Code Collar : Kitsune

Desclaimer : Naruto is not my own


"Lihat apa kau Kacamata!?" tarikan kasar ujung kerah, membuat kacamata bulat besar itu sedikit oleng kebawah.

"Ka-kau menghalangi jalan keluar kelas"

Bunyi bentrokan Dahi kepala sebelah pihak dengan kasar menempel di Dahi si korban "Ha! Terus kenapa kalau aku menghalanginya ha?!" Tak lupa juga seraya memandang si Pirang culun itu dengan rendah.

"La-lalu bagaimana bisa lewa- GHUK!" Jerit Si Pirang saat mendapati perutnya tiba-tiba ditendang.

"Tak perlu berbicara dengannya lagi, bawa dia ke tempat biasa" Pemandangan itu tentunya sangatlah mencolok apalagi tempat kejadian itu berada di dalam kelas.

Namun tak ada seorang pun yang terlihat memasang raut wajah kasihan ataupun niat ingin membantu. Mereka terlihat sangat biasa, seperti tidak peduli dan sudah terbiasa. Namun ada satu yang sedang melihatnya dengan tatapan membosankan.

Seorang Perempuan Indigo yang duduk jauh di sudut belakang kelas.

"Menyedihkan" Gumamnya dan beberapa menit kemudian bunyi geseran kursi terdengar.

.

"Urghh!" Pukulan keras terakhir di pipih kiri menandakan akhir dari penderitaannya.

Mendenger jeritan kesakitan dari si korban. Sudah pasti keadaannya sangat kacau, terlihat mulai dari kameja dan baju dalam hitam yang sudah sangat kotor dan tak beraturan, memar di wajahnya serta tetesan cairan merah yang keluar dari hidungnya.

Lokasi tempat biasa mereka melakukan rutinitas terletak berada di belakang gedung Sekolah. Tempat yang sangat sepi dan tak jauh dari tempat kejadian itu ada beberapa orang yang melihat tindakan mereka.

"Kurasa sedikit lagi akan Hujan"

"Kau yakin tidak ingin menghentikan mereka Ketua?" Tanya seseorang yang dengan posisinya sedang tiduran santai di balkon dinding serta memangku 1 kakinya seraya melihat ke kanan.

"Itu tidak di perlukan Shikamaru, salahnya sendiri karena tidak melawan" Bukan si ketua lah yang menjawab. Melainkan seseorang yang sedang lagi bermain dengan anjing kecilnya. sudah pasti tanpa melihat aksi pembullyan itu.

Langkah kaki ringan menutupi gema suara dari dalam Lorong gedung.

"Ah... wakil ketua"/"Hinata-san!"

"Hinata?... Jarang sekali melihatmu berkeliaran di tempat seperti ini, ada apa?" Suara datar Khas Uchiha.

Perempuan itu menghentikan langkah kakinya saat ia sudah melewati Sasuke "Aku? Hanya lewat, mungkin? Entahlah... Jangan pedulikan aku" Balasnya lalu menyandarkan pantatnya di balkon yang berlawanan dengan Shikamaru.

Mata Lavender yang tadinya menatap Sasuke sekilas kini menatap Aksi pembulyan tadi, Disilangkan kedua tangannya di bawah dadanya, membuat kedua gunung itu teristirahat dengan nyaman.

Beberapa detik kemudian ia memejamkan matanya dan menundukan kepalanya ke bawah.

Shikamaru hanya melihat sekilas kedatangan Hinata kemudian melihat kembali pembullyan itu. Tetapi sesaat ia mendengar balasan Hinata 'Bad Mood, kah?' itulah yang di pikirannya.

"Kau sedikit aneh hari ini Hinata-san, kau lagi dapat yah?" Pertanyaan Konyol seseorang, membuat dahi Shikamaru berkeringat.

Tak ada respon balik dari Hinata tampaknya ia memilih mengabaikannya dan diam. Sebelum Sasuke mengatakan "Kurasa mereka sudah selesai, ayo pergi" Matanya perlahan-lahan terbuka pendek.

.

"Kurasa itu sudah Cukup... ayo pergi, Aku lapar" Seru si gendut berlalu pergi dan di ikuti.

"Aku hebat kan? Pukulanku sampai-sampai membuatnya seperti itu hhahaha"

"..."

"..."

