Nee Oba-sama, bagaimana kabarmu disana?
Nee Oba-sama, aku tahu setiap mata manusia itu berbeda-beda,
setiap mata manusia memancarkan pancaran yang berbeda.
setiap mata manusia melihat yang berbeda-beda,
Nee Oba-sama, apakah mata bisa melihat hati?
Mata Oba-sama bukan mata hati,
Tapi mata ini sama dengan mata manusia,
Nee Oba-sama, melalui mata Oba-sama aku melihat hati manusia,
Aneh ya? Karena hati manusia selalu berbeda dengan kata-kata manusia,
Aneh ya? Hati mereka selalu bertolak belakang dengan sifat mereka,
THE DIARY OF ANGEL IN THE BLOODY SWAMP
By Hyuann
Kuroko No Basket Belongs to Fujimaki Tadatoshi
Don't like don't read
Warning: Genderbend, a bit OOC, typo, wrong grammar(for english part), EYD kemana-mana
WARNING: Selalu perhatikan keterangan waktu dalama kurung {()}
Chapter 2: The First Time Meeting
(Yuki Flashback)
Aku kehilangan semua warna itu
Segala yang tersemat dalam pelangi dan dunia fantasi itu.
Aku kini tersesat dalam hitam dan putih.
Ohh, tunggu! Masih ada satu warna,
Merah
Warna yang memisahkanku dari kebahagiaanku
Warna yang akan kubenci selamanya
Warna yang akan kutorehkan pada iblis itu
.
(Manhattan, 2 years ago)
Pada ballroom luas sebuah Hotel bintang lima ternama. Tertema putih dan emas yang memberi kesan mewah dan elegan pada acara formal dengan lautan manusia berkain mahal. Sekilas memang tampak sebagai pesta pertemuan bisnis biasa, jual beli saham, sombong harta sana-sini, pamer cantiknya wanita yang dibawa setiap pria yang menjadi bos, para wanita yang pamer dengan mahalnya gaun dan perhiasan hasil malak suami.
Membosankan,
Salahkan usianya yang terlampau muda untuk menghadiri acara seperti ini. Meski sudah sering, tetap saja perasaan menjijikan kala memasuki liang tikus berdasi tak mampu memungkiri. Setidaknya ia bukan satu-satunya yang berusia 14 tahun di gedung ini, masih ada ketiga temannya yang membaur dalam bagian dalam pesta penuh dosa ini. Jika ingin memilih, tentu lebih menyenangkan untuk membaur menjadi OB, atau chef atau apapun termasuk bersembunyi saja dalam lemari pendingin—salahkan tingginya yang belum mencukupi, usianya baru 14 tahun ingat?—sayang sekali, statusnya sebagai putri angkat dari Michell Grey, sang pemilik Gray's Company dan bla bla bla... fokus saja pada misi.
.
Seperti yang dinyatakan, ini adalah pertemuan bisnis. Namun jangan kira manik lilac tidak mampu menangkap jati diri setiap persona dalam ruangan mewah dan balutan kain profesional itu. Sebagian besar dari mereka adalah pengusaha berkedok mafia. Seperti es di permukaan yang nampak begitu kecil dan tidak bebahaya namun begitu luas, besar dan menguasai di dalam. Kedok mereka di dunia atas sebagai profesional bisnis, namun begitu berbisa di dunia bawah.
Ohh please! Jangan kira dirinya pribadi beserta sang ayah angkat tidak bercermin tentang siapa mereka di dunia bawah. Bukan, bukan anggota mafia ataupun yakuza. Mungkin lebih dapat dikatakan jika organisasinya adalah penjaga keseimbangan dunia bawah. Aneh ya? Memang! Ia pun bingung apakah mereka ini sebenarnya jahat atau baik (kesampingkan fakta bahwa di dunia bawah tak ada yang baik). Daripada mafia dan sebangsanya, apa kata yang tepat ya? lebih baik dikatakan organisasi mereka adalah Assasins. Negosiasi, menjadi mata-mata, dan membunuh –tentu saja— kenyataan itulah pekerjaan mereka. Pengedar, pengguna, pelaku transaksi narkoba, Hell No!
