Disclaimer,

Characters belongs to Kishimito-sensei

Story is mine, Hatake Aria

.

.

Oji-chan … Daisuki

.

.

.

Chapter 1

.

.

Ding dong ...

Sasuke menaikkan sebelah alisnya saat mendengar suara bel rumahnya, sembari berfikir siapa kira-kira tamu tak diundang yang sudah berani mengganggu waktu santainya di sore hari yang tenang.

Ding dong ...

Lagi, sepertinya sang tamu yang tak diundang belum berniat beranjak pergi dari rumahnya. Tapi sayang, dirinya terlalu malas untuk sekedar bangkit dari sofanya yang empuk.

Ding dong ..

Ding dong ...

Tampaknya sang tamu semakin tak sabaran diluar sana menunggu sang empunya rumah membuka kan pintunya.

"Sasuke, kurasa Kau harus membuka pintunya, Aku tidak bisa menyapa tamu mu dengan tangan yang masih belepotan adonan kue seperti ini" ujar Karin sembari menyembulkan kepalanya dari arah dapur.

"Hn"

Walau sedikit kesal akhirnya Sasuke bangkit dari sofa nya yang empuk menuju pintu utama. Jika bukan karena Karin sang pacar yang menyuruhnya, Ia pasti akan membiarkan tamu yang tak diundang itu menekan bel rumahnya sampai Ia puas, dan tak akan membukakan pintu rumahnya.

Sesaat setelah dirinya membuka pintu, hal pertama yang dilihatnya ialah sesosok gadis kecil bersurai pirang dengan gaun putih yang sedikit kotor, dan jangan lupa surai pirangnya yang panjang dibiarkan menjuntai menutupi wajah chubby nya.

"Trick or Treat" teriak sang gadis kecil kemudian.

Blam..

Dengan kasar Sasuke menutup pintu rumah nya tepat dihadapan Naruto.

"Yahh, Oji-chan, buka pintunya? Aku tahu Oji-chan takut, tapi tenang saja ini Aku, Naruto" ujar sang gadis kecil seraya menggedor pintu rumah milik keluarga Uchiha tersebut.

"Sudah kubilang, jangan panggil Aku Oji-chan, Aku belum setua itu" bentak Sasuke sesaat setelah dirinya kembali membukakan pintu rumahnya.

"Dan lagi pula Aku tidak takut dengan penampilanmu itu Naruto, sejak kapan ada Sadako berambut pirang" ujarnya kemudian sembari tertawa kecil.

Naruto yang mendengar calon korban trik Halloween-nya yang tertawa karena penampilannya segera menata kembali rambutnya yang semulanya menutupi wajahnya.

"Sudah Aku katakan padamu sebelumnya Naruto, kostum itu sangat payah" ujar seorang gadis cilik yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Naruto.

Sasuke sedikit memiringkan kepalanyanya hanya untuk melihat seorang gadis kecil yang memiliki surai yang hampir menyamai warna pirang milik Naruto yang diketahuinya belakangan ini bernama Yamanaka Ino, dirinya akui kostum vampire milik Ino memang lebih enak dipandang ketimbang kostum milik Naruto, dan kali ini dirinya setuju dengan Ino, kostum Naruto memang payah.

"Konbawa Uchiha-san, Trick or Treat" ujar Ino seraya menyodorkan keranjang kecil miliknya kehadapan Sasuke.

Naruto yang melihat Ino menyodorkan keranjang kecilnya juga tak mau ketinggalan, Ia juga ikut menyodorkan keranjang kecilnya kehadapan Sasuke sembari kembali mengucapkan 'Trick or Treat' yang diakhiri dengan cengiran 3 jari nya.

"Sho .. Sho .., pulang sana Aku tidak ada waktu meladeni dua anak kecil seperti kalian" ujar Sasuke seraya melambaikan tangannya layaknya mengusir hewan.

"Ne, Oji-chan kenapa dirimu sangat pelit, kami hanya meminta permen ataupun coklat" teriak Ino sedikit marah karna perlakuan Sasuke yang mengusir mereka layaknya hewan.

