Prompt : Stockholm Syndrome

Warning : -

Rating : T

.

.

.

'Keluargamu menghancurkan hidupku, dan aku..- aku akan menghancurkanmu.'

'Mengapa kau diam saja?'

'Melawan! Jangan tatap aku seperti itu.'

'Maafkan aku.'

'Aku mencintaimu.'

'Menikahlah denganku.'

'Tapi.. Kau tidak sepantasnya menderita bersamaku.'

'Terimakasih telah berbagi kebahagiaan denganku.'

'Aku mencintaimu.'

'Aku mencintaimu.'

'Aku mencintaimu.'

.

.

.

Kata-kata itu terus berputar di kepalanya. Mengisi setiap pertemuan ujung saraf di otaknya hingga tak sedetikpun memorinya luput dari kenangan akan Jungkook.

Taehyung menatap lurus pantulan dirinya di cermin. Parasnya masih menawan, terlampau cantik dan manis untuk seorang pria, tubuhnya terawat dengan baik, mulus, tanpa cacat sedikitpun. Kulit cerah kecokelatannya berbinar indah di bawah mentari. Namun cahaya matanya meredup, berkabut air mata.

Kim Taehyung, yang adalah seorang korban penculikan kini terjatuh pada pelaku penyekapannya sendiri, Jeon Jungkook.

"Jungkook." lirihnya.

.

.

Jungkook itu penjahat. Sepanjang yang dapat Taehyung ingat kali pertama ia disandra dan disekap oleh lelaki tampan itu. Ia masih dapat mengingatnya dengan baik.

Bagaimana Jungkook membencinya. Menyiksanya. Menghancurkannya secara perlahan.

Selama tiga tahun hidupnya berada di bawah kuasa seorang kriminal bernama Jeon Jungkook. Banyak yang terjadi, termasuk terciptanya sebuah ikatan yang tidak seharusnya mengikat mereka, -tanpa mampu menolak.

Hingga semua itu berubah bagi Taehyung, menjadi bagaimana Jungkook menyayanginya, menjaganya, menyentuhnya, merawatnya, membahagiakannya, dan mencintainya.

Jika Jungkook memberi Taehyung kebahagiaan, maka Taehyung memberi Jungkook kehidupan.

Begitulah kenyataan konyol mempermainkan dua insan yang dipertemukan dengan cara yang salah ini.

.

.

.

Tiada malam yang berlalu bagi Taehyung tanpa merindu, menangis begitu kehilangan. Mengingat bagaimana mereka dipisahkan dan tubuh Jungkook dihempas di hadapan kedua matanya.

Taehyung pulang, kembali ke tempatnya seharusnya berada. Tapi ia tidak bahagia. Kebahagiaannya ada di sana, tertinggal jauh bersama Jeon Jungkook.

"Aku mencintaimu. Kembalilah." ucapnya bergetar untuk kesekian ribu kalinya dalam sebulan ia terpisah dengan pemilik hatinya.

'Bawa aku pergi.' batinnya berujar pedih.

Salahkah Taehyung masih mendamba? Menanti penuh harap Jungkook akan kembali dan menjemputnya.

Tanpa tahu bahwa belahan jiwanya kini telah pergi dan tidak akan bisa kembali selamanya.

.

.

.

Tiga pasang mata memandang sendu ke dalam kamar yang menyimpan buah hati pasangan Kim di balik pintunya.

"Stockholm syndrome." seorang wanita berkacamata mengangkat suara.

"Sederhananya, kondisi itu adalah dimana seseorang memiliki ikatan batin secara psikologis pada orang yang telah menyiksa atau bahkan melakukan kekerasan padanya. Tidak ada penjelasan pasti mengenai kondisi ini. Memang sangat tidak rasional, namun ini nyata, -dan sangat menyiksa." lanjutnya mencoba menjelaskan pada orang tua lelaki manis yang kini terlihat seperti raga tanpa jiwa di hadapan mereka.

Seokjin menangis saat itu juga, melihat anak semata wayangnya yang dulu periang dan hiperaktif kini diam mematung seperti mayat. Terkurung rasa depresi tanpa celah. Diantara isak pilu sang ibu, wanita yang berprofesi sebagai psikiater itu berucap pelan, sekedar memberi harapan.

"Dan hanya satu cara untuk memulihkannya."

Segera kepala pasangan itu terangkat, menatap penuh harap pada psikiater wanita di sisinya yang tampak membenarkan letak kacamatanya lantas berucap.

"Pertemukan mereka."

Dan ketiganya terdiam, sama-sama tahu jika itu sudah tidaklah mungkin.

.

.

.

Kkeut~