KRIS X SUHO (GS)

.

NEWLY WED

(AMSTERDAM 1)

.

AUTHOR SIDE

.

.

.

Pintu kamar mandi terbuka oleh dorongan tangan Suho. Memberikan sebuah pandangan yang menyegarkan dari si cantik dengan balutan baju mandi pada tubuhnya. Rambut sebahunya yang basah, leher jenjang putih itu masih terlihat lembab. Suho melemaskan otot lehernya, memijit tengkuk sambil berjalan mendekati koper. Wadah tempat penyimpanan pakaian sementara itu masih tertutup rapat di tengah kamar. Sempat melirik sebentar pada Yifan yang masih bergelung memeluk gulingnya. Selimut tak lagi menutupi tubuh menjulang suaminya itu.

Suho mengambil tas tangannya di atas meja kecil dekat televisi, mengeluarkan sebuah dompet kecil yang berisi kunci. Suho mendudukan diri di hadapan kopernya, membuka kunci dan menekan dua sisi sampingnya untuk terbuka. Suho bersenandung kecil sambil mencari pakaiannya.

"Tidak buruk.." komentar Suho melihat pakaian yang dipilih seketaris Yifan.

Dahi si cantik berkerut. Tangannya semakin dalam mencari di lipatan rapi pakaian itu. Kepalanya miring dan mata itu terpejam. Bahunya terkulai dan mulut itu terbuka kecil. Suho mendecak dan beranjak dari duduknya. Kakinya melangkah mendekati ranjang. Duduk di tepi ranjang bagian Yifan.

"Hubby.." Suho menusuk pipi Yifan dengan jarinya. Bibir kecil itu sudah tercebik kesal.

Suho memeluk leher Yifan dan bersandar di dada suaminya.

"Hubby bangun.." bisiknya di ceruk leher Yifan.

Tubuh si kecil terengkuh dan berguling ke samping. Yifan masih dengan mata terpejam sudah mendekap Suho dalam pelukannya. "Jam berapa sekarang..?" suara serak itu terdengar.

"Pukul 6 pagi.."

"Dan kau sudah mandi..?" Yifan mengendus di rambut lembab Suho.

"Hubby.." Suho memaksa wajah Yifan berhadapan dengannya. "Buka matamu.."

"Aku masih tidur.."

Suho yang kesal menarik kelopak mata Yifan.

Sekilas wajah cemberut istri cantiknya terlihat oleh Yifan. Kedua tubuh itu semakin merapat dan Yifan membuka matanya. "Kenapa..?" Yifan bertanya dengan lembut.

"Sekretarismu itu bodoh atau kau yang tidak berpikir panjang.."

Yifan menghela napas. "Kau baru mandi dan belum sarapan. Kenapa sudah mencecarku..?"

Suho melepas diri dari Yifan. Membawa tubuhnya duduk dihadapan Yifan. Ikatan jubah mandinya mengendur, bagian lengannya tertarik ke bawah. Bahu dan sebagain dada kanan Suho terlihat.

Yifan ikut mendudukan diri. Mengulurkan tangannya untuk merapikan letak jubah mandi Suho. "Kenapa..?"

Suho turun dan menarik tangan Yifan.

"Ya Tuhan Bunny. Ini masih terlalu pagi untuk beranjak dari ranjang di saat bulan madu.."

Suho tidak megacuhkan. Dia masih menyeret Yifan pada tumpukan baju yang beratakan.

"Kau apakan isi kopermu..?" Yifan menunduk menatap Suho.

Suho berjalan mengitari kopernya "Lihat.." Suho menujuk. Seperti sudah kesal dan malas hanya untuk berbicara.

"Aku melihatnya.."

"Hubby..!" Suho merengek.

"Kenapa lagi, sayang..?" dahi Yifan mengerut tanda tak mengerti.

"Sekretaris bodohmu itu hanya memasukkan pakainku saja..!"

"Iya.. Aku menyuruhnya hanya untuk memasukan pakaianmu. Aku sudah merapikan koperku sendiri.."

Suho kembali ke sisi Yifan. Memeluk tubuh menjulang itu dari samping. "Dia tidak memasukkan pakaian dalamku sama sekali.."