'Sudah selesai, ya?' pikirnya. Masih menutup matanya ia berusaha mencari letak kacamatanya dan memasangnya kembali. Rambut rapi yang telah diaturnya dari rumah sedikit berantakan. Collar besi Hitam di lehernya terlihat Kotor akibat Darah.

'Masih ada 48 menit sebelum bunyi bel masuk, kurasa aku harus cepat' Pikirnya Tanpa melihat jam tangan atau apapun (Lagipula dia tak punya jam tangan).

Tanpa memperdulikan Luka di sekujur badannya, Dia pun berniat berdiri sebelum.

"Kenapa kau tak melawan? Itu seharusnya hal yang mudah bagimu kan?"

"...Hi-Hinata...-san? Ke-kenapa kau disini?" Pemuda itu sangat terkejut melihat Hinata tiba-tiba berada di depannya, dan Langsung diikuti Injakan 1 kaki elegan miliknya di tepat tengah dada Naruto saat dirinya sudah setengah berdiri.

"Urgh.." erang korban pelan akibat benturan.

Kakinya sengaja menekan kuat dada Naruto kebawah seraya mengatakan"Jawab pertanyaanku" bentaknya dingin tak terima erangan sebagai jawaban dari pertanyaannya tadi.

Namun tak juga mendapat respon. Dengan segera dia menyeret si Korban sampai ke pohon dekat, lalu menyandarkan nya. Tak cuma itu, dia juga ikutan duduk di pangkuannya.

"Kau tau?" Erangan kesakitan mulai terdengar kembali saat tangan Kanan Hinata menarik kasar Rambut pirang nya ke atas "Orang seperti dirimu lah yang paling ku benci di dunia ini" dan tiba-tiba meludahinya.

Tindakan Penghinaan seperti itu mau tidak mau memaksa dirinya membuka mata dan melihat Ekpresi perempuan itu. Dingin dan Kesal.

Merasa sudah terlalu berlebihan ia pun segera ingin pergi sebelum ia terpaku sesaat melihat keindahan akan kedua bola Saphire dihadapan nya. Dia sudah tahu, malah sangat tahu kalau bola mata di hadapannya itu berwarna biru. Tapi dia tak menyangka kalau bisa seindah ini.

Cukup lama ia memandanginya dan tiba-tiba menjadi sangat kecewa saat Pria itu menutup mata nya kembali.

Rintikan Hujan mulai terdengar dan tak lama kemudian menjadi deras. Membasahi kedua insan, yang satu nya membisu, dan satu nya lagi pasrah serta tidak ada niat untuk melawan.

Tangan yang sedari tadi berada di rambut pirang Naruto di tarik kembali dan dengan lembut memegang dagunya seraya tangan yang satunya mulai membersihkan Darah di hidung, kotoran dan ludahnya.

Yah walaupun Sapu tangan itu sudah tidak kering lagi, tapi setidaknya air hujan itu sangat membantu membersihkannya dengan mudah.

Dan Seperti yang di diduga Hinata. Pemuda di depannya ini membuka matanya sedari melihat Hinata terkejut.

'aku melihatnya lagi' batinnya senang. Sebelum ciuman ganas tiba-tiba menghantam Bibir pucat pemuda itu.

Panas akan akibat Nafsu, Menderuh dan mendesir di sekujur tubuh gadis itu.

Dingin. Lembut. dan Darah, di rasakan di sela-sela gulatan lidah dan bibirnya.

Cuaca dengan tingkat 69% dan bisa meningkat sampai 90% tergantung lamanya orang itu menetap sudah pasti akan terkena penyakit karena dingin dan bakteri kotor dari air hujan yang seharusnya membuat mereka berteduh.

Dihiraukan.

Tapi setidaknya tubuh perempuan itu merespon, meng-inginkan extra kehangatan lebih dengan berpeluk.

.

Bunyi merdu akan ketikan-ketikan keyboard menghiasi ruangan sunyi itu sebelum terhenti "Hoamz"

"Nanas kampret, Kalau kau masih punya tenaga untuk menguap lebih baik kau selesaikan kewajibanmu itu" bentak perempuan blonde.

"Merepotkan" Jari-jemarinya melanjutkan aktifitasnya yang sempat terhenti dan dalam beberapa menit kemudian berhenti kembali "Sudah selesai".

Sebelum mendapat respon balik itu kembali, Shikamaru melirik jam tangannya "Masih ada setengah jam, aku istirahat dulu" bunyi bukaan serta tutupan pintu terdengar tak lama kemudian.

