Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

STAY © Mika Kim

Rate : T

Genre : Family, Romance

Warn : Gender-bender, Female!Naruto, Female!Kyuubi, OOC, garing, typo(s), kesalahan penulisan dan kesalahan lain yang tidak author sadari, makanya kasi tau plis kalo ada kesalahan wkwk XD

DLDR!

Enjoy

Chapter 1 : Tuntutan Profesi

.

.

.

.

.

Siang itu, matahari bersinar cukup cerah. Beberapa orang yang berlalu lalang di trotoar terlihat mengibas-ngibaskan tangan di dekat leher sekedar memberi hawa dingin untuk tubuh mereka. Sama halnya dengan seorang bocah yang kalau diamati, masih berusia sekitar enam tahun dengan wajah datar sedang mengelap peluh yang mengalir dari pelipis putihnya.

Bocah yang memiliki perawakan yang sangat tampan itu terlihat berdiri di depan pagar taman kanak-kanak dengan memegang smartphone keluaran baru dengan wajah kesal. Bola mata hitamnya menatap tajam smartphonenya dengan jempol yang menari-nari di layar ponsel canggih tersebut. Jika ada yang bertanya apa yang sedang dilakukan oleh bocah tampan itu, jawabannya adalah ia sedang berusaha membunuh rasa bosannya dengan melihat-lihat timeline akun instagram miliknya.

Beberapa orang lewat depan bocah itu menampilkan semburat merah di pipi. Entah itu ibu-ibu, tante-tante, mba-mba, bahkan nenek-nenek tidak bisa menyembunyikan rasa gemas mereka.

Wajah si bocah berambut raven itu datar tanpa ekspresi, namun bibirnya yang sesekali mengerucut dan pipi yang digembungkan membuatnya terlihat begitu menggemaskan. Saat salah seorang tante-tante menghampirinya dan berniat mencubit pipi si bocah [kelewat] tampan itu, mengurungkan niatnya hanya karena delikan tajam si bocah.

"Jangan sentuh aku, dasar tante pedo!"

Tante-tante itu seakan mendengar suara hatinya yang retak. Dengan hati yang hancur berkeping-keping, tante pedo pun lari dengan air yang merembes dari dalam matanya. Orang-orang di sekitar bocah itu pun agak menjauh. Kecil-kecil tapi sangat menyeramkan. Mereka bahkan tidak percaya anak ini masih berusia enam tahun.

"Ck, kenapa Papa lama sekali?" gerutu si bocah, nampaknya sudah tidak ada lagi hal menarik di akun Instagramnya. Ia melirik jam tangannya bak seorang bos, jangan lupa ekspresi angkuh si bocah berambut raven itu. "Papa sudah telat tiga puluh menit untuk menjemputku" dengusnya lagi. Ia sampai menghentak-hentakkan kakinya yang terasa pegal. Semua teman-teman dan gurunya sudah pulang. Tinggal ia seorang diri yang masih di PHPin Papanya.

Tak jauh dari bocah itu berdiri dan tanpa ia sadari, ada dua orang mahluk absurd dengan pakaian serba hitam dan topi baseball mengintip di balik pohon. Jangan lupakan kacamata hitam yang membuat mereka terlihat seperti agent di Man In Black, serial Hollywood yang lawan-lawanan sama elien. Seringai nangkring dengan indah di bibir kedua orang itu. Si rambut pirang menoleh kearah si rambut merah dengan seringai semakin melebar.

"Kyuu-nee, target kita kali ini benar-benar high caliber, liat saja ponselnya. Ponsel kita bahkan tidak secanggih itu" ujar si pirang kagum sekaligus iri. Matanya menatap bocah itu tanpa berkedip.

"Kau benar Naru-chan" si rambut merah mengangguk membenarkan. " Sial! Untuk membeli ponsel itu saja, aku harus rela tidak creambath selama tiga bulan, tidak beli kuota dua bulan dan tidak makan apel selama setahun" lanjut si rambut merah gemas. Si pirang menoleh ke si rambut merah. "Kyuu-nee, demi Tuhan kau sangat lebay" cibirnya.