"Lalu..?" Yifan masih setengah sadar.

Suho meledak pagi ini. "SEKRETARIS PRIAMU ITU TIDAK MEMASUKKAN BRA DAN CELANA DALAMKU. LALU APA YANG HARUS KU PAKAI SEBAGAI DALAMAN..?"

Yifan memproses teriakan itu. Seketika matanya membulat dan bersimpuh di depan koper Suho. Mencari keberadaan pakaian dalam istrinya.

Suho hanya menggerutu kesal. Rambut lembabnya sudah tak beraturan menutupi wajah cantiknya.

"Tidak ada satupun.." Yifan coba mengkonsfirmasi menoleh pada sang istri.

Suho menggeleng.

"Dia bodoh.." gerutu Yifan memilih mendudukan diri di atas karpet hangat itu.

"KAU YANG BODOH MENYURUH SEKRETARIS PRIAMU MENGEMAS PAKIANKU...!"

Yifan hanya terkulai lemas mendapat amukan sang istri di hari dan pagi pertama bulan madu mereka.

.

.

.

Yifan menggeliat dalam tidurnya. Matanya terbuka perlahan dengan hembusan napas kasar sembari mendudukan diri. Rambutnya yang panjang menutupi sebagian dahinya. Yifan menyisir ke atas rambutnya. Lelah yang dia rasakan ini sama saja saat harus lembur kerja di akhir bulan. Ini pertama kalinya Yifan menemani Suho berbelanja. Sebelumnya, Yifan hanya akan menanti sabar di suatu tempat. Lagi pula Suho tidak suka jika acara belanjanya terganggu oleh rengekan Yifan.

Tidak menemukan Suho ketika membuka mata bukanlah suatu hal baru bagi Yifan. Puluhan tahun hidupnya tak ada Suho yang berada di atas ranjangnya. Lima bulan umur pernikahan Yifan dengan Suho, pria itu terbiasa ditinggal istrinya saat terbangun. Tapi, untuk saat ini Yifan tak akan mentolerirnya. Ini bulan madu mereka dan tak ada Suho dalam pelukannya saat dia membuka mata. Tidakkah nyonya Wu itu keterlaluan pada suaminya.

Yifan dapat menyadarkan dirinya lebih cepat dari yang pernah dia duga. Menajmakan pendengaran karena masih terlalu malas untuk beranjak dari tempat tidur.

"Bunny.." panggilnya.

Yifan menunggu sahutan dari istri cantiknya. Tak ada hingga beberapa detik Yifan menunggu. Yifan merangkak ke ujung ranjang, menurunkan kakinya yang menapak sempurna pada lantai.

"Sayang.." seruan kedua dari Yifan dengan suara seraknya.

Yifan melempar tubuhnya kebelakang. Reaksi pantulan terhadap per kasur yang Yifan terima. Yifan berguling lagi di atas ranjang, mencari ponselnya di nakas. Ada kertas kuning dengan tanda bibir di sana. Yifan menarik kertas yang berada di bawah ponselnya.

"Hubby, maaf meninggalkanmu. Aku membutuhkan beberapa barang diluar. I Love You.."

Yifan diam sesaat sebelum melompat dari tidurnya. Mendudukan diri dan bersandar pada kepala ranjang. Yifan mendial nomor istrinya namun panggilan dialihkan.

"Siap yang sedang mengubunginya hingga panggilanku dialihkan.." Yifan menjadi terlalu banyak bicara semenjak tak lajang lagi.

Selesai dengan ocehan tak bergunanya, Yifan kembali mendial nomor Suho. Dan itu semua gagal ketika sang istri lah yang memanggil lebih dulu.

"Bunny..!" Yifan hampir memekik terlalu gemas dengan tingkah istrinya.

"..."

Yifan membeku, melihat kembali nama pemanggil ponselnya. Ini nomor Wu Junmyeon, istrinya. "Who..? Where's my wife..?"

"..."

Yifan mengerutkan dahinya."Police stasion..?"

"..."

