Chappy 9 hope u enjoy this...

Keep in way of SATIB...

"SWEET AND TEARS IN A BELL" © Noeruhi Karachou

Disclaimer : Naruto Punyanya Masashi Kishimoto-san

Seperti biasa saya cuma numpang obrak-abrik hehe...

: ) ( digebuki fansx Naru...)

Pairing : Hinata H x Sasuke U

Rate : T-M

Warning : AU,AT,OOC,Longshoot,Gaje,Miss Tipo,Ejaan tidak Sesuai EYD,

Blood,Lime/Lemon .

Anak kecil Silahkan tekan Kembali , Hanya Untuk 18+...

Uchiha Sasuke : 21 Thn

Hyuuga Hinata : 20 Thn

Uchiha Itachi : 25 thn

Hatake Kakashi : 25 Thn

.

.

.

Chapter 9 : "When She Back"

Apartement Sasuke Pukul 04:15 PM

Sasuke sedang terdiam disamping jendela besar kamarnya, menatap hujan yang turun dengan tatapan menerawang. Saat Hinata datang padanya, untuk kedua kalinya. Itu juga saat ia sedang mengamati hujan dengan niatan yang teguh dihatinya. Tapi sekarang…

Dia justru merasakan rindu dan ingin sebuah kepemilikan pada gadis itu. Walau berulang kali pikiran buruknya menghampiri bagai dedaunan yang dibawah oleh angin, hingga ia benar-benar yakin maka segalanya hanya berjalan disana. Untuk sekarang itulah tekatnya….sampai dirinya benar-benar yakin…tapi akankah dia bisa bertahan jika ia mulai merasakan ketakutan. Uchiha bungsu agak menunduk melihat jalanan disana yang basah meski tak sepenuhnya focus.

Lalu sebuah tangan putih mulai merambat dipunggung sang Uchiha itu dengan gerakan sangat pelan. Tapi Sasuke tidak juga berniat menghentikannya, seolah ia sudah cukup hafal siapa orang yang mungkin melakukan itu dan mungkin juga ia sedang tidak perduli sama sekali.

Sial, dia bahkan tidak mendengar seseorang membuka pintu.

Apa karena hujan yang menyamarkannya ?

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Sasuke~Kun" bisik sosok itu, dengan dagu yang didongakkan dan ditaruh pada pundak Sasuke. Suara rendah sosok bergender wanita itu benar-benar sangat dibuat-buat.

Sasuke masih tidak terusik, ia melihat hujan diluar yang menurutnya lebih menarik. Sama sekali tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya….hal ini sudah terjadi bertahun-tahun tapi…..setiap sentuhan Sakura pada tubuhnya sama sekali tidak terasa atau lebih tepatnya sama sekali tidak mempengaruhi tubuhnya….

Bahkan saat hal terlarang seperti 2 tahun lalu mereka lakukan, tetap saja…..Sakura sama seperti wanita lain… hanya molek dilihat dan tempat sesaat…itu sebabnya dia mudah sekali bosan…

Dia sungguh bosan…..dengan wanita seperti itu. Tapi saat Hinata datang, ketertarikan lewat bau tubuh menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi Sasuke. Bercumbu saja menjadi sangat tak terduga, begitu manis dan terasa istimewah. Padahal dia sudah menyangkal rasa itu berulang kali tapi sensasi itu lebih kuat. Kejadian sederhana itu begitu menyisakan serpian yang sulit hilang dari ingatannya.

Hyuuga Hinata…

Sebenarnya apa yang membuat tubuhnya bereaksi seperti itu, Sasuke kembali merenung.

Sosok wanita dengan rambut pink mencoloknya itu mengamit lengan Sasuke dan mulai menempelkan pipinya ke sana. Seolah hanyut dengan pendekatan intens dan khayalan dikepalanya, wanita itu tersenyum kecil. Menyadari jika Sasuke tidak menghindar sama sekali darinya. Walaupun raut itu tidak menghiraukan sama sekali dirinya tapi sudah sedekat ini saja, hatinya sudah cukup tenang.

Sakura menatap wajah pria di depannya, jemari itu terangkat berniat menyentuh pipi sang Uchiha. Tapi dalam sekejap raut Sasuke berubah sinis, menangkap jemarinya sebelum menyentuh seinchipun kulit wajahnya. Mencengkeram pergelangan Sakura kuat hingga seolah nyaris meremukkannya. Wajah datarnya masih sama, tapi tatapan pria itu yang berubah.

Sakura menampakkan kilatan ketakutan, berusaha menarik tangannya dari cengkraman itu. Setidaknya otak sempit gadis itu masih menangkap peringatan bahaya.

"Lepaskan Sasuke" peringat wanita itu dengan wajah meringis kesakitan, walau tindakannya bukan pada posisi menggertak. Tetap saja Haruno itu berlagak berani…..

Tubuh itu nyaris terjinjit dengan gengaman erat Sasuke yang ditinggikan. Membuat tubuh keduannya lebih dekat, tapi tidak demikian dengan situasi yang tercipta. Tubuh Sasuke masih terdiam dengan tenang sementara tubuh Sakura terus meronta-ronta.

"LEPASKANNNN BERENGSEK" Umpat Sakura mulai tidak sabar, meski ia sendiri mulai takut dengan tatapan tajam Sasuke.

Saat tubuh itu terangkat naik dengan semakin sakitnya cengkaraman Sasuke. Bocah Uchiha itu mengirim senyum yang sangat tipis. Tapi senyum itu bukanlah jenis senyum yang enak dilihat, Uchiha Sasuke tampaknya mulai sangat tidak sabar untuk mencabik dan membinasakan.

"Keluar dari sini" Usirnya, kepala Uchiha itu agak mendekat disamping wajah Sakura.

"Dan jangan membuatku untuk tidak segan meremukkan tulangmu" bisik pria itu dengan nada dingin tapi juga berselip ancaman.

Bersama itu juga genggaman Sasuke dilepas dan Sakurapun jatuh kelantai dengan gemetar memegangi tangannya yang memerah. Sasuke memang melihat kearahnya tapi sorotnya sangatlah dingin dan juga wajah pria itu yang setengah menggelap.