Baiklah, mari kita berkenalan dengan kedua mahluk tidak jelas itu. Si rambut merah adalah si sulung Uzumaki Kyuubi dan yang pirang adalah si bungsu Uzumaki Naruto. Duo Uzumaki ini adalah komplotan penculik anak-anak kaya, yang sudah melakukan tindak kejahatan nista itu selama beberapa tahun terakhir. Mereka adalah penjahat yang cukup profesional dalam menjalankan aksinya, terbukti belum ada korbannya yang berhasil menjebloskan mereka ke penjara. Mereka sangat licin, gesit, waspada, dan cantik -ralat yang terakhir- sehingga kebanyakan korbannya malah senang kalau di culik.

Mereka menculik dengan kasih sayang ala emak-emak, alasannya karena mereka tidak ingin meninggalkan rasa trauma kepada korban, jadi saat penculikan, mereka akan dengan senang hati memanjakan si korban sampai orang tuanya memberi tebusan. Cukup aneh memang, di jaman seperti sekarang ini masih ada penjahat yang peduli akan kondisi psikis si korban, pertanyaannya lalu kenapa mereka melakukan tindak kejahatan ini? Entahlah hanya mereka yang tahu /lol/ XD

Kembali ke si bocah.

Ia masih berdiri dengan wajah super kesal. Pipinya yang digembungkan terlihat memerah. Sedari tadi ia berusaha untuk menghubungi sang Papa tapi tidak ada jawaban. Yang ada di pikirannya saat ini, Papanya sedang asyik godain karyawati-karyawati di kantor gedenya sampai lupa sama anak sendiri. Dalam hati Si bocah mengutuk sang Papa menjadi patung supaya tidak genit lagi. Nista memang.

Saat sedang asyik merungut, ada dua orang aneh mendekati bocah tampan itu. Ia menoleh dengan wajah datar, memperhatikan kedua mahkluk yang entah berspesies apa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Terlihat dahi bocah itu berkerut, entah kenapa ia seperti melihat seorang agen FBI.

"Hai manis, kamu lagi nunggu jemputan ya?" si pirang, Uzumaki Naruto, membuka kacamatanya sambil melontarkan pertanyaan yang disambut dengusan kasar oleh si bocah. Senyum Naruto luntur seketika ketika melihat bocah itu malah memalingkan wajahnya dengan tangan yang dilipat di depan dada, angkuh sekali batin si pirang kesal. "Sabar Naruto, sabar. Untuk target berkualitas tinggi memang perlu kesabaran ekstra. Ingat, ini demi uang jutaan Yen" kode si rambut merah, Uzumaki Kyuubi melalui kedipan mata, Naruto menghela napas lalu mengangguk.

"Hei, kau mau es krim?" tanya Naruto lagi, berharap kali ini bocah angkuh itu mau sedikit meluluhkan hati kerasnya. Mata si bocah mengerling, melihat es krim bermerek 'Dinding' membuatnya ngiler. Bagaimana bisa orang asing ini tahu kalau ia sangat suka dengan es krim campur kepingan biskuit Orio? Dengan malu-malu, bocah itu mengangguk. Hati Naruto bersorak dalam hati. Yes! Langkah pertama berhasil.

"Nah, ini untukmu" Naruto menyodorkan cup es krim yang cukup besar itu ke tangan mungil si bocah. Akhirnya es krim itu pun berpindah tangan. "Hn" guman si bocah sambil senyum tipis hampir tidak terlihat sama sekali. Mata bocah itu menatapnya seperti menatap emak-emak. Naruto sedikit kesal, terlebih Kyuubi sang kakak malah menertawainya. Naruto mendeathglare sang kakak agar berhenti mengoloknya. Ingat, ia masih cantik, bohay, muda, dan kiyut. Dia bukan emak-emak, camkan itu.

"Kau suka?" tanya Naruto sok akrab. Bocah raven itu mengangguk pelan, masih semangat menyuapkan sendok es krim ke mulut kecilnya. Sendok es krim itu terlalu besar hingga membuat beberapa es krim belepotan di sekitar sudut bibir dan dagu bocah itu. Naruto mendengus lalu mengeluarkan sapu tangan dan berjongkok di depan bocah itu untuk menyamakan tinggi badan mereka. Si bocah mengangkat pandangannya, menatap Naruto dengan wajah datar.

"Kau ini, hati-hati makannya. Lihat es krim ini sampai belepotan di mulutmu, tahu" cetus Naruto sambil mengelap bekas es krim di sudut bibir si bocah dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang, ya walaupun itu cuma akting sih.