Ekspresi dingin Yifan perlihatkan. Giginya beradu dan matanya terpejam. "I'll be there in few minutes.."

"..."

Yifan dengan cepat mengganti pakaiannya setelah panggilan berakhir. Yifan seperti dikejar oleh sesuatu saat berlarian di koridor. Yifan menunggu dengan tubuh mengaku pintu eleveator terbuka. Yifan hanya menatap lurus ke depan. Dia bahkan tak sadar menyebarkan aura ketegangan di dalam elevator. Tiba di lantai dasar, Yifan berlari keluar. Yifan mempergunakan dengan baik tungkainya untuk berlari.

Yifan berhenti berlari ketika sebuah mobil meneriakinya.

"Sorry..!"

Setelah menyeberang dan melihat pos polisi beberapa meter di hadapannya. Yifan berhenti berlari, langkahnya melambat untuk berjalan. Yifan meneguk ludahnya seolah menekan emosinya. Yifan tiba di depan pos polisi, menyisir asal rambutnya ke atas sebelum masuk ke dalam.

"Hubby.."

Yifan tidak langsung menoleh mendengar panggilan familiar itu. Yifan justru memejamkan matanya sesaat. Jarinya yang tergenggam erat memutih. Yifan membuka mata dan menoleh hanya untuk melempar senyum pada sang istri.

"Mr. Yifan Wu..?"

Yifan mengangguk dan membalas uluran tangan polisi yang menyapanya.

"Take a sit, please.."

Yifan seperti orang bingung sebelum mendudukan diri. "What's happend..?"

Yifan mendengarkan penjelasan polisi dengan seksama. Yifan hanya mengangguk dan sesekali mengigit bibir bawahnya. Wajah tampan itu terlihat frustasi. Yifan hanya megangguk dan memberikan senyum begitu tipis ketika penjelasan berakhir. Yifan sempat memicing tak suka ketika dia harus diingatkan untuk menjaga istrinya. Sumpah serapah hingga tangan yang gatal hampir bersarang di wajah polisi itu, jika bukan karena sentuhan lembut Suho yang menyapa lengannya.

Yifan menoleh, menarik tangan Suho dalam genggamannya dan keluar dari kantor polisi. Suho selangkah dibelakang Yifan. Menurut pada tarikan lembut langkah Yifan yang terburu-buru. Setiap gerakan tangan Yifan yang semakin mengerat atau bahkan seolah ini melepas genggaman itu, Suho mengerti apa yang terjadi pada suaminya. Suho mengambil langkah mengimbangi Yifan. Memeluk lengan suaminya erat dengan kedua tangannya.

Yifan berhenti melangkah, menarik wanitanya dalam sebuah pelukan. Yifan mengusap kaku pada puncak kepala, enggan untuk menyentuh istrinya lebih. Yifan menjauhkan kepala Suho dari dadanya. Bibir tebalnya sedikit tertekuk kebawah melihat wajah basah Suho. Yifan tidak memandang mata kesuakannya itu. Yifan menghapus jejak air mata Suho, merapikan helai rambut yang terjatuh di deapn wajah sang istri.

"Sorry..."

Yifan hanya mengangguk dengan pejaman mata. Tangannya menekan tubuh mungil sang istri semakin tenggelam dalam pelukannya. Yifan masih tak bersuara dan bergerak kaku. Ini belum musim dingin, tapi cuaca yang menyorot dua insannya ini lebih dingin dari kutub utara.

.

.

Suho masih menunggu sesuatu keluar dari mulut Yifan. Wanita itu duduk di tepi ranjang dengan wajah tertunduk. Suho hanya menggunakan pendengarannya mengetahui bahwa dia masih satu ruangan dengan Yifan. Sampai sebuah langkah terdengar setelah 10 menit berlalu. Suho mendongak, dia siap jika memang Yifan akan membentaknya.

Tapi yang Suho dapatkan hanya kebisuan dari Yifan. Bahkan tidak ada senyum lagi di wajah Yifan untuknya. Haruskan Suho memulai lebih dulu.?

"Hubby.."

Yifan hanya membeku di sana. Tidak ada sahutan atau pergerakan apapun.

