Pairing: Kris X Chanyeol

Disclaimer: Characters belong to their own.

Warning: a/b/o dynamics. Arranged mariag(?).

.

.

.

Mt_Chan proudly presents...

"Efflorescent"

.

.

Park Chanyeol, awalnya hanyalah seorang remaja biasa berusia 17 tahun yang sedang berjuang untuk lulus ujian akhir ketika sebuah malam mengubah hidupnya. Pemuda itu mendapati rumahnya dalam keadaan sibuk ketika ia pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Ibunya, Mrs. Park, terlihat sedang berkutat di dapur dengan seorang asisten rumah tangga membantunya mengaduk sebuah adonan kue. Sementara Ayahnya, Mr. Park, sedang membenahi ruang tamu dan meja makan mereka.

Jika Chanyeol tidak salah menduga dengan keadaan rumah mereka seperti sekarang, mereka akan kedatangan tamu. Ayah Chanyeol adalah seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang ekspor-impor hingga tak jarang ia mengundang rekan-rekan bisnisnya untuk makan malam di rumah. Chanyeol sudah terbiasa dengan hal itu, namun dengan persiapan yang lebih dari biasanya ini tak ayal membuat pemuda itu mengernyitkan dahinya keheranan.

"Kita akan kedatangan tamu?" Tanya Chanyeol sambil meraih sebuah strawberry dari hadapan Ibunya yang segera menampik tangannya.

"Jangan dimakan. Ini untuk hiasan kue nanti." Kata Mrs. Park sambil terus melanjutkan pekerjaannya, menghiraukan Chanyeol yang sesekali meraih makanan lain yang bisa ia masukkan ke dalam mulutnya.

Mrs. Park melirik ke arah jam dinding yang tertempel pada dinding dapur. Ia memutar bola matanya dengan panik ketika menyadari waktu berjalan dengan begitu cepat.

"Oh, aku tidak percaya waktu berjalan cepat sekali. Chanyeol, kau sebaiknya segera membersihkan tubuhmu dan bersiap untuk menyambut tamu kita. Jangan dimakan—"

Chanyeol mengerang ketika Ibunya kembali menampik tangannya yang tidak bisa berhenti meraih buah strawberry itu.

"Memangnya siapa yang mau datang? Kalau itu rekan bisnis Appa, kenapa aku harus ikut menyambut mereka juga?" Gerutu Chanyeol sambil mengerucutkan bibirnya.

Mrs. Park menghela nafas melihat tingkah putra semata wayangnya yang sering kali masih bersifat kekanak-kanakan itu.

"Tamu ini memang rekan bisnis Ayahmu, tetapi mereka berencana membawa serta putra mereka juga yang kebetulan usianya tidak jauh darimu. Bukankah menyenangkan kalau kau bisa menemaninya sebentar sementara Ayah kalian membicarakan bisnis?" Jelas Mrs. Park sebelum memasukkan adonan kue yang tadi ia olah ke dalam oven.

Chanyeol hanya mengangkat bahunya sebelum berbalik untuk pergi menuju kamarnya.

"Oh, Chanyeol! Tanyakan ke Ayahmu juga pakaian seperti apa yang harus kau pakai." Pesan Mrs. Park yang hanya dibalas dengan memutar bola matanya oleh Chanyeol.

Meskipun Mr. Park sering mengundang rekan bisnisnya ke rumah, ia jarang mengikutsertakan Chanyeol dalam pembicaraan bisnis maupun makan malam. Ia akan membiarkan putranya itu di dalam kamarnya tanpa perlu menyambut tamu mereka. Toh tamu-tamu itu juga tidak terlalu ingin tahu dengan anggota keluarga Mr. Park yang lain karena memang tujuan mereka adalah untuk berbisnis. Namun di kesempatan kali ini, Mr. Park pikir tidak ada salahnya untuk memperkenalkan Chanyeol pada koleganya juga. Pada akhirnya yang akan meneruskan bisnis keluarga itu adalah Chanyeol juga.

Mr. Park, yang seorang Alpha, menikah dengan Mrs. Park, seorang Omega ketika usia mereka beranjak 16 tahun, usia yang ideal bagi pasangan untuk menyatukan diri. Pada usia pernikahan mereka yang ke-3, Chanyeol lahir. Awalnya Mr. dan Mrs. Park menduga Chanyeol akan tumbuh menjadi seorang Alpha dengan perangainya yang begitu ceria dan hyperactive. Bocah itu juga tidak segan-segan untuk bersikap agresif dan berkompeten untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun ketika usia Chanyeol beranjak ke 8, pasangan suami istri itu sepakat bahwa putra mereka adalah seorang omega manakala mereka memeriksakan Chanyeol ke dokter. Rasa khawatir tentu saja melingkupi mereka ketika mengetahui kenyataan itu mengingat Chanyeol adalah seorang laki-laki. Sulit bagi seorang Omega laki-laki untuk mendapatkan pasangan yang tepat. Namun mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengubur rasa khawatir itu dan membiarkan Chanyeol tumbuh secara natural.

"Appa yakin aku harus memakai ini?" Chanyeol mematut diri di depan cermin sambil membetulkan dasi yang Ayahnya pakaikan untuknya. Mr. Park menyerahkan setelan jas yang sudah ia siapkan untuk putranya itu.

"Yes, Chanyeol. Jangan kau gerak-gerakkan seperti itu, kau akan merusaknya." Ujar Mr. Park sambil membetulkan kembali dasi Chanyeol. Pemuda itu menggembungkan pipinya. Ia yakin akan mati pingsan karena tercekik dasi itu selama acara makan malam.

Mrs. Park yang juga sudah bersiap dengan gaun berwarna hitam melongok ke kamar Chanyeol yang masih sibuk bersiap dengan Ayahnya. Mrs. Park tersenyum melihat Mr. Park yang tampak cerewet dengan penampilan Chanyeol malam itu. Setelah persiapan selesai, ketiga anggota keluarga Park itu kemudian berkumpul di ruang tamu untuk bersiap menyambut tamu mereka.

Mr. Park mengintip di balik jendela untuk memastikan deru suara mobil yang berhenti di halaman rumahnya adalah benar milik tamu yang sudah ditunggu. Begitu Mr. Park membukakan pintu, seorang laki-laki seumuran dengan Mr. Park masuk dan diikuti seorang pemuda dengan perawakan tubuh tinggi dan tegap.

Mr. Park tersenyum dan menjabat tangan tamunya satu per satu sambil menuntun mereka menuju ruang tamu di mana Mrs. Park dan Chanyeol menunggu.

"Selamat datang Mr. Wu. Ini istri dan anakku, Chanyeol."