Tanpa Naruto duga, bocah di hadapannya itu menatapnya dengan mata hitam yang membola. Ia bisa merasakan tubuh bocah itu menegang. Naruto balas menatap bocah itu tepat pada mata bulat si bocah. Naruto harus mengakui bahwa bola mata itu sangat indah, namun yang membuat hati Naruto sedikit mencelos adalah ia seperti melihat luka dalam mata itu. Si bocah memutus kontak mata dengan memalingkan wajahnya. Semburat merah menghiasi pipi gembulnya membuat Naruto menjerit dalam hati. Astaga, demi mendiang ayah dan ibunya, kenapa bocah ini manis sekali? Apalagi sikap Tsunderenya yang bikin gemas, membuat Naruto tampak seperti tante-tante pedo.

Kyuubi yang sedari tadi menyaksikan interaksi kedua mahluk itu hanya tersenyum dalam hati. Adiknya memang ahli dalam merayu anak kecil, tidak salah jika tugas Naruto adalah untuk mencuri hati calon korban sebelum mereka diculik. Kenapa bukan Kyuubi yang melakukannya? Yang ada sang korban malah mati ketakutan sebelum diculik, wajahnya saja seperti monster rubah, hiiii~

"Uhm.." Si bocah berdehem. Ia menggusap sudut bibirnya dengan punggung tangan.

"Oh iya, kamu sedang menunggu jemputan yah?" Naruto berusaha mengakrabkan diri. Si bocah mengangguk. "Lalu mana jemputanmu?" Bocah itu mengangkat bahu ringan, dengan wajah kesal mengingat sudah hampir satu jam sang Papa belum datang. "Kamu tidak bisa pulang sendiri?" tanya Naruto mulai kesal. Bocah itu menggeleng pelan. Sejak tadi bocah ini tidak mengeluarkan suara. Pertanyaan Naruto hanya di balas anggukan, gelengan, delikan, tatapan datar, dan senyum tipis. Ayolah, jangan bilang bocah ini bisu?

"Ehm, siapa namamu?" Naruto masih berusah menghaluskan suaranya. Bocah itu menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak kunjung menjawab Naruto menghela napas kasar. "Apa kau bisu?" tanya Naruto serampangan. Bocah itu melebarkan matanya, raut wajahnya yang datar berubah jadi kesal. Ia merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan tante pirang itu.

"Aku tidak bisu" jawab si bocah singkat dan datar. Naruto menghela napas lega, ia kembali tersenyum "ku kukira kamu bisu, habisnya dari tadi kau diam saja, manis" Apa-apaan itu? Naruto, kau benar-benar terdengar seperti tante pedo, jerit Kyuubi menendang kecil kaki Naruto yang masih berjongkok. Naruto menoleh dan mendelik. Ia kembali menatap si bocah. "Papa melarangku untuk bicara dengan orang asing" ujar si bocah dengan polos tapi benada datar. Naruto mengangguk, sok mengerti padahal hatinya sudah kesal karena Papanya si bocah ini tidak membiarkan anaknya bersosialisasi dengan mudah karena memberikan larangan yang bakal merusak mental sosial anak-anak, pikir si pirang itu dramatis.

"Tidak apa-apa, kakak bukan orang asing kok" rayu Naruto, sok sok mengkiyutkan dirinya dengan memberi panggilan kakak, Kyuubi mendengus sambil memutar bola matanya bosan. "Jadi, siapa namamu?" tanya Naruto lagi dengan senyum cantik. Bocah itu terlihat berpikir, nampaknya mempertimbangkan apakah ia harus memberitahu namanya atau tidak ke tante ini. Tapi kalau Papanya sampai tahu ia bicara dengan orang asing, bisa-bisa jatah kuota perbulannya di kurangi, bagaimana ia bisa eksis di dunia maya? Tapi tante ini sudah memberinya es krim 'dinding seleksion', mungkin tidak ada salahnya ia memberitahukan namanya. Naruto mengernyit melihat si bocah yang nampak uring-uringan dengan pikirannya sendiri, Naruto berniat menegur.

"Hei? Ada apa?"

"Kou."

Ha?

Naruto menganga tidak mengerti? "Kou?" beo si pirang tidak mengerti.