"Kau.. ingin pergi..?" Suho terlalu pelan menyampaikan pertanyaannya.

Yifan tidak merespon apapun. Tubuhnya masih membelakangi Suho.

"Kau membutuhkan sesuatu..?" Suho beranjak dari duduknya. Suho masih bermonolog tanpa jawaban. "Kau marah padaku..?" Suho menanyakan sasuatu yang membuat kembali air mata itu berlinang.

Yifan mengulum bibirnya. Masih terlihat kelu hanya untuk terbuka. Mata itu terpejam saat mendengar isakan kecil dibelakang punggungnya.

"Aku sudah meminta maaf. Kumohon katakan sesuatu.." Suho menarik ujung atasan Yifan.

Yifan menggerakkan tubuhnya agar pegangan Suho terlepas.

Suho menatap tak percaya tingkah suaminya. Semarah itukah Yifan padanya..? "Hei tuan Wu..!" Suho mulai menemukan puncak emosinya.

Yifan masih tetap pada posisinya tanpa gerakan sedikitpun.

Suho merasa tersinggung dengan tingkah Yifan. Wanita itu mengambil langkah lebar ke belakang, menarik salah satu bantal dan melempar tepat di belakang kepala Yifan. "KATAKAN SESUATU..!"

Sukses! Suho Sukses untuk membalik tubuh suaminya dengan wajah yang sudah memerah.

Suho mendekat lagi dan menunjuk tepat di depan muka Yifan. "Aku sudah meminta maaf padamu. Hargai aku yang merasa bersalah. Kau bertingkah seperti wanita..!"

Yifan mencengkram tangan Suho hingga wanita itu memekik.

"SAKIT..!" Suho menghentak tangannya dari cengkraman Yifan.

"Itu yang akan terjadi jika kau melakukan hal lebih.."

Suho menatap mata Yifan. Kembali menangis dalam tatapan Yifan yang menusuk. Tidak ada lagi tatapan mendamba atau memuja. Ini bukan Yifannya. "Aku sudah meminta maaf. Kau tak perlu berlebihan. Aku baik-baik saja.." ketika satu tetes air mata itu jatuh, Suho langsung berbalik.

"Kau baik-baik saja..?"

Suho bergumam sebagai jawaban.

"Kau baik-baik saja hampir dilecehkan oleh pemabuk itu..? Kau suka..?"

Suho berbalik dengan wajah yang amat tersakiti. "Itu pertanyaanmu.? ITU PERTANYAANMU WU YIFAN..?"

"Ya. Kau baik-baik saja. Aku yang tak baik-baik saja. Aku suami yang bodoh menghkawtirkanmu berlebihan. Aku. Hanya aku..!"

Suho tertawa dengan air mata yang berlomba-lomba jatuh dari matanya. "Pernyataanmu seakan menyimpulkan jika aku seperti jalang yang diperjual belikan di Red Light. Apa..? apa karena kau sudah puas memakaiku..?"

"Tutup mulutmu.." keras Yifan.

"KAU YANG HARUS MENUTUP MULUTMU, BAJINGAN..!"

Yifan detik itu langsung berjalan ke pintu kamar. Keluar dan menutup pintu dengan bantingan. Meninggalkan Suho dalam tangis pilu yang menyakitkan.

.

.

Pukul 3 dini hari Yifan baru kembali. Suho sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu. Yifan melangkah perlahan mendekati ranjang. Wajah Suho terlihat sendu dari lampu nakas yang menyorot. Yifan memberi jarak dirinya dan Suho beberapa meter. Hanya memandang lekat wajah sembab istrinya. Mata itu membengkak, wajahnya memerah, napasnya tersenggal. Yifan menghela napasnya.

Ini malam kedua bulan madu mereka, dan ini tak pernah ada dibayangan Yifan.

Yifan mendekat perlahan. Langkah pelan agar tak membuat tidur sang ratu terganggu. Yifan mengambil tempat di depan wajah Suho. Meredupkan cahaya lampu yang menerpa wajah sang istri. Kepalanya miring agar mendapatkan visual sempurna dari wajah cantik Suho. Tangan Yifan terangkat untuk menyelipkan rambut yang lembab itu dibalik telinga Suho.

