Dream Cafe

Casts :

- Johnny

- Jaehyun

- Yuta

- Taeyong


Final Chapter

Happy Reading


Part 11 (Dream Cafe)

Hujan turun dengan deras, membuat semua orang yang sedang berjalan dengan seketika berlari mencari tempat berteduh. Kecuali seorang pria yang dengan seketika membuka payung hitamnya, Ia sudah melihat ramalan cuaca sebelumnya jika hari ini hujan akan turun di kota Seoul, dan ternyata ramalan cuaca itu benar, tidak sia-sia Ia membawa payung. Jalanan dengan seketika sepi, karena orang-orang yang berlarian menghilang mencari tempat berteduh. Pria yang berlindung dibawah payungnya itu kini memperhatikan sebuah cafe yang ada di seberang jalan tempat Ia berdiri sekarang. Sudah hampir lima belas menit Ia berdiri disini, tidak ada niatan untuk mampir kesana, minum kopi untuk menghangatkan diri. Ia masih setia berdiri ditempatnya, menunggu. Dream Cafe, tulisan besar berwarna ungu di depannya menandakan bahwa itulah nama cafe yang sedang di pandanginya. Dapat dengan jelas Ia lihat dari sini pelanggan-pelanggan yang sedang menikmati minuman mereka dari dinding kaca, senyumnya terukir saat pintu kaca cafe itu terbuka dari dalam, menandakan seseorang baru saja keluar dari cafe tersebut.

Seseorang berambut pirang, dengan kulit putih pucatnya berdiri didepan pintu cafe, dapat terlihat dengan jelas walau pria itu memandangnya dari jarak jauh bahwa si pirang itu sedang tersenyum senang memandangi berjuta tetesan air dari langit.

"Jaehyun Oppa"

Suara seorang gadis berteriak memanggil nama si pirang, itu sebuah teriakan karena Ia yang berada diseberang jalan ini sampai bisa mendengarnya. Pria itu kini mengalihkan pandangannya, melihat seorang gadis cantik yang berteriak tadi menarik pria yang memegang sebuah payung, berusaha untuk melindungi sang gadis dari hujan walau sang gadis dengan paksa menariknya untuk menghampiri si pirang yang barusan dipanggil dengan sebutan Jaehyun Oppa. Setelahnya Ia tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan lelaki bernama Jaehyun itu dengan dua orang yang baru datang menghampirinya. Ia hanya bisa melihat bahwa gadis itu memeluk Jaehyun, bercakap-cakap tiga orang itu, sampai seorang pria yang memegang payung tadi ingin menyerahkan payung yang dipegangnya kepada Jaehyun, namun ditolak.

Melangkahlah Jaehyun meninggalkan gadis cantik dan pria tampan yang sempat bercakap-cakap dengannya tadi. Jaehyun membiarkan saja tubuhnya diguyur hujan, dan pria yang sedaritadi memperhatikannya juga ikut melangkah, mengikuti Jaehyun di seberang sana, tak teralihkan pandangannya dari orang yang dengan sengaja menerjang hujan itu.

"Kebiasaan lama" gumamnya dengan tersenyum, langkahnya memelan mengikuti Jaehyun.

Berhenti keduanya di persimpangan jalan. Berdiri bersebrangan, dipisahkan dengan jalan besar keduanya, menunggu lampu hijau untuk menyala. Pria yang berteduh dibawah payung itu terus memandangi Jaehyun, tak pernah teralih pandangannya, sampai Jaehyun mengangkat kepalanya bertemulah pandangan mereka. Pria itu hanya bisa tersenyum pada Jaehyun, memberikan senyum terbaiknya. Lampu hijau sudah menyala, Jaehyun yang ada di seberang sana hanya diam saja terpaku. Pria itu berjalan, menyebrangi jalan menghampiri Jaehyun yang hanya terdiam. Semakin dekat, sampai mereka berdiri berhadapan.

"Apa kebiasaanmu ini belum hilang? Kau bisa sakit jika kehujanan seperti ini" Pria itu mendekatkan dirinya dengan Jaehyun. Melindungi tubuh mereka dengan payung yang digenggamnya.

Jaehyun hanya memandanginya terpaku. Sebelah tangannya mulai terangkat, disentuhnya wajah orang yang ada dihadapannya ini dengan ujung jari-jarinya. Tidak percaya Jaehyun, bahwa Ia bisa menyentuh orang yang ada dihadapannya ini, menandakan bahwa orang yang ada dihadapannya ini bukanlah khayalannya melainkan kenyataan, sungguhan. Orang yang ada dihadapannya ini nyata!

"Miss me?"

Jaehyun tidak menjawabnya, tubuhnya dengan seketika memeluk orang yang ada dihadapannya ini. Memeluknya dengan erat, sangat erat sampai kepayahan orang yang dipeluknya membalas pelukan Jaehyun dengan sebelah tangannya karena sebelah tangannya lagi yang memegang payungnya.

"Hyung...Johnny Hyung. I miss you so bad" Jaehyun benar-benar mengeratkan pelukannya menyampaikan bahwa Ia benar-benar merindukan orang yang dipeluknya. Dihirupnya aroma tubuh yang sudah lama Ia rindukan ini. Ini benar-benar Johnny Hyung nya, Jaehyun tidak salah, ini benar-benar bukan khayalannya, hampir menangis Jaehyun dibuatnya.

"I miss you too Jae" Johnny mengelus punggung Jaehyun dengan sebelah tangannya. Tidak peduli jika tubuh Jaehyun yang basah kuyup ini akan membasahinya juga. Tak bisa dipungkiri dia juga merindukan Jaehyun. Jaehyun kekasihnya.

.

.

.

Jaehyun tidak henti-hentinya menatap Johnny yang duduk dihadapannya. Di meja makan apartemennya, duduk berhadapan keduanya dengan cangkir coklat panas masing-masing. Kedua telapak tangan Jaehyun menempel pada cangkir coklat yang masih mengepul, untuk menghangatkan diri, namun matanya terus tertuju pada orang dihadapannya. Ia masih tidak percaya bahwa orang yang selama ini dirindukannya sekarang ada dihadapannya. Tak pernah lepas matanya menatap orang yang juga ikut menatap dirinya, Jaehyun hanya takut jika Ia mengalihkan pandangannya orang ini akan menghilang seperti bayangan.