"Namaku Kou" ujar si bocah, bisa melihat garis kebingungan di wajah tante pirang. Naruto mengangguk paham sambil berohria.

Kyuubi memberi kode kepada Naruto, Naruto mengangguk paham. Inilah saat mereka mulai melakukan tahap penculikan. Takutnya nanti jemputan bocah ini keburu datang, jadi mereka tidak ingin mengulur waktu lebih lama.

"Jaa, Kou. Mau ikut kakak ke archade? Kakak akan mentraktir kamu main sepuasnya" bujuk Naruto. Mata Kou terlihat berbinar, sudah lama sekali ia tidak ke archade, tapi bagaimana jika ia pergi dan Papanya datang? Naruto yang memang sudah ahli baca ekspresi, terlihat menyeringai. Ia menepuk pundak kecil Kou dan mulai membujuknya.

"Tidak apa-apa, nanti kita hubungi jemputanmu dan menyuruhnya menjemputmu di archade, oke?"

Tanpa pikir panjang lagi, Kou mengangguk setuju. Kyuubi mengacungkan jempolnya dibalas kedipan manja oleh Naruto. Ketiga manusia itu pun berjalan menuju archade yang ada di pusat distrik pertokoan Konoha.

...

Sementara itu, di sebuah perusahaan yang dibangun tinggi menjulang di pusat kota Konoha, terlihat seorang pria menarik dasinya kasar setelah keluar dari ruangan rapat. Ia lalu berjalan dengan cepat menuju parkiran untuk mengambil mobil mewahnya. "Sial, Kou pasti sudah pulang dua jam yang lalu" gerutu pria itu sambil menghidupkan mesin mobil. Pria itu mengambil ponselnya di saku jas dan mencoba menghubungi sang putra. Namun hasilnya nihil, tidak ada jawaban dari seberang sana. Ia kemudian mencari kontak lain dan menghubunginya. Tidak sampai menunggu lama, panggilan itu sudah dijawab oleh seseorang.

"Moshi-moshi " sapa seorang wanita di seberang line.

"Apa mami menjemput Kou hari ini?" tanya pria itu tanpa basa basi dengan nada gusar, sesekali ia menjambak surai ravennya gemas.

"Apa maksudmu? mami tidak menjemput Kou hari ini. Matte, jangan bilang kau belum menjemput Kou, Sasuke?" Sasuke, nama pria tampan itu, bisa menangkap nada geram wanita lawan bicaranya di seberang line. "Astaga, demi seluruh keluarga Uchiha, Sasuke. Kenapa bisa kau membiarkan anakmu menunggu selama dua jam? Mami tidak mau tahu, bawa pulang cucu Mami, SEKARANG!" sambungan itu terputus menyisakan mata Sasuke yang menatap nanar layar ponselnya. Dia tidak bisa membayangkan wajah Ibunya yang sudah meraung-raung di kediaman Uchiha. Pria itu menghela napas kasar. Setir mobil yang ia pegang digenggam erat.

Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya Sasuke tiba di TK Sukidayo tempat anaknya bersekolah. Sasuke turun dengan buru-buru dari mobil. Mata gelapnya menelusuri sekitaran sekolah untuk menemukan sosok anaknya yang super kece seperti dirinya, namun sangat disayangkan, sama sekali tidak nampak sosok sang anak.

"Astaga, Kou! Kau di mana?" erang Sasuke frustasi. Ia mencoba mendial kembali kontak sang anak, berharap ada jawaban. Namun lagi-lagi ia harus menelan kekecewaannya bulat-bulat. Demi apapun, ia tidak ingin mati muda dan meninggalkan putranya sebagai yatim piatu karena dibunuh oleh maminya sendiri.

Meanwhile in archade...

Kou terlihat sangat menikmati kemenangannya saat mengalah kan Naruto dengan telak ketika bermain lomba memasukan bola ke keranjang [?], Naruto terlihat begitu kecewa, namun ia sama sekali tidak menyesal. Tujuannya adalah membuat anak ini senang, setelah itu, ia akan meminta tebusan ke orang tua Kou, fufufu pikir Naruto nista.

Di sebelah timur archade ada Kyuubi yang sudah hampir menghabiskan boneka yang ada dalam box, pegawai archade sampai ternganga melihat keahlian wanita berambut merah itu dalam menguras boneka. Rupanya Kyuubi sudah mengetahui trik bagaimana bisa mengambil boneka dengan mudah meskipun pengaitnya terasa sedikit lembek[?].