Chanyeol membungkuk sebentar sebelum tersenyum pada tamu Ayahnya itu. Namun senyuman itu perlahan memudar ketika ia melihat sorot pandang dari kedua orang itu yang melihatnya dengan pandangan menyelidik. Si pemuda itu bahkan terlihat menggosok-nggosokkan hidungnya ketika ia seperti mencium bau yang tidak enak. Seketika itu rasa percaya diri Chanyeol mulai menciut, apa reaksi yang mereka berikan ini karena ia bau? Tetapi seingatnya ia sudah menyemprotkan parfum sebanyak mungkin pada tubuhnya. Chanyeol berusaha melirik ke arah kedua orang tuanya yang masih tersenyum pada kedua tamu itu.

"Ah, ini Chanyeol? Kau terlihat manis." Ujar laki-laki yang lebih tua itu. Mr. Wu menjabat tangan Chanyeol dan memegang bahunya sebentar.

"Maaf istriku tidak bisa hadir karena ia masih mengalami jet lag. Ini putra tunggalku, Wu Yifan."

Pemuda yang bernama Wu Yifan itu membungkukkan tubuhnya dengan kaku. Ia terlihat terlatih untuk beretika sopan di depan orang lain. Namun wajahnya yang ketus membuat Chanyeol berpikir bahwa pemuda itu hanya berpura-pura.

Ketika Yifan mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan, Chanyeol menyambutnya dengan ragu-ragu. Tangan Yifan dingin ketika tangan mereka akhirnya bersentuhan, membuat bulu-bulu halus pada tubuh Chanyeol berdiri.

Acara kemudian berlanjut pada acara makan malam yang sudah disiapkan oleh Mrs. Park sendiri. Mereka duduk berhadap-hadapan dengan Mr. Park duduk di ujung meja sebagai tuan rumah. Chanyeol yang tidak terbiasa duduk dalam acara makan malam formal itu terlihat kikuk, ditambah dengan mata tajam Yifan yang seolah mengikuti setiap gerakannya.

Sebelumnya, Mr. Park telah menginformasikan padanya bahwa keluarga Mr. Wu adalah pebisnis handal dari China dengan ras Alpha mereka yang masih murni. Tidak mengejutkan jika aura yang dikeluarkan dua orang itu begitu kuat hingga tidak akan ada yang salah menduga mereka menjadi Omega atau Beta.

Para Alpha terkenal dengan indera penciuman mereka yang cukup tajam. Mereka bisa mendeteksi status seseorang hanya dari aroma tubuhnya. Chanyeol sering diwanti-wanti oleh orang tuanya untuk berusaha menutupi identitasnya sebagai seorang Omega, karena hal itu bisa membahayakan dirinya sendiri jika banyak yang tahu mengenai dirinya. Dan Chanyeol adalah seseorang yang cukup terampil dengan hal itu karena terbukti di sekolahnya, tidak banyak yang tahu jika dirinya adalah seorang Omega, bahkan banyak dari teman-temannya adalah Alpha.

Suara terbatuk Yifan yang sepertinya tersedak membuyarkan lamunan Chanyeol. Perhatian semua orang teralih pada Yifan yang berusaha melancarkan tenggorokannya dengan meminum air putih di sampingnya. Lagi-lagi pemuda itu memasang tampang seolah ia sedang menahan nafas. Beberapa kali ia akan mencuri pandang pada Chanyeol yang tidak berani menatapnya namun beberapa kali pula Chanyeol mendapatinya membuang muka.

Setelah acara makan malam selesai, dengan Mr. Wu yang berkali-kali memuji masakan Mrs. Park, acara kemudian dilanjutkan dengan Mr. Wu dan Mr. Park yang mendiskusikan bisnis mereka di ruang keluarga.

Yifan yang tidak ikut membicarakan bisnis bersama Ayahnya memilih untuk berdiri di depan perapian. Matanya sesekali melihat pada pajangan figura yang menghiasi ruangannya itu sementara tangannya memegang segelas sampanye. Chanyeol yang sudah diberi tugas untuk menemani Yifan pun mau tidak mau berusaha mendekati pemuda itu.

Chanyeol berdehem untuk memulai percakapan, tetapi hal itu sepertinya tidak berjalan mulus ketika Yifan melirik sinis ke arahnya sebelum melangkah mundur, membuat jarak di antara mereka. Jika bukan karena ingin menghargai tamu Ayahnya, pasti Chanyeol tidak sudi untuk berbicara dengan pemuda arogan itu.

"Berapa umurmu?" Tanya Chanyeol.

Yifan menyesap sampanye di tangannya sebelum menjawab, "Dua puluh tiga."

Chanyeol mengangguk. Otaknya bekerja lebih ekstra untuk menyiapkan pertanyaan lain karena percakapan ini akan berakhir seperti sebuah wawancara.

"Kau kuliah?"

Yifan menggeleng. Tidak berniat memberi penjelasan lebih lanjut.

Chanyeol tanpa sadar menghela nafas dan menenggak syrup di tangannya sampai habis. Mrs. Park memelototinya ketika Chanyeol sudah akan meraih segelas sampanye seperti yang Yifan lakukan sebelumnya.

"Aku menjadi asisten Ayahku. Berapa usiamu?" Yifan kembali membuka suaranya.

Chanyeol mengedipkan kedua mata besarnya. "Aku tujuh belas tahun. Sebentar lagi aku lulus SMA."

Percakapan mereka kembali terjeda ketika tidak ada lagi yang membuka suara.

"Bukankah itu membosankan?" Yifan mengernyit mendengar pertanyaan Chanyeol.

"Maksudku, berbisnis? Apa kau tidak bosan?" Tanya Chanyeol sambil tersenyum.

Yifan mengeraskan rahangnya. Tangannya menahan hidungnya menghirup aroma di sekitarnya.

"Aku sudah terbiasa sejak kecil mengikuti Ayahku untuk berbisnis, jadi aku sudah terbiasa, dan.. bisnis tidak membosankan." Jelas Yifan dengan kalimat yang terputus-putus. Pemuda itu jelas menahan nafasnya bahkan ketika berbicara.

"Aku sebaiknya pergi. Kau sepertinya tidak nyaman berada di dekatku." Chanyeol yang sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan pemuda Wu itu beranjak dari tempatnya berdiri dan berniat untuk kembali ke kamarnya ketika Yifan menahan tangannya.

Kejadian itu disaksikan oleh kedua Ayah mereka yang tiba-tiba menghentikan percakapan bisnis mereka. Mr. Wu tersenyum sementara Mr. Park hanya bisa melongo. Yifan yang sadar bahwa mereka sedang diperhatikan segera melepaskan tangannya dari lengan Chanyeol.

"Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa seperti itu." Kata Yifan setengah berbisik.

Chanyeol hanya mengangguk sebelum masuk ke dalam kamarnya.

.

.

.

Acara makan malam itu ditutup dengan Mr. Wu yang berpamitan dengan menyerahkan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan kertas kado berwarna merah dan pita putih. Mr. Park yang menerima kado itu mengucapkan terima kasih sementara Chanyeol dan Ibunya hanya membungkuk. Sementara itu ekspresi wajah Yifan masih sama, namun kali ini ia sama sekali tidak melepaskan pandangannya pada Chanyeol.