Sakura hanya diam dengan sorot yang agak terbelalak, mungkin ia masih berpikir sejak kapan Sasuke jadi begitu kasar padanya. Meskipun ia melanggar batasan berkali-kali, Sasuke tidak pernah sekasar ini. Tidak pernah…

Wanita pink itu dalam sekejap menertawakan dirinya sendiri, lewat bibir yang setengah menyerigai getir dan juga tatapan yang berkilat kesal.

Sasuke mungkin selalu menolaknya tapi….

Sasuke tidak pernah melakukan kekerasan senyata ini….

Tidak dengan tindakan…tapi nyatanya…..

Kenyataannya….sekarang hal itu terjadi…..

Sakura mulai berdiri dengan agak terhuyun, memegangi pergelangan tangannya yang memar. Melirik wajah Sasuke yang masih menampakkan kemurkaan sekilas. Lalu wanita itu berjalan pergi, bersama rasa dendamnya…

Menatap lurus dengan mata bulat yang agak kemerahan tak tau kemana imbasnya. Tapi sekarang ia tidak akan segan-segan, tidak lagi.

Hanya ada satu nama dipikirannya sekarang….

Dan Gadis picik berengsek itulah yang akan bertanggung jawab pada segalanya…..

Segalanya sudah terlanjur jauh, sudah sangat jauh. Bisakah ia kehilangan segalanya jika sudah dititik ini.

Sakura menggenggam handel pintu keluar dengan setetes air mata yang jatuh.

Ini memang sudah terlalu jauh, akankah ia akan bertindak lebih jauh lagi ?

Tubuh itu terdiam dengan rambut yang menutupi wajahnya. Dan saat handel pintu itu di putar…..

Cklek…

Senyum menggerikan tercipta begitu indahnya, saat wanita itu melewati pintu dengan langkah mantap dan tegas. Sakura berjalan pergi dari sana dengan sikap seolah tidak terjadi apa-apa. Senyum yang ia umbar saat berpapasan dengan penghuni lain gedung itu bagaikan senyum ketulusan dan kebahagiaan. Layaknya suami-istri yang hidup dengan ringannya…

Tapi siapa sangka jika sikap yang seringan kapas yang jatuh itu, lebih cepat menghantam tanah saat setetes noda telah mewarnai kapas itu. Semakin banyak noda itu yang masuk dalam kapas maka semakin cepat pula kapas itu akan jatuh.

Kenapa ?

Kenapa kapas itu harus terus menodai dirinya ?

Padahal ia tau jika ia pasti akan jatuh….

Sama seperti saat seseorang telah mampu melihat ujung jalan yang dipenuhi pasir hisap, tapi kemudian…bukannya berhenti orang itu menerjang pasir hingga ia tak bisa bergerak dan tenggelam….

Apa seperti itu ?

Seseorang sampai harus membutakan matanya demi ambisinya, menyakiti tubuhnya sendiri….

Tinggal menunggu kapan dan dimana...

Jika saja kita sama-sama berpikir...

Atau jika saja pikiran ada dalam cinta…

Ingatlah saat nanti kita sama sekali tidak bisa melihat cahaya…..

Kesempatan yang berharga mungkin saja pergi saat kita sedikit saja berpaling dan menutup mata….

Memilih gelap itu…

Tapi setidaknya sekarang, ia sudah merasakan cahaya….

Langkah Sakura telah sampai di pelataran parkir dengan sinar matahari yang lenyap dilangit hitam, dengan hujan yang turun dengan lebatnya. Gadis itu mendongak melihat rintik yang turun, pandangannya berubah kosong…

"Ini yang terakhir kalinya" bisiknya pada dirinya sendiri. Bersama itu rintik hujan juga turun dipipinya, saat tubuh Sakura berdiri dibawah hujan. Membiarkan hujan membasahi dirinya bersama rasa terluka dan kekecewaannya...

Sakura dengan mata yang terbuka menatap hujan yang terus jatuh menghantam wajahnya. Air yang meleleh dari mata itu bukan saja air hujan tapi juga air mata wanita itu. Wanita yang diselimuti kegelapan dalan balutan hujan….

"Ini terakhir kalinya, aku menangis" suara itu masih tajam.

"Tapi jangan berharap aku akan menyerah" seolah menguatkan dirinya sendiri, Sakura mungkin sudah berubah. Dari gadis lugu menjadi wanita yang ambisius...

Wanita yang coba menantang hidupnya dan takdirnya….

Walau ia tau jika segalanya tidak bisa diubah…..

Mungkin kalian berpikir betapa bodohnya dia. Tapi hidup itu adalah sebuah pilihan, kau bisa memilih apapun, yang membedakan adalah karakter dan prinsip masing-masih orang.

Jadi kita hanya bisa menjadi pelaku….

Bahkan penonton ?

=============*O*o*O*=============

Sasuke baru selesai mandi saat handphonenya berbunyi, pria dalam balutan kimono mandi itu tampak mengeringkan rambutnya sambil berjalan kearah ponselnya yang tergeletak diatas ranjang.

Ia menyambar benda itu dan menempelkan pada telinganya cepat, tanpa melihat nama yang tertera dilayar ponselnya itu.

"Hm" gumamnya sembari masih sibuk dengan mengusapkan handuk pada rambut basahnya.

"Selamat Malam" jawab suara diseberang sana cepat.

"Maaf, kami berbicara dengan Tuan Uchiha Sasuke bukan ?" Tanya suara asing yang terdengar kurang paham dengan balasan Sasuke yang ambigu.

Sasuke menaruh handuk yang ia pegang keranjang, dahi pria mengkerut. Karena ia sama sekali tidak mengenali suara itu. Dan bagaimana orang asing bisa mendapat nomor pribadinya. Hanya keluarga, kawan dekat dan relasi bisnis yang mungkin mengetahui nomor pribadinya tapi itu juga tidak lebih dari 30 orang yang paling penting.