Naruto dan Kou menghampiri Kyuubi yang sudah tertawa seperti orang kesetanan karena berhasil mendapatkan boneka rubah berekor sembilan. Wajah Kou berbinar-binar menatap segepok tumpukan boneka hasil tangkapan Kyuubi.

"Kau mau?" tanya Kyuubi, terdengar seperti lagi malak anak kecil. Dengan wajah datar si Kou mengangguk, malu-malu tapi mau, Kyuubi mencibir. "Ini untukmu semua" ucap Kyuubi sambil menyodorkan tumpukan boneka itu setelah di masukkan ke dalam kantongan besar. Sedangkan boneka rubah berekor sembilan diberikan kepada Naruto. Naruto menjerit senang, sudah lama sekali ia menginginkan boneka itu.

Namun Naruto menyadari tatapan memelas Kou. Ia melepaskan pelukannya ke boneka rubah itu lalu berjongkok di depan Kou. "Ada apa, Kou?" tanya Naruto lembut, Kou memalingkan wajahnya yang memerah. Ini anak, bener-bener Tsundere pikir Naruto. "Nah, ini untukmu" ujar wanita pirang itu tulus, lagi pula sebentar lagi ia akan mendapat uang dari anak ini kan? Jadi tidak apa-apa ia mengikhlaskan boneka yang sudah susah payah Kyuubi dapatkan untuknya.

Kou menerima boneka itu dengan bahagia. Kyuubi menyikut perut Naruto hingga wanita pirang itu meringis. "Kenapa kau berikan boneka itu juga?" bisik Kyuubi gemas. Naruto mendelik lalu mengangkat bahunya ringan. "Tidak masalah Kyuu-nee, sebentar lagi kita bisa mendapat gantinya berlipat-lipat ganda" balas Naruto dengan sorot mata yang sudah berubah jadi hijau karena memikirkan uang. Kyuubi memutar bola matanya bosan. Sepertinya adiknya itu memang lebih mata duitan daripada dirinya.

"Kou, mana ponsel mu?" tanya Naruto tiba-tiba. Kou mendongak lalu mengeluarkan ponselnya dalam tas maskot kodok warna birunya. Ia menyodorkan ponselnya ke Naruto. Naruto mendengus geli, anak ini benar-benar jarang bicara.

"Yang mana kontak ayahmu?" tanyanya sambil mengutak-atik ponsel Kou. "Itu yang namanya Papa Tercinta 3" jawab Kou sukses membuat Naruto dan Kyuubi sweatdrop. Astaganaga, keren-keren tapi alaynya naujubillah. Pasti bapaknya juga sama alaynya dengan si anak, pikir keduanya berjamaah.

"Aku akan menelfonnya untuk menjemputmu" ujar Naruto sambil memberi kode ke Kyuubi. Kyuubi mengangguk paham. Ia lalu mengajak Kou ke salah satu tempat duduk agar sedikit menjauh dari Naruto sambil menenteng dua buah kantongan plastik besar berisi puluhan boneka.

Naruto mulai menghubungi kontak ayah Kou. Wanita pirang itu menempelkan ponsel canggih itu di telinganya. Baru berbunyi 'tut' sekali telfon itu sudah di angkat.

"Kouuuuuu!"

Naruto refleks menjauhkan ponsel itu dari telingannya dan menatap layar ponsel Kou dengan tatapan tidak percaya. Apa-apaan orang itu berteriak-teriak.

"Kou? Kau dimana? Papa mencarimu dari tadi" teriak orang itu lagi, Naruto memutar bola matanya bosan.

"aku bukan Kou" jawab Naruto datar. Akhirnya ia memutuskan untuk angkat bicara sambil meniup-niup kukunya. Ia bisa merasakan hawa tidak mengenakkan dari orang itu.