Yifan mengusap pipi Suho, merasakan air mata yang mengering di sana.

"Maafkan aku.." Yifan meneteskan satu air mata malam ini. Yifan mengecup dahi Suho lama. "Maafkan aku.."

Yifan merebahkan kepalanya di sana. Tangannya masih tanpa henti mengusap wajah Suho hingga kantuk datang. Mata itu tertutup pelan dan Yifan tidur dalam penyesalannya.

Suasana kamar terlampau hening saat ini. Detik jam terus berdetak sebagai latar belakang malam pilu pasangan suami istri ini. Ketika jam menunjukkan pukul 4 dini hari, mata sembab Suho terbuka. Bibirnya mengeluarkan lenguhan kecil. Matanya mendapatkan pandangan kabur, kelopak matanya terlalu sulit dibuka sempurna. Suho menoleh ke kiri ketika merasakan bebean pada wajahnya. Menemukan kepala suaminya yang tertidur.

Suho mengambil tangan yang dua kali lebih besar dari miliknya itu. Mengecupnya sayang di atas punggung tangan Yifan. Suho mengenggam tangan Yifan, mengangkat tubuhnya untuk mengecup puncak kepala sang suami.

"Aku mencintaimu.." bisiknya.

Suho dengan tangan satunya mengusap pipi Yifan. "Hubby.." panggilnya.

Yifan tak bereaksi.

"Hubby.." Suho mencoba lagi "Sayang.. hei.. bangunlah, pindah tidur disampingku.."

Yifan melenguh tanpa membuka mata.

"Hubby.."

Yifan mengerang dan membuka matanya. Menarik napas kasar dan mengakangkat kepalanya. Mata kantuknya menyipit melihat senyum terbaik sang istri. "Bunny.."

Suho bergumam, dirapikannya rambut Yifan. "Tidurlah di sini.." Suho menepuk sisi kanan nya yang kosong.

Yifan tersenyum tipis dan mendudukan diri di tepi ranjang Suho. "Kau sudah lebih baik..?"

Suho menunduk. "Ya. Maafkan aku.."

Yifan melebarkan senyumnya, menarik tubuh mungil itu dalam pelukannya. Menguhujami puncak kepala Suho dengan ciuman. Lengan kurus Suho juga sudah melingkar erat di pinggang Yifan.

"Maafkan aku yang terbawa emosi hingga berkata seperti itu. Aku hanya terlalu mengkhawatirkanmu. Maafkan aku.."

"Maaf melemparmu dengan bantal. Maaf untuk berteriak padamu. Maaf mengataimu buruk.."

Keduanya sibuk mengungkap maaf tanpa bertatapan. "Kau melewatkan satu kesalahamu.."

"Apa..?"

"Kau menunjukku.."

Suho terkekeh. "Maaf untuk semuanya, Hubby.."

"Maaf juga dariku, Bunny.."

Bersyukurlah pada perut Yifan yang berbunyi di tengah suasana romantis itu. Suho melepas pelukannya. "Kau belum makan..? jam berapa kau kembali..? ke mana saja..?"

Istri Yifan telah kembali. "Aku lapar.."

"Aku juga tau kau lapar.." Suho turun dari ranjang, mengambil sebuah jepitan dan menarik kebelakang rambut depannya. "Aku memesan makanan tadi. Aku akan memanaskannya dulu.."

"Bangunkan aku setelah siap.." Yifan merebahkan dirinya di ranjang.

"Yifan, ini sudah jam 4 pagi.."

"Lalu apa masalahnya..? aku baru kembali satu jam yang lalu. Biarkan aku tidur beberapa menit.." oceh Yifan malas.

"Dari mana saja baru kembali..?" Suho masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh muka. Rasa kantuknya hilang.

Yifan diam tak menjawab. Percuma saja, istrinya sedang di dalam kamar mandi.

"Yifan jawab.."

"Aku berjalan-jalan di red light.."

"Apa yang kau lakukan di sana..?" ada nada tak suka dalam pertanyaan Suho. Wanita itu mengambil makanan yang diletakkannya di kulkas dan memanaskknya dalam microwave.