Ya ya ya... pusing sendiri dengan istilah yang benar akan organisasinya, kita kembali saja dengan apa yang ia sebut dengan 'misi'. Sekehendak hati menamakan misi ini sebagai "penjahat saling menjaga". Melangkah anggun dalam balutan dress hitam selututnya, di atas karpet merah dari limousin menuju liang tikus berdasi yang—harus ia akui—begitu indah dan elegan. Sang ayah angkat menautkan tangannya pada jari-jari sang anak seperti ya, layaknya seorang ayah pada putri yang masih berusia 14 tahun dan takut sang putri hilang di tengah keramaian kain-kain mahal.
Di sini, di Manhattan. Mereka mengenalnya dengan Snow, Snow Grey. Bukan. Bukan Salju abu-abu. Kata snow seperti yang semua tahu artinya salju, dan berasal dari nama jepangnya yaitu 'Yuki'. Nama itu juga dicocokan dengan penampilan fisiknya yang berkulit putih asia dan rambutnya yang sedikit melewati bahu dan berwarna putih—seperti salju, sangat kontras dengan gaun hitam selutnya. Sedangkan 'Grey', tentu saja nama keluarga sang ayah angkat. Karena pada dasarnya ia adalah orang Jepang, nama aslinya adalah Dokuryuu Yuki.
.
Misi kali ini adalah untuk menjaga orang-orang dari fagmilia yang menurut Yuki sama. Sama disini adalah, sama-sama tidak dapat dikatakan sebagai mafia ataupun Yakuza—meski mereka berasal dari Jepang—mungkin dapat dikatakan mereka Assasins sama seperti fagmilia tempat Yuki bergabung yaitu 'Evangelista Organisation'. Dan Ya! Mereka dari Jepang, tempat kelahiran Yuki. Well, ini tidak sangkut pautnya.
Teiko Fagmilia, itulah namanya. Dipimpin oleh Akashi Seijurou, yang sekaligus pengusaha sukses di dunia atas dengan nama perusahaan Akashi's Corp. Pria 24 tahun dengan rambut dan mata merah, or rather say 'Magenta'. He is amazingly young, She had to admit! Pasti berat memimpin dua usaha dan membuatnya begitu bernama—dalam arti baik, tentu saja—apalagi, kabar mengatakan jika Akashi-san sudah menggantikan sang ayah untuk memimpin perusahaan dan organisasi sejak usia 19 tahun, wow!
Walaupun dapat dikatakan orang-orang, kenyataan yang hadir di pesta dosa ini hanya dua orang, yaitu sang direktur Akashi sendiri dan seorang wanita seusia dirinya bernama Kuroko Tetsuna. Kemungkinan kekasihnya. Tidak, bukan seperti para bitches-berdandan-menor bersama para pria lanjut usia yang berarti bahwa mereka adalah pedophile. But body-languages never lies!berbeda dari para pedophile tua itu, Akashi muda cenderung protektif terhadap sang wanita. Ditambah sang wanita yang nampak menjaga jarak dari para tua-tua keladi yang membuatnya risih. Wanita yang terhormat. Cantik. Anggun. Berwibawa. Namun sederhana. Semua hanya dalam balutan white-night-dress, dan natural-make-up. Rambut teal-blue sebahu yang tampak rapi dan lembut. Snow gonna like this woman! Really can't wait to know her in person.
Edaran lilac milik Yuki membuatnya melepas tautan dari sang ayah. Bukan karena ingin kabur, namun karena ia sadar jika sebentar lagi merupakan waktu eksekusi yang sudah ia dan tim rencanakan. Pada tim dalam misi ini terdiri dari empat orang dengan Snow dan salah satu anggota yang merupakan ketua team sebagai major-point. Berdiri tegak dengan kedua tangan terkatup di depan, tangan kanan menumpang di tangan kiri. Seperti gadis manis penuh sopan santun dan lemah sehingga sangat mudah untuk memasukan badannya yang kecil ke dalam karung dan membuangnya ke sungai terdekat. Wajah datar penuh determinasi dengan seulas senyum palsu menatap lawan bicara sang ayah yang—seakan—tidak mungkin menelantarkan anaknya dalam pembicaraan bisnis dimana sang gadis kecil inilah yang akan menjadi sang pewaris Gray's Company nantinya.