"Siapa kau? Di mana putraku?" tanya orang itu dengan nada dingin. Naruto sampai merinding. "Jawab, di mana putraku, sialaaaan?" Lagi-lagi Naruto menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Astaga, tidak bisakah orang ini bicara baik-baik? Anaknya baik-baik saja, kenapa ia harus sepanik itu? Pikir Naruto inosen. Entah siapa sebenarnya yang bego-_-

"Dengar, Tuan. Aku hanya akan bicara satu kali, jadi dengarkan baik-baik. Kou sekarang bersama ku. Anggap saja aku menculiknya. Aku minta uang tebusan sebesar seratus juta Yen. Uang tebusan itu anda bawa ke pusat distrik pertokoan konoha dan simpan di tempat sampah berwarna kuning di depan Toko Jemari Sally" ujar Naruto panjang lebar tanpa jeda. Dari seberang line ia bisa mendengar geraman orang itu seperti mendengar singa yang sedang memburu mangsanya.

"Oh, dan jangan lupa Tuan, jika anda ingin tubuh Kou masih utuh, jangan beritahukan hal ini kepada siapapun, apalagi polisi. Kalau anda nekat, saya tidak keberatan dijebloskan ke penjara asal sudah memutilasi anak manis anda"

Oke, Naruto mengucapkan hal itu terdengar seperti seorang psychopath, namun dalam hatinya ia berteriak histeris. Mana mungkin ia membunuh anak kecil? Astaga, salahkan profesinya sebagai penculik anak yang memaksanya mengatakan hal tidak berperikemanusiaan itu.

"Jangan sentuh putraku, sialan!" raung orang itu keras. Jantung Naruto sampai hampir berhenti berdetak karena mendengar teriakan orang itu. Baru kali ini ia menemukan ayah korban yang tidak gentar seperti ini. Naruto memutar otaknya. Ia lalu melihat seorang anak kecil yang menangis terisak, dan langsung mendapatkan ide jahil. Wanita pirang itu berjalan ke arah anak kecil yang menangis itu dan mengarahkan ponsel Kou agar orang di sambungan telfon itu bisa mendengar suara tangisan. Dan benar saja, setelah Naruto kembali menempelkan telfon itu ke telinga, ia bisa mendengar suara panik orang itu.

"Apa yang kau lakukan terhadap putraku?" Orang itu bertanya dengan sangat tidak sabar. "Tidak ada, hanya sedang menyayat telapak kakinya dengan silet" bohong Naruto, jujur saja ia ingin segera mengakhiri telfon itu karena sudah tidak sanggup lagi membuat drama bergenre gore.

"Baiklah, aku akan melakukan yang kau perintahkan. Tapi tolong berhenti menyakiti anakku" pinta pria itu terdengar memohon. Senyum Naruto terkembang. "Oke, tolong sms ke nomor Kou jika uangnya sudah kau masukkan ke tong sampah. Setelah itu, akan ku sms tempat di mana kau bisa menjemput Kou. Waktumu tiga puluh menit"

Tut! Tut!

Sambungan telfon itu diputus secara sepihak oleh Naruto. Wanita itu lalu menghampiri Kou dan Kyuubi. Kyuubi menoleh saat Naruto menghampiri mereka. "Bagaimana?" bisik Kyuubi penasaran karena adiknya itu terlihat sumringah. "Beres" balas Naruto sambil mengacungkan jempolnya. "Kalau begitu, aku akan bersiap di lokasi eksekusi" gumam Kyuubi sok misterius, Naruto mengangguk setuju.

"Kalau begitu, jaga Kou ya. Aku ada urusan, jadi aku pergi duluan" Kyuubi beranjak pergi setelah menepuk puncak kepala raven Kou. Kedua mahluk itupun menatap punggung Kyuubi yang semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu archade.

"Kou, tiga puluh menit lagi Papamu tercintah akan datang untuk menjemputmu, aku sudah bicara dengannya" lapor Naruto kepada bocah tampan itu. Si bocah mengangguk semangat.

"Terima kasih, tante"

Heeee?

Apa-apaan itu?

Naruto merasakan wajahnya memanas saat melihat pipi Kou yang bersemu gara-gara mengucapakan kata terima kasih. "Kou.." lirih Naruto, bocah itu menoleh. Wajahnya masih bersemu merah. "Kenapa kau manis sekaliiiiii?" Naruto langsung memeluk bocah itu sambil menjerit gemas. Kou sampai terbatuk gara-gara dipeluk dengan tiba-tiba dan sangat keras. "Lepaskan aku, tanteeeeee" Kou berusaha melepaskan pelukan Naruto dengan mendorong wanita itu dengan tangan mungilnya.