"I-Ini... benar-benar sudah selesai" Ucap perempuan itu terkejut.

"Kalau itu Shikamaru, aku tak akan terkejut. Lagipula apa yang kau renungkan sedari tadi Sasuke-kun?" Seru Perempuan berambut merah muda. Perempuan itu sudah tau dari awal hanya saja dia mencari kesempatan bagus untuk menanyakannya.

Pria itu masih berkutat diam menatap keluar jendela. Melihat cuaca gelap nan-hampa itu berulang-ulang kali.

"... Tak ada." Responnya singkat.

Rautan kecewa terlihat di wajah sahabatnya membuat Ino mengalihkan pembicaraan "Lagipula ada yang tau Hinata-chan kemana? seharusnya dia menyerahkan Berkas Titipan Laporan Klub padaku" Katanya sambil mencolok FlashDisk di Laptop yang tadi digunakan Shikamaru.

"... Laporan itu berada di bawah desknya. Di rak laci kedua" Setelah mengatakan itu, Pria itu pun duduk di Kursinya dan melihat tumpukan tinggi Kertas. Lembaran Kertas Yang harus disetujuinya atau tidak.

Sangat Tinggi.

"Ya ampun. Sasuke-kun kalau kau tau kenapa kau tak mengatakannya dari tadi?, aku harus mengerjakan Laporan itu segera! dan Kenapa juga Klub-klub sialan itu selalu menyerahkan Laporan mereka ke wakil ketua. Kan aku sekretarisnya!" serunya dengan kasar. Di hentak-hentak kakinya pelan seiring perjalanannya ke desk Hinata, seakan mengatakan kekesalannya tidak cukup di ekspresikan hanya dengan kata-kata.

"Itu karena Hinata lebih cantik dan hot dari pada dirimu, Jika itu aku sudah pasti aku akan menggunakan kesempatan (menyerahkan laporan) itu untuk berbicara dengan Hinata." Ucap Kiba menyeringai dan sialnya di benarkan anggukan pemuda Alis tebal di sebelahnya.

Urat perempatan menimbul jelas di dahi mulus Ino, sebelum Kehebohan terjadi di dalam ruangan tersebut. Sakura yang tadi mendengar diam ucapan Kiba hanya bisa menundukan kepalanya. Kenapa? yah karena Sakura juga sedikit kesal dengan Fakta itu.

.

"Yo Shikamaru" Merasa di panggil. Pria itu merespon lalu melihat.

Terlalu banyak. Maksudnya, Isi dalam Plastik itu terlalu banyak.

"Bukankah itu terlalu berlebihan, Chouji?"

"Berlebihan? apanya?" jawabnya dengan Polos. Helaan nafas pun terdengar.

"Lupakan, ayo cari tempat sepi selain di atap mengingat cuacanya"

"Kenapa tidak disini (kantin) saja?"

"Terlalu ramai untuk orang seperti ku. Otakku menolak"

"Yah itu memang sangat Kau"

.

"4 roti Yakisoba, 4 susu dan 4 roti manis. Kenapa bisa 4 semua?" Hitungnya membuka belanjaan. "Kau kan yang menyuruhnya Shikamaru" Roti yang tadinya berjumlah genap itu, tiba-tiba menjadi ganjil.

"Aku hanya memesan sepasang Minuman dan Makanan, jenisnya terserah kau"

"Jangan salahkan aku, salahkan Tangan dan instingku" Jawaban tidak masuk di akal itu diterima Shikamaru lalu memakannya. Dan Juga, tempat mereka berada tak lain harus berhubungan dengan kata atap. Ya, tangga dekat atap.

Setelah beberapa menit pun Makanan itu habis tak bersisa. Shikamaru yang tadinya duduk mulai berdiri lalu bersandar di dinding depan Chouji.

"Kau seperti ketua saja Shikamaru" Serunya sambil merapikan sampah.

"hn.. Mungkin. Hanya saja aku tak menyangka melihat rintihan Hujan akan sedamai ini" Ujarnya pelan. Dihisapnya sedotan susunya.

"Sedamai?" Gumamnya sendiri mengikuti apa yang seperti Shikamaru Lakukan "hmmm..Aku sama sekali tidak mengerti" dan kembali duduk.

"Benarkah? mungkin nanti Chouji..."