"Melihat-lihat saja.."

"Tidak puaskah kau melihat milikku..?" omel Suho.

"Hanya mencari yang baru. Sayang jika kau terus bertanya kapan aku tidur..?!" erang Yifan meronta di atas ranjang.

"Salahmu masih menjawabku.." Suho menyalakan televisi.

"Ya Tuhan.! Bunny aku mencoba tidur dan kau menyalakan televisi..?"

"Apa masalahmu..? kau tidur saja.."

"Kau masalahku.." Yifan dibuat seperti cacing kepanasan oleh Suho.

"Aku tak peduli.."

Mereka kembali pada perdebatan penuh cinta.

"Yifan.." seru Suho.

"Apa..?"

"Kenapa masih menyahut. Kau bilang ingin tidur..?"

Yifan mendudukan dirinya dan berjalan mendekati Suho. Merebahkan kepalanya pada pangkuan Suho. Secara otomatis tangan Suho menyisir rambut Yifan. "Biarkan seperti ini sesaat.."

"Makananmu akan panas dalam beberapa detik lagi.." Suho mengecup bibir Suho.

Mata keduanya bertemu pandang. Suho tersenyum dan Yifan cemberut. Dia tak bisa tidur jika seperti ini.

"Aku mau tidur.."

"Tapi kau lapar.." Suho menyentuhkan ujung hidung mereka.

"Aku mengantuk.."

"Makan Hubby.."

Yifan mengadu dahi mereka.

"SAKIT..!" pekik Suho dan Yifan kembali duduk.

"Kau marah padaku, kan..? kau kesal padaku, kan..? kau sedang menyiksaku, kan..?"

"Mulutmu lebih parah dariku semenjak menikah.." Suho beranjak dan mengambil makanan Yifan.

Yifan mengambil remote dan menukar chanelnya.

"Kenapa menukarnya..? aku sedang menonton.."

Yifan mendelik tak suka. "Lalu biarkan aku tidur jika tak ingin diganggu.." Yifan tetap megganti chanel sesuai keinginannya.

Suho menletakan makanan di depan meja dan menghempas diri di samping Yifan. Merebut remote dan mengganti chanel sebelumnya. Yifan tak ingin mendebat, Suho benar. Dia lapar tapi dia sangat mengantuk. Yifan memakan dengan lahap sarapannya. Ini terlalu pagi untuk melakukan sarapan.

"Kau tak ingin menawarkan istrimu..?"

Yifan mengigit daging di mulutnya, menoleh kepada sang istri dan menarik tengkuk itu cepat. Memasukan potongan daging itu kedalam mulut istrinya. Ini namanya sekali dayung dua pulau terlewati. Suho meremas pelan bahu Yifan.

"Biarkan aku mengunyahnya dulu. Jangan menciumku.." Suho mendorong wajah Yifan kembali fokus pada makannya.

Yifan kembali hanyut dalam makanannya. Dia seperti beruang kelaparan.

"Hubby.." Suho menyandarkan dagunya dipundak Yifan.

"Kau mau lagi..?"

Suho menggeleng dan memberikan kecupan di cuping telinga Yifan. "Kau masih mengantuk..?"

Yifan menoleh dan mengecup bibir Suho. "Sepertinya tidak. Kau menginginkan sesuatu..? ah, rencana hari ini apa..?"

Suho mengembangkan senyum. "Tunggu di sini.." Suho mengilang dibalik punggung Yifan.

Yifan ingin bertanya tapi terlalu malas. Yifan kembali dengan makanannya. Dia akan kembali ke hotel ini jika ada keperluan di Amsterdam. Makanannya masih bisa menyatu dengan lidah Yifan.

Yifan menunggu hampir lima belas menit, tapi kelinci kesayangannya itu belum juga menampakan diri. "Bunny, terjadi sesuatu..?" tanya Yifan yang sudah menghabiskan seluruh makannya. Yifan menoleh ke belakang dan masih kosong tanpa keberadaan istrinya.