Sasuke segera menarik ponselnya lagi dari telinganya dan melihat nomor yang tertera dilayar ponselnya. Dan benar saja, itu nomor yang tidak dikenal.

Apa ia harus berurusan dengan orang-orang kurang kerjaan seperti ini ? Raut Uchiha berubah kesal.

Kemudian ia menempelkan benda itu ketelingannya lagi dan berniat meluncurkan kata-kata yang mungkin tidak enak didengar. Tapi entah kenapa Sasuke mengurungkannya...

"Yah"jawabnya kemudian agak ketus.

"Um...begini tuan Uchiha, maaf jika kami mengganggu kenyamanan anda" ucap suara disebrang sana sopan.

Tapi Sasuke terlihat sangat tidak butuh basa-basi, ia nyaris menekan tombol merah diponselnya. Tapi suara orang itu berkata agak cepat, tapi yang membuat ia terhenti adalah sebuah nama yang disebut orang ditelfon itu.

Sasuke bergegas mendengarkan baik-baik ucapan orang diseberang telfon. Ia bahkan menyuruh orang itu mengulangi lagi perkataan yang kurang jelas tadi.

Sungguh, Sasuke tidak salah dengarkan...

"Kami dari rumah sakit keluarga anda, ingin memberitahukan jika nona Hyuuga Hinata sudah sadar"

"Teman anda meninggalkan no ponsel anda untuk kami hubungi jika ada keadaan yang perlu kami kabarkan"

"Kondisi nona Hinata sudah membaik, Jika bisa anda sebagai keluarga nona Hinata diminta untuk datang dan menemui Nona Sunade"

Sasuke terdiam dengan raut kaget, ia bahkan tidak menyela penjelasan orang itu. Dan tak lama ponsel itu sudah membentur lantai dengan suara petugas yang terus memanggil nama Sasuke berulang-ulang...

"Uchiha-Sama...Uchiha-Sama...apa anda masih disana...Uchiha-Sama..."

Sasuke dengan terburu mengenakan pakaiannya, ia tidak memperdulikan hal lain. Nama itu saja sudah cukup...

Setelah Sasuke selesai berpakaian rapih, ia segera menyambar kunci mobilnya. Dan dalam sekejap kembali tubuh itu berhenti, menatap benda yang tergantung disana...gantungan yang baru seminggu menjadi hiasan kunci mobilnya...

Krincing...Krincing...Krincing...

Wajah yang semula tegang itu, tersenyum tipis dan menyentuh gelang itu perlahan...

"Kau akan segera kembali kepemilikmu" ucapnya. Agaknya ada rasa bahagia yang aneh dan bahkan tidak bisa ia sembunyikan dari wajahnya. Setelah sebuah penantian dalam kekhawatiran…..

Sasuke menyentuh gelang itu sekali lagi dan merasa sedikit aneh. Ada perasaan yang tiba-tiba muncul begitu saja. Tapi jika dipikir, lonceng yang tergantung di gelang itu menyerupai lonceng yang sering dipakai seekor kucing. Sasuke terlihat melihat lonceng itu dengan lebih telitih. Gadis menolongnya memiliki lonceng yang kurang lebih sama meski ia tidak melihatnya secara langsung. Suaranya juga sama...

Sasuke terdiam, kenapa tiba-tiba ia teringat gadis yang menolongnya padahal ia nyaris tidak mengingatnya lagi saat keadaan rumit akhir-akhir ini. Rasa keingin tahuannya tiba-tiba saja terhapus saat Hinata datang...

Mungkinkah Hinata...

Mungkinkah ?

Sasuke menggeleng kepalanya kecil, segera menghilangkan pikiran yang tiba-tiba mengganggunya itu. Bergegas pergi dengan langkah cepatnya.

Yang menjadi fokusnya sekarang adalah mengetahui kondisi gadis itu. Walau interaksi terakhir mereka cukup kacau. Tapi setidaknya ia harus sedikit mengurangi beban di dadanya terlebih dahulu. Meski ia tak tau harus bagaimana jika betemu Hinata nanti.

Kurang lebih seminggu ini, Sasuke sudah banyak berpikir. Apa saja yang harus ia lakukan dan mungkin juga pertahankan. Ia mulai mengakui Hinata punya tempat yang tidak biasa walau segalanya masih sangat awal. Tapi entah kenapa feeling Sasuke selalu menuntunnya menjauh dari rencana utama.

Hinata berbeda...

Gadis itu berbeda, maka dari itu segalanya akan berjalan seperti air. Mengalir membawanya entah kemana, mengantarkan Sasuke kearah ketidak pastian yang tidak bisa ia perkirakan.

Menerima...

Kata itu mungkin yang paling cocok...

Menerima jika Hinata datang ke kehidupannya, membawa hal yang untuk sekarang bisa ia percaya meski tidak sepenuhnya.

Pilihan yang Sasuke anggap bodoh ini, nyatanya memang ia lakukan. Otaknya sudah terlalu suntuk, bisa dibilang ia akan mengikuti segala jalan cerita ini. Sampai ia benar-benar memutuskan untuk menekan...

Sejujurnya Sasuke sendiri tidak yakin apakah semua akan menjadi baik-baik saja untuk dirinya. Tapi jika ia harus menyakiti Hinata setelah kejadian seminggu lalu, ia tidak akan mampu. Bayangan bagaimana tubuh itu terbaring tak berdaya begitu melekat di ingatannya.

Apakah itu artinya Hinata berharga baginya ?

Sudah Sasuke bilang, ia tidak tau...

Untuk sementara ia akan melihat kondisi dan situasi…..

Ia hanya akan mengawasi…dengan peranan stoicknya yang kurang lebih dominan…...

Dan karena itu pula ia akan menjaga jarak, bahkan interaksi jika perlu…..

Walau sejujurnya ia sangat tidak suka dengan keadaan ini…..

Ia hanya tidak bisa menolak maupun ringan membuka tangan…

Jika saja semua tidak serumit ini…..mungkin ia tidak setertekan sekarang.