Sementara Johnny yang ditatap Jaehyun seperti itu hanya diam saja. Sesekali tersenyum melihatnya. Ketahuilah bukan hanya Jaehyun yang rindu, tetapi Johnny juga. Terus diperhatikan Jaehyun yang ada dihadapannya ini. Rambut pirangnya sekarang sudah sedikit memanjang, hampir menutupi matanya. Sudah mulai terlihat warna rambut aslinya yang hitam mulai tumbuh. Kulit putihnya masih sama, mata coklatnya masih sama, masih juga terukir lubang kecil di kedua pipinya ketika dia tersenyum. Jaehyunnya benar-benar tidak berubah. Masih sama seperti Jaehyun yang terakhir kali ditemuinya, masih chubby pipinya, pipi yang bisa dicubitnya gemas.

"Hyung"

"Hm?"

"Johnny Hyung"

"Ya?"

Jaehyun tersenyum setelahnya, setelah memanggil Johnny. Jaehyun hanya ingin memastikan sekali lagi jika ini bukan khayalannya. Dia sering sekali berkhayal jika Johnny ada dihadapannya, namun saat dipanggil namanya tak pernah menyahut orang itu. Tapi sekarang orang yang dihadapannya ini benar-benar bukan khayalan, ini kenyataan.

"Kau benar-benar merindukanku?"

Jaehyun mengangguk, jelas saja Ia sangat merindukan Johnny.

"Aku juga. Aku juga sangat merindukanmu Jaehyun"

"Kau tidak merindukanku Hyung. Kau menghilang. Kau tidak membalas pesanku, tidak mengangkat telponku, selama satu minggu lebih. Aku tidak bisa menghubungimu, aku kira kau melupakanku"

Johnny menggelengkan kepalanya. Tentu saja tidak. Dia tidak mungkin melupakan Jaehyun. tidak tau saja Jaehyun bahwa tidak pernah seharipun Johnny lewatkan tanpa memikirkan Jaehyun. Selalu ada dikepalanya satu nama itu dan tidak pernah hilang.

"Mana mungkin aku melupakanmu Jae. Tidak mungkin"

"Lalu kenapa aku tidak bisa menghubungimu Hyung?"

"Aku menyelsaikan pekerjaanku. Semuanya, agar aku bisa kembali ke Seoul. Maafkan aku. Aku juga sengaja tidak menghubungimu agar aku bisa bertemu langsung saja denganmu nanti. Dan... surprise, aku disini sekarang"

Jaehyun tertawa kecil dibuatnya, sekarang tidak peduli lagi Jaehyun dengan Johnny yang tidak bisa duhubungi itu. Johnny sudah disini sekarang, sudah dihadapannya. Sudah tidak terpisahkan lagi dengan jarak jauh, tidak ada lagi zona waktu yang berbeda, tidak lagi ditatapnya wajah Johnny melalui layar persegi ponselnya. Karena sekarang Jaehyun bisa melihat wajah kekasihnya secara langsung dan bisa menyentuhnya.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu Hyung? Kenapa kau bisa kembali ke Seoul? Kau akan pindah kesini lagi?"

"Tidak. Aku berhasil melalui masa percobaan. Dan aku akan menetap disana"

Jaehyun terdiam, menetap? Itu tandanya Johnny akan tinggal disana, di Paris. Tidak kembali lagi kesini nantinya. Jaehyun menunduk seketika, baru saja Ia merasa senang dengan kedatangan orang yang diridukannya, namun Ia seperti terhempas dari kesenangannya ketika Johnny mengatakan akan menetap disana. Bagaimana nanti hubungannya dengan Johnny?

"Aku punya waktu lima hari disini Jae. Ayo gunakan lima hari itu untuk bersenang-senang" Johnny melanjutkan perkataannya tanpa memikirkan raut wajah Jaehyun yang berubah.

.

.

.

Jaehyun menuruti saja apa yang Johnny katakan. Menghabiskan waktu lima hari mereka bersama. Dihari pertama mereka berpesta bersama Yuta, Suho, Taeyong dan Chanyeol menyambut kedatangan Johnny. Jaehyun dan Johnny tidak mengatakan kepada orang-orang itu bahwa kedatangan Johnny ini hanya untuk lima hari. Jaehyun juga tidak berani bertanya pada Johnny, Hyung setelah lima hari nanti kita bagaimana? Karena Jaehyun takut dengan jawaban Johnny nantinya. Biarkan saja Jaehyun menikmati waktu lima hari ini, jika nanti Johnny memutuskan untuk berakhir maka dengan lapang dada Jaehyun akan menerimanya. Setidaknya Jaehyun sudah membuat kenangan yang indah bersama kekasihnya ini. Hari kedua mereka habiskan dengan pergi ke tempat-tempat biasa mereka berkencan. Seharian full mereka pergi kemanapun yang mereka mau. Semua hari-hari yang tersisa mereka gunakan tanpa sia-sia, melakukan apapun yang mereka inginkan, yang mereka rindukan. Semua yang mereka ingin lakukan bersama, seperti satu tahun yang lalu.

Johnny perlahan membuka matanya. Bertemulah pandangannya dengan Jaehyun yang masih tertidur dengan pulas dihadapannya. Masih polos tubuh mereka tanpa sehelai benang pun karena kegiatan semalam. Johnny menarik selimut yang menutupi tubuh mereka sebatas bahu, agar Jaehyunnya tidak merasakan udara dingin pagi. Dengan perlahan mengelus pucuk kepala Jaehyun sepelan mungkin agar tidak membangunkan orang dengan kulit seputih kapas ini dari tidurnya. Jujur saja, Johnny bukan hanya merindukan Jaehyun yang sudah setahun lebih terpisah, Ia juga merindukan tubuhnya, tubuh yang dibalut dengan kulit putih yang selalu dirindukannya. Johnny dengan seijin Jaehyun menyentuh tubuh itu, dan menguasainya. Dia hampir gila semalam, gila karena sudah lama sekali tidak mendengar suara Jaehyun yang mengerang dibawah kungkungannya. Tangan Johnny dengan perlahan turun ke wajah Jaehyun dan mengelus pipi Jaehyun pelan, sudah lama sekali Johnny tidak melalui paginya seperti ini, menunggu Jaehyunnya untuk bangun.

Jaehyun mulai menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya. Dia sudah setengah sadar tapi enggan membuka mata, malah merapatkan selimutnya dan semakin mendekatkan diri kepada Johnny, membuat Johnny terkekeh pelan. Kebiasaan lama, Jaehyun memang paling tidak suka bangun pagi jika tidak ada kerjaan.

"Hey ini sudah pagi. Wake up"

"Ng...nanti" ucap Jaehyun dengan suara seraknya dan mata yang masih tertutup.

Jurus andalan Johnny untuk membangunkan Jaehyun adalah tangan jailnya yang entah mencubit pipi Jaehyun lah, atau telunjuknya yang menusuk ditempat dimana dimple Jaehyun terbentuk, atau mencubit hidungnya, atau menggelitik. Apapun itu sampai membuat Jaehyun kesal dan akhirnya membuka mata.