Twitch ..

Muncul perempatan siku imajiner dikepala Sasuke, berani-beraninya sang vampire cilik ini memanggilnya Oji-chan seperti Naruto.

"Oi, berhenti memanggilku Oji-chan, umurku masih 17 tahun" protes sang bungsu Uchiha

"Sasuke siapa yang datang?" tanya Karin.

"Ara, rupanya ada Naruto-chan dan Ino-chan" ujar Mikoto yang datang didampingi oleh Karin yang berdiri disampingnya.

"Konbawa Mikoto Oba-chan, ah .. Karin Ba-chan" ujar Naruto seraya melambaikan tangannya.

"Sudah kubilang, panggil Aku Karin-nee, jangan panggil Aku Oba-chan" ujar Karin seraya mencubit pelan pipi chubby Naruto.

"Aduh sakit" Naruto segera mengelus pipi yang bekas dicubit oleh Karin.

"Tapi Ka-chan yang menyuruhku memanggil Karin-nee dengan sebutan Oba-chan, dan kata Ka-chan juga nanti kalau Sasuke-nii menikah dengan Karin-nee Aku juga harus memanggilnya dengan sebutan Oji-chan".

Uhuk..Uhuk..

Sasuke yang mendengar kata 'menikah' sontak terbatuk, sesekali Ia mengelus dadanya agar batuknya terhenti.

"Sasuke, Kau kenapa?" Karin mengusap pelan punggung sang kekasih.

"Ah, tidak apa-apa" ujar Sasuke seraya berdehem pelan.

"Ano … apa kalian tidak berencana mengisi keranjang kami dengan coklat atau permen?" ujar Ino seraya menyodorkan kembali keranjang kecil nya.

Naruto yang melihatnya refleks mengikuti tindakan Ino, Ia menyodorkan keranjang kecilnya diiringi cengiran 3 jari andalannya.

"Ara, maafkan Ba-chan anak-anak, Ba-chan lupa kalau hari ini Halloween, jadi Ba-chan tidak menyimpan permen dan coklat, kalau kalian mau Karin-nee sedang membuat cookies, sebentar lagi akan matang, kalian mau menunggu?" ujar Mikoto seraya berjongkong untuk menyamakan tingginya dengan kedua bocah bersurai pirang tersebut.

Tampak raut wajah kecewa dikedua wajah gadis kecil tersebut.

"Terima kasih Mikoto Oba-chan, tapi tidak untuk kue buatan Karin Ba-chan, Ka-chan bilang Aku tidak boleh memakan kue buatan Karin Oba-chan kalau tidak mau sakit perut" ujar Naruto dengan nada polosnya, sedangkan Sasuke yang mendengar ucapan lugu Naruto hanya tertawa pelan, takut menyinggung hati sang kekasih.

"Apa yang barusan Kau bilang Naruto?" Karin berusaha meredam amarahnya, jika saja sedang tidak ada Mikoto disana, mungkin pipi Naruto sudah kembali menjadi korban cubitannya.

"Baiklah, kami pulang saja kalau begitu" ujar keduanya seraya beranjak dari kediaman Uchiha.

"Oi, tunggu dulu" ucapan Sasuke yang sontak menghentikan langkah keduanya, refleks kedua gadis kecil bersurai pirang tersebut kembali membalikkan badannya.

"Ini" ujarnya seraya menaruh sesuatu kedalam masing-masing keranjang Naruto dan Ino.

Naruto menatap tak percaya benda yang baru saja diberikan Sasuke kepada mereka.

"100 yen" teriak keduanya seraya menatap tak percaya kearah Sasuke.

"Oji-chan, ini bahkan tidak cukup membeli ice cream di Lawson" protes Naruto.

"Oji-chan, dirimu tampan tapi sangat pelit" kali ini Ino pun ikut berkomentar.