Mobil milik Sasuke telah keluar dari gedung, lalu dengan cepat menembus hujan yang masih sangat lebat diluar. Jalanan yang lengang membuat ia bisa memacu tunggangannya diatas 120 Km/Jam. Membuat mobil itu melesat bagai peluru yang menembus jalan di bawah guyuran hujan.

Seakan beruntung, Sasuke bahkan tidak terkena lampu merah sama sekali. Membuat ia dengan cepat sampai dirumah sakit, menghentikan mobilnya itu didepan pintu masuk dan bergegas keluar. Pria itu berhenti sejenak dan melakukan sesuatu dengan gantungan kunci itu lalu kemudan terlihat mengantongi sesuatu kesaku celananya. Baru ia memberikan kunci itu pada security yang sudah bersiap memarkirkan mobil itu.

Ia masuk kedalam rumah sakit dengan langkah cepatnya. Menembus lorong dan meliwati begitu saja orang-orang yang menatapnya dengan agak aneh. Sasuke kembali merasakan dejavu, ia juga bereaksi sama saat mendengar Hinata terluka. Melewati koridor yang sama meski kali ini bukan dengan perasaan yang khawatir. Hanya saja, saat sampai di depan pintu itu…..

Lagi….

Sasuke terdiam disana…

Melihat sosok gadis dari balik kaca….

Seketika ada keraguan yang menghampiri Sasuke bagai hempasan badai dikala langit sudah tak cerah lagi. Gadis indigo itu terlihat tengah memandangi hujan yang turun di kegelapan malam, duduk diatas ranjangnya dengan tatapan yang agak kosong. Dia hanya terdiam dengan raut pucat yang masih sama…

Sasuke berusaha menenangkan dirinya, menghembuskan nafasnya perlahan.

Pandangan khawatir yang semula telah berganti dengan sorot senduh.

Ia mengurungkan diri untuk masuk keruangan itu, mungkin saja ia akan mengganggu suasana tenang Hinata.

Walau ia sangat ingin berbincang, meski sedikit…

Tapi gadis itu baru saja pulih….

Ia rasa melihat Hinata sudah benar-benar sadar saja sudah cukup…..

Ia tidak mau menambah tekanan pada gadis itu saat melihat dirinya….

Sasuke baru akan berjalan pergi saat suara seseorang memanggilnya, bersama ketukan sepatu yang berhenti beberapa langkah didepannya. Wanita dengan jas dokter yang tengah menenteng map ditangannya itu menatapnya dengan sorot yang agak serius, saat dirinya mengalihkan pandangan pada sosok itu.

"Sasuke" sapanya dengan jeda yang agak aneh.

"Bisa kita bicara sebentar ?" Ucapnya dengan tekanan pada setiap kata. Nyaris tidak mau dibantah maupun ditolak.

Pemuda itu menatap dingin, tidak berminat…

Diam, tanpa berniat menjawab…

Wanita itu maju mendekat dan menahan pundak Sasuke dengan sorot yang lebih tajam.

"Karena aku yakin kau tidak akan mau datang keruanganku meski aku memintanya" ucap wanita berambut pirang itu saat melihat Sasuke akan pergi.

"Dan sebaiknya aku tidak sampai melakukan kekerasan" ancaman wanita yang tidak gentar itu bukanlah omong kosong. Dan Sasuke sendiri pernah merasakan bogem mentah dokter itu bahkan Itachi juga.

"Ikuti aku" perintahnya sembari melangkah.

Bahkan tidak menunggu jawaban dari Sasuke….

=============*O*o*O*=============

Kamar Rawat Hinata…..

Ten-Ten baru saja kembali dengan nampan berisi makanan yang cukup lengkap gizinya. Ia bahkan membawa segelas susu dan teh hangat. Berjaga-jaga jika Hinata tidak mau dengan susunya. Senyum ceria sang perawat itu saat muncul juga disambut senyum tipis dari Hinata yang baru tersadar dari lamunannya.

"Waktunya makan Nona" Ucapnya seraya menunjukkan nampan yang ia bawa dan segera menaruhnya di hadapan Hinata. Hinata menatap isi nampan itu dengan wajah yang aneh. Bahkan saat hidung gadis itu menangkap aroma bubur dan juga sayur, ia seketika agak mual.

Ten-ten mengamati wajah Hinata dengan agak khawatir, karena dahi gadis itu mulai berkeringat dingin.

"Nona Hinata anda tidak apa-apa kan ?" tanyanya seraya mengelus pundak gadis didepannya.

Hinata menatap Ten-ten dengan mata yang agak sayu dan berair. Kepala itu menggeleng-geleng meski yang ia rasakan justru sebaliknya.

"Ah, Tidak…tidak apa-apa" balasnya denga suara lirih meski masih bisa didengar Ten-ten. Mata gadis itu memancar sungkan, karena bagaimanapun juga Ten-ten telah repot-repot membawakan makanan untuknya.

Ten-ten tersenyum kecil dan membuka sendok yang masih terbungkus plastic. Lalu menyerahkannya pada Hinata dengan sopan.

"Anda harus memakannya meski enggan" Ucapnya seolah mengerti kondisi Hinata yang pastinya mual, dan itu sangat wajar karena tubuhnya masih sangat lemah. Ditambah ini sudah 8 hari perut gadis itu tidak bersentuhan dengan nasi.

Hinata sedikit malu, karena Ten-ten mengetahui sedikit keluhannya walaupun ia sudah berusaha berbohong. Lalu gadis itu mengangguk patuh dan menerima sendok itu dari Ten-ten.

"Terima kasih" bisiknya lirih. Lalu bergegas menyendok bubur itu sedikit, bersamai hembusan nafas besar yang tercipta oleh gadis itu saat ia akan memasukkannya kemulutnya.

Perawat itu mengamati bagaimana dahi Hinata berkerut dan berusaha menahan bubur itu tidak keluar lagi dari mulutnya. Dan bahkan menangkap gadis didepannya menghela nafasnya agak pelan saat perlahan bubur yang baru ia kunyah itu masuk ke tenggorokannya. Ten-ten sekali lagi tersenyum, jenis senyum bahagia seolah yang ada didepannya itu adalah adiknya sendiri dan bukan orang lain.