Yifan akhirnya menghembuskan nafas yang sejak tadi ia tahan selama menghabiskan waktu di rumah keluarga Park. Pemuda itu membuka kaca mobil lebar-lebar ketika Mr. Wu menyalakan mesin mobilnya dan membuatnya melaju meninggalkan halaman rumah keluarga Park. Mr. Wu tertawa melihat putra tunggalnya itu.

"Apa aroma Omega bisa sekuat itu?" Ujar Yifan sambil mengatur kembali nafasnya.

Begitu memasuki rumah Mr. Park tadi, Yifan disuguhi oleh aroma manis yang hanya dikeluarkan oleh Omega. Yifan yang tidak menduga akan disuguhi aroma seperti itu hanya bisa menahan nafas. Bukannya ia tidak suka atau jijik dengan aroma khas Omega itu, namun ia belajar bahwa aroma itu bisa membangkitkan sisi Alphanya yang tidak terduga, apalagi untuk Alpha yang belum berpasangan. Yifan awalnya mengira aroma itu menguar dari Mrs. Park yang jelas-jelas adalah seorang Omega, namun mengingat seorang Alpha tidak bisa menghirup aroma Omega yang sudah berpasangan, maka satu-satunya orang yang patut dicurigai adalah pemuda Park itu.

"Tenang saja. Biasanya itu adalah pertanda baik. Bagaimana menurutmu? Apa dia menarik?" Tanya Mr. Wu yang dijawab dengan mengernyitkan dahi oleh Yifan.

"Huh?" Entah bagaimana definisi 'menarik' menurut Ayahnya itu.

"Ayah juga tidak menduga bahwa putra Mr. Park adalah seorang Omega." Ujar Mr. Wu sebelum menghentikan mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah merah.

Yifan mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

"Dan sepertinya aku menyinggung perasaannya karena terus menahan nafas di sampingnya." Kata Yifan sambil menggigit buku jari kirinya.

Mr. Wu tersenyum. "Aw, apa dia se-tidak menahankan itu?" Goda laki-laki berusia 50 tahunan itu.

Yifan mendecak.

"Jika kau tertarik padanya, Ayah bisa mengatur semuanya." Kata Mr. Wu yang kembali menjalankan mobilnya setelah lampu lalulintas berubah hijau.

"Ayah pasti sedang bercanda. Dia seorang laki-laki."

Mr. Wu mengangkat alisnya. "Lalu?"

"Jangan berpura-pura polos di depanku. Kau tahu bagaimana dunia kita bekerja. Ayah juga tahu hubunganmu dengan Yixing sebelumnya." Mr. Wu menyeringai ketika Yifan tersedak ludahnya sendiri. Pemuda itu rupanya tidak bisa macam-macam di hadapan Ayahnya.

"Lagi pula sulit bagi seorang Omega laki-laki untuk mendapatkan pasangan. Kita akan saling menguntungkan dalam hal ini."

"Memangnya apa keuntungan yang kita dapatkan?" Tanya Yifan yang masih tidak mengerti.

"Well, setidaknya kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Dan bisnis? Ber-merger dengan keluarga Park bukanlah ide yang buruk." Ungkap Mr. Wu.

Yifan hanya mendengus mendengar penjelasan itu.

.

.

.

Sudah satu Minggu sejak keluarga Park kedatangan tamu yang menurut Chanyeol menyebalkan itu. Saat ini pemuda berpostur tubuh tinggi dengan kulit halus berwarna putih susu itu tengah sibuk menghadapi ujian akhir. Ia harus fokus belajar agar bisa lulus SMA dan di terima di universitas yang didambakannya. Namun sepertinya jalan menuju cita-citanya itu tidaklah semudah yang pemuda itu bayangkan ketika malam itu tanpa sengaja ia menguping pembicaraan orang tuanya.

Chanyeol bukanlah seorang anak tidak sopan yang suka mendengarkan pembicaraan orang lain. Ia bersumpah bahwa ia tidak berniat untuk menguping ketika tanpa sengaja telinganya mendengar namanya disebut dalam pembicaraan orang tuanya. Chanyeol yang awalnya ingin mengambil air putih di dapur hanya bisa berdiri mematung di balik tembok dan memasang telinganya.

"Aku berani bersumpah Chanyeol akan menentang hal ini mentah-mentah begitu dia mendengarnya." Ujar Mrs. Park.

Mr. Park menghela nafas panjang. "Aku tahu. Tapi ini adalah kesempatan yang bagus untuk Chanyeol. Bukanlah sudah lama kita mengkhawatirkan hal ini?" Sangahnya kemudian.

"Tapi dia baru 17 tahun. Dia bahkan belum 'matang'." Mrs. Park sedikit menaikkan suaranya tanpa sadar.

"Aku yakin Yifan adalah anak yang baik. Dia bisa menjaga Chanyeol kita."

Yifan? Wu Yifan? Chanyeol semakin dibuat penasaran ketika orang tuanya juga menyebutkan nama pemuda arogan itu. Chanyeol tiba-tiba kesal hanya karena memikirkannya. Pemuda itu memang tampan dan berkarisma, tapi sifatnya membuat Chanyeol sama sekali tidak terkesan.

"Kapan keluarga Wu menginginkan jawabannya? Kita tetap harus membicarakannya dengan Chanyeol terlebih dahulu." Kata Mrs. Wu memijat keningnya.

"Mereka akan mendengar jawabannya setelah kita siap. Mereka bersedia menunggu." Jawab Mr. Park.

"Baguslah. Kita tunggu sampai Chanyeol menyelesaikan ujiannya."

Setelah itu percakapan di antara kedua orang tuanya itu terhenti. Chanyeol yang masih belum mengerti dengan maksud pembicaraan mereka itu akhirnya menyerah dan berniat untuk kembali ke kamarnya ketika sebuah kalimat yang dilontarkan Ibunya membuat Chanyeol membeku.

"Sepertinya baru kemarin aku mendaftarkan Chanyeol masuk SD dan sekarang seseorang sudah berniat untuk melamarnya."

.

.

.

Meskipun dengan banyak pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya, Chanyeol berhasil melewati ujian akhir sekolahnya dengan baik. Ia sekarang hanya perlu bersiap untuk melewati ujian masuk universitas setelah hasil ujian sekolahnya keluar. Pemuda itu kini justru lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar setelah ia mempunyai waktu luang. Ia sengaja melakukan hal itu untuk menghindari orang tuanya yang semakin bersikap aneh akhir-akhir ini. Mereka seperti sedang merancang sebuah rencana untuknya tanpa ia ketahui.

"Chanyeol..." Pemuda itu terlonjak dari tempat tidurnya ketika ia tengah memainkan sebuah game di dalam laptopnya. Mrs. Park mengetuk kembali pintu kamarnya ketika Chanyeol tak juga menjawab.

"Chanyeol, buka pintunya. Appa dan Umma ingin bicara."

