemua orang dan kuharap kau bukan sedang menjilat mereka dengan wajah tampan dan omonganmu yang manis itu. Karena itu akan merusak reputasimu jika mereka tahu.

Aku memanggil mu pangeran bukan karena aku suka berlandaskan cinta tapi karena aku kagum sekali kepadamu karena kau selalu berhasil mengingatkanku bayangan seorang pangeran dalam imajinasiku saat aku kecil. Baik dan ramah kepada rakyatnya dan juga ringan tangan— itulah beberapa hal yang masih kuingat hingga sekarang. Lalu ia mencintai seorang gadis lalu menikahinya dan hidup bahagia selamanya dengan anak-anaknya. Itu lah sepenggal imajinasiku dulu. Dan dulunya aku berharap bisa menjadi seorang pangeran seperti itu.

Tapi bagiku kau adalah seorang pangeran yang kesepian. Selalu saja menghabiskan waktu dengan membaca novel romansa untuk mengisi kekosongan hati untuk sementara. Berharap kehangat cinta yang terukir dibuku itu mampu melelehkan es yang membekukan hatimu. Dan terkadang menatap langit untuk mencari ketentraman hati jika kau tidak merasakan kehangatannya. Padahal banyak sekali yang ingin berbagi kehangatan dengamu tapi kenapa kau menolak mereka semua? Maafkan aku jika pertanyaanku sedikit menyinggung privasimu.

Ibumu tentunya juga sering berbagi kehangatan kasih. Tapi pasti akan berbeda jika kau mempunyai seorang pacar. Walaupun begitu pasti ada saja diantara orang yang kau kencani hanya mengharapkan wajahmu yang rupawan atau mungkin kekayaanmu tapi kuyakin diantara puluhan atau mungkin ratusan perempuan yang menyukaimu pasti ada satu orang yang dengan tulus mencintaimu. Dan mungkin dengan kehangatan itu kau bisa berubah dan berhenti menyakiti orang-orang yang seharusnya tidak kau sakiti.

Kira-kira apakah ada seorang gadis yang berhasil melelehkan hatinya yang sedingin es itu? Kuharap dia bisa membuatmu bahagia.

Aku bukanlah siapa-siapamu. Aku hanyalah seorang yang menghargaimu dan mengagumimu. Selalu memperhatikanmu dari kejauhan karena aku tidak pantas berada didekatmu. Mungkin kau penasaran siapa diriku sebenarnya tapi nama bukanlah suatu hal yang harus perlu kau tahu. Selama kenangan indah terukir didalam hatimu maka nama bukanlah sesuatu yang perlu kau ingat.

Dan kau tidak perlu mencaritahu siapa aku karena aku selalu mengawasimu dari jauh. Mungkin terdengar seperti stalker tapi aku bukanlah seorang stalker. Aku masih cukup tahu diri untuk batasan privasi seseorang. Dan jika boleh kusarankan coba kau baca novel berjudul "Unseen Future" Ceritanya begitu luar biasa bahkan aku sendiri sampai tidak tahan membaca bagian klimaksnya. Begitu menegangkan! Kuharap kau mau membacanya.

Jika kau membalas. Aku tidak bisa membalasmu langsung begitu saja. Mungkin tiga hari atau mungkin bisa saja seminggu. Dan bisa jadi dua minggu kalau aku sedang sibuk.

Aku tidak bisa memaksamu berubah karena itu adalah kehendakmu sendiri.

Yours

Q.

Yuuri menghela nafas panjang. Ia tersenyum puas berhasil menyelesaikan surat tepat jam dua belas malam. Bahkan ia sampai tidak sadar kalo sedari tadi ia menulis diatas kasur. Ia lipat surat itu dan memasukkannya kedalam amplop. Lalu mengganti baju dan langsung tidur begitu saja.

Ia tidak yakin isi suratnya dapat menggugah isi hati Victor. Karena surat yang ia tulis terasa bagaikan surat cinta tersirat. Seperti dirinya ingin cintanya diakui oleh Victor. Tapi Yuuri tidak menyukai pemuda itu jadi mana mungkin jatuh cinta bukan?

Ia berharap pesan yang ia utarakan sampai ketangan Victor dan rencananya berjalan dengan mulus.