Pelukan pun terlepas, Kou merungut kesal. Naruto semakin gemas. Keduanya pun saling mencubit satu sama lain, ya meskipun sebenarnya yang usil itu Naruto sih.

...

Sasuke memukul stir mobilnya keras. Hari ini mungkin adalah hari terburuk sepanjang dua puluh tujuh tahun sejarah hidupnya, yaitu mendengar kabar bahwa anaknya diculik. Ibunya benar-benar akan membunuhnya jika sampai ia tahu akan hal ini.

"Sial! Sial! Sial! Kouuuu, bertahanlah nak" gumam Sasuke. Ia pun menancap gas menuju pusat distrik pertokoan konoha. Tidak berselang lama, ia pun sampai di depan toko Jemari Sally.

Ia membawa sebuah kantongan plastik warna hitam dan mencari tempat sampah warna kuning. Ia pun memasukan kantongan itu tanpa ragu. Persetan deng uang seratus juta yen, keselamatan anaknya jauh lebih penting daripada uang. Lagi pula, dalam sepuluh hari kedepan uang itu pasti akan kembali berlipat ganda. Well, Sasuke dan kekayaannya yang melimpah.

Setelah itu ia kemudian mengirim pesan ke Kou bahwa ia sudah melakukannya sesuai intruksi.

Naruto yang sedang bersenda gurau dengan Kou merasakan ponsel Kou bergetar. Ia kemudian membuka pesan itu dan tersenyum bahagia. Dengan lihai ia mengetik pesan di ponselnya sendiri dan mengirimnya ke Kyuubi. Setelah itu, Naruto pun memberi tahukan lokasi keberadaan Kou.

Sasuke membuka ponselnya dengan tidak sabar. "Ha? Di archade?" Sasuke menjerit bingung. Mana ada penculik membawa korban ke archade? Ah persetan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu. Ia harus segera menjemput putranya. "tunggu Papa Kou!" Sasuke langsung masuk ke mobilnya dan menancap gas ke archade.

Naruto menyerahkan ponsel yang ia pegang ke pemiliknya. Kou menerimanya dengan tatapan bingung.

"Kou, kakak harus pulang karna ada urusan, Papamu sudah di jalan akan ke sini menjemputmu. Tidak apa-apa kan aku tinggal kamu sendiri?"

Dengan tidak ikhlas Kou mengangguk. Naruto bisa menangkap rasa tidak rela dari mata bocah enam tahun itu. Naruto mengusap kepala raven Kou.

"Kalau kita berjodoh, kita pasti akan bertemu lagi" ujar wanita pirang itu sok berpantun. Kou mengangguk lemah lagi.

Naruto pun beranjak pergi meninggalkan Kou yang masih terduduk di bangku. Ia menoleh sekali lagi saat jarak mereka sudah sangat berjauhan. Entah kenapa dada Naruto sesak saat meninggalkan bocah itu. Terlebih saat melihat sorot luka di mata Kou. Wanita itu pun keluar dari archade dengan mata yang sedikit memanas, jujur saja ia suka berada di dekat anak itu. Tapi profesinya tidak mengijinkannya untuk memiliki hubungan yang lebih dengan korban. Hanya sebatas penculik dan korban, tidak lebih.

Naruto yang jalan sambil memperbaiki topi baseballnya tidak sengaja menabrak seseorang.

"Cih! Bisa kah kau berjalan dengan benar?" semprot orang itu garang. Naruto menganga lebar. Bisa-bisanya orang itu berteriak kearahnya "Hei! Kau yang menabrakku tuan!" balas Naruto tak mau kalah. Safir dan Oniks keduanya bertemu, saling menatap sengit. "Dasar idiot!" ejek si pemilik oniks lalu melenggang buru-buru masuk ke dalam archade. Naruto yang tidak terima di katai Idiot berteriak seperti orang kesetanan. "BRENGSEK! Dasar muka tembok, TEME!" Napasnya sampai tidak beraturan saking emosinya. Wajah orang itu tidak asing, namun ia tidak bisa mengingat wajah itu. Ia kemudian berjalan meninggalkan archade dengan kaki yang terhentak-hentak seraya terus mengumpat dan menyumpahi orang tak tau diuntung itu.