Sasuke hanya bisa mengepalkan tangannya mendengar ucapan kedua bocah pirang tersebut, berani-berani nya bocah yang baru berumur 6 tahun tersebut menghina dirinya.

"Yaah, sudah kubilang jangan panggil Aku Oji-chan, dan Naruto bukannya kamu bilang mau membeli permen, itu sudah lebih dari cukup"

Mikoto dan Karin hanya bisa tertawa kecil melihat Sasuke yang tidak seperti Sasuke jika sudah berurusan dengan Naruto.

"Sudah-sudah, maafkan Sasuke-nii yah Naru-chan, Ino-chan, ini dari Ba-chan, kalian bisa membeli permen ataupun ice cream di Lawson nanti" ujar Mikoto seraya memberikan keduanya masing-masing uang 1000 yen.

Keduanya menatap selembar uang kertas tersebut dengan raut wajah gembira, sembari membayangkan apa saja yang bisa mereka beli dengan selembar uang tersebut di Lawson.

"Arigatou Oba-san" ujar keduanya seraya mencium masing-masing pipi Mikoto.

"Ara, kalian manis sekali" Mikoto memegang pipi nya yang baru saja dicium oleh kedua gadis kecil tersebut.

"Jaa-ne Mikoto Oba-san, Karin Ba-chan, dan Kau juga Oji-chan yang pelit" ujar Naruto seraya melambaikan tangannya, berlari kecil bersama Ino meninggalkan kediaman Uchiha tersebut.

"Oi, berhenti memanggilku Oji-chan!"

"Bweek" sebelum menghilang, sempat-sempatnya Naruto menjulurkan lidahnya tanda ejekan buat sang bungsu Uchiha tersebut.

Sasuke hanya menatap kesal punggung Naruto yang perlahan menghilang dari penglihatannya, berurusan dengan keponakan kekasihnya itu memang selalu sukses membuat dirinya kesal. Terutama yang paling tidak disukainya dari bocah dengan surai pirang, berpipi chubby, berkulit tan tersebut adalah sebutannya untuk dirinya,

Oji-chan ..

Hey, dirinya belum setua itu, umurnya saja baru 17 tahun.

.

######

.

11 Juli, Musim Panas 10 tahun kemudian

.

Sasuke menghela nafasnya menatap laporan yang kemarin diberikan Shikamaru padanya. Penjualan di bulan Juni menurun 15% dibandingkan dengan penjualan di bulan Mei, dan dirinya belum siap untuk bertemu dengan sang ayah di Rapat Direksi besok siang. Apa yang mau dikatakannya, 'kondisi perekonomian Jepang sedang tidak stabil' atau 'Amerika sebagai negara Importir terbesarnya sedang mengalami krisis politik akibat pergantian presiden baru' atau ..

"Aarrghhh .." Sasuke mengacak frustasi rambutnya.

Ia melempar laporan tersebut keatas meja kerjanya, perlahan dirinya bangkit dari kursinya dan berjalan menuju dinding kaca ruangannya, pemandangan kota Tokyo dari ketinggian lantai 25 cukup mempesona, ditambah sinar matahari disore hari melengkapi keindahan kota yang sedang ditatapnya.

Drrtt … drrtt …

Sasuke melirik smartphone nya yang bergetar diatas meja kerja nya, Ia kembali mengalihkan pandangannya menatap kota, mengabaikan smartphone nya.

Drrtt .. drrtt …

Smartphone nya kembali bergetar, dengan langkah gontai Sasuke menghampiri meja kerjanya, dengan malas Ia menerima panggilan tersebut.

"Sasuke, kenapa Kau lama sekali mengangkat telponnya" teriak seorang wanita dari seberang sana.

Sasuke refleks menjauhkan smartphone nya dari telinganya.

"Handphone-nya Aku buat dalam mode silent Sakura" ujar Sasuke seraya memijit pelan batang hidungnya.

"Hahh, sudah berapa kali Aku bilang coba, jangan suka mengatur handphone mu dalam mode silent" ujar Sakura sembari menghela nafas.