"Hyung..." Jaehyun dengan terpaksa membuka matanya.

"Nah gitu dong bangun. Good morning Jae" Johnny menyingkirkan rambut Jaehyun dari keningnya yang sudah hampir menutupi matanya.

"Morning Hyung"

Jaehyun tersenyum senang. Akhirnya Ia menyambut pagi hari nya besama Johnny. Kemarin-kemarin pagi dan malam mereka berbeda, pagi untuk Jaehyun dan malam untuk Johnny. Sekarang tidak lagi seperti itu. Namun, senyum Jaehyun perlahan memudar saat Ia mengingat sesuatu. Jaehyun baru ingat, seharusnya Ia tidak senang dengan datangnya pagi, itu tandanya waktu lima harinya bersama Johnny berkurang sehari, dan sekarang adalah hari keempat yang tandanya besok adalah hari terakhir. Jaehyun mengalungkan lengannya di leher Johnny dan menenggelamkan wajahnya di bahu bidang pria yang lebih tinggi darinya ini. Membuat Johnny sedikit bingung dengan sikap Jaehyun.

"Hyung"

"Hm?"

"Ini hari keempat, dan besok adalah yang terakhir. Kau akan kembali ke Paris dan akan menetap disana. Lalu kita bagaimana Hyung? Apa kita akan berakhir?"

Johnny tidak menjawab pertanyaan Jaehyun. Ia malah mengelus dengan lembut kepala belakang Jaehyun, membuat Jaehyun semakin takut jika memang Johnny ingin mengakhiri hubungan mereka, dan sepertinya Jaehyun memang tidak boleh berharap terlalu tinggi. Johnny membalik posisi mereka. Memposisikan dirinya diatas Jaehyun yang sedikit terkejut dengan perbuatan Johnny. Mata mereka saling beradu pandang, dan Jaehyun masih menunggu jawaban dari Johnny atas pertanyaannya.

"Jaehyun, berhubungan jarak jauh itu sulit kan?"

Jaehyun mengangguk menyetujui.

"Kita memang tetap saling terhubung. Tapi itu saja tidak cukup, kita hampir sering bertengkar. Kau pernah tidak mempercayaiku dan selalu menaruh curiga kepadaku. Aku juga selalu memikirkannmu, bagaimana keadanmu disini? Dengan siapa saja kau bergaul? Atau jangan-jangan ada banyak orang yang mendekatimu. Komunikasi kita memang berjalan dengan baik tapi itu saja tidak cukup Jae"

Benar, apa yang Johnny katakan memang benar. Pada awalnya itu memang baik-baik saja terlihat mudah, tapi semakin lama semuanya semakin sulit. Hanya menjaga komunikasi dengan satu sama lain saja tidak cukup. Kunci utamanya adalah saling percaya, namun kepercayaan mereka terkadang suka goyah dengan timbulnya rasa curiga antara satu sama lain.

"Lalu?" Jaehyun bertanya dengan hati-hati. Sekaligus mempersiapkan diri jika memang Johnny ingin mengakhiri hubungan mereka. Johnny terdiam sebentar, terlihat berpikir, mempertimbangkan kalimat yang akan dikatakannya dengan Jaehyun.

"Menikahlah denganku Jung Jaehyun"

"Huh?" Jaehyun terkejut dengan perkataan Johnny. Ia mengerjapkan matanya, masih tidak yakin dengan apa yang barusan dikatakan oleh Johnny.

"Aku tidak bisa berpisah denganmu dan aku tidak ingin mengakhiri semuanya. Maka dari itu menikahlah dengan ku dan ikut dengan ku ke Paris. Kau tau? Ini lah tujuanku sebenarnya pulang ke Korea, aku hanya ingin mengatakan, Jung Jaehyun will you marry me? And spend the rest of your life with me"

"Oh my god" Jaehyun menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya sudah berair saat Johnny mengatakan will you marry me? Posisi mereka hari ini benar-benar mengingatkan Jaehyun saat pertama kali Johnny menyatakan cintanya. Benar-benar persis seperti waktu itu, suasana dan kondisinya, bahkan posisi mereka. Yang berbeda adalah jika dulu Johnny mengatakan would be mine? Kali ini kalimat yang di keluarkan Johnny benar-benar sukses membuat Jaehyun menangis, menangis yang benar-benar menangis air matanya bukan hanya setetes lagi tapi sudah mengalir tak terbendung, sesekali terisak. Johnny menyingkirkan kedua tangan Jaehyun yang menutupi mulut Jaehyun. Menghapus air mata yang mengalir dan menatap Jaehyun sungguh-sungguh menunggu jawaban dari pria yang ada dibawahnya ini.

Jaehyun mengatur napasnya yang tadi sempat tidak beraturan karena menangis, belum pernah sebelumnya Ia menangis sampai seperti ini, menghapus sisa-sisa air matanya dengan pelan Ia berkata "Yes, I do"

"What?" Johnny mendekatkan telinganya ke bibir Jaehyun. Suara Jaehyun memang terdengar, hanya saja itu terlalu pelan, Ia takut salah dengar, Ia hanya ingin memastikannya sekali lagi.

"Yes, I do" ucap Jaehyun sekali lagi dengan jelas, membuat Johnny tersenyum senang mendengarnya.

"Apa-apaan ini Hyung. Kau mengatakannya disaat seperti ini. Benar-benar tidak romantis sama sekali" Jaehyun mengalungkan kedua tangannya di leher Johnny dan menarik pria itu kedalam pelukannya, matanya mulai berair lagi. Sungguh Ia merasa sangat cengeng sekali hari ini.

"Tidak romantis tapi kau menangis" Johnny terkekeh pelan. Membiarkan Jaehyun menangis dipelukannya. Dia lega, tujuannya untuk bertemu Jaehyun dengan susah payah Ia menyelsaikan semua tugas kantornya terbayar sudah. Dia sudah mendengar jawaban yang ingin dia dengar dari Jaehyun.

.

.

.

-3 years later-

Jaehyun melirik jam tangannya memastikan waktu. Dari dalam mobilnya Ia memperhatikan gedung didepannya, menunggu seseorang. Sudah lebih dari lima belas menit, seharusnya orang yang ditunggunya sudah datang. Jaehyun mengulum senyumnya saat Ia melihat orang yang sedaritadi ditunggunya, keluar gerbang dari gedung dihadapannya. Ia keluar dari mobilnya, melambaikan tangannya kepada orang tersebut. Terlihat orang yang dimaksudnya meninggalkan teman-temannya saat Ia melihat Jaehyun, langsung berlari menghampiri Jaehyun.