Pemuda bersurai hitam itu membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Pemuda itu sungguh tidak siap untuk mendengar apapun yang orang tuanya ingin bicarakan dengannya. Tetapi Chanyeol juga tidak bisa serta merta mengabaikan orang tuanya begitu saja. Dengan langkah berat, Chanyeol membuka kunci di pintu kamarnya dan membukanya.

Ketiga anggota Park berkumpul di ruang keluarga dengan anggota termudanya duduk di tengah. Mrs. Park melingkarkan lengannya pada bahu Chanyeol. Gestur itu justru membuat Chanyeol semakin gugup.

"Kami sebenarnya sudah menerima kabar ini seminggu yang lalu, tapi kami memutuskan untuk menyampaikannya sekarang setelah ujianmu selesai. Kami tidak ingin mengganggu konsentrasimu." Mr. Park memulai.

"Memangnya ada kabar apa?" Chanyeol tidak bisa menutupi rasa penasarannya lagi.

Mr. Park menarik nafas dalam-dalam.

"Keluarga Wu ingin memintamu untuk menjadi pasangan Yifan."

Dunia Chanyeol seakan runtuh begitu kabar itu sampai di telinganya. Sulit bagi otaknya untuk mencerna kabar yang entah membahagiakan atau menyedihkan baginya itu begitu saja. Pembicaraan orang tuanya yang tidak sengaja ia dengar malam itu ternyata benar mengarah pada topik perjodohan ini.

"A-apa?"

"Chanyeol, perlu kau tahu bahwa menjadi laki-laki dengan status Omega bukanlah hal yang mudah. Kami sudah mengkhawatirkanmu sejak lama. Akan ada banyak hal-hal yang membahayakanmu di luar sana kalau statusmu masih belum di-'claim'." Mrs. Wu berusaha memberikan pendapatnya.

"Tapi bagaimana dengan sekolahku? Aku masih harus kuliah agar bisa meneruskan bisnis Appa, lagipula, dengan Yifan.. Apa kalian serius?" Chanyeol berusaha mengungkapkan isi kepalanya yang tiba-tiba terasa penuh bahkan hampir membuatnya tidak bisa berpikir jenih lagi.

"Apa Appa diancam oleh keluarga Wu? Apa mereka akan melakukan hal yang buruk kalau kita menolak?" Tanya Chanyeol dengan panik.

Mrs. Wu berusaha menenangkan putra semata wayangnya itu.

"Tidak, Chanyeol. Mereka memintanya dengan baik-baik dan tidak ada ancaman yang mereka berikan pada Appa." Jelas Mr. Park.

Hal itu membuat Chanyeol sedikit bernafas lega. "Berarti aku bisa menolaknya?" Tanya Chanyeol dengan berharap. Ia sungguh tidak bisa membayangkan untuk menikah dengan Yifan.

"Keputusan ada di tanganmu, tapi tolong pertimbangkan baik-baik pendapat kami. Keluarga Yifan adalah salah satu keluarga Alpha terbaik. Kita juga sudah menjalin kerja sama dengan mereka. Pernikahan kalian akan semakin membawa kebaikan untuk keluarga kita masing-masing."

Chanyeol berusaha mengerti sudut pandang orang tuanya tentang kesempatan emas yang terbuka lebar untuknya sekarang. Mendapatkan pasangan dengan status sosial tinggi dan hubungan bisnis yang semakin terjalin erat, tapi apakah orang tuanya tidak memikirkan perasaannya? Bukankah mating dalam hubungan Alpha-Omega juga membutuhkan ikatan khusus? Kepala Chanyeol terasa pening memikirkan hal itu.

"Kau tidak perlu memberikan jawabannya sekarang. Keluarga Wu bersedia menunggu sampai kau siap memberikan jawaban. Pikirkan ini dengan baik-baik dulu, Chanyeol."

Chanyeol hanya bisa mendesah dan menyandarkan kepalanya pada bahu Ibunya.

.

.

.

Selang beberapa hari setelah mendengar kabar perjodohan itu, Chanyeol belum juga memberikan keputusan. Pemuda itu lebih sering mengurung diri di dalam kamarnya, membuat kedua orang tuanya semakin khawatir. Namun ketika Chanyeol muncul untuk sarapan pagi itu, Mr. dan Mrs. Park sempat berpikir bahwa putra mereka akan memberikan jawaban.

"Sebelum aku memberikan jawaban, bolehkah aku bertemu dengan Yifan?" Tanya Chanyeol.

Mr. dan Mrs. Park saling berpandangan sebelum tersenyum.

"Appa akan mengaturnya untukmu." Mr. Park mengacak rambut Chanyeol.

.

.

.

Chanyeol datang lima menit lebih awal dari waktu yang ditentukan untuk bertemu dengan Yifan malam itu di sebuah restoran. Pertemuan ini akan menjadi kali kedua bagi Chanyeol untuk bertemu dengan pewaris bisnis Wu itu. Yifan sudah menunggu di meja no. 21 dengan memakai kemeja hitam yang dilipat hingga sebatas lengan.

Chanyeol berdehem, membuat perhatian Yifan teralih yang semula fokus pada segelas anggur di tangannya. Yifan berdiri dan memberikan gestur pada Chanyeol untuk duduk. Suasana canggung segera melingkupi keduanya. Rambut hitam Yifan disisir rapi ke belakang membuatnya tampak lebih dewasa dari usianya.

"Kau datang sendiri?" Tanya Yifan membuka pembicaraan di antara mereka.

"Appa mengantarku sampai di depan." Jawab Chanyeol. Pemuda itu sendiri hanya memakai sebuah kaos berwarna putih dan celana senada dengan cardigan berwarna biru. Ia tidak ingin berpakaian terlalu formal.

Yifan memanggil pelayan untuk menyerahkan menu restoran itu. Chanyeol yang tidak terbiasa dengan restoran ala Prancis itu hanya memesan pasta dan soda. Ia masih belum diizinkan oleh orang tuanya untuk meminum alkohol. Sementara itu Yifan memesan olahan kerang dan Anggur putih.

"Kau sudah sering ke sini?" Tanya Chanyeol. Ia sebetulnya ingin segera membahas masalah perjodohan itu dengan Yifan, tetapi akan aneh rasanya jika ia tidak berbasa-basi terlebih dahulu.

"Ini adalah restoran favorit Ibuku di Korea." Jawab Yifan.

Chanyeol belum pernah bertemu dengan Ibu Yifan, dan jika ia memang akan menikah dengan pemuda itu, maka Mrs. Wu akan menjadi Ibunya juga. Pipi Chanyeol memanas begitu memikirkan hal itu.

"Kenapa kau ingin bertemu denganku?"

Chanyeol tidak menduga pertanyaan Yifan itu. Untuk membicarakan tentang perjodohan kita, tentu saja? Chanyeol sudah akan memutar kedua bola matanya.

