PROLOGUE

.

.

Sinar matahari yang mulai redup dengan lembut menembus kaca jendela yang itu amat yang amat jarang ditemui di dorm boyband yang sedang dalam puncak keemasannya , EXO.

Sosok itu baru terbangun dari tidurnya yang amatlah pulas , siapa yang tidak menyukai waktu istirahat yang cukup lama?Rasa-rasanya hampir tidak pernah Ia dapatkan lagi kebebasan untuk tidur selama mungkin hanya 5 jam. Miris.

Tubuhnya terasa amat kaku dan pegal setelah dance practice seharian ,mungkin dia yang terlalu bersemangat,meskipun semangatnya itu kurang terlukis secara jelas di tampang rupawannya. Padahal jelas-jelas Ia tau,mereka semua mendapat libur selama seminggu, seharusnya Ia gunakan untuk sesuatu yang sudah jarang Ia lakukan ya?Seperti wisata kuliner dengan si Dobi bodoh atau shopping bersama cabe-sok-diva?Well,pada kenyataannya mungkin mereka berdua yang justru meninggalkannya .Pengkhianat.

'Sepi sekali , jadi aku benar-benar sendiriankah?'batinnya.

Ia memutuskan untuk memposisikan tubuhnya agar santai di atas sofa yang cukup untuk menampung tubuhnya yang –termasuk-dalam kategori tiang. Menatap kosong ke atas langit-langit dorm.

Kemudian Ia kembali termenung dalam pemikirannya yang dalam dan tidak terbaca sama sekali. Ia baru ingat,alasan dia tertidur selama ini.

Ia merasa hampa , bebannya terasa amat berat.

.

.

FLASHBACK

2 hari yang lalu..

' Kemana perginya?'nafasnya terdengar amat buru-buru,meraup oksigen sebanyak apapun yang dapat Ia hirup .Berlarian seakan dirinya sedang dikejar kematian,meskipun itu benar adanya jika 'dia' benar-benar pergi meninggalkannya.

Dengan berbekal sedikit harapan yang masih tersisa,kaki jenjangnya memacu secepat yang Ia bisa. Menjadi dancer amat menguntungkan bagi ketahanan dan kecepatan kakinya.

Setelah lift tiba di lantai 12A,Ia melanjutkan acara lari-larinya tanpa mempedulikan image 'dingin' yang selama ini Ia miliki. Masa bodoh,yang penting Ia harus menemukan orang yang dia cari.

Ia membuka pintu dorm dengan kasar,dan segera melanjutkan pencariannya di dalam dorm.'Tempat biasa.' Ia menerka kemungkinan-kemungkinan dimana sosok itu berada.

Ada sebuah kursi goyang yang menghadap langsung ke kaca jendela besar di dalam dorm bergoyang dengan konstan dan pasti diduduki.

Ia melihat dirinya sedang tertidur sambil terduduk di sana,meskipun tidak yakin bahwa 'dia' sedang tertidur atau tidak sadar.

Ia segera mendekati sosok itu. Ada banyak bekas luka dan darah yang mengering di wajahnya. Gurat kelelahan terlihat jelas. Hatinya terasa nyeri melihat pemandangan didepannya kini.

Perlahan Ia mendekatinya,lebih tepatnya mendekatkan wajah mereka berdua.

Ia mengecupi wajah namja yang amat Ia cintai itu dengan sangat lembut dan penuh kasih,berharap ciuman yang Ia berikan bisa menghilangkan luka-luka tersebut.

Telapak tangannya Ia gunakan untuk mengelus lembut wajah yang penuh dengan pesona yang berhasil menjerat dirinya dengan telak.

Dan kini Ia mempertemukan bibir mereka berdua .Biarlah Ia menjadi amat egois meskipun hanya sesaat.

Perlahan,kedua pasang mata yang sayu itu terbuka,menatap langsung ke matanya. Ekspresinya amatlah dingin.

Sekarang dahi mereka masih menempel,hampir tidak ada jarak yang memutuskan untuk mempertahankan kontak mata dengan Jongin. Berusaha mencari segala rahasia yang tersimpan didalam sosok seorang Kim Jongin.

Suaranya menjadi rendah dan sedikit serak namun pelan. Ia akan bertanya,meskipun Ia merasa ragu.

"How deep is your love,Kim Jongin?"

Sehun bisa melihat seringaian yang amat tipis dalam kekelaman yang mengisi wajah yang amat Ia sukai tersebut. Jongin tertawa kecil.

Sesuatu yang dingin menempel di pelipis Sehun,dan Ia tau pasti apa . Beretta-922 favorit Jongin.

"As much as yours."

.

End of Prologue

.

.

*Mind to review?

Much love from Pixie~chu