Sasuke sedikit mengernyitkan dahinya, kemudian kembali mengacak rambutnya frustasi. Kenapa Ia selalu memiliki kekasih yang hobby nya mengatur dirinya. Dulu saat Ia SMU, ada Uzumaki Karin yang cerewet dan suka mengatur hingga akhirnya mereka putus di semester ketiga saat keduanya kuliah di Universitas Tokyo, setengah tahun kemudian dirinya kembali berpacaran dengan seorang gadis dari keluarga Hyuga, Hinata namanya. Awalnya Ia sempat takjub dengan keeleganan gadis keturunan Hyuga tersebut, tapi setelah 3 tahun berpacaran, akhirnya mereka putus, Sasuke tidak suka Hinata yang suka mengaturnya, mengomelinya karena suka meletakkan barangnya sembarangan saat mereka memutuskan tinggal di apartemen yang sama, tidak sampai setengah tahun tinggal di apartemen yang sama akhirnya keduanya memilih untuk mengakhiri hubungannya. Dan 3 tahun belakangan ini dirinya menjalin hubungan dengan seorang Dokter Psikiater di Rumah Sakit Universitas Tokyo, tidak berbeda jauh dengan kedua mantan nya, Sakura juga cerewet dan suka mengatur.

"Ya, Aku minta maaf" ujarnya, lebih baik mengalah daripada adu argumen dengan Sakura.

"Ne, Sasuke, Kau tidak lupa kan dengan makan malam kita hari ini, Aku akan menunggu mu di restaurant biasa jam 7 nanti yah".

Sasuke memejamkan kedua matanya, bagaimana Ia bisa lupa dengan janjinya, tapi jujur dirinya saat ini sedang tidak ingin bertemu dengan Sakura.

"Maaf Sakura, sepertinya kita harus membatalkan makan malam kita, Aku masih banyak kerjaan".

"Apa, Sas ..".

"Sakura, Aku tutup telponnya yah, Jaa" Sasuke buru-buru mengakhiri panggilannya sebelum nantinya Sakura mengintrogasinya dengan seribu pertanyaan. Ia pun langsung mematikan telponnya, karna Ia yakin Sakura akan kembali menelponnya.

Sasuke menghempaskan tubuhnya di kursinya, dan kembali memijit kepalanya yang terasa pusing.

"Wah-wah, baru kali ini Aku melihat Uchiha Sasuke frustasi" ujar Shikamaru yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan Sasuke.

Sasuke melirik malas kearah Shikamaru, pria berambut bak nanas ini memang tidak pernah mengetuk pintunya jika masuk kedalam ruangannya, namun karena dirinya adalah salah satu dari orang kepercayaannya, Sasuke tidak mempersalahkan kelakuannya yang bisa dibilang kurang sopan tersebut.

"Diam Kau Shika, lebih baik Kau juga bantu Aku memikirkan jawaban di rapat besok"

"Hey-hey, daripada mencari alasan, lebih baik Kau menyiapkan ide buat menaikkan penjualan kita dibulan ini" ujar Shikamaru seraya mendudukkan dirinya di sofa yang berada diruangan Sasuke.

Sasuke melirik sekilas kearah Shikamaru, benar yang dikatakannya, yang dibutuhkannya bukan alasan mengapa penjualan mereka turun di bulan Juni, tetapi strategi pemasaran yang baru untuk dibulan Juli ini, agar bisa menutupi target yang tidak tercapai di bulan Juni lalu.

"Butuh inspirasi?" ujar Shikamaru seraya menatap Sasuke dengan senyuman mencurigakan.

.

######

.

"Hey, ini yang Kau sebut mencari inspirasi Shika?" ujar Sasuke sesaat setelah keduanya mendudukkan dirinya di sofa didalam sebuah tempat hiburan malam didaerah Roponggi tersebut.

"Oi, otak kita juga butuh hiburan Sasuke".

Sasuke hanya melirik malas kearah Shikamaru. Tak lama kemudian seorang wanita dengan balutan gaun mewah datang menghampiri mereka dengan senyuman bak malaikatnya.