"Mengenai um, errrrr..." Chanyeol kehilangan kata-kata yang sudah ia siapkan di rumah. Yifan menunggu sambil menatap Chanyeol seolah-olah ia akan 'menerkamnya' –dalam artian yang sebenarnya.

Chanyeol menelan ludahnya sebelum meneruskan, "Aku mendengar dari orang tuaku kalau keluargamu ingin kita menjadi pasangan. Aku ingin tahu apakah itu adalah keinginan orang tuamu atau..." Chanyeol berusaha mengatur nafasnya yang seperti tercekat di tenggorokannya setiap kali ia berbicara.

Tepat saat itu, pelayan mengantarkan pesanan mereka. Yifan menyesap anggur putih sebelum kembali menatap Chanyeol yang terus mengalihkan pandangan darinya.

"Chanyeol..." Jika sebelumnya hanya pandangan Yifan yang mengintimidasinya, kini suara pemuda itu juga berhasil membuat sesuatu dalam diri Chanyeol berdesir. Pemuda itu kemudian mendongak, memberanikan dirinya untuk menatap Yifan.

"Aku yang menginginkannya. Aku menginginkanmu." Kata Yifan ketika mata mereka bertemu.

Chanyeol tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Di pertemuan mereka yang kedua kali ini, Chanyeol melihat bahwa Yifan tidak lagi menahan nafasnya seperti sebelumnya. Tetapi ia masih terlihat arogan dan tidak peduli dengan sekitarnya.

"Why?" Tanya Chanyeol pelan.

Yifan terdiam sebentar sebelum menyandarkan tubuhnya pada kursi di belakangnya. Pemuda itu kemudian menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jemarinya, membuat Chanyeol bisa melihat sebuah tato berbentuk scorpio di lengan bagian bawahnya.

"Aku tidak tahu. Ku rasa karena aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan?" Yifan mengangkat bahunya. Ia berbicara seolah pernikahan ini adalah hal yang mudah baginya.

Chanyeol mengernyitkan dahinya. "Apa kau melakukannya demi bisnis?"

Yifan mendengus dan menyeringai kecil. "Menurutmu begitu?"

Chanyeol tiba-tiba merasa kesal dengan sikap Yifan yang terlalu menganggap enteng permasalahan ini. Apa sebenarnya Yifan memang menganggap hal ini adalah main-main?

"Dengar, Yifan. Aku benar-benar mempertimbangkan hal ini dengan serius, kalau kau menganggap ini hanyalah bagian dari permainan konyolmu, maka sebaiknya tidak usah kita lakukan dari awal."

Raut wajah Yifan kembali serius. Pemuda itu menegakkan posisi duduknya, mengeluarkan karisma seorang Alpha yang membuat Chanyeol sedikit menyesali nada suaranya.

"Bagaimana aku harus membuktikan kalau aku serius? Apa aku harus melamarmu di sini, berlutut di hadapanmu dengan membawa sebuah cincin?" Nada suara Yifan ikut naik ketika Chanyeol kemudian menundukkan kepalanya.

"Aku ingin pulang." Kata Chanyeol pelan.

Tiba-tiba Yifan merasa bersalah karena sudah menekan pemuda yang lebih muda darinya itu. Yifan menghela nafas panjang.

"Habiskan dulu makananmu setelah itu aku akan mengantarmu pulang." Kata Yifan.

Chanyeol memperhatikan sekelilingnya dan menyadari tidak ada sumpit yang disediakan. Pemuda itu merutuki dirinya sendiri ketika ia baru ingat bahwa ia tidak bisa makan pasta berbentuk mie tanpa sumpit atau tanpa bantuan Ibunya.

Yifan yang sudah mulai menikmati makanannya kemudian memandang Chanyeol heran ketika pemuda itu tidak juga menyentuh makanannya.

"Kau tidak mau makan?" Tanya Yifan dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya.

Chanyeol menggigit bibir bawahnya sebelum meraih sendok dan garpu di samping piringnya. Namun seberapa pun ia berusaha, pasta itu terus berjatuhan dari sendok dan garpunya. Ia benar-benar terlihat seperti seorang idiot.

Melihat gerakan Chanyeol yang kikuk itu membuat Yifan tidak tahan. Tanpa berkata-kata Yifan menggunakan sendok dan garpunya sendiri untuk mengambil pasta di piring Chanyeol sebelum menyodorkannya di depan mulut pemuda itu. Pipi Chanyeol memerah ketika Yifan menyuapinya dengan sabar hingga sepiring pasta itu habis tidak bersisa.

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya, Chanyeol hanya bisa terdiam dan memegang sabuk pengaman yang menahan tubuhnya. Pikirannya sibuk memikirkan keputusannya mengenai pernikahan itu.

"Jika kau ingin menolaknya tidak apa-apa, aku tidak memaksa." Ujar Yifan ketika Chanyeol sudah melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil.

Chanyeol hanya mengangguk.

"Sampaikan salamku untuk kedua orang tuamu." Ujar Yifan lagi yang dijawab ucapan terima kasih oleh Chanyeol.

Pemuda berusia 23 tahun itu menunggu hingga Chanyeol masuk ke dalam rumah sebelum menyalakan mesin mobilnya kembali. Namun ketika ia sudah berniat untuk melajukan mobilnya, ia melihat Chanyeol berbalik arah dan kembali ke mobilnya. Tanpa menunggu persetujuan Yifan, Chanyeol kembali duduk di sampingnya dan membuat Yifan mematikan mesin mobilnya.

"Ada sesuatu yang tertinggal?" Tanya Yifan sambil mengernyitkan dahinya keheranan.

"Jika aku menyetujui pernikahan ini, apa aku bisa tetap kuliah setelah kita menikah nanti?" Tanya Chanyeol sambil menatap Yifan dengan mata besarnya.

Yifan mengangguk. Chanyeol menarik nafasnya dalam-dalam tanpa mengalihkan pandangannya dari Yifan.

"Apa kau benar-benar serius? Aku aneh dan berisik, maksudku, apa kau yakin mau menikah denganku?" Chanyeol menggaruk dahinya yang tiba-tiba gatal.

Yifan yang sudah menahannya sejak di restoran tadi akhirnya tersenyum. Chanyeol mengakui bahwa Yifan tampan, tapi dengan kenyataan bahwa Yifan semakin terlihat tampan ketika tersenyum sungguh tidak adil baginya.

"Jadi apa ini artinya kau setuju?"

Chanyeol tiba-tiba panik dan merasakan pipinya kembali memanas. "Um, aku harus membicarakannya dengan orang tuaku dulu."

Senyum di wajah Yifan tidak juga memudar dan bahkan ia tertawa kecil melihat Chanyeol.

"Tentu saja. Kau sebaiknya segera masuk. Ini sudah larut malam."

Chanyeol mengangguk sebelum keluar dari mobil itu. Yifan sudah menyalakan mesin mobilnya kembali ketika Chanyeol lagi-lagi membuka pintu mobilnya.

"Night, Yifan."