Melihatnya diam sesaat "Hmmm ada apa Shikamaru?" membuatnya penasaran saat Mata Shikamaru yang tadi melihat datar kedepan, sekarang malah menatap kebawah dengan tatapan Melongo seakan terkejut disertai penasaran. "Kau seperti melihat Seseorang yang mencurigakan" Dia kembali berdiri dan mengikuti pandangan Shikamaru. Bangunan yang berada di Lt 1. dekat Ruang UKS.

Tapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan atau hal yang menarik untuk dilihat disana.

"ada apa Shikama,-"

"Tidak ada, ayo balik" Balasnya cepat seraya mempercepat langkahnya. dahi Chouji berkerut melihatnya. Karena... Baru kali ini dia melihat tingkah Shikamaru seperti ini.

.

"Jadi apa yang terjadi disini?" Tanya Chouji melihat keadaan kedua korban pemukulan yang sedang dalam posisi duduk bersimpuh dilantai.

"Pe-pe-perempuan itu! Di-dia monster Chouji, Pantesan tak ada yang,- URGHH" Jerit Kiba ketakutan.

"Apa kau bilang hah?!" Belum puas menendangnya ia pun menginjaki punggung belakang Kiba saat Ia lagi menahan sakit di perut.

"L-L-Lee yang menyedihkan ini m-m-meminta ma-maaf karena membenarkan ucapan orang itu tadi dan sudah tak bisa menahan sakit. Kumohon Maafkan Pria menyedihkan ini" Sujudnya.

"Ino apapun yang mereka ucapkan tadi padamu sekarang ini mereka sudah meminta maaf... sudah lah" Ucapnya seraya berjalan dan duduk di sofa.

Helaan kasar terdengar dari perempuan blonde itu lalu melihat ke arah pintu.

"Shikamaru sampai kapan kau diam terus disitu?" Tanya Ino.

"..."

"Oi nanas, aku sedang bertanya" Dia yang seharusnya mulai tenang kembali kesal. Ia Berjalan menghampiri Shikamaru lalu menarik kesal kerahnya.

"I-Ino?! a-ada apa?" Kaget saat kesadarannya telah kembali.

"Aku bertanya sedang apa kau disitu!. Nanti kau menghalangi orang masuk!" ucapnya kesal

"Tidak, aku hanya berpikir sesuatu. Apa Hinata belum kembali dari tadi?"

"Hinata-chan? Ah! Laporan! Aku lupa laporannya, aduh gawat!" Menghiraukan pertanyaan orang itu lalu segera menuju desk Hinata.

"Oi aku kan sedang bertanya"

"Shikamaru? apa yang kau lakukan di situ?"

"Ah, Sakura. Maaf aku menghalangi jalan" Segera ia menyingkir dari depan pintu saat melihat Sakura membawa beberapa minuman dan cemilan.

"Tak apa. aku berhasil membelinya, ini milikmu Sasuke-kun" serunya riang setelah masuk.

Masih Tak mendapat jawaban yang diinginkan, Shikamaru mulai berspekulasi sendiri saat melihat keadaan ruang dan kepanikan Ino.

Laporan yang tak kalah tinggi kayak Sasuke itu sudah bearada di kedua tangan Ino lalu di bawa ke Desknya "Ya ampun aku harus segera menyelesaikannya segera,-" Pergerakannya yang tadi sibuk membolak balik satu persatu kertas itu terhenti.

"ada apa Ino?" Tanya Sakura selagi mengambil minumannya.

"...Laporannya sudah selesai"

.

Bunyi Bel pertanda masuk telah berbunyi 13 menit yang lalu, Bunyi gesekan Kapur dengan lihainya terdengar dalam ruangan sepi itu. Hujan yang tadinya lebat akhirnya mulai meredah.

Di Lihat pojok bangku belakang kelas dekat jendela.

Kosong.

Di Lihat pojok bangku depan kelas dekat pintu.

Kosong.

Seperti yang diduga Shikamaru sejak tadi.

Dia tak salah lihat.

Perempuan dan Pria yang tadi dilihatnya masuk ke dalam Ruang Uks itu adalah Mereka berdua.

Hyuuga Hinata, Wakil Ketua Osis ternama Di Sekolah ini sekaligus Putri dari Mentri Pertahanan Negara.

Mempunyai Hubungan.

Dengan.