Yifan beranjak ingin menyusul istrinya di kamar mandi. Tiga langkah mendekat Yifan berhenti ketika pintu kamar mandi terbuka. Ini menyeramkan, bukan karena pintunya yang terbuka sendiri, tentu saja Suho pelakunya. Tapi apa yang Yifan lihat sekarang menyeramkan. Yifan takut jika dia kembali hilang kendali melihat ini. Jika semalam Suho dengan mudah membuatnya mencapai puncak emosi. Kini Suho kembali sukses untuk membuat Yifan mencapai puncak birahi.

"Hubby.." Suho mengusap lehernya yang terlihat begitu sangat menggoda sekarang.

Yifan ingin menyumpahi siapapun yang membuat lingerie ini. Tuhan, bahkan Suho lebih terlihat seksi dibanding model pakaian dalam wanita lainnya. Ingatkan Yifan untuk menjadikan ini konsumsi pribadinya.

"Hubby, apa aku terlihat buruk..?" Suho mendekat.

Yifan mengumpat dalam hatinya, terlihat dari ujung lidahnya yang terulur. "Manusia buta juga bisa melihat betapa mengagumkannya dirimu.."

Suho dibuat tercengang. "Hah..?" seru si wanita.

Yifan menggeleng dan memilih duduk di tepi ranjang.

Suho sudah berada tepat di depan mata Yifan. Sangat dekat dan wanita itu memeluk leher Yifan. Membuat jarak antara wajah dan payudaranya menjadi lebih dekat. "Kau kenapa..?" Suho menyisir rambut Yifan, membuat pria itu mendongak.

"Kapan ini ada..?"

Suho mendorong tubuh Yifan sedikit ke belakang. Mengambil posisi untuk jatuh dipangkuan suaminya. Kini wajah keduanya sejajar. "Sebelum kantor polisi. Aku mencari beberapa barang.."

Yifan menahan tubuh Suho dengan satu tangannya. "Kau mencarinya sendiri..?"

"Itu memalukan jika mencarinya bersamamu. Di belakangmu, ada tas belanjaannya.."

Yifan memutar bola matanya. "Memalukan mencarinya denganku..? lalu di mana malumu ketika memakainya di depanku..?"

"Kau tak suka..?!" Suho meninggi.

"Bunny..! Suami mana yang tak suka melihat istrinya setengah telanjang seperti ini..?"

Suho terkikik mendengar histeria Yifan. Tubuhnya merunduk untuk mengecup rahang Yifan. "Tolong ambilkan tas belanjaan di belakang punggungmu.."

Yifan merebahkan diri dan menarik tas itu, kembali duduk masih dengan Suho di atas tubuhnya.

Suho mengambil sebuah kotak. Membukanya dan menarik pakaian itu. Terlihat seperti perhiasan yang digunakan mirip bra.

"Itu apa..?"

"Mereka mengatakan ini perhiasan.." Suho coba menggunakannya. Memposisikan untaian permata itu mengelilingi dadanya. "Mungkin seperti ini.."

Yifan cukup terdiam. "Kenapa kau membeli ini..?"

"Ini bulan madu. Jadi aku ingin melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebagai suami istri..i

"Itu hanya dirimu.."

Suho memutar mata malas. "Hargai usahaku yang ingin terlihat lebih menarik di matamu.."

Yifan mengambil kotak lainnya. "Budayakan bertanya lebih dulu apa keinginanku.."

Suho mencubit gemas pipi Yifan. "Katakan itu pada dirimu sendiri..!"

Yifan salah. Ya, dia selalu salah. Yifan membuka kotak itu dan menemukan benda berbulu di dalamnya. "'Dan ini apa..?"

"Semacam kostum. Menurutku itu lucu. Lihat ada ekor kelincinya.."

Yifan semakin tercengang. Diambilnya semua pakaian aneh istrinya dan melemparkannya ke bawah ranjang.

"Masih ada beberapa yang harus kau lihat, Yifan..!" Suho menoleh ke belakang punggungnya.