Yifan menarik kedua sudut bibirnya. "Night, Chanyeol."

.

.

.

Pernikahan itu akhirnya benar-benar berlangsung tepat satu bulan setelah Chanyeol memberikan jawabannya dan menyetujui perjodohan itu. Kedua keluarga sepakat untuk menggelar pernikahan itu setelah Chanyeol dinyatakan lulus SMA. Pemuda itu sebenarnya bertanya-tanya apakah yang pernikahan ini bisa disebut sebagai perjodohan jika salah satu—atau dua? dari mereka yang menginginkannya. Chanyeol menutup rapat mulutnya ketika Ibunya terus menggodanya dengan keputusannya yang akhirnya setuju untuk menikah dengan Yifan.

Acara pernikahan itu berlangsung tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga inti dari keluarga Wu dan keluarga Park serta beberapa teman dari sepasang pengantin tersebut. Namun kabar mengenai bergabungnya dua kerajaan bisnis besar dari Korea dan China itu segera menyebar ke setiap penjuru tempat. Sebagian terkejut karena keputusan keluarga Wu yang sulit dipercaya mengingat mereka terkenal sebagai keluarga sulit dan arogan, serta sebagian lagi terkejut karena baru mengetahui bahwa putra tunggal keluarga Park adalah seorang Omega.

Mr. dan Mrs. Wu menghadiahi Yifan dan Chanyeol sebuah apartemen mewah yang terletak di pusat kota Seoul sementara Mr. dan Mrs. Park menghadiahi mereka sebuah mobil. Chanyeol mengerucutkan bibirnya ketika orang tuanya memberitahukan hadiah mereka karena ia sendiri belum bisa menyetir.

Setelah acara selesai, Mr. Wu menyerahkan kata sandi apartemen pada Yifan dan Chanyeol agar mereka segera menempati rumah baru mereka itu. Mrs. Park dan Mrs. Wu terlihat menahan air mata ketika mereka harus berpisah dengan putra mereka. Chanyeol memeluk Ibunya sekali lagi sebelum menyusul Yifan yang sudah menyalakan mesin mobilnya.

.

.

.

Jantung Chanyeol seakan hampir keluar dari dadanya ketika pemuda itu mendengar suara kamar mandi terbuka. Tak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki dan koper yang dibuka. Chanyeol cepat-cepat menutup matanya, berharap Yifan menganggapnya sudah tertidur.

Setelah mandi dan berganti ke pakaian yang lebih nyaman, Chanyeol terus merasa gelisah dan cemas. Ketika Yifan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Chanyeol segera menarik selimut di tempat tidur dan membungkus tubuhnya hingga menutupi kepala. Ia akan tidur duluan sebelum Yifan selesai mandi. Namun sampai Yifan keluar dari kamar mandi, rasa kantuk tidak juga mendatanginya.

Yifan yang sudah selesai berpakaian dengan sebuah kaos dan celana piyama menyusul Chanyeol di tempat tidur. Jantung Chanyeol semakin berdetak tidak karuan, bagaimana kalau dia tidur di luar saja? Chanyeol yang panik tidak dapat berpikir jernih.

"Kau tidak benar-benar tidur kan?" Yifan mendengus ketika membuka selimut yang menutupi tubuh Chanyeol.

Chanyeol berusaha menarik kembali selimut itu ketika Yifan menahan tangannya. Pemuda itu kemudian memberanikan diri untuk membuka matanya dan menghadap ke arah Yifan. Pemuda yang lebih tua darinya beberapa tahun itu semakin mendekatinya dan berhenti ketika tubuhnya berada di atas Chanyeol. Yifan melepaskan tangan Chanyeol dan meletakkan kedua tangannya di samping kepala pemuda itu untuk menahan tubuhnya agar tidak menindih tubuh Chanyeol yang gemetaran.

"Apa kau takut?" Bisik Yifan.

Chanyeol menelan ludahnya sebelum menggeleng. Yifan tertawa kecil melihat ekspresi wajah Chanyeol yang seperti patung.

"Kau tidak perlu khawatir, Ibumu sudah memberitahuku kalau kau belum pernah memasuki masa 'in heat'. Aku akan menunggu sampai kau 'matang' dan siap."

Wajah Chanyeol memerah seperti kepiting rebus mendengarnya. Kapan Ibunya memberitahu Yifan mengenai hal ini.

"O-okay." Chanyeol memiringkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya dari Yifan, membuatnya tanpa sadar justru mengekspos leher jenjangnya di hadapan Yifan.

"Tapi aku tidak yakin kalau aku bisa menunggu sampai entah berapa lama itu." Yifan melesakkan hidungnya pada perpotongan leher Chanyeol, menghirup aroma tubuhnya yang menguar semakin kuat. Chanyeol bersumpah ia mendengar Yifan menggeram, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam.

"Kau bisa mencium bau Omegaku?" Tanya Chanyeol.

"Itu adalah hal pertama yang aku ketahui tentangmu. Aroma Omegamu begitu kuat sampai aku harus menahan nafas selama acara makan malam itu."

"Jadi kau menahan nafas karena aku memang bau?" Chanyeol mengernyitkan dahinya.

Yifan mengangkat kepalanya dan tersenyum sebelum menjawab, "Yes, and it drove me crazy."

Pipi Chanyeol kembali bersemu.

"Can I kiss you?" Bisik Yifan.

Chanyeol tidak menjawab tetapi begitu melihat pemuda itu menutup matanya, Yifan anggap hal itu sebagai jawaban 'ya'. Tanpa menunggu lama Yifan memiringkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Chanyeol. Yifan kemudian memagut bibir bawah Chanyeol ketika pemuda itu mulai merespons ciumannya.

Sementara itu bagi Chanyeol, ciuman ini adalah ciuman pertamanya. Sebelum ini, ia belum pernah membiarkan orang lain menyentuhnya apalagi menciumnya, maka tidak mengherankan jika ia hanya bisa menutup matanya dan mengikuti gerakan bibir Yifan sesuai instingnya.

"Buka mulutmu." Chanyeol menuruti perkataan Yifan dan membuka sedikit mulutnya yang segera disambut dengan lidah Yifan yang mulai bereksplorasi. Sesekali bibir Yifan akan memagut lidah Chanyeol dan menghisapnya, membuat Chanyeol tanpa sadar mengerang dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Yifan.

Yifan melepaskan kaitan lidahnya dari Chanyeol ketika melihat pemuda di bawahnya itu terengah dengan wajah memerah. Yifan sudah hampir kehilangan kendali atas dirinya ketika ia kembali ingat bahwa Chanyeol belum siap untuk di-'claim'.

"Good night, Chanyeol." Yifan mengecup bibir merah Chanyeol sekali lagi sebelum kembali menghirup aroma tubuh Chanyeol yang menguar dari perpotongan lehernya.

.

.

.

"Selamat siang, Mrs. Wu."