Sesuai perkiraan masuknya MC diikuti oleh pria-pria berjas hitam, masuk besamaan dan berada dititik sebar namun terkoordinir, tersamar rapi tak ada yang menyadari. Direktur berdiri tepat di jarum jam angka dua dari tempat Yuki berdiri. Entah ada yang menyadari atau tidak, jika terdengar suara helikopter yang berbaur dengan alunan musik Jazz yang diputar oleh DJ pesta. Then the execution will begin in 3
2
1
Mission begin!
DORDORDORDOR
Suara tembakan terdengar kian memekakan dari telinga sebelah kanan, namun tidak menghalangi betapa cepat dan tangkas sang salju melesat meghdari peluru di atas marmer keemasan dengan heels tiga centimeter miliknya menuju target yang harus ia jaga. Dari titik awal berdiri menuju arah positif 60 derajat sejauh 15 meter—kurang lebih—hanya butuh tidak kurang dari 7 detik. Dihadapan pria muda bersurai magenta yang sedikit terkesiap dengan munculnya salju kecil dihadapannya dan sang kekasih. Hanya sedikit.
"Evangelista, right over here sir/miss" (Kami dari Evangelista, ke sebelah sini tuan/nona) kompak terlagukan bersama gadis lain berambut coklat sebahu dalam balutan pakaian maid pesta, memberi arahan pada dua sejoli untuk mengikuti mereka berdua.
Saling menatap dan memberi anggukan sebagai approval dan keempatnya berlari ke arah yang sama menyusuri koridor panjang mereka berlari harus berlari menuju lift yang akan membawa mereka ke atap dimana sudah ada salah satu Evangelista yang bersiaga dengan helicopter.
Jika ada yang bertanya apa yang terjadi di hall pesta, maka jawabanya adalah pembantaian para pemegang saham terbesar yang terdiri dari lima orang termasuk sang Direktur Akashi Seijurou dari Jepang. Dan pelakunya yang notabene adalah pemilik saham yang juga sang penyelenggara pesta ingin mengambil kembali saham yang dipegang oleh kelima orang ini. Tidak peduli pada para pengunjung yang lain, esok hari koran hanya akan memberitakan sebagai pembantaian pesta. Tidak peduli juga dengan keempat pemegang saham yang lain, namun seorang Akashi Seijurou selalu memiliki back-up untuk lolos dari maut kelas rendah seperti ini. Smart-ass! Welcome to the underworld, dimana dalam terang para penguasa kegelapan hanya bermain kucing-kucingan dengan pasukan pembunuh bayaran berdasi.
Kembali pada keempat orang yang habis berlari dan sudah sampai di depan lift. Terdapat empat lift berjajar disana, dan hanya satu lift yang mampu membawa mereka untuk sampai di atap. Ini seperti permainan eani-meani-mai-ni-mo untuk menemukan satu bola yang disimpan dalam salah satu gelas yang dijajar dengan dua gelas lainya. Tapi ini tidak sesederhana itu.
Koordinat jalur lift sendiri dapat berubah setiap 4 jam. Jika tidak dapat menemukan koordinat awal Tepat pada pukul 00:12:12, maka koordinat awal bukan lagi 1,2,3,atau 4 melainkan 0 atau infinite (Tidak terkira). Dengan adanya koordinat awal, maka koordinat kedua dimana koordinat inilah yang akan berubah setiap 4 jam. Masih memudahkan daripada harus mencari kemungkinan dalam bilangan infinite. Mudah saja jika ingin main tebak-tebak berhadiah, tapi disini kesempatan hanya satu dan mereka hanya memiliki waktu kurang dari dua menit. Akan semakin berkurang jika pembantai itu datang dan harus membereskan mereka, dan lagi kurang dari dua menit itu juga jam akan menunjukan pukul 8 p.m. artinya koordinat ke dua akan kembali berubah. Jika satu ini dilewatkan maka mereka harus menunggu 30 menit yang lain untuk sampai di atap. Itupun jika mereka selamat.
Tapi, ayolah! Tidak mungkin mereka berempat tidak akan selamat dari pasukan bayaran kelas teri seperti mereka. Satu pimpinan Fagmilia dan orang terpercayanya, dan dua orang Elites muda. Berempat seperti itu tidak bisa membasmi tikus-tikus itu, apa kata dunia?