"Ah, Terumi-san, lama tidak berjumpa" ujar Shikamaru.

Sasuke sedikit mengernyitkan dahinya, apa dirinya tidak salah dengar, Shikamaru mengenal wanita di klub malam ini.

"Ah, lama tidak berjumpa juga Nara-san" ujar sang wanita seraya membungkukkan badannya.

Sasuke hanya menatap kedua insan yang sedang berbincang tersebut, sesekali wanita yang dipanggil Terumi-san oleh Shikamaru tersebut menutup mulutnya saat dirinya tertawa menanggapi ucapan Shikamaru, dirinya baru tahu tenyata masih ada 'manner' ditempat seperti ini.

"Baiklah, Aku akan menyuruh wanita terbaik milikku untuk menemani kalian minum disini, pesanan seperti biasa kan Nara-san?"

"Ya, dan Aku minta tambahan seporsi buah" ujar Shikamaru sembari mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya.

"Ha'i" ujar Mei Terumi sesaat sebelum pergi meninggalkan keduanya.

"Sepertinya Kau sudah menjadi pelanggan tetap disini Shika" ujar Sasuke seraya mengambil sebatang rokok milik Shikamaru.

Shikamaru sedikit mengernyitkan dahinya saat melihat Sasuke mulai menyulutkan pematik pada sebatang rokok yang sudah berada dikedua bibirnya.

"Apa sekarang Kau sudah menjadi perokok?"

Sasuke menghembuskan asap pertama rokoknya.

"Pikiranku sedang kacau Shika, jadi biarkan Aku merokok kali ini saja".

Shikamaru hanya mengendikkan kedua bahunya.

"Dan Kau belum menjawab pertanyaanku Shika" ujar Sasuke sembari menghembuskan kembali asap rokoknya.

"Oh, itu, tidak, Aku hanya beberapa kali kemari jika Aku sedang stress, saat Aku sedang butuh teman minum, maka ini tempat yang tepat".

"Maksudmu mencari tempat pelampiasan?" ujar Sasuke seraya mengalihkan pandangannya keseluruh ruangan tersebut.

"Oi oi, Aku tidak mungkin berselingkuh dari Temari, gadis-gadis itu hanya menemaniku minum, bukan menemaniku sampai ditempat tidur".

Sasuke melirik sekilas kearah Shikamaru.

"Atau Kau mau Aku meminta Terumi-san mencarikanmu seorang wanita untuk membantu menghilangkan stress mu?" ujar Shikamaru seraya tertawa kecil.

Sasuke hanya memutar kedua bola matanya bosan menanggapi candaan Shikamaru.

"Maaf menunggu lama".

Kedua wanita tersebut langsung meletakkan sepiring buah ditambah sebotol minuman dengan ice bucket diatas meja, kedua wanita tersebut pun langsung mengambil tempat duduk disebelah keduanya.

Sasuke mengambil segelas whisky yang disodorkan wanita tersebut padanya, wanita itu tersenyum kepadanya, mencoba mengajak mengobrol sang bungsu Uchiha tersebut, tapi sayang dirinya sedang tidak ingin berbasa-basi, Ia hanya menanggapi ocehan wanita tersebut dengan dua kalimat andalannya,

'Hn'

Shikamaru yang melihat tingkah Sasuke kemudian memberi kode pada sang wanita untuk membiarkan pria bersurai raven tersebut, sang wanita pun menganggukkan kepalanya dan membalikkan badannya menghadap Shikamaru.

Sasuke kembali menuangkan whisky tersebut kedalam gelasnya yang sudah kosong, Ia kembali menenggak cairan tersebut sembari mengamati sekelilingnya. Sungguh sebenarnya dirinya bukan tipe pria yang suka menghabiskan malamnya di tempat seperti ini.