Chanyeol terlonjak dari tempatnya berdiri ketika mendengar sapaan itu dari belakang. Ia kemudian meninju lengan pemuda yang tertawa melihat ekspresi wajah terkejutnya saat itu.

"Aku akan menghajarmu kalau kau memanggilku dengan nama itu lagi." Ancam Chanyeol pada sahabatnya, Oh Sehun, yang merupakan seorang Alpha.

Sehun tertawa mendengar ancaman itu. "Wae? Apa kau lebih suka dipanggil dengan Nyonya Yifan?"

Serangan pukulan di bahu dan lengan Sehun akhirnya membuat pemuda itu berhenti menggoda Chanyeol.

"Baiklah, jadi bagaimana malam pertama kalian?" Tanya Sehun tanpa beban.

"Aku benar-benar ingin membunuhmu sekarang." Ujar Chanyeol sambil memfokuskan kembali perhatiannya pada papan pengumuman yang menampilkan jadwal ujian seleksi masuk universitas.

Ini hampir dua Minggu sejak hari pernikahannya dan Chanyeol sudah bersiap untuk mendaftarkan dirinya pada ujian seleksi universitas pilihannya. Untuk itu hari ini ia mengunjungi SMAnya untuk melengkapi berkas-berkas yang diperlukan ketika kebetulan Sehun juga melakukan hal yang sama.

"Ah, apa Yifan tidak menandaimu atau ia melakukannya di tempat lain?" Tanya Sehun yang tanpa sengaja mendapati leher Chanyeol yang masih bersih.

Seorang Omega yang sudah di-claim akan diberi tanda oleh Alpha mereka, kebanyakan melakukannya di leher tapi ada juga Alpha yang menandai Omega mereka di tempat lain.

Chanyeol melihat ke sekelilingnya dan memastikan tidak ada orang di sekitar mereka ketika ia berbisik pada sahabatnya itu.

"Aku belum 'matang' dan Yifan tidak mau melakukannya sebelum aku siap." Kata Chanyeol.

Sehun mengedip-ngedipkan kedua matanya sebelum mengernyit. "Kau belum pernah mengalami masa 'heat'? Wow."

Chanyeol tiba-tiba menyesal telah memberitahu sahabatnya itu. Tapi Chanyeol juga tidak bisa menyimpan rahasia apapun pada Sehun. Awalnya pemuda itu menganggap hal itu normal dan bahkan bersyukur ketika ia belum pernah memasuki masa 'heat' selama hidupnya menjadi seorang Omega. Dari cerita Sehun yang kekasih Omeganya sudah beberapa kali memasuki masa 'heat', seorang Omega biasanya akan merasa horny dan berada pada masa subur mereka saat masa itu datang. Chanyeol tidak bisa membayangkan reaksi tubuhnya ketika masa itu datang.

"Jadi kalian belum melakukan apapun?" Tanya Sehun.

"Aku tidak akan memberitahumu." Namun membaca raut wajah Chanyeol yang tiba-tiba tersipu membuat Sehun bisa menyimpulkan bahwa sahabatnya itu sudah tidak sepolos dulu.

.

.

.

Yifan sedang dalam sebuah meeting ketika sekretarisnya memberitahu bahwa ia mendapatkan telepon dari rumah. Raut khawatir tergambar jelas dari wajah Yifan ketika pemuda itu menempelkan gagang telepon di telinganya.

"Chanyeol?"

"Yifan... It hurts." Yifan yang selalu memasang wajah stoic mendadak panik ketika ia mendengar Chanyeol merintih kesakitan.

"Hey, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku sudah menahannya selama satu jam ini tetapi rasanya semakin sakit." Kata Chanyeol sambil sesekali merintih kesakitan.

"Okay. Aku akan segera pulang." Tanpa menunggu lama lagi, Yifan segera menutup teleponnya dan kembali ke ruang rapat untuk berpamitan.

"Apa semuanya baik-baik saja, Yifan?" Tanya Mr. Wu ketika melihat Yifan yang membereskan berkas miliknya.

"Ya. Tapi aku harus segera pulang."

"Apa Chanyeol baik-baik saja?" Kali ini Mr. Park ikut terlihat khawatir.

"Um, iya. Tapi dia sepertinya sedang membutuhkan aku."

Mendengar hal itu, Mr. Park dan Mr. Wu saling berpandangan dan tersenyum ketika melihat Yifan yang tanpa berkata apa-apa lagi menghilang dari ruang meeting itu.

.

.

.

Yifan tanpa sadar menggeram begitu ia memasuki apartemen yang ia tinggali bersama Chanyeol ketika indera penciumannya yang tajam mencium aroma kuat dari kamar utama.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Yifan sambil membuka pintu kamarnya bersama Chanyeol.

Pemuda itu membungkus tubuhnya yang hanya memakai kaos dan celana jeans pendek menggunakan selimut ketika Yifan mendekatinya.

"Kau demam?" Yifan membuka selimut itu dan mendapati tubuh Chanyeol basah oleh keringat. Pemuda itu kemudian memeriksa suhu tubuh Chanyeol yang terasa hangat.

"Yifan..." Chanyeol mencengkeram kemeja yang dikenakan Yifan ketika gelombang aneh membuatnya merasa panas dan ingin disentuh.

Nafas Yifan memburu ketika aroma tubuh Chanyeol terasa lebih manis dari biasanya membuatnya seperti akan gila. "Are you in heat?" Tanya Yifan.

Chanyeol menggelengkan kepalanya tapi rintihannya membangkitkan sesuatu dalam diri Yifan yang sudah lama ia berusaha kendalikan. Tanpa membuang-buang waktu Yifan melumat bibir Chanyeol yang terasa lebih kenyal dari biasanya.

Sementara tangan Chanyeol melingkar di lehernya, tangan Yifan sibuk melucuti satu per satu pakaian yang melekat di tubuh mereka. Nafsu dan keinginan untuk saling memiliki membuat pikiran keduanya seolah berkabut.

"Ngh." Chanyeol mengerang ketika tangan Yifan menggoda nipplenya yang mengeras sementara wajahnya tenggelam pada lehernya, menyesap aroma tubuh Chanyeol seperti tidak ada hari esok.

"You smell so good." Ujar Yifan sambil menciumi setiap jengkal tubuh Chanyeol yang dapat dijangkaunya.

Tubuh mereka sudah dalam keadaan telanjang ketika tangan Yifan mengelus paha Chanyeol untuk membuat kakinya membuka sedikit lebar sementara ia mengecup perut Chanyeol.

"Yifan!" Chanyeol hampir berteriak ketika Yifan mengulum kejantanannya ke dalam mulutnya yang hangat, membuat sistem syaraf di setiap tubuhnya seperti terkejut oleh sensasinya. Seperti halnya Omega lain, lubang Chanyeol mengeluarkan cairan pelumas yang secara alami akan diproduksi ketika mereka siap untuk di-claim.