"Its number three from left" (Nomor tiga dari kiri) seru gadis berambut coklat, namanya Veena. Merupakan seorang kapten dalam misi ini.
Mungkin mereka belum bilang siapa dalang yang memberitahu sang kapten mana lift yang benar. Namanya Yuna, saudara kembar Yuki. Bertolak belakang dengan Yuki, Dokuryuu Yuna adalah peretas muda handal. Demi misi ini dia rela begadang demi mendapat koordinat lift dari Gedung-sedeng-merepotkan yang dibangun oleh arsitektur terkenal—katanya. Yuna bukan anak malam jika belum dihadapkan dengan game atau misi untuk meretas, FYI.
Kembali pada pasangan unik dan dua gadis kecil. Terdapat kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya, mereka sudah dapat segera ke atap dengan damai. Kabar buruknya, para pembantai itu datang dan mereka tidak jadi ke atap dengan damai, berarti harus ada yang tinggal untuk menahan mereka.
"Captain, please take them upstairs ! I'll distract them." (Kapten, tolong bawa mereka ke atas! Aku akan menahan mereka) Snow sudah memundurkan langkahnya untuk menghadap para pembantai itu tepat setelah pintu lift terbuka.
"We don't have much time, Snow! Get in now!" (Kita tidak punya banyak waktu, Snow. Masuk sekarang!)Tidak salah juga apa kata sang kapten. Misi lebih penting, tidak berarti anak buah harus ditinggalkan atau dikorbankan.
"It would be useless if they caught up with us!" (Tidak akan ada gunanya jika mereka berhasil menyusul kita!) Tapi masuk akal juga dengan pemotongan kalimat yang dingin oleh sang salju. Brrr, dingin seperti salju.
"Yuki!"/"Veena!"
Bagus sekali! kedua gadis saling menatap dingin. Sang kapten mencoba mencari letak kesalahan sang anak buah, tapi toh lima detik kemudian tatapan dingin dari manik coklat itu sirna. Dan tik, satu petikan jari,
"Fine! Lia will catch up with you in a minute." (Baik! Lia akan menyusulmu nanti) sembari mempersilahkan pasangan Jepang itu, tangan kirinya melempar sesuatu ke arah Yuki.
Hap. Tanpa menoleh sedikitpun tangan kanan dengan tangkasnya menangkap magazen yang sangat match dengan sang kesayangan Walther P99.
"Thanks! we will catch up in short time!" (Terima kasih! kami akan menyusul tidak lama lagi!) Nadanya masih sedingin tadi, anggukan diberikan dan telah terdengar jika pintu lift bergerak untuk menutup. Hampir saja sang salju akan bersenang-senang bermain salju merah sendirian sampai—
"Kukira aku akan disini sebentar, kau pergilah duluan Tetsuna!" terlantun suara bariton yang merdu tapi berefek background halilintar bagi sang salju. Ayolah! Jelas malu-maluin kalo Yuki tidak mengerti bahasa ibu yang melahirkannya. Tapi kalo yang barusan jelas bukan efek cultural shock atau mendadak lupa bahasa. Bukan gagal mengerti hanya saja gagal paham.
'What the hell is wrong with this old man? Trying to ruin the plan just like that?' (Apa yang salah dengan orang tua ini? Mencoba merusak rencana begitu saja?) langsung saja gaun hitam berkibas begitu saja akibat efek putaran 180 derajat yang dilakukan Yuki. Salju itu tetap putih, tidak berbercak noda-noda kekesalan. Tidak dihadapan sang kapten yang hanya mampu membisu. Jika ditilik lagi, diduga sebenarnya kapten Veena sangat menyadari bercak kekesalan dalam putihnya sang salju, hanya saja tidak dapat bereaksi lantaran suatu tekanan yang dikeluarkan oleh sang direktur Akashi yang sejak tadi dilupakan.
"Akashi-kun!" Hardik nona Tetsuna yang sudah berdiri di dalam lift bersama Veena.
"Tidak apa Tetsuna, I believe that will be no harm since I will be protected with this brave young lady!" (Aku percaya itu tidak akan membahayakan karena aku akan dilindungi oleh wanita muda pemberani ini!)