Sasuke samar-samar mendengar gadis yang di tabraknya mengeluarkan sumpah serapah di luar sana. Meskipun ia sadar bahwa dirinyalah yang menabrak gadis itu, tapi ia terlalu buru-buru untuk meminta maaf. Atau bisa dibilang, ia terlalu gengsi.

Perhatiannya kemudian tertuju kepada sosok anak kecil yang duduk sambil menguap di sudut ruangan archade itu. Mata hitamnya melebar dan berlari mendekati sang putra.

"Kousukeeeee!" Sasuke berteriak pelan. Sang anak yang dari tadi menunduk melihat sepatunya mendongak saat mendengar suara yang ia kenali. "Papaaaa" balasnya. Kou melompat turun dari bangku dan berlari menghambur pelukan ke papanya. Sasuke langsung memeluk putra semata wayangnya itu. Ia memeriksa setiap inci tubuh sang anak untuk memastikan luka apa saja yang sudah penculik itu ciptakan di tubuh anaknya. Kou menatap bingung sang papa.

"Kou buka sepatumu, mana telapak kakimu yang di iris silet?" desak Sasuke sambil menarik-narik sepatu anaknya. Kou mendengus.

"Apa yang papa lakukan?" tanya bocah itu dengan wajah datar. Sasuke mendongak, menatap wajah anaknya bingung. Well, Sasuke tidak tahu mental anaknya sekuat ini. Sudah mengalami penculikan tapi masih terlihat sangat tenang. Uh, itu baru anak Sasuke.

"Kau baru saja diculik, Kou!"

Hening

Mulut Kou menganga dengan sangat OOC. Kenapa tiba-tiba Papa berubah jadi king of drama? Sejak kapan ia diculik?

"Papa, aku sedang bermain di sini. Kapan aku di culik?" tanya Kou bingung. Sasuke sama bingungnya. "Kau main di sini sendirian?" Mata Sasuke menatap anaknya dengan tatapan menyelidik. Si anak menggeleng. "Aku bersama dua tante-tante baik. Dia memberikan ku ini. Lucu kan, Pah?" Kou menunjukkan boneka rubah ekor sembilannya kepada sang Papa. Sasuke memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit. Ia sedikit tidak mengerti. Penculikan macam apa ini? Sial. Berarti ini penculikan sekaligus penipuan, rutuknya dalam hati.

Sasuke menghela napas, setidaknya anaknya baik-baik saja. Dalam hati ia berjanji akan mencari tahu siapa dua tante-tante yang sudah menculik anaknya itu.

"Ayo pulang, Kou. Kau pasti lapar kan?" tanya Sasuke sambil menggandeng tangan sang anak. Kou menggeleng. "Aku sudah makan, tante-tante itu mentraktirku tadi" balas Kou. Sasuke semakin tidak dibuat ternganga dengan tidak elitnya atas apa yang sudah anaknya alami. Sepertinya sekarang otak jeniusnya benar-benar tidak bisa ia fungsikan dengan baik.

"Papaaaa!" teriak Kou tiba-tiba menghentikan langkah sang ayah. Sasuke menoleh dan menaikan alisnya. "Papa, boneka pemberian tante-tante itu ketinggalan" tunjuk Kou ke dua kantongan plastik besar berisi boneka. Sasuke sweatdrop. Apa-apaan itu? Sasuke pun kembali untuk mengambil kantongan itu dengan tidak rela dan kembali berjalan bersama Kou.

Demi arwah kakek Madara, siapapun yang baru saja menipunya, Sasuke kutuk semoga mendapat suaminya yang brengsek.

...

Naruto dan Kyuubi bersin secara bersamaan. Kedua wanita itu saling berpandangan. "Aku merinding, Naruto" gumam Kyuubi. "Aku juga" balas Naruto.

Kedua wanita yang tengah menhitung uang di apartemennya itu mendadak memiliki firasat buruk. Tapi secepat kodok lompat dari satu daun teratai ke daun teratai lainnya, kedua wanita itu kembali sibuk menghitung helaian uang yang baru saja mereka dapatkan, mengabaikan firasat buruk yang baru saja kedua penculik kelas mujaer itu rasakan.

Mereka tak pernah tahu bahwa menculik Kou adalah awal dari kehidupan penuh drama yang akan mereka alami.

.

.

.

.

.

.

Mau END atau TBC?

Wkwkwk

Thanks yang udah baca ff gajelas ini~