Jaemin memandang sebal kearah kekasihnya sedari tadi. Matanya bergerak mengikuti pergerakan kekasihnya yang berjalan kesana kemari. Bibirnya tidak berhenti mengeluarkan bisikan 'dasar menyebalkan' yang sudah pasti ditujukan untuk kekasihnya, Mark Lee.

Pada dasarnya memang seorang Mark Lee bukanlah orang yang peka. Maka dari itu ia terus saja mengacuhkan kekasihnya yang cemberut dan tetap melanjutkan aktivitasnya. Berjalan ke kamar untuk berganti pakaian. Lalu keluar untuk memakai sepatu.

Mark Lee hendak berjalan menuju pintu untuk keluar. Namun langkahnya terhenti. Ia berbalik menatap kekasihnya—yang juga sedang menatapnya dengan tatapan sebal, kemudian menghampirinya. Tangannya yang lebar menangkup sisi wajah Jaemin, "Kenapa cemberut, hm?"

Jaemin melirik dengan tatapan tajamnya, "Pikir saja sendiri!"

"Jangan marah-marah begitu, donk, Jaem. Nanti cantiknya hilang loh." Mark tersenyum jahil.

"Apasih, hyung." Jaemin memalingkan wajahnya yang merona, menghindari tatapan kekasihnya.

Mark mengacak gemas rambut Jaemin lalu mengecupnya. "Aku akan keluar sebentar. Tunggu aku disini sambil membaca buku, ya!"

"Eung, jangan lama-lama! Hati-hati dijalan, hyung." balas Jaemin kepada Mark yang sudah mencapai pintu.

Sepeninggal Mark, Jaemin terus menepuki pipinya yang memerah karena perlakuan sang kekasih. Ia merutuki dirinya yang gampang sekali merona hanya karena perlakuan-perlakuan kecil dari kekasihnya.

"Kenapa aku merona, sih? Aku kan sedang marah padanya. Aku tadi juga sudah memasang wajah cemberut. Tapi kenapa aku merona disaat – saat aku sedang memasang wajah cemberutku?" ucap Jaemin pelan pada dirinya sendiri.

"Singa bodoh itu! Kenapa juga pakai tanya kenapa aku cemberut? Apa dia tidak tau kalau aku cemberut karena dirinya?"

"Tega sekali dia melupakan hari jadi kita yang keempat! Padahal aku selalu mengingatnya!" Jaemin menghela napas panjang setelah mengucapkan kalimat tadi.

"Hhh aku lelah. Lebih baik aku membaca buku saja!"


Mark Lee melangkahkan kakinya dengan santai di jalanan. Ia teringat tingkah lucu kekaishnya yang sedang cemberut padanya tadi. "Dasar. Kenapa tingkahnya kekanakan sekali, eoh?"

"Ia pasti berpikiran kalau aku melupakan hari jadi kita keempat." Mark Lee terkekeh kecil.

Kakinya terus melangkah menuju toko bunga yang menjadi tempat tujuannya. Ia membuka pintunya dan melangkahkan kakinya masuk. Ia berputar – putar di sekeliling toko bunga itu untuk mencari bunga yang cocok untuk diberikan kepada kekasihnya.

"Sedang mencari bunga apa?" Mark dikejutkan oleh bibi pegawai toko bunga tersebut.

"Ah, bibi. Aku sedang mencari bunga yang cocok untuk diberikan kepada kekasihku sebagai hadiah hari jadi kami yang keempat." ucap Mark.

"Kau bisa memberikannya buket bunga hydrangea. Bunga ini sangat cocok untuk diberikan kepada pasangan untuk hari jadi mereka yang keempat. Bunga ini memiliki makna, 'Terima kasih sudah memahamiku'. Kau bisa mengungkapkan rasa terima kasihmu kepadanya melalui bunga ini." bibi pegawai itu menjelaskan panjang lebar kepada Mark.

"Ah, begitu. Ya sudah, aku ingin satu buket hydrangea berwarna biru." pinta Mark kepada bibi pegawai.

"Baiklah, tunggu sebentar."

Mark menunggu buket pesanannya sambil mengamati bunga-bunga yang ada di toko itu. Tak lama kemudian, bahunya ditepuk oleh bibi tadi. "Ini buketnya,"

Mark mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya kepada bibi tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih, ia segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari toko bunga itu dan kembali ke tempat dimana kekasihnya berada.

Mark menghirup wangi dari buket hydrangea itu. "Hm, semoga Nana menyukainya." Ia tersenyum dan melanjutkan langkahnya.


Jaemin menutup buku yang tadi dibacanya karena bosan. Ia menghela napas panjang. "Mark hyung kenapa lama sekali sih? Aku bosan."

Tak lama setelahnya, terdengar suara ketukan pintu. Jaemin segera bangun dan berjalan kearah pintu untuk membukanya. "Pasti ini Mark hyung,"

"Hyung kenapa tidak pencet be—" ucapannya terhenti saat melihat Mark berdiri di depan pintu dengan sebuket bunga hydrangea ditangannya. Mark tersenyum kearah kekasihnya yang sedang terdiam.

"Selamat hari jadi yang keempat, sayang."

Jaemin menarik kekasihnya masuk dan segera menutup pintu. Ia menatap Mark dengan mata bulatnya yang berkaca – kaca. "Aku kira hyung melupakan hari jadi kita."

"Mana mungkin aku melupakan hari yang begitu penting ini, hm?" Mark mengelus pipi Jaemin. "Ini untukmu," Mark menyodorkan buket bunga yang tadi ia beli untuk Jaemin.

Jaemin menerimanya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya. Bibirnya membentuk senyuman lebar yang sangat manis. "Terima kasih, hyung." Jaemin menubrukkan dirinya dengan tubuh Mark. Kepalanya ia tenggelamkan di dada Mark.

"Sudah, tidak usah menangis." Mark melepaskan pelukannya dan mengusap air mata yang mengalir di pipi Jaemin. "Terima kasih sudah memahamiku. Terima kasih juga sudah bertahan disisiku selama empat tahun ini. Aku mencintaimu, Jaem." Mark mengecup dahi Jaemin lama.

"Hm, aku juga mencintaimu hyung."

END

halohalohalo! aku balik lagi ehe /yhaterus

jadi rencananya, fic ini bakalan jadi drabble series. sebenernya aku dapet ide buat ngetik fic ini setelah tadi beli buku 'Love Is...' yang kedua karya-nya Puuung. itu kayak buku isinya gambar-gambar gitu sih. gambar relationship goals ehe ehe ehe. jadi nantinya, tiap satu chapter dari fic ini, idenya aku ambil dari satu ilustrasi dari buku ini. kayaknya bakalan jadi banyak chapter deh ehe ehe ehe.

makasi yang uda baca. yang uda baca jangan lupa review, jangan lupa follow juga. biar nanti kalo aku update bisa langsung baca /slap

REVIEW JUSEYOOOOOOOOO