"Appa" seorang remaja dengan rambut hitam menghampiri Jaehyun dengan eye smile nya.

"How's your day Jeno?"

"Good"

"Ayo pulang, sebelum Daddy mu sampai duluan dirumah" Jaehyun merangkul remaja yang bernama Jeno itu untuk masuk kedalam mobilnya.

Di perjalanan Jeno sibuk bercerita bagaimana hari-hari nya di sekolah tadi. Apa yang baru Ia pelajari, guru killer nya, teman-teman sekelasnya, semuanya Ia ceritakan kepada Jaehyun yang dengan setia mendengarkan Jeno sambil tetap fokus menyetir. Sesekali tertawa jika cerita yang dikatakan lucu menurutnya, atau menegur Jeno jika menurutnya perbuatan yang Jeno lakukan itu salah. Sampai tak terasa mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Jaehyun langsung sibuk didapur saat mereka sampai rumah. Mencuci beberapa sayuran, merebus air, dan sebagainya. Sementara Jeno mandi membersihkan diri. Jeno yang baru keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya duduk di sofa meraih remote tv untuk menonton acara favoritenya sebelum Appa nya selesai memasak. Namun, niat nya untuk meraih remote tv batal saat Ia melihat ponsel Appa nya yang diletakkan diatas meja, tidak jauh dari remote yang akan diambilnya bergetar.

"Appa, ada yang menghubungimu"

"Siapa?"

" "

Jaehyun langsung mengambil alih ponselnya yang ada ditangan Jeno dan menjawab panggilangnnya. Jeno duduk dimeja makan dan memperhatikan Jaehyun yang berbicara dengan orang di seberang sana melalui telepon. Sambil tangannya sibuk memotong wortel.

"I'll be there in 30 minutes" ucap Jaehyun lalu mengakhiri sambungan telponnya "Jeno, maafkan Appa, sepertinya aku tidak bisa memasak sesuatu yang kau inginkan, Appa harus ke kantor sekarang juga, ada beberapa design yang harus diperbaiki lagi" Jaehyun dengan tergesa-gesa mematikan kompor yang menyala dan langsung kekamarnya mengambil beberapa barang yang harus dibawanya. Jaehyun langsung menyambar kuncil mobilnya dan memakai sepatunya dengan buru-buru pula.

"Katakan pada Daddy mu aku akan pulang sedikit malam. Maafkan Appa, jika kau lapar pesan lah sesuatu, kau mengerti?"

Jeno hanya mengangguk meng-iya-kan perkataan Jaehyun. Walau sebenarnya Ia sedikit kecewa juga ditinggal sendiri. Tapi apa boleh buat sepertinya pekerjaan Appa nya itu benar-benar tidak bisa ditinggal.

.

.

.

Johnny baru saja masuk rumahnya, melepas blazer yang dikenakannya. Ia langsung menuju ruang tengah dan dilihatnya Jeno sedang menonton televisi sambil berbaring di sofa.

"Jeno kau sendirian?"

"Hai Dad, kau sudah pulang. Aku menunggumu daritadi" Jeno langsung bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di sofa, memberi ruang kepada Johnny untuk duduk disampingnya.

"Dimana Appa mu?" Johnny mengedarkan pandangannya yang memang daritadi tidak menemukan tanda-tanda akan keberadaan Jaehyun.

"Appa pergi ke kantornya, Ia bilang mungkin akan pulang malam"

"Dia bilang hari ini tidak ada kerjaan kenapa tiba-tiba?"

Jeno hanya mengangkat kedua bahunya, menandakan Ia sendiri juga tidak tau.

"Kau sudah makan?"

"Belum. Tadi Appa mau memasak tapi tidak jadi karena panggilan dari kantornya"

"Ya tuhan" Johnny bangkit dan menuju dapur. Benar saja apa yang Jeno katakan. Ada beberapa sayuran yang sudah dicuci bahkan setengahnya sudah di iris, ada rebusan air yang masih mengepul, dan beberapa bahan yang mungkin sudah disiapkan Jaehyun. Johnny merogoh saku celananya dan menghubungi Jaehyun. butuh beberapa saat untuk Jaehyun mengangkat panggilannya. Johnny duduk di meja makan menunggu Jaehyun untuk mengangkat panggilannya. Tersenyum sekilas pada Jeno saat anak itu juga ikut duduk dihadapannya.

'Halo'

"Kau dimana?"

'Aku dikantor Hyung'

Sayup-sayup Johnny mendengar suara beberapa orang sedang berbicara. Sepertinya Jaehyun memang benar-benar sedang berada dikantornya.

"Katanya kau tidak ada pekerjaan hari ini"

'Tuan Chris tiba-tiba menghubungiku, ada beberapa design yang harus diperbaiki'

"Tapi kau meninggalkan Jeno dengan keadaan lapar. Kau seharusnya memesankan dia sesuatu untuk dimakan sebelum kau pergi Jaehyun" ucap Johnny dengan nada yang sedikit kesal.

'Maafkan aku, aku benar-benar buru-buru tadi'

Jeno yang melihat Johnny sedikit marah pada Jaehyun berkata I'm fine kepada Johnny tanpa suaranya. Ia tidak ingin Jaehyun dimarahi oleh Daddy nya apalagi itu gara-gara dirinya.

'Aku benar-benar minta maaf Hyung'

"Yasudah. Kau pulang malam?"

'Sepertinya begitu. Aku akan menyelsaikan dulu pekerjaanku ini baru aku akan pulang'

"Jangan lupa makan malam. Aku akan menunggumu dirumah"

Johnny mengakhiri sambungan telponnya dengan Jaehyun. Menatap Jeno yang duduk dihadapannya "Maafkan Appa mu itu yah. Dia memang sedikit lupa diri kalau sudah mengenai pekerjaannya. Kita pesan makanan saja, aku juga lapar"

"Tidak apa Dad, aku maklum. Lagi pula tadi Appa benar-benar terburu-buru. Sepertinya menyisir rambut saja tidak hahaha"

Johnny tertawa dan mengacak pelan rambut hitam Jeno. Anaknya, anak angkatnya dan Jaehyun setelah 3 tahun pernikahan mereka. Jeno yang melengkapi keluarga mereka. Johnny ingat, dua tahun lalu Jeno sempat menolak mereka.

-Flashback-

"Jeno, ayo berikan salam kepada mereka" seorang wanita menyuruh Jeno untuk mendekat dengan Johnny dan Jaehyun yang sudah tersenyum ramah padanya.