'Hooo, I don't even realize whether it was a compliment or an insult!' (hooo, aku bahkan tidak tahu apakah itu pujian atau penghinaan!)
"Wakarimashita! jaga dirimu, Akashi-kun!"
'seriously, lovey-dovey at this kind of situation? So cute that I'm gonna puke!'(Serius, mesra-mesraan pada situasi seperti ini? Begitu manisnya sampai aku mau muntah!) Si Yuki cuma bisa memutar matanya. Romansa picisan bukan kesukaannya.
"Please take care of him, he can be stubborn at these time—" (Tolong jaga dia, dia bisa menjadi keras kepala pada saat-saat seperti ini)
"—Tetsuna!"
Baiklah, apa yang barusan terjadi? Adegan romansa tadi ditutup dengan kikikan merdu nona Tetsuna yang sekarang telah pergi ke atap bersama Veena. Itu barusan kurang dari dua menit? Okay Snow, self-control Snow! Self-control!Focus! Yang tadi itu cukup menghipnotis, tapi masalah selanjutnya ada dihadapan mata. Masalah pertama, para pembantai kelas teri itu sudah ada di depan mata dan dari gerak-geriknya mereka sudah menyadari jika ada tamu undangan yang meloloskan diri melalui lift. Masalah kedua, ni orang tua satu yang udah seenak jidat merusak rencana dengan merelakan dirinya tidak ikut naik bersama sang kekasih, demi apa?!
"THATS SEIJUROU AKASHI! KILL HIM!" (itu Akashi Seijurou! BUNUH DIA) ups, seseorang telah berhasil melihat sang merah yang dengan arogannya bersandar santai di depan lift. Dengan manik hetercorhomia yang menatap rendah pada pasukan berjas yang berjumlah hampir sepuluh orang.
Ketika ada satu revolver terarah tepat kepada sang merah yang hanya menyeringai santai,
BUK
"ACK"
"Ups! I'm here sir!" sebuah tendangan tepat di leher belakang sang pelaku, mengirimnya langsung menuju lalaland yang indah.
"BOSS! What was that? Where was that came from?" (Apa itu tadi? Darimana datangnya?) begitulah kira-kira mereka-mereka yang kebingungan dengan serangan dadakan yang menimpa bos mereka. Celingak-celinguk kebingungan mencari sang pelaku yang sepertinya tidak terlihat.
DOR DUK DUAGH BUK
"ARRGGHH/UGH/GYAAHHH!" begitu lah suara-suara yang terdengar bersamaan dengan jatuhnya satu-persatu pria-pria berjas yang hendak melaksanakan misi mereka—membunuh Akashi, disisi ain mencari sumber asal dari jatuhnya satu-persatu anggota mereka.
Tiga orang tertembak, masih hidup atau tidak siapa yang peduli. Enam orang pingsan. Total sembilan, kurang satu.
"hehehe, good bye Jappanese man!" (Selamat tinggal pria jepang!) hooo, seseorang berhasil lolos dari serangan misterius—atau setidaknya itulah yang dipikir sang oleh sang pria yang sudah mengarahkan revolver-nya ke arah si pria merah yang masih tetap santai tidak bergerak dari posisinya.
Begitu santainya dan begitu berani mengumbar seringai kecil meremehkan kepada pria pirang yang berdiri dengan posisi menembak tepat dihadapannya, sama sekali pria pirang ini tidak menyadari apabila takdir hidupnya telah terkunci oleh dewi salju muda yang berdiri segaris kehidupan dengannya.
DOORRR
Dan satu peluru telah besarang di kepala belakang, dan pria itu terkulai. All clear! Sang dewi berdiri anggun dengan gaun hitam dan surai salju yang tergerai indah. Tak ada noda keringat maupun darah. Tidak pula hembusan nafas lelah. Hanya menyimpan kembali sang kesayangan dibalik gaun hitam selututnya. Bahkan bantuan tidak jadi—atau telat—datang.
Plok plok plok
"Impresive young lady!" (mengesankan nona muda)
"Likewise, sir!" postur tubuhnya tetap menunjukan atitude seorang nona muda yang baik, penuh sopan-santun, seakan dirinya tidak bertanggung jawab atas 10 pria yang dipertanyakan hidup-matinya. "Sebelah sini, Akashi-san!" tangan kananya mempersilahkan sang pria untuk lebih dulu memasuki lift ke dua dan dengan senang hati sang pria masuk terlebih dahulu dan berdiri dengan pongahnya di dalam lift.