"Bagaimana rasanya ?" Tanya Ten-ten saat Hinata mulai memasukkan lauk kedalam mulutnya.

Gadis didepannya itu agak malu dengan bagaimana Ten-ten menatapnya, ia mengunyah perlahan lauk itu dan kembali dahi gadis didepannya agak menyernyit. Tapi tak lama kemudian segera menatap Ten-ten dengan senyum canggung. Bagaimanapun juga ia sudah ketahuan berbohong tadi. akankah ia bisa menghindar jika sosok didepannya mengetahui kebohongannya untuk yang kedua kalinya.

"Pa….hit" jawab Hinata jujur, dengan muka merona dan wajah yang bercampur raut takut menyinggung perasaan Ten-ten.

Ten-ten tergelak dan tertawa kecil sambil mengambil teh yang masih hangat. Ia sodorkan teh itu kearah Hinata dengan tatapan yang berarti 'minumlah'.

Hinata agak tertegun dengan uluran tangan itu, rasanya sudah sangat lama. Seseorang memperlakukannya seperti layaknya sahabat bahkan seolah seperti orang yang mereka sayangi. Padahal mereka baru bertemu dan berkenalan beberapa jam yang lalu. Ini rasanya sangat luar biasa….

Sejujurnya ia merasa sangat terharu, juga bahagia…...

Hinata menunduk dalam dengan mata yang mulai berair.

"Ten-ten-San" panggil gadis itu sembari menatap sosok disamping ranjangnya.

"Saya sangat berterima kasih" ucapnya lirih. Nyaris bernada penyesalan juga beban yang berat, tapi masih dominan perasaan gembira.

Atmosfir yang berubah itu membuat senyum Ten-ten tadi, seketika lenyap. Saat tetesan air meluncur dari sana, turun kepipi gadis didepannya lalu jatuh lewat dagunya. Rasa iba seperti saat pertama kali bertemu dengan gadis itu seketika muncul begitu saja. Ten-ten menaruh kembali gelas yang ia sodorkan dan menggenggam jemari Hinata dengan lembut. Hatinya tanpa ia sadari merasakan perih meski ia tidak tau apa saja yang sudah terjadi pada gadis didepannya itu. Ia mungkin harusnya bersikap lebih professional. Hanya saja sejak pertama Ten-ten menjadi perawat Hinata, ia langsung bisa melihat ada sesuatu beban yang sangat besar yang dipikul gadis itu hingga ia bahkan tidak bisa untuk hanya sekedar berbagi dengan orang lain.

Sedikit saja menceritakan….

Ten-ten mengangguk penuh, seolah lambang balasan ucapan terima kasih itu.

"Anggap saya ini teman, walau kita baru berkenalan tapi selama seminggu ini saya sudah merasakan jika kita punya kemisteri yang cocok. Jadi saya akan merawat anda lebih baik lagi dan lagi" Ten-ten menunduk dalam dengan sangat sopan. Menyanggupi ucapannya sendiri yang tulus dari dalam hatinya.

Hinata menatap sosok didepannya, lalu ia mengusap air matanya. Sudut bibir pucatnya itu terangkat mengunggingkan senyuman yang ringan. Mata gadis itu bahkan berbinar kecil lalu ikut menunduk membalas Ten-ten.

"Maaf sudah merepotkan Ten-ten-San dan….mohon bantuannya juga" balas Hinata.

Keduannya menganggkat wajah masing-masing dan saling melempar senyum setelah itu.

"Kita memang sangat cocok" Ucap Ten-ten dengan sikap yang agak melunak dari sikap sopannya barusan.

Hinata hanya menjawab dengan senyum tipisnya, lalu memegang sendoknya lagi. Mengambil bubur itu lagi dengan tetap mendengarkan Ten-ten yang berbicara sepatah dua patah kata disampingnya. Terkadang Hinata bahkan tidak bisa mengalihkan diri dari sosok yang terlihat sangat lembut seperti Ten-ten.

Dan tanpa ia sadari pembicaraan ringan mereka itu di amati oleh sosok yang berdiri didepan pintu. Senyum tipis pria itu melambangkan jika ia cukup lega, entah karena apa. Saat suasana sudah agak tenang, pria merah itu menggeser pintu ruangan itu perlahan agar tidak menimbulkan suara yang terlalu gaduh.

"Selamat malam, Nona-nona" sapanya hangat. Tubuh tinggi dan wajah yang terlihat tidak sekaku Sasuke berjalan mendekati ranjang.

Hinata yang menyadari duluan kehadiran seseorang yang sama sekali tidak ia kenali itu agak sedikit mundur, dahinya berkedut benar-benar tidak mengenali sosok itu.

"Ten-ten-San" bisik Hinata cepat agar Ten-ten segera melihat kearah sosok yang ia lihat.

Gaara mengembangkan senyum tipis atas reaksi gadis yang sudah ia tolong itu. Ia juga melihat kearah Ten-ten yang melihat dirinya dengan agak terkejut.

"Sabaku-Sama" bisiknya saat ia melihat kearah Hinata menunjuk. Lalu ia menangkap jika Gaara melempar tatapan dari dirinya ke Hinata. Seakan menyuruhnya menjelaskan siapa dan untuk apa ia datang.

"Ah…" Ia segera berbalik kearah Hinata dan mulai memperkenalkan Gaara.

"Sabaku Gaara, dia orang yang membawa anda ke rumah sakit ini" jelas Ten-ten cepat.

Muka Hinata berubah tidak enak, ia menatap Ten-ten lalu kearah sosok yang ada tidak jauh dari ranjangnya. Gadis indigo itu secepat kilat menunduk dalam…..

"Maaf Sabaku-San, sudah merepotkan anda" ujarnya.

Gaara tersenyum kecil, menjangkau kepala yang tertunduk itu dan mengacaknya asal.

Mungkin agak gemas…walaupun waktunya sedang sangat tidak tepat…..