Oniksnya kemudian berhenti tatkala menangkap sosok wanita bersurai pirang yang duduk tak jauh dari tempatnya, ngomong-ngomong dengan surai pirang, dirinya jadi teringat dengan bocah bersurai pirang keponakan mantan kekasihnya dulu, bocah tomboy yang berisik plus menjengkelkan karena selalu berhasil membuat dirinya kesal. Ah, sudah lama Ia tidak bertemu dengan bocah tersebut, terakhir kali Ia bertemu dengannya pada Tahun Baru 8 tahun yang lalu, sebelum dirinya putus dengan Bibi dari bocah itu, Ia ingat betul kejadian waktu itu karena dirinya harus merelakan uang sakunya sebesar 5000 yen untuk sang bocah, saat bocah tersebut memerasnya dengan alasan angpao tahun baru.

Karena terlalu asik melamun Sasuke baru sadar kalau wanita yang tadi ditatapnya ternyata sudah tidak berada ditempat itu. Ia kemudian tersenyum kecil.

"Apa yang sedang kupikirkan" gumamnya pelan.

Dirinya kembali menenggak cairan alkohol tersebut, dan satu hal yang paling diingatnya adalah bocah itu selalu memanggilnya dengan sebutan,

"Oji-chan?"

Yah, Oji-chan.

Sasuke sedikit tersedak oleh minumannya tatkala mendengar panggilan tersebut, Ia kemudian menatap perempuan bersurai pirang yang kini sedang berdiri tepat dihadapannya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa perempuan bersurai pirang yang baru saja memanggil dirinya Oji-chan tersebut adalah orang yang sama dengan bocah bersurai pirang yang dulu juga hobby memanggilnya dengan sebutan Oji-chan.

"Naruto?"

.

######

.

"Naruto?"

Sasuke refleks bangkit dari duduknya dan kemudian menarik lengan Naruto, dan menyeret perempuan bersurai pirang tersebut keluar dari ruangan itu.

"Oi oi, Oji-chan, kenapa menarikku keluar, dan lepaskan tanganku, itu sakit"

Sasuke langsung menghentikan langkahnya sesaat setelah keduanya berada di luar, tanpa pikir panjang Sasuke menyeret Naruto keluar dari pintu belakang klub malam tersebut.

Naruto refleks mengelus pergelangan tangannya sesaat setelah terlepas dari cengkraman Sasuke.

Sasuke menatap gadis bersurai pirang yang sedang berdiri didepannya, Ia masih tidak percaya apakah gadis yang berdiri didepannya ini adalah bocah kecil yang sama, tidak ada lagi bocah tomboy dengan kulit tan dan pipi chubby, yang ada wajah feminim dengan kulit putih dan bentuk tubuh yang sempurna, bahkan bebapa bagian dari tubuhnya juga membentuk ke ukuran yang bisa dibilang sempurna, tanpa sadar Sasuke meneguk ludahnya sendiri.

"Oi, Oji-chan?"

Lambaian tangan Naruto didepan wajahnya menghentikan lamunannya yang mulai menjurus ke hal-hal yang jorok, ah .. efek alcohol mungkin.

"Jangan panggil Aku Oji-chan" walau bentuk fisiknya banyak berubah, tapi tidak dengan mulutnya.

Delapan tahun tidak berjumpa ternyata telah banyak perubahan pada diri sang bocah pirang, dia teringat terakhir kali bertemu saat bocah itu berumur 8 tahun. Tunggu dulu, ada yang salah ..

"Hey, Naruto, bagaimana bisa Kau berada ditempat seperti ini?" bentak Sasuke seraya sedikit menggoyangkan tubuh Naruto.

"Oji-chan, Kau juga sedang apa disini?" bukannya menjawab, Naruto malah balik bertanya kepada Sasuke.

"Oi, Aku pria dewasa, tidak masalah berada disini, sedangkan Kau bocah berusia 16 tahun bagaimana bisa berada disini, ditambah Kau bekerja disini?"

Naruto sedikit meringis tatkala Sasuke semakin keras mencengkran lengannya.

"Aku akan menelpon Karin, dan meminta nomor handphone ayahmu" tambah Sasuke seraya mengeluarkan smartphone nya dari dalam saku celananya.