"Kukira kau tidak bisa bahasa Jepang."
"Masakah orang Jepang tidak mengerti bahasa ibunya, Akashi-san!" alih-alih menjawab, justru sindiran datar yang sang salju keluarkan. Tidak peduli jika dirinya sedang berada satu kandang dengan seekor singa jantan yang lapar. Tapi well, katakan jika sang direktur sedang dalam mood yang baik beliau hanya diam memperhatikan sang salju. Memang sejak tadi, sejak dirinya memutuskan untuk tidak ikut sang kekasih naik lift duluan menuju atap adalah untuk mengobservasi sang salju yang menarik perhatiannya. Berkebalikan dengan sang salju tentunya.
"Sou, boleh kutahu namamu, nona muda?"
"Hajimesashite, watashiwa Grey Snow desu, yoroshiku onegashimassu!" Segan namun tetap dilakukan dengan penuh sopan-santun seperti yang telah diajarkan keluarga kakeknya. Sekalipun dengan sesama orang Jepang, Yuki tidak berniat menunjukan nama aslinya- meski nama jepangnya bukanlah hal yang dirahasiakan.
"Ahh, kau putri Grey-san, apa aku benar?"
"...Hai!"sedikit ragu menjawab bukan karena dirinya menyangkal, hanya saja Yuki tahu betul jika orang ini, pria ini, dengan mata heterochoromia-nya—Tunggu! Sejak kapan mata itu? Bukankah data yang telah ia baca dan ia saksikan sendiri ketika menjemput sang direktur dan kekasihnya matanya kembar?—baik, kesampingkan itu. Yang jelas, mata itu seakan sedang menelanjangi setiap inchi dirinya, berusaha mengungkap segala apa yang tersimpan dari tubuh kecil sang salju.
'this man definitely dangerous! As expected of Akashi Seijurou!' mengahadapi sang direktur dihadapannya, sang salju sama sekali tidak tersenyum, hanya datar dan dingin seperti yang biasa ia tunjukan pada setiap orang.
Mungkinkah ini yang menyebabkan sang kaptenVeena hanya diam tadi? Tekanan itu baru terasa ketika sang salju baru benar-benar menatap kedua mata itu. The power of emperor. That what she ever heard (kekuatan sang emperor. Itulah yang pernah ia dengar). Untuk beberapa alasan, mata itu sama sekali tidak menakuti sang salju. Masih menatap dengan ekspresi yang sama.
Dan sang emperor sendiri? Dirinya tetap berusaha menggali sesuatu dari gadis kecil dihadapanya. Tapi NIHIL. Suatu hal yang sangat menarik bagi sang direktur. Rumor atau bukan namun kehebatan sang emperor mengetahui segala hal melalui matanya. Entah apalah yang ia akan ketahui. Apakah ia juga adalah seorang cenayang atau apapun itu tapi yang pasti, tidak ada yang dapat dibaca dari gadis kecil dihadapanya.
"She is so beautifull. Not only her appearance, but also her heart. I'm just can tell!" (Tetsuna itu sangat cantik. Tidak hanya penampilanya, namun juga hatinya. Aku bisa katakan!) alih-alih pengalihan pembicaraan, namun yang justru lebih mengejutkan sang emperor adalah, terbacanya nada tulus dalam kata-kata sang anak. Dan mungkin itulah hal pertama yang dapat ia baca dari sang gadis kecil ini. Hanya itu.
"Likewise, Ms. Gray!" Itu adalah fakta, dimana tak banyak orang yang akan mengatakannya pada kesan pertama, apalagi dalam pesta pebisnis seperti ini. Tapi sedikit banyak sang emperor sadar jika sang anak tidak ingin melanjutkan pembicaraan. Yah, dia bukan pria pedophile tidak sopan yang mau ngajak ribut sama gadis dibawah umur, bukan?
Damai sesaat didapatkan.
[Snow, can you here me?] (Snow, bisa mendengarku?) suara gadis terdengar dari earphone yang baru saja dipasang untuk meminta klarifikasi lokasi dari orang-orang di atap sana.