"Aku tidak mau" bukannya menyambut keduanya dengan ramah Jeno malah menolak dan kembali ke kamarnya menutup pintunya rapat-rapat. Membuat Jaehyun sedikit kecewa melihat sikap Jeno yang sepertinya memang tidak suka dengannya.

"Maafkan Jeno yah, biasanya dia tidak seperti itu" ucap ibu panti tidak enak kepada Jaehyun dan Johnny.

"Tidak apa"

Jaehyun hanya merengut memperhatikan jalanan. Johnny meliriknya sesekali sambil tetap fokus menyetir. Sejak pulang dari panti asuhan itu Jaehyun terus saja merengut apalagi setelah melihat sikap Jeno tadi. Jaehyun yang tadinya antusias langsung tidak banyak bicara. Johnny tau pasti Jaehyun sangat menyukai Jeno maka dari itu melihat sikap Jeno yang sepertinya tidak menyukai mereka membuat Jaehyun sedikit sedih.

"Kenapa kita tidak mengangkat baby saja yang masih belum mengerti apapun Jae?"

"Biarbagaimana pun tidak ada seorang perempuan diantara kita yang akan mengurus baby dengan telaten. Apalagi dengan pekerjaan kita Hyung" Jaehyun langsung mengalihkan pandangannya dari jalan raya dan menatap Johnny yang ada disampingnya.

"Tapi Jeno sepertinya tidak suka dengan kita, kita cari yang lain saja"

"Aku maunya Jeno. dia tampan dan punya eye smile yang menggemaskan"

"Kita tidak bisa memaksanya Jae"

Jaehyun langsung lesu. Apa yang dikatakan Johnny benar, mereka tidak bisa memaksa Jeno untuk menjadi anak angkat mereka. Jeno sudah remaja, bukan seorang baby yang tidak mengerti apapun. Jaehyun kembali memandang keluar jendela dengan pandangan kosong, dan wajahnya yang sedikit ditekuk.

Keesokan harinya Johnny kembali lagi ke panti seorang diri. Ia ingin bertemu dengan Jeno sekali lagi, mencoba membujuknya. Wanita pengasuh panti mengantarkan Johnny ke taman belakang menghampiri Jeno yang sedang duduk memangku seekor kucing. Wanita tersebut meninggalkan mereka berdua, membiarkan Johnny berbicara dengan Jeno. Johnny menghampiri Jeno dan duduk dihadapan Jeno sambil tersenyum ramah kepada anak tersebut.

"Hai Jeno"

"Oh paman kemari lagi. Annyeonghaseyo" dalam posisi duduk Jeno tetap menundukan badannya untuk menyapa Johnnny "Dimana paman yang satunya lagi?"

"Dia ada dirumah. Aku kesini seorang diri. Kau tau? Dia hanya merengut seharian sejak bertemu denganmu"

"Maafkan aku atas sikapku kemarin" ucap Jeno dengan nada menyesal. Ia baru sadar jika kemarin Ia benar-benar sangat keterlaluan kepada dua orang yang berniat mengangkatnya menjadi seorang anak ini.

"Tidak apa" Johnny ikut mengelus bulu kucing yang ada dipangkuan Jeno, mengambil beberapa saat untuk mengakrabkan diri dengan anak didepannya ini. Memulai dengan obrolan-obrolan sederhana seperti hobi dan bahkan cita-citanya. Mencoba membuat Jeno merasa nyaman dengannya.

"Paman yang datang bersamamu kemarin itu siapa namanya?" Jeno bertanya dengan Johnny setelah beberapa saat mereka berdua mengobrol bersama dan Jeno baru sadar jika Ia belum mengetahui nama dari orang yang datang bersama Johnny kemarin.

"Namanya Jaehyun. Jung Jaehyun atau Seo Jaehyun"

"Oh jadi namanya Jaehyun. Dia tampan, tapi sangat manis ketika tersenyum"

"Benar kan? aku juga berkata seperti itu saat pertama kali bertemu dengannya hahaha"

Jeno melepaskan kucing yang ada dipangkuannya, membiarkan kucing itu bermain sendiri di halaman sementara dirinya kini fokus pada seseorang yang ada dihadapannya.

"Kau sama seperti dia. Kau juga tampan tapi sangat manis saat tersenyum karena eye smile mu itu. Dia sangat menyukaimu, dia murung seharian saat kau tidak mau ikut bersama kami. Aku tau kau mungkin merasa aneh tidak melihat sosok seorang ibu diantara kami kan? Jika kau mau menjadi anak angkat kami, aku akan berusaha memenuhi apa pun yang kau mau. Bersekolah di tempat yang baik, mainan apa yang kau inginkan? Jika aku mampu aku akan membelikannya. Ikutlah denganku, kau bisa mencobanya tinggal bersama kami. Jika kau tidak suka dan tidak nyaman aku akan mengantarmu kembali kesini. Aku janji" ucap Johnny dengan meyakinkan.

Jeno nampak ragu-ragu. Apa yang dikatakan Johnny benar, Ia memang merasa aneh karena tidak adanya sosok wanita yang berperan sebagai ibu diantara Johnny dan Jaehyun. Itulah sebabnya kemarin Ia bersikap kurang menyenangkan kepada Johnny dan Jaehyun. Namun melihat sikap Johnny yang begitu baik padanya ini sedikit merubah pandangannya. Apalagi janji yang ditebar oleh Johnny tadi, janji terakhirnya itu yang paling menggiurkan, mencoba tinggal bersama mereka dan akan kembali jika Ia tidak merasa nyaman, sepertinya itu tidak buruk. Akhirnya Jeno menyetujuinya, ikut dengan Johnny menjadi anak angkat dari Johnny dan Jaehyun.

Jeno disambut pekikan senang dari Jaehyun saat Johnny membawanya kerumah atau lebih tepatnya apartemen mereka. Ia juga dikenalkan dengan orang yang bernama Jun Myeon atau yang lebih sering dipanggil Suho yang merupakan kakak dari Jaehyun dan juga Yuta. canggung diawal, tapi lama-lama Jeno bisa membiasakan diri. Ia rela harus ikut bersama Johnny dan Jaehyun ke Paris kembali ke rumah mereka yang sebenarnya. Johnny menepati janjinya yang akan menyekolahkannya, sebelumnya Ia menjalani home schooling sampai bahasa inggrisnya lancar dan Ia bisa bersekolah di sekolah internasional, Jeno juga sedikit demi sedikit mempelajari bahasa Prancis agar bisa bergaul dengan teman-temannya yang memang orang sana. Semua kebutuhan Jeno terpenuhi tak pernah kurang.