"Sasuke-nii, ampun, jangan bilang sama Tou-chan, nanti Aku bisa dibunuh olehnya, Aku hanya bekerja beberapa hari saja disini sampai Aku bisa mengumpulkan uang untuk mengganti peralatan make-up Ino yang aku hilangkan" Naruto sengaja memanggilnya dengan sebutan 'Sasuke-nii' karena Ia tahu, Sasuke akan selalu luluh jika dipanggil dengan sebutan itu.

"Apa Kau bilang? Mengganti peralatan make-up?" Sasuke kemudian melepaskan cengkramannya dari lengan Naruto.

"Hiks, iyah, kemarin Aku tidak sengaja menghilangkan tas make-up milik Ino, dan uang saku ku tidak cukup untuk menggantinya, makanya Aku minta tolong sama Karin Oba-chan untuk mencarikan Aku pekerjaan sambilan" jelas Naruto sembari menangis kecil.

"Dan Karin malah menyuruhmu bekerja ditempat ini?"

Naruto hanya mengangguk kecil.

"Kata Oba-chan disini bisa mendapatkan uang yg banyak dalam waktu singkat, karna Oba-chan kenal sama pemiliknya makanya Aku bisa bekerja disini".

Sasuke mengusap wajahnya frustasi, bagaimana bisa Karin malah menjerumuskan keponakannya, awas saja kalau sampai ketemu, Ia sudah bertekad untuk menceramahi Karin nantinya.

Sasuke kemudian melirik Naruto yang sedang mengusap airmatanya.

"Hey, jawab Aku dengan jujur".

Naruto mengangkat kepalanya, menatap sang bungsu Uchiha tersebut.

"Apa Kau masih perawan Naruto?"

Sontak pertanyaan sang paman muda berhasil membuat seluruh wajahnya memerah sempurna.

"Ten .. tentu saja!"

"Aku tidak percaya" ujar Sasuke seraya memegang dagunya dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Mou, Oji-chan Aku cuma disuruh Terumi-san untuk menemani orang-orang itu minum" ujar Naruto seraya mendorong tubuh Sasuke yang bahkan tidak bergeming sedikit pun.

Fiuhh ..

Sasuke menghela nafasnya lega.

"Berapa harga alat make-up Ino yang Kau hilangkan itu?"

"25.000 yen" jawab Naruto seraya menundukkan wajahnya.

"Apa? 25.000? Bagaimana mungkin bocah SMU seperti kalian sudah memakai alat make-up semahal itu?"

Sasuke hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Naruto hanya menundukkan kepalanya sembari memainkan kedua jari telunjuknya.

"Cepat sana ambil barang-barangmu, Aku akan mengantar mu pulang sekarang" ujar Sasuke seraya menunjuk pintu dengan dagunya.

"Tapi Oji-chan, Aku belum dapat bayaran dari Terumi-san".

"Jangan membantah, dan jangan lagi pernah menginjakkan kakimu disini" bentak Sasuke.

"Tapi uangnya .."

"Aku yang akan menggantinya".

Naruto menatap penuh binar kearah Sasuke.

"Benarkah Oji-chan? Yatta .." ujar Naruto seraya melompat kecil.

"Oji-chan Kau yang terbaik, tapi janji yah jangan ceritakan sama Tou-san dan Ka-san" lanjutnya sembari mengguncang pelan tubuh Sasuke.

"Hn"

"Yatta .." Naruto kembali melompat kegirangan.

"Oji-chan, tunggu yah, Aku akan mengambil tas milikku dan mengganti baju ku"

Tanpa menunggu jawaban Sasuke, Naruto segera berlari kecil masuk kembali kedalam klub malam tersebut. Ah, mantan calon paman nya tersebut memang telah banyak berubah, selain semakin tampan, Ia juga semakin tidak pelit dengan dirinya.

"Berhenti memanggilku Oji-chan!"

.

######

.

Mind to review please ..

TBC or ..?