Ten-ten yang sempat melongo, cepat-cepat menutup mulutnya. Begitu pula tubuh Hinata yang seketika agak membeku saat ia masih menunduk dengan tengan Gaara yang bertengger dikepalanya.

Situasi seketika agak kikuk….

Dan Gaara yang menyadari itu segera menarik tangannya.

"Ah…Maaf sepertinya aku terlalu antusian" ucapnya dengan nada jenaka.

"Apa Sasuke sudah datang kesini ?" tanyanya guna mencairkan suasana.

Hinata yang sudah mengembalikan posisi tubuhnya seperti semula, kembali menatap Ten-ten. Muka pucat gadis itu mengirim ekpresi butuh penjelasan.

Dan Gaara tampak sabar dengan gelagat Hinata yang mungkin agak tidak siap dengan kedatangannya.

Ten-ten kembali mengirim senyum kecil sembari mengusap lengan Hinata, seolah mengatakan 'Dia buka orang asing'. Lalu mulai menjelaskan dengan perlahan…

"Sabaku-San adalah sahabat dari Uchiha-Sama" Ucap Tenten lembut.

Hinata menatap Gaara sejenak lalu mengulurkan tangannya perlahan. Dan Gaarapun tanpa sungkan menyambut tangan itu….

Jika dipikir mereka belum memperkenalkan diri secara pribadi…..

"Hyuuga…." Hinata baru mau memperkenalkan nama belakangnya tapi sosok didepannya itu sudah menyela.

"Hinata…" Ucap sosok itu dengan keyakinan yang tinggi.

"Hyuuga Hinata" Ulangnya dengan lengkap, lalu menangkap kilat keterkejutan dimata gadis didepannya.

"Salam kenal, panggil saja aku Gaara" genggaman keduannya bergoyang keatas kebawah sejenak dengan erat.

"Um…" Hinata hanya balas mengangguk dan tidak berusaha menanyakan dari mana sosok didepannya ini tau namanya. karena jika Sasuke adalah sahabatnya, itu sudah menjawab segalanya.

Walaupun Hinata tidak yakin jika Sasuke menceritakan tentang dirinya, memang apa artinya dia bagi Sasuke ? bagaimanapun juga ia harus selalu berusaha menyadarkan dirinya saat ia mulai terlena, semua yang ia inginkan mungkin hanya ada dalam mimpinya.

Dalam mimpinya…

Setelah jabatan itu terlepas Ten-ten segera mengambil ahli.

"Uchiha-Sama belum kesini sudah 2 hari ini" balasnya kembali kepertanyaan Gaara yang awal tadi.

Hinata agak tertunduk, dan entah kenapa ia kembali melihat kearah jendela dengan tatapan mengambang. Sendok yang masih ia pegang tadi ia taruh kembali kedalam mangkok…..

Banyak hal yang berkelibatan dipikirannya…..

Sangat banyak…

Apa Sasuke benar-benar datang sebelumnya ?

Itulah pertanyaan yang paling besar…..

Ten-ten dan Gaara yang melihat mendung yang mulai hadir pada sosok, itu saling menatap sejenak. Dan sekali lagi Ten-ten tau apa yang harus ia lakukan…

"Nona Hinata" panggilnya guna membuyarkan lamunan gadis itu.

Hinata melihat kearahnya dengan senyum yang dibuat-buat. Berusaha tidak terlihat sedih sama sekali….

"Aku….baik-baik saja" ucap gadis itu dengan suara yang nyaris menghilang, dengan pandangan yang fokusnya hampir kosong.

"Kurasa aku datang disaat yang kurang tepat" ucap Gaara sembari melihat nampan yang masih berkurang sedikit isinya. Tapi tujuan sebenarnya pemuda itu adalah memecah konsentrasi gadis yang sebenarnya asing itu.

"Ah…Tidak apa-apa Sabaku-San, anda sudah menolong saya dan juga sudah mau datang menjenguk" Hinata menjawab cepat dengan nada tidak keberatan sama sekali.

"Saya bahkan tidak tau bagaimana membalas kebaikan anda pada saya" Tambahnya dengan nada lebih kecil.

Gaara tersenyum tipis, ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan berdiri agak santai.

"Cukup dengan membiarkanku mengajakmu makan malam dan juga mungkin mentraktirku secangkir kopi ?" tatapan Gaara langsung mengirim sinyal kesanggupan atas idenya.

Hinata agak berpikir sejenak, ia tahu akan sangat sulit melakukan itu karena ia bahkan tidak tau apa Sasuke akan mengijinkannya. Bagaimanapun juga ia sudah berjanji pada Sasuke bahwa dirinya akan melakukan apapun yang ia katakana.

"Soal itu…" ia tampak agak ragu untuk meneruskan ucapanya sendiri. Jemari gadis itu mengusap dahinya yang agak berkeringat, entah kenapa tubuhnya terasa dingin tapi kenapa ia bisa berkeringat begini.

"Baiklah pikirkan dulu" Ucap Gaara kemudian dan cukup mengerti gelagat Hinata yang seketika berubah.

"Dan jika kau butuh bantuanku agar Sasuke memberi izin dengan senang hati aku akan membantu" Ucapnya lagi saat Hinata akan mengatakan 'Maaf'. Terlalu banyak kata maaf yang gadis itu ucapkan seolah ia tidak terbiasa merepotkan orang lain, atau mungkin juga orang-orang yang sebelumnya yang tidak ingin direpotkan.

"Tapi…..percayalah…aku pasti akan menagihnya" tambah Gaara dengan senyum misterius.

Hinata mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia tidak dalam posisi untuk bisa menerima dan menolak. Tapi ia cukup gugup, semuanya terjadi sangat tiba-tiba dan terlalu banyak yang ia lewatkan selama seminggu lebih ini. Orang-orang baru dan juga masih banyak hal yang terus berputar-putar diotaknya. Bahkan saat ia hanya ingin duduk dan menikmati ketenangan semua itu tetap mengganggunya.

Semuanya yang datang saat ia memutuskan untuk terbangun….