Jeno tidak menyesali keputusannya untuk ikut bersama Johnny. Walaupun Ia tidak melihat sosok wanita yang berperan sebagai ibu, Jeno masih bisa merasakan kasih sayang dari keduanya. Bagaimana mereka memperlakukan Jeno sebagai anaknya sendiri. Jeno sekarang bersyukur Ia memiliki orang yang dipanggil Daddy dan Appa yang menyayanginya. Jika Ia ditanya apakah kau ingin kembali ke panti lagi? Maka jawaban Jeno adalah tidak. Ia sudah cukup bahagia bersama Johnny dan Jaehyun, Daddy dan Appa nya, buat apa Ia kembali lagi kesana? Sekali lagi, Jeno tidak pernah menyesal untuk menjadi bagian dari keluarga ini. Walau Ia harus rela mengganti namanya yang pada awalnya adalah Lee Jeno menjadi Seo Jeno.

-Flashback End-

.

.

.

"Appa, ayo ke Korea. Sekarang kan libur musim panas" Jeno yang duduk dimeja makan, merengek kepada dua orang yang juga duduk dimeja makan bersamanya sambil mengunyah makanannya. Sudah dari kemarin permintaan Jeno kepada Jaehyun dan Johnny tetap sama, yaitu untuk berlibur ke Korea, pulang kampung katanya. Johnny dan Jaehyun hampir bosan setiap saat mendengar permintaan Jeno yang itu-itu saja.

"Kau libur, tapi Appa dan Daddy mu tidak"

"Cuti satu minggu saja, apa tidak bisa?"

"Daddy sih bisa saja ambil cuti. Tapi Appa mu tuh, kemarin saja dia mendadak pergi ke kantor"

Jeno kini mengalihkan pandangannya pada Jaehyun yang hanya diam saja dan tersenyum dengan perasaan bersalah. Johnny memang benar, pekerjaannya terkadang tidak tau waktu hari minggu saja kadang dia suka disuruh datang ke kantor. Dulu designer lama tempat Jaehyun bekerja yang mengenalkannya kepada Chris seorang designer ternama di Paris, baik sekali dia mau membantu Jaehyun agar dia tidak jadi pengangguran disini. Namun, dia pernah bilang jika Chris itu lebih gila dari dia, dan benar saja apa kata itu, kadang Jaehyun memang mendadak disuruh datang ke kantor walaupun sedang libur, yang terkadang membuat Johnny kesal. Kerjaan Jaehyun tidak sebanyak waktu Ia bekerja bersama tapi waktu nya itu yang kadang kurang tepat. Kalau Johnny sih jadwal kerjanya teratur.

"Maaf yah Jeno" ucap Jaehyun pelan.

"Yasudah aku kesana sendiri saja. Nanti tinggal minta uncle Yuta atau uncle Suho menjemputku di airport"

"NO!" sahut Johnny dan Jaehyun secara berbarengan membuat Jeno sedikit terkejut.

"Why? Aku sudah tujuh belas tahun, lagi pula kan disana nanti aku tidak tinggal sendiri ada uncle Suho yang menemaniku atau uncle Yuta. Aku juga bisa bertemu dengan David, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya"

David itu anak dari Taeyong dan Chanyeol, usianya baru delapan tahun lucu sekali. Jeno sebelum ikut kedua orang tuanya ke Paris hampir setiap hari bermain dengan David. Karena Jeno yang harus mengikuti kedua orang tuanya tinggal di Paris Ia jadi tidak bisa lagi bermain dengan David, paling juga hanya bisa berkomunikasi dengan adik kecil itu melalui video call saat Jaehyun menghubungi Taeyong atau saat Jeno memaksa Jaehyun untuk menghubungi Taeyong agar Ia bisa melihat David.

"Tidak, tidak, tidak" Johnny menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri tanda Ia tidak menyetujui usul Jeno "Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri" Jaehyun mengangguk setuju membuat Jeno merengut atas kekompakan kedua orang tua nya ini, kalau sudah seperti ini kan jadi tidak ada yang mendukungnya. Biasanya Appa nya yang selalu membela Jeno menyutujui apapun yang Jeno inginkan walau pun tak di setujui oleh Daddy nya.

"Why Daddy?"

"Pertama, tidak enak merepotkan Suho Hyung dan Yuta. Kedua, Suho Hyung itu sibuk dia tidak akan bisa menjagamu, dia suka bulak balik Jepang, Korea, China. Kalau Yuta sibuk di cafe, dia itu kelalawar sibuk dimalam hari tidur di siang hari. Jika kau ada disana maka kau akan mengurangi waktu tidurnya. Kau ingin bertemu dengan David? Setau ku Taeyong dan Chanyeol sedang berlibur ke London"

"Benar Hyung, Taeyong Hyung bilang dia lagi ada di London"

"Tuh kan. Nanti kau disana sama siapa? tidak Jeno, aku tidak akan mengijinkan"

Jeno menunduk lesu. Batal sudah semua keinginannya untuk pulang kampung. Begini nih resiko punya orang tua yang sibuknya minta ampun. Waktu berkumpul mereka di rumah sih bisa dibilang cukup, tapi kan Jeno ingin sesekali berlibur keluar, tidak hanya dirumah saja. Seperti teman-temannya yang lain jika libur musim dingin atau panas pasti selalu berlibur bersama keluarga mereka.

"Appa akan usahakan untuk cuti. Besok Appa akan minta ijin ke tuan Chris, jika diijinkan kita bisa pulang ke Korea"

Jeno langsung mengangkat kepalanya lagi saat mendengar perkataan Jaehyun. Ia menatap Jaehyun dengan mata berbinar dan tersenyum sehingga matanya berbentuk bulan sabit.

"Jika Appa mu dapat ijin Daddy juga akan mengambil cuti untukmu"

"Yes!" Jeno langsung melompat kegirangan dari kursi duduknya, mengepalkan kedua tangannya seperti baru saja memenangkan lotre membuat Johnny dan Jaehyun hanya bisa tertawa melihatnya.

.

.

.

Suara gemerincing lonceng dari pintu yang baru dibuka menyambut pendengaran semua orang yang sedang duduk bersantai sambil bercengkrama menikmati minuman mereka didalam sebuah cafe. Tidak ada satupun yang peduli dengan kedatangan orang yang baru saja masuk ke cafe ini, karena gemerincing lonceng itu di khususkan kepada karyawan cafe untuk memberi tanda agar mereka menyambut tamu mereka yang baru datang. Semua karyawan langsung menyapa pelanggan itu ramah sambil berkata Selamat Datang. Namun, satu karyawan wanita yang melihat pelanggan yang baru masuk itu terdiam sebentar sebelum akhirnya tersenyum senang dan hampir berteriak memanggil nama sang pelanggan.