Tubuh seksi itu menegang ketika belaian hangat terasa di lehernya. Suho menunduk dan menemukan rambut suaminya di bawah dagu. Tubuhnya sedikit melambung ketika Yifan membawanya berbaring. Pria itu masih terlalu sibuk menciumi tubuh Suho. Tangannya beralih kebelakang punggung Suho. Seharusnya dia melakukan ini ketika masih dalam posisi duduk. Yifan meraba dan mencari. Tidak menemukan apapun di sana. Pria itu frustasi dan menarik diri.

Suho tersenyum mengejek dan ikut mendudukan diri. Suho menarik pengait di lehernya, dan melepas pengait lain di depan belahan dadanya. "Kau harus lebih banyak tau dimana letak pengaitnya.."

"Dan kau harus tau aku tak menyukai sesuatu yang merepotkan seperti melepas kaitan bra yang tidak kutau.."

Suho melepas branya dan terlihat lah aset kehidupan keduanya. "Lanjutkan.."

"Lepas dulu celana dalam ini. Aku tidak mengerti melepas yang terlalu banyak tali hingga ke pahamu.."

Suho merbahkan diri dan mengangkat pinggulnya. "Tolong tarik.."

Yifan menurut dan tubuh polos istirnya sudah berada di depan mata Yifan. "Seharusnya jika ingin menggodaku kau haya perlu melakukan hal ini. Bertelanjang dan tidur di ranjang.." Yifan kembali mendekatkan bibirnya pada wajah Suho.

"Hubby tunggu.."

"Apa..?"

"Apa jadwal kita hari ini..?"

"Membuat manusia.."

"Hah..?"

"Anak.."

"Tapi aku ingin jalan-jalan.."

"Setelah memancingku kau ingin jalan-jalan..?"

"Setelah ini kita jalan-jalan ya.."

"Di mimpimu.."

"Aku membencimu.."

"Aku juga. Selesaikan bicaramu dan mendesahlah.."

.

.

.

To Be Continue

.

.

Balasan Review :

MiOS : Makasih loh sarannya.. nanti kalau begitu lagi, dilempar heels aja tuh si abang

Ce : mereka masih di korkor.. kan mamahnya masih kerja.. ke LA ya..? ntar deh. kenapa di cut.. biar asik..

fyodult : terbaik emang istrinya Yifan.

Daebaektaeluv : kata daddy siap laksanakan. ini mereke ke Amstredam kayanya cuma pindah kamar doang. kagak ada liburannya..

Bekipan : akhirnya yah.. terharu loh kalau ff ini update... authornya jahat emang.. kenapa why itu scene kamar mandi.. maapkeun yak..

Zeezuu : makasih loh.. aku malah takut ini chapter ngecewain..

Chanbaek0605 : sebahagianya mereka aja yak.. ini aja diriku yang nulis puyeng kenapa berantem mulu..

Nadhefuji : namanya juga istri yang merindukan suami. biarkan saja..

Park Rihyun-Uchiha : Alaska ya..? leh ugha itu.. Suho masih kecil kakak.. becanda, dia 25..

Vialifa : nggak bisa mastiin ini ada konflik apa nggak.. semoga sesuai keinginan kamu ya.. terus akunya nggak iseng gitu..

HamsterXiumin : sama mba.. aku juga kesel nulisnya.. ngejawab mulu di Suho nya..

Masocheese : rated M..? ntar author semedi di kaki gunung fuji.. baru ada rated M..

30 : hasik.. si mba tau aja kelakuan pasangan baru kawin.. hihihih..

Rose0302 : gemes ya.. aku juga..

NameKrishoReal : siap laksanakan

Mimimiu : aduh.. ini berasa nyonya willey... serba salah deh.. hehehehhe

Kyulkulator : imut yak.. aduh jadi ngebayangi mamah pake kostum kelinci.. (lah)

.

.

a/n : berapa lama kalian tidak diberika konsumsi oleh diriku. Maafkan diriku yang sok sibuk ini. Aku baru kelar daftar sidang akhir.. yeay.. makanya ngeluangin waktu buat update dulu sebelum menghilang lagi. terima kasih atas penantian kalian. Aku tau menunggu dan menanti itu adalah sebuah kemuliaan. (APASIH) bubye..

.

.