Yifan tampaknya tidak membutuhkan cairan pelumas tambahan ketika secara hati-hati pemuda itu memasukkan salah satu jarinya ke dalam lubang milik Chanyeol sambil terus mengulum kejantanannya untuk mengalihkan perhatian pemuda itu dari rasa sakit yang mungkin timbul karenanya.

Chanyeol mendongakkan kepalanya menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya ketika Yifan memasukkan jari yang kedua. Pemuda yang baru pertama kali mengalami heat itu mencengkeram sprei putih di bawahnya ketika ia sudah tidak bisa menahan cairan kenikmatan yang meluncur dari kejantanannya begitu Yifan melepaskan kulumannya.

Yifan mengecup leher Chanyeol ketika nafas pemuda itu masih memburu setelah orgasme pertamanya. Yifan tidak mencabut kedua jarinya dari lubang Chanyeol, tetapi ia tidak menggerakkannya hingga nafas pemuda itu sedikit lebih tenang.

Chanyeol pikir semuanya sudah berakhir ketika gelombang kedua datang dan membuatnya lebih horny dari sebelumnya. Yifan kembali menggeram ketika aroma tubuh Chanyeol mengisi hidungnya kembali.

"Shit, Chanyeol." Yifan sendiri yang juga sudah terangsang sejak ia mulai menyentuh Chanyeol pun menggerakkan kembali jarinya di dalam lubang milik Chanyeol membuat erangannya semakin keras.

"Yifan... Yifan... Yifan..." Chanyeol mengucapkan nama Yifan seperti sebuah mantra ketika jari pasangannya itu menyentuh sebuah titik yang membuatnya seperti melayang. Chanyeol kembali meraih orgasmenya.

Keringat membanjiri tubuh keduanya. Tetapi setelah orgasme keduanya, tidak butuh waktu lama bagi Chanyeol untuk kembali terangsang setelah gelombang panas lain menyerang tubuhnya. Kali ini Yifan mengeluarkan jarinya yang terasa kebas sebelum mengumpulkan cairan pelumas dari tubuh Chanyeol untuk ia balurkan pada kejantanannya yang sudah mengeras sejak tadi.

Yifan mengerang ketika Chanyeol menggigit telinganya, membuatnya semakin tidak sabar untuk menandai Chanyeol menjadi miliknya secara fisik. Pemuda itu kemudian menata posisi tubuh Chanyeol agar semakin rileks dengan membuat kaki jenjangnya melingkar di pinggang Yifan sementara kedua lengannya melingkar di bahu Yifan.

"Ah." Chanyeol melesakkan kepalanya ke dalam bantal ketika Yifan mendorong kejantanannya ke dalam lubang Chanyeol yang masih virgin. Kuku jemari Chanyeol mencakar bahu Yifan ketika sensasi yang dirasakan tubuhnya terlalu intens.

"Chanyeol..." Yifan tidak bisa menahan erangan dan geraman dari dalam tenggorokannya ketika lubang Chanyeol seperti mencengkeram kenjatanannya membuatnya kesulitan untuk bergerak.

Ia berusaha membuat Chanyeol rileks dengan mengecup bibir, rahang dan leher pemuda itu dengan lembut sebelum akhirnya cengkeraman Chanyeol sedikit melemah hingga membuat Yifan berhasil menggerakkan kejantanannya.

Tubuh Chanyeol ikut terguncang mengikuti setiap gerakan pinggul Yifan sementara bibirnya tidak bisa berhenti menyuarakan kenikmatan yang mereka berdua rasakan. Jika inilah yang ia dapatkan selama masa heat, maka Chanyeol tidak keberatan jika masa itu datang lebih awal sebelum ini. Tapi jika hal itu benar-benar terjadi, maka dengan siapa ia akan melakukannya jika ia belum bertemu Yifan?

Ketika mereka semakin mendekati klimaks, Chanyeol yang tidak bisa berpikir jernih karena pikirannya terbalut nafsu justru merasakan perasaan aneh ketika pandangannya bertemu dengan Yifan yang menggerakkan kejantanannya di dalam lubangnya.

"Yifan..." Panggilan itu cukup membuat Yifan hilang kendali hingga ia semakin keras berusaha mengejar klimaksnya. Yifan melesakkan kepalanya pada leher putih Chanyeol dan menggigit kulitnya untuk membuat sebuah tanda claim sebelum mereka mencapai klimaks bersamaan.

Nafas keduanya menderu. Pinggul Yifan sesekali akan bergerak untuk memompa benihnya ke dalam lubang Chanyeol yang super sensitif. Chanyeol melepaskan kakinya yang terkait pada pinggang Yifan namun semakin mengeratkan pelukannya pada leher dan kepala Yifan yang masih tenggelam di lehernya.

"Orang tua kita memberikan pandangan aneh ketika aku pamit pulang karena kau membutuhkan aku." Ujar Yifan ketika otaknya sedikit demi sedikit sudah mulai berfungsi normal.

Chanyeol yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya tersenyum mendengar hal itu.

"Aku tidak perlu memberitahu Ibuku kalau aku sudah mendapatkan heat pertamaku kalau begitu." Jawab Chanyeol.

Yifan perlahan-lahan bangkit dari atas tubuh Chanyeol dan mengecup bibir pemuda itu membuatnya membuka mata.

"Aku senang kau meneleponku terlebih dahulu ketika kau membutuhkan bantuan." Ujar Yifan.

"Yeah?" Chanyeol mengusap surai hitam Yifan yang biasanya terlihat rapi kini mencuat ke berbagai arah. Namun hal itu justru membuat Yifan terlihat lebih muda dan sexy.

"Kau lah orang pertama yang terlintas dalam pikiranku ketika aku membutuhkan bantuan." Kata Chanyeol.

Yifan tidak bisa menahan luapan kebahagiaan dari dalam dadanya hingga satu-satunya yang menurutnya masuk akal pada saat itu adalah dengan merengkuh Chanyeol dalam ciuman yang dalam. Belum ada kata-kata cinta yang terlontar dari mulut keduanya bahkan pada hari pernikahan mereka, tetapi kata-kata rasanya tidak lagi diperlukan ketika mereka bisa melakukan hal yang lebih untuk mengungkapkan perasaan masing-masing.

"Round two?" Goda Yifan ketika Chanyeol mencubit pinggangnya.

TAMAT

Ini apaaaaahhhh, cuma pengena nulis bagian porn-nya aja kebanyakan basa-basi di depan. Kudunya PWP kan Porn Without Plot, lah kalo ini Porn With kebanyakan Plot /facepalm.

Dan entah kenapa nggak bisa nyari bahasa Indonesia yang tepat buat heat, jadinya malah kayak ke-baca haid di atas wkwkwkwkwwk maapkeeeunnn.

Terima kasih sudah baca dan meninggalkan review.

Monggo di cek ff Krisyeol lain di akun saia satunya yang masih suci ^^ #digampar

Sequel? AHHAAHAHAHAHiksno.

Dengan cinta,

Mt_Chan.