"Ya tuhan, Jaehyun" Wendy, karyawan wanita itu langsung menghampiri Jaehyun dan memeluknya saat melihat Jaehyun baru saja datang. Jaehyun membalas pelukan dari Wendy ketika wanita ini menyambutnya, sudah lama sekali Ia tidak bertemu wanita yang sangat cerewet ini.

"Apa kabar Noona?"

"Aku baik-baik saja. Kapan kau datang? Yaampun sudah hampir 3 tahun aku tidak bertemu denganmu" Wendy melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Jaehyun sedikit mendongak untuk menatap orang yang lebih tinggi darinya ini.

"Aku sebenarnya sudah sampai di Seoul dari kemarin, hanya saja baru hari ini aku datang ke cafe"

Wendy kini melirik seseorang dibelakang Jaehyun. Ia baru sadar jika Jaehyun tidak datang sendiri "Apakah itu Jeno?"

Jaehyun mengangguk, Ia menarik Jeno untuk menyapa Wendy. Dengan sopan Jeno membungkukkan badan nya dan memperkenalkan diri dengan wanita yang baru ditemuinya ini yang sepertinya sangat dekat dengan Jaehyun.

"Kau belum pernah bertemu dengannya yah? Kalau Koeun dan Mark sih sudah pernah ku kenalkan dengan Jeno sebelum kita kembali ke Paris. Nah Noona, ini anakku namanya Jeno"

"Dia tampan"

"Seperti Appa nya"

"Iiish...percaya diri sekali kau Jung ehh..salah maksudku Seo Jaehyun"

"Kau ingin pesan sesuatu?"

"Tidak, aku akan pesan minum di bar saja, tolong buatkan greantea frappe untuk Jeno yah dan antarkan ke bawah"

Wendy mengangguk mengerti dan menyuruh baristanya untuk membuat minuman yang Jaehyun pesan. Jaehyun menuntun Jeno untuk mengikutinya menuju basement cafe dimana bar cafe itu berada. Menuruni anak tangga, Jaehyun memperhatikan sekitarnya, ini benar-benar pertama kalinya Ia kembali lagi ke cafe ini sejak tiga tahun yang lalu. Tidak banyak yang berubah, tangga penghubung cafe dan bar ini masih sama. Meja bar di basement masih sama, suasananya, dan juga yang paling Jaehyun rindukan adalah panggung kecil di pojok ruangan dimana live music akan tersaji disana. Itu tempat Jaehyun dulu, Ia seperti berada di singgah sana jika sudah berdiri diatas panggung itu. Jaehyun tersenyum sekilas memperhatikan panggun kecil dipojokan ruangan bar cafe ini. Jaehyun menarik Jeno untuk duduk di kursi tinggi didepan meja bar.

"Sebenarnya yah, anak seusiamu ini masih belum diijinkan masuk kedalam bar cafe ini. Tapi kau pengecualian" ucap Jaehyun kepada Jeno yang sibuk mengedarkan pandangannya menelusuri setiap sudut bar. Ini adalah pertama kalinya Ia datang ke bar di Dream Cafe.

"Kau boleh masuk karena kau adalah anak dari adik pemilik cafe ini" sahut Yuta yang tiba-tiba datang dan menyerahkan semangkuk kecil permen jelly warna-warni. Permen yang biasa Ia berikan kepada Jaehyun dulu.

"Uncle Yuta" Jeno tersenyum menyapa Yuta yang berada di balik meja bar nya.

"Wahh..permen Jelly. Kau masih sering menyediakannya Hyung?" Jaehyun baru saja ingin mengambil permen Jelly warna-warni dari mangkuk kecil itu namun tangannya ditepis oleh Yuta, membuat Jaehyun menatapnya bingung.

"Ini untuk Jeno bukan untukmu"

"Yaampun, menyebalkan sekali"

Jeno hanya tertawa dan mencicipi permen jelly yang diberikan oleh Yuta. Kenyal dan manis, rasanya sangat enak. Ditemani dengan greantea frappe nya yang baru saja datang diantarkan oleh pelayan.

"Dimana Johnny?"

"Ia akan menyusul"

Yuta mengobrol dengan Jeno yang sudah dianggap sebagai keponakannya sendiri. Menanyai kabarnya, sekolahnya, dan hari-hari nya. Saat Jaehyun, Johnny dan Jeno datang, Yuta tidak ikut menjemput mereka dibandara karena mereka datang di pagi hari yang merupakan waktu tidurnya. Jadi baru hari ini Ia bertemu dengan Jeno dan Jaehyun. Setelah lima belas menit berlalu pria tinggi yang ditunggu mereka bertiga datang, dan duduk di kursi tinggi disamping Jeno.

"Hei Johnny. Lama tidak bertemu. Kenapa kau baru datang?" Yuta menyuguhkan segelas air putih sebagai service kepada Johnny yang baru duduk di kursi tingginya.

"Aku bertemu dengan rekan kerja lama ku dulu tadi"

"Daddy kau mau?" Jeno menawarkan Johnny permen jelly yang sedang dinikamtinya.

"Heol...Yuta kau masih menyediakan permen ini? Permennya Jaehyun hahaha"

"Karena aku tau kalian akan datang jadi aku sediakan"

"Tapi permen itu bukan untukku, untuk Jeno" ucap Jaehyun kesal mengingat betapa jahatnya tadi Yuta yang melarangnya untuk memakan permen kesukaannya itu. Johnny mengambil satu permen dari mangkuk tersebut dan memberikannya kepada Jaehyun, yang tentu saja langsung disambut senang oleh pria ber dimple itu. Ia menjulurkan lidahnya pada Yuta yang akhirnya berhasil mencicipi permen jelly kesuakannya ini. Yuta hanya memutar bola matanya malas, melihat tingkah kekanak-kanakan Jaehyun yang tidak pernah hilang.

Jaehyun menoleh kearah panggung kecil, dimana sudah ada beberapa orang yang bersiap dengan alat musik mereka. Ia jadi mengingat teman-teman band nya dulu.

"Bernyanyilah Jae" Yuta yang melihat Jaehyun terus memandangi panggung kecil di pojok ruangan itu menyadarkan Jaehyun dari lamunannya.

"Huh?"

"Vokalisnya hari ini tidak hadir. Jadi mereka hanya akan memainkan instrumen saja. Akan lebih bagus jika kau menyumbangkan suaramu disana. Hitung-hitung aku juga merindukannya, satu lagu saja tidak apa"

Jaehyun melirik Johnny, berkomunikasi lewat mata meminta ijin kepadanya. Tentu saja Johny tidak akan melarangnya Ia juga ingin mendengar suara Jaehyun. Mendapat anggukan persetujuan dari Johnny membuat Jaehyun langsung turun dari kursi tingginya.