Suara pintu yang diketuk menyadarkan Ten-ten dan membuat gadis perawat itu segera beranjak untuk membuka pintu…

"Aku akan membuka pintu sebentar" ucapnya saat ia mulai merasakan situasi yang agak kaku.

Meninggalkan Gaara yang sedang menatap jam tangannya sementara Hinata menatapi makanannya dengan pandangan kosong.

Dan setelah beberapa saat…

"Kau terlalu banyak berpikir" Tubuh Hinata agak tersentak saat ia mendengar suara Gaara yang terasa sangat dekat dengan telinganya. Jeda senyap barusan membuat ia hilang focus untuk menyadari jika sosok merah itu mendekati wajahnya. Ah….kenapa ia masih sempat melamun disaat ada seseorang disekitarnya.

Gaara kembali tersenyum kecil melihat tubuh itu menjauh, saat sosoknya yang memang sedang condong dan jarak yang tidak kurang dari 10 cm.

"Aku tau harimu sangatlah buruk kemarin, tapi aku tidak kesini untuk melihatmu melamun" ucap Gaara lagi menekankan lalu ia kembali ke posisi semula.

"Kau mengerti ?" tanyanya dengan sikap yang berubah santai lagi.

Hinata cepat-cepat mengangguk…..

"Ba-iklah Sa-baku-San"

Ten-ten datang bersama seorang pria berjas hitam. Pria itu menjinjing sekeranjang buah dan sebongkah bunga yang semerbaknya sudah bisa Hinata cium saat jarak mereka masih agak jauh.

Pria berjas hitam itu menunduk hormat kearah Gaara yang baru menoleh kearahnya. Gaara hanya mengangguk lalu keduanya menghadap Hinata.

"Aku masih ada urusan ditempat lain" pemuda itu melihat nampan Hinata.

"Kubawakan sedikit buah tangan, aku harap kau memakannya" harap Gaara. Melihat tubuh itu terlihat sangat rapuh, sangat banyak gizi yang harus gadis itu serap untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Termasuk mengembalika senyum cerianya…

Pria berjas hitam yang ternyata bawahan Gaara itu menyerahkan keranjang dan bungannya pada Ten-ten.

"Semoga anda cepat sembuh" ucap pria itu pada Hinata berbasa-basi.

Hinata mengangguk kecil, menatap Gaara sejenak lalu….

"Saya sangat berterima kasih Sabaku-San" hanya kata-kata itu rasanya yang sangat cocok.

Gaara tersenyum dan masih sempat mengedip nakal sembari undur diri.

"Jaga dirimu" Ucapnya sebelum pergi. Senyum pria itu bahkan memiliki symbol yang lebih dari pada ucapannya.

Kedua gadis itu agak membukukkan badan seolah sebagai ganti ucapan 'sampai jumpa' lalu menatap tubuh kedua orang itu pergi hingga lenyap dari pandangan. Hinata masih menatap pintu tempat Gaara menghilang seolah ia sedang menantikan seseorang akan masuk dari pintu itu.

Bukan Gaara tapi sosok lain….. jika saja Sasuke benar-benar datang…..

Ia benar-benar ingin melihatnya…

Hanya untuk meringankan beban di dadanya yang terasa menyesakkan…

Tapi bolehkah ia berharap ?

Bolehkah ?

Tanpa sadar Hinata meremas sprei yang menutupi tubuhnya dari perut hingga ke kakinya. Keringat dingin makin banyak turun dari pelipisnya bersama rasa cemas yang mulai datang.

Hanya dari sebuah keinginan dan tubuhnya merasakan hal yang berbeda….

Ten-ten segera menempatkan bunga dan juga buah-buahan yang sangat banyak itu ke vas dan mangkuk yang sudah tersedia dimeja panjang ruangan itu. Lalu ia menepatkan bunga itu disamping bunga yang dibawah Itachi, untuk beberapa detik kedua karangan bunga itu sangat menggelitiki perasaan kagumnya. Ia hanya berpikir betapa beruntungnya Hinata karena ada satu lagi orang yang perduli padanya. Tanpa sadar Ten-ten jadi terharu, padahal itu semua untuk Hinata tapi entah kenapa ia ikut bahagia…..entahlah….

kemudian setelah rapi ia mendekat kearah Hinata yang kelihatan semakin pucat. Kembali gadis itu mengelus pundak Hinata perlahan, menyadarkan Hinata pada detik jam yang masih berputar dan waktu yang masih berjalan.

"Bisakah saya istirahat sekarang Ten-ten-San ?" Ucapnya tanpa melihat kearah Ten-ten.

Ten-ten menatap nampan itu dan dengan berat hati mengangguk. Walau sangat besar keinginannya melihat mangkuk itu kosong tapi kondisi Hinata memang belum memungkinkan.

"Baiklah" ucapnya dan segera mengambil nampan itu dari hadapan Hinata. Menyisakan ten dan susunya disamping meja. Lalu membantu Hinata merebah dan kemudian ia melangkah pergi dengan nampan makanan itu dan sebelum dirinya menutup pintu. Ia masih sempat menangkap Hinata yang kembali melamun menatapi langit-langit dengan suara hujan yang turun dengan masih sama derasnya.

Melihat ia menarik dan menghembuskan nafasnya dalam lalu kelopak matanya perlahan terpejam. Bibir gadis itu terlihat mennyebutkan sesuatu dengan suara yang tidak bisa Ten-ten dengan dan setelah itu dengan perlahan juga Ten-ten menutup pintu itu.

Berjalan kearah lorong panjang itu dengan langkah perlahan, menatap nampan yang hanya berkurang sedikit.

"Semoga besok Nona Hinata bisa makan lebih banyak" harapnya.

=============*O*o*O*=============

"Ada apa ?" Tanya Sasuke dingin setelah keduannya sampai ditempat Sunade inginkan.

"Hinata….kondisinya baik-baik saja kan ?" ada nada khawatir yang berselip disana meski hanya sedikit.

Sunade berdiri dengan memegang kopi hangat di tangannya. Menatap keluar gedung, menembus kaca-kaca tebal yang menghiasi gedung megah rumah sakit itu. Sebari memegang gagang stainless pembatas lengkap dengan tralisnya. Raut dokter itu setengah menyerigai….