"Clear"
[Which lift are you?] (Kau ada di lift yang mana!)
"number 2 from left"
[damn! Now listen to me! Remember the lesson last week in Diana's class? Use your hairpin to reverse the flow of electricty in the elevator! By that, it would help me to move the coordinate of the elevator to the second one!] (Sial! Sekarang dengarkan aku! Ingat pelajaran minggu lalu di kelas Diana? Gunakan jepit rambutmu untuk membalik aliran listrik di lift. Dengan itu dapat memudahkanku untuk memindahkan koordinat ke lift nomor dua)
"Got it, give me one minute" (aku mengerti, beri aku semenit)
Lepas itu tubuh kecilnya telah berdiri dihadapan tombol-tombol lift, mulai dari GF(Ground Floor), 1-25, dan R (roof). Ditariknya tanpa hambatan jepit snowflake berwarna silver yang berpendar di rambut putihnya yang tergerai. Menggunakan jepit itu Snow telah berhasil membuka penutup tombol-tombol lift, memunculkan susunan kabel yang memusingkan yang tergabung menjadi hardware dan software yang seperti kalian tahu, penuh dengan misteri sedeng yang bikin gendeng cuma mau ke atap doang.
Akashi hanya menyaksikan sang gadis dalam diam dan datar namun tetap penuh ketertarikan. Tapi siapa tidak? Seorang gadis kecil telah berhasil mengalahkan 10 pria bersenjata tanpa kelelahan sedikitpun, dan sekarang dirinya berurusan dengan kabel-kabel warna-warni beraliran listrik yang notabene dihindari oleh wanita, bahkan orang agen terlatihpun belum tentu terampil dengan urusan seperti ini. Tak diragukan jika dia adalah putri tunggal pemimpin Evangelista, penasaran juga akan pendidikan dan pelatihan seperti apa yang didapat dari seorang anak yang dipastikan adalah seorang Elites di usia yang masih sangat muda. Sang emperor sendiri masih mengira-ira berapa usia sang salju, mungkin kisaran 13 hingga 15 tahun. Tentu sangat muda.
Yuki berhasil menukar beberapa kabel, mengganti kabel yang satu degan kabel yang lain menyisakan satu slot yang tidak tertancap kabel manapun. Oleh sebab itu diambil satu buah permen dalam tas kecil yang tersimpan dibalik gaun indahya. Diambilnya satu permen rasa mint dan diemutnya selama beberapa detik,
"Mentos, sir?" (Mau mentos, tuan?) Sempet banget ya, Yuki! Untungnya ditolak dengan halus oleh orang yang sebelumnya ditawari permen putih itu.
Sebab setelah itu, permen yang ia kunyah ia keluarkan dengan tangannya dan di letakkan di slot kosong tersebut. Mundur satu langkah,
BRRZZZZZ JEGLEG
Lift berhenti.
"Permen peledak. Jika diletakan begitu saja maka akan meledak. Jika diemut maka dapat menciptakan aliran listrik. Tegangannya tidak terlalu besar, tapi lumayan untuk membalik aliran listrik yang dipakai sebuah lift. Kuno tapi efisien!" jelas sang salju masih dengan wajah datarnya, ada sepercik kesenangan yag dapat terbaca oleh mata sang emperor.
[You made it, Snow! Now wait for a second...] (Kau berhasil, Snow! Sekarang tunggu sebentar...) terdengar gumaman pada kalimat akhir hingga 15 detik berikutnya, [Okay, your golden ticket is on your hand!] (Okay, ticket emasmu sudah di tangan!)
Dengan JEGLEG untuk kedua kalinya lift kembali terangkat naik. Tak perlu repot untuk memasang kembali penutup tombol lift karena Yuna telah berhasil mengendalikan lift nomor dua ini dan langsung membawa dua orang penumpangnya ke permukaan.
Begitu lift akhirnya berhenti, keduanya diperlihatkan hamparan aspal yang luas dimana sudah terdapat helikopter menanti sang direktur untuk membawanya ke tempat tujuannya. Kemana itu? Bukan urusan Yuki dan dia sudah tidak mau peduli. Yuki sudah terlanjur dongkol setengah-idup ngadepin client macam sang direktur emperor itu. Padahal ia ingin sekali menghampiri wanita langit yang cantik itu, tapi moodnya yang sudah terlanjur jelek seaakan melarangnya untuk mendekati sang wanita. Hufft!