"Jeno, dengarkan Appa bernyanyi yah" ucapnya kepada Jeno dan langsung meluncur ke panggung kecil tersebut. Menyapa para pemain musik, berdiskusi sebentar tentang lagu apa yang ingin Ia nyanyikan. Jaehyun berdiri dengan sanding mic nya, mengetes fungsi dari microphone tersebut, dan perhatian semua orang sudah tertuju padanya. persis seperti tiga tahun lalu ketika Ia merupakan seorang vokalis di cafe bar ini.

"test...test...one, two, trhee. Apa kabar pengunjung semua? Sudah lama sekali aku tidak berdiri disini. Hari ini, setelah sekian lama aku tidak bernyanyi disini, dan sekarang aku akan mempersembahkan sebuah lagu untuk seseorang yang spesial" Jaehyun memandang Johnny yang duduk bersama Jeno, menandakan bahwa lagu yang akan dinyanyikannya ini adalah untuknya "Aku ingin membuat dia mengingat saat pertama kali kita bertemu. Semoga kalian menyukainya" Jaehyun melirik sang gitaris menandakan bahwa Ia sudah siap.

Gitaris tersebut memetik senar gitarnya, menghasilkan sebuah nada. Jaehyun menarik napas nya dan mulai bernyanyi.

When your legs don't work like they used to before

And I can't sweep you off of your feet

Will your mouth still remember the taste of my love

Will your eyes still smile from your cheeks

And darling I will be loving you 'til we're 70

And baby my heart could still fall as hard at 23

And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways

Maybe just the touch of a hand

Oh me I fall in love with you every single day

And I just wanna tell you I am

Johnny tersenyum mendengar dan melihat Jaehyun bernyanyi diatas panggung sana. Ini benar-benar mengingatkannya saat pertama kali Ia bertemu dengan Jaehyun. Suaranya, adalah hal pertama yang membuatnya jatuh hati pada Jaehyun. Johnny ingat malam itu, malam dimana Ia pertama kali berkunjung ke cafe ini, mendengarkan suara merdu Jaehyun. Bahkan Johnny masih ingat judul lagu yang Jaehyun nyanyikan waktu itu Maroon5 – She Will Be Loved sampai lagu itu masuk ke daftar list favorited nya di pemutar musik. Ini seperti flashback, Johnny terbawa suasana. Ia mengingat bagaimana Ia bertemu dengan Jaehyun, sampai Ia berkenalan dengannya. Bagaimana sulitnya Ia mendapatkan Jaehyun, semua hal yang menghalanginya mulai dari Taeyong, ada juga Yuta dan Suho yang protektif Johnny ingat semuanya. Bagaimana Ia menyatakan cinta nya pada Jaehyun, bagaimana jalannya hubungan mereka berdua, bagaimana mereka menjalani hubungan jarak jauh mereka, bagaimana pada akhirnya Ia melamar Jaehyun dengan tidak romantis sekali menurut Jaehyun, dan akhirnya menikahinya. Sampai sekarang Ia duduk disini lagi, mendengarkan lagi Jaehyun bernyanyi disana, walau dengan lagu yang berbeda tapi Johnny tetap merasakan feeling yang sama seperti dulu. Hal yang berbeda adalah kali ini Ia tidak duduk sendiri, Ia bersama Jeno disampingnya, anak angkatnya yang juga terlihat menikmati suara merdu Jaehyun.

"Jeno, ini lah yang membuatku jatuh cinta kepada Appa mu" gumam Johnny tanpa mengalihkan pandangannya dari Jaehyun. Jeno hanya tersenyum mendengar gumaman Johnny, walau pelan Jeno masih bisa mendengarnya.

So baby now

Take me into your loving arms

Kiss me under the light of a thousand stars

Oh darling, place your head on my beating heart

I'm thinking out loud

That maybe we found love right where we are

Oh maybe we found love right where we are

And we found love right where we are

Dream Cafe. Sebuah cafe yang terletak di kota Seoul. Seperti pada umumnya menyediakan berbagai macam jenis kopi dan minuman lainnya, dengan bar di lantai bawahnya yang menyediakan minuman beralkohol. Tempat ini mungkin merupakan cafe biasa pada umumnya bagi orang lain. Namun tidak bagi Johnny, karena di cafe ini, Johnny menemukan cintanya, Ia menemukan Jaehyun. Sesuai dengan namanya, Dream Cafe, semua yang terjadi di cafe ini seperti mimpi bagi Johnny. Pertemuannya dengan Jaehyun dan semua kisahnya semua seperti mimpi dan tentu saja sebuah mimpi yang indah. Johnny dan Jaehyun tidak akan pernah melupakan betapa berkesannya Dream Cafe ini untuk mereka.


END


Annyeonghaseyo~

taraaaaam...akhirnya ini beakhir juga. ini berakhir pemirsa semua TT. Star sampai merinding disko bacanya, merinding karena geli terlalu cheesy yaah apa lagi yang pas Johnny ngelamar Jaehyun itu, sepertinya sangat menggelikan, tapi mau bagaimana lagi hanya itu yang ada dipikiran Star hahaha. ini sudah end kawan2 sedih yaaah...klo Star sih sebagai penulisnya sedih, Star tidak mau berpisah dengan ff ini huaaaa TT

ada beberapa alasan dibalik FF ini

1. Kenapa judulnya Dream Cafe?

karena Star gak pandai bikin judul, sumpah itu judul asal wkwkwk. anggaplah yah kenapa judulnya dream cafe karena berawal dari dream cafe dan berakhir di dream cafe #apaansiih

2. Kenapa anak nya JohJae itu Jeno bukan Mark aja?

karena Johnny Jaehyun dan Jeno adalah 3J favorite Star di NCT, tidak bisa diganggu gugat. dan Mark kan sudah dapet peran walaupun seuprit

nah sekian cuap cuap dari Star. maafkan Star jika ff ini berakhir dengan tidak memuaskan untuk para readers sekalian, ini adalah ff romance pertama bagi Star jadi harap maklum jika terlalu menggelikan. Star harap di chapter terakhir ini kalian meninggalkan jejak dan berikan kritik dan saran kalian kepada Star agar Star bisa memperbaiki tulisan Star kedepannya. Star ucapkan terimakasih kepada kalian semua yang sudah membaca khususnya untuk kalian yang memberikan review, fav, dan follownya terimakasih banyak #bow90derajat.

saatnya Star fokus ke ff yang satunya lagi hahaha...sampai jumpa semuanya, peluk cium dari Star, sampai ketemu lagi. Annyeong~

-100BrightStars-