"Kondisi Hinata memang belum stabil tapi ia sudah cukup membaik, tapi bukan itu yang ingin kubahas denganmu" ucap Sunade sembari menglihkan pandangannya dari luar kesosok Uchiha Sasuke.

"Aku ingin membahas mengenai dirimu" tunjuk Sunade kearah Sasuke dengan kopi yang masih ada digenggamannya.

Sasuke mengalihkan pandangannya dengan sorot yang lebih serius, menghindari tatapan Sunade yang menurutnya mengancam. Hal yang selalu ia tidak suka dari rumah sakit ini adalah dokter itu ada disana. Sangat pintar menekan dan mengancam, juga satu-satunya orang yang paling ia hindari sejak lima tahun yang lalu.

"Kenapa kau memabahas itu lagi ?" Balas Sasuke dengan raut terganggu.

"Ini sudah lima tahun" ucapnya seolah mengingatkan Sasuke akan sesuatu hal yang sudah sangat lama.

"Apa kau tidak ingin mengetahui sesuatu ?" Ucap Sunade dengan nada bertanya kental, masih tidak menyerah.

"Kenapa kau selalu ingin melarikan diri ?" kali ini sangat jelas jika wanita itu berusaha memancing kemarahan dalam diri Sasuke.

Dan benar saja, mata itu lansung memandang tajam.

"Tutup saja mulutmu" desis Sasuke makin sinis, melupakan jika ia sedang berbicara dengan orang yang jauh lebih tua darinya.

Sunade tersenyum lebih sinis lagi, lalu sorotnya berubah tajam….

"Kau masih tidak berubah" ucapnya singkat.

"Bocah…masih bocah" Sunade mengeluarkan benda kecil seperti recorder dari dalam saku jas dokternya. Lalu melemparkannya pada Sasuke dan ditangkap dengan muka kesal oleh pria itu.

"Kau…"

"Dengarkan dan siapa tau kau akan berubah pikiran" potong Sunade tidak mau ambil pusing.

"Karena mungkin saja kau sudah melupakan sesuatu yang penting" tambahnya seraya melenggang pergi.

Sasuke terdiam menatap benda ditangannya, ia kemudian menatap kearah Sunade pergi.

'Karena mungkin saja kau sudah melupakan sesuatu yang penting' kata-kata itu yang terus muncul dipikirannya. Dan saat ia menggenggam erat benda itu, langkah Uchihanya mulai tercipta dan benda itu berakhir disaku yang sama dimana gelang milik Hinata berdenting sekali.

Krincing…..

Yang nyaris teredam…..

Mungkinkah ini juga bagian dari sebuah petunjuk…..

Ikuti suara lonceng kecil…?

Pilihan…ini adalah pilihan…

============*T*B*C*=============

Hai…..hai…hai…..Minna…..#Heboh

Jumpa lagi…;)

Oh ya ya ya…

Ini sudah lewat tanggal 22 Oktober…

Maaf karena gk bisa Up ditanggal itu karena ada inspeksi mendadak….

Rasanya kayak dirampok aja….huhuhu….

Ok but No problem soalnya sekarang udah bisa Up…..

Ada yang Tanya apa saya punya Wp ya ?

Saya sudah bilang berulang kali saya gak punya Wp….

Jika ada karya saya yang dipublish disana itu artinya 100% si doi itu copas….

Emang enak ya….kalow tinggal copas-copas gitu…..Hoeemzz…..

Aku fanfic saya hanya Noeruhi Kacahou dan tidak ada lain lagi….

Oh ya…belakangan ini Noe lihat komen kalian jadi makin greget…..

Padahal chapter kemarin itu bukan salah satu feel terbesar….

Um….waktunya balas-balas repiuw dulu ya soalnya udah lama gak balas repiuw kalian…..

Axx-29 : Ah…masak sih….targetnya emang gitu…siap-siap…..ini udah Up…..so I waiting your comment posted for this Chapter Ok….

mimin-Chan : Ok makasih…..mimin juga semangat ya bacanya…hihihi…..

Pengagumlavender : Hope it can be…..

AjHyuuga : Huaaaahhhhh masak cie…(Tersipu)…..berhasil dong kalau gitu….ini udah up kok…..

Marchellanovln : Udah Up loh….ku tunggu dikolom review ya…..

Zizah : Uuuuuhhhhh kenyang Noe baca review kamu…seneng juga sih banyak yang mendukung….ku tunggu dikolom review untuk Chapter ini….

Heira : Udah lanjut kok…..

Mikku hatsune : Sip…..Mikku~Chan….Ganba juga buat kamu…..

PrinceExoL : Uh….Gomen ya udah dibikin kesel…

Anonym : Udah Up kok….kamu juga jaga kesehatan ya….. ;)

Guest : Gak bisa cepet-cepet nanti yang ada malah gak lanjut karena Noe udah keburu stress duluan…..hihihi…..

Guest : Hemmmm…..Iya….Jadi Hinata sama siapa dong ?

Tryanayuhara : Noe juga udah gak sabar baca komen kalian…..

Fariz564 : Udah Lanjut….

Key : Ini next Chapternya Ok…..

Yulia : Udah lanjut loh…

Guest : Noe juga terharu…..andai aja Noe punya kakak kayak Itachi~Nii…..

anna : Hwaaahhhhh…bener nie ? Noe punya Fans dong ? semangat juga buat anna~Chan…jangan baper ahh…nanti tiba-tiba nangis gak ada yang ngelapin loh…..kwkwkwkkwkw…..(-_-)v#Katjang….

Ok sekian balasan dari Noe…..jika ada waktu pasti akan selalu saya balas satu-satu meski bukan di kolom review…..

Haah…..bisa istirahan sejenak….

Tiidak ada jadwal publish karena nanti Noe takutnya gak bisa on time lagi…..

Biasa jam karet….hihihi….

Ja ne….

Domo Arigatou Gozaimasu Minna~San…..