Belum lagi, jangan kira Yuki tidak tahu rencana tak tersuara sang emperor yang sengaja menumbalkan dirinya dihadapan para pembantai itu. Menjadikan dirinya pusat perhatian sehingga sang salju langsung melebur dengan angin dan menumbangkan sepuluh orang itu dengan mudah. Dan rencanya berhasil dengan tanpa ia harus mengotori tangannya, dan dengan pongah serta arogannya...rrrrr
So genius, sir! Yet you still pissing me off
.
.
(Present Time: The day after funeral, 10.46 a.m)
Pintu ruang direktur itu terbuka, tersaksikan oleh netra samudra yang sendu ruangan sang merah yang terbilang... berantakan dari biasanya. Jika ini adalah hari biasanya, tentu Sky memberikan omelan yang menyebalkan bagi sang direktur. Jarang-jarang melihat sang direktur berusia 28 tahu itu cemberut karena omelan sang kekasih yang jarang ngomel tapi sekalinya ngomel pasti pedas—sayangnya ini bukan hari biasa itu. Manik sang langit hanya datar menyapu ruangan dan hanya menemukan sang kekasih sedang membaca dan terkikik—tunggu! Terkikik? Kok serem?
Well technically, bukan literally terkikik. Hanya saja dengan bahu yang nampak bergetar seperti orang terkikik meski wajah tak nampak, wajar saja jika Tetsuna berpiki demikian bukan?
"Apa yang sedang kau tertawakan, Akashi-kun?" Tanya Tetsuna to the point
"Aku baru menyadari jika anak itu begitu kesalnya denganku bahkan ketika pertama kali bertemu" dan bahu itu berhenti bergetar, namun tetap tidak mengangkat wajah sang merah dari buku yang ia baca.
"..."
"Tapi dia juga sudah menyukaimu ketika pertama kali melihatmu, dan ketika kau pertama kali memperdengarkan suaramu dihadapan anak itu."
"Apa yang sedang kau baca, Akashi-kun?"
Ditutupnya buku itu, "Diary miliknya. Mitchell-san memberikannya padaku tadi." Dan ditunjukanya pada Tetsuna dan diterima dengan wajah sama datarnya. Namun meski datar, wanita ini menerima dengan berat hati. Membaca judulnya saja rasanya begitu berat. Hhh, padahal begitu ingin bertemu dengan anak itu. Namun menyentuh barang miliknya saja masih tak sampai hati. Sepertinya masih belum dapat dipercaya jika anak itu telah meninggalkan mereka. Selamanya.
"Mengapa kau memanggil kami Akashi-kun?"
"Seperti yang disampaikan Momoi, ada sesuatu yang ingin aku tunjukan—" ditunjukannya lempengan CD yang ia temukan terlindung dalam wadah berhbahan plastik "lebih tepatnya, ada sesuatu yang ingin ia tunjukan."
"..." Tetsuna tidak mampu berkata-kata selain melebarkan matanya tanda ia terkejut. Apakah maksudnya ini? Dan lagi, tanggal itu? Tepat satu hari sebelum kematiannya.
'Yuki-chan...'
To Be Continue
A/N:
Akashi: "Sepertinya kau memutuskan untuk melanjutkan fict ini, Hyuann?"
Hyuann: "Mumpung ide."
Kuroko: "Syukurlah Hyuann-san kembali serius dengan fict ini."
Hyuann: "Aku sih nggak yakin bakal rajin update kalo yang ini... hehehe. Cuma buar hati seneng aja."
Akashi: " Hati seneng kok Angst. Kau aneh, Hyuann!"
Hyuann: "Namanya juga buat muasin hati... udah sih, protes aja!"
Olla minna-san,
Hyuann kembali setelah selamanya.
Terima kasih untuk yang sudah memfollow fict ini. Mohon maaf jika terlalu lama untuk update, dan untuk selanjutnya juga belum tentu akan rajin update. Arigato Gozaimasu #bow.
Kritik dan saran saya nantikan,
Follow and Favorite jika berkenan.
Arigato Minna-san