Salah satu Mantan pasukan Revolusi yang menggemparkan Dunia karena berhasil membuat terpojok serta kesusahan Alliansi semua Negara Dan Juga Hampir Mendeklarasikan kendali Dunia 2 Tahun yang Lalu.

Uzumaki Naruto.

Tapi tampaknya Shikamaru masih bersikeras membantah kenyataan itu. Soalnya Hyuuga Hinata turut ikut campur membenci Naruto sewaktu dirinya masuk ke Sekolah ini.

Tapi Sekarang, Kenapa? Dan juga bukankah dia sudah bertunangan dengan Dia.

Shikamaru kembali menggelengkan kepalanya keras 'aku terlalu berpikir berlebihan, mungkin Hinata mulai kasihan karena aksi pembullyan tadi' yakinnya.

Dan Beberapa menit kemudian ia kembali berkutat dengan pikirannya kembali.

'Kalau hanya kasihan lalu kenapa harus selama ini?'

Tak ingin mengambil pusing kembali Shikamaru menarik nafas lalu membuangnya pelan. 'Percuma berspekulasi sendiri, kurasa aku harus memastikannya'.

Belakangan ini Ia tampak tertarik tentang hal-hal yang menyangkut Uzumaki Naruto. Karena sangat aneh Mantan pasukan Revolusi yang di kenal sangat kejam di masanya bisa mendapat izin Hidup bebas. Dia seharusnya berada di balik jeruji besi penjara.

Bukan berarti Shikamaru membencinya. Hanya saja dalam berita yang di sebarkan di Dunia.

Saking bahayannya Semua Anggota Pasukan Revolusi telah dibantai dan dipastikan tidak ada lagi Organisasi seperti itu, Dan Hanya kemenangan itu yang diberitakan tidak ada hal lain lagi.

Siapa saja Identitas dari semua Anggota ataupun Pemimpin Pasukan Revolusi?

Kenapa Pasukan Revolusi bisa ada? Alasan dan Tujuan Karena apa mereka melakukan semua itu?

Dan masih banyak lagi media massa mempertanyakan hal itu, Tapi tak ada jawaban yang pasti dan masuk akal dari Pemerintah. Mereka seolah-olah menghapus keberadaan mereka dengan pembantaian tak bersisa itu. Sekarang dan untuk Hari Esok.

.

"Mulai Hari ini. KITA TIDAK AKAN MENDERITA LAGI! Aku Uzumaki Naruto P******* Pasukan Revolusi akan membawa Kemenangan Untuk Kalian Semua!" Teriakan menggelora terdengar setelah Dia mengatakan itu dengan Gagah.

Orang-orang yang dulunya ia liat sangat menderita sampai-sampai menolak dan menyesal telah dilahirkan di dunia ini sekarang di penuhi dengan senyuman dan Kesenangan.

Senyuman dan Kesenangan.

Kesenangan.

...

"Jangan Sisakan mereka Semua. Tangkap mereka dan perlakukan seperti yang mereka lakukan pada Kita. Jangan beri ampun" Seru Orang dengan ikat kepala Merah di dahinya dengan amarah dan... Kesenangan.

"Ku-Ku-Kumohon kami menyerah. Lakukan sesuka kalian pada kami, tapi kumohon Ampunilah dan lepaskanlah Wanita apalagi Anak-anak ini mereka masih belum mengenal tentang dunia ini" Ucap Kakek dan juga Pria yang lain dengan memohon bertekuk Lutut.

Tak lama itu bunyi jeritan kesakitan terdengar dan mulai berhenti.

"Yah kau benar Kek, Lakukan Sesuka kalian pada Wanita-Wanita itu! Anggap saja itu hadiah dari usaha kalian. Anak-Anak selain perempuan... Dibunuh saja, mereka tak ada gunannya" Serunya lagi serta mencekik leher Istri dari Anak kakek tadi yang dibunuhnya.

"Kurasa kau yang akan menemani malamku Nanti... gahaha"

Kesenangan.

Nafsu.

Dosa.

Pembunuhan.

Penderitaan.

.

"Apa yang terjadi disini Matatabi?"

"Hai Naruto-sama, menurut Laporan Raijin penduduk Kota ini mulai menyerang mereka saat ingin bernegosiasi. Dan hasilnya Raijin memerintahkan mereka menangkap mereka, tapi karena Mereka BersiKeras..."

Melihat anggota tubuh yang berserakan, Kepala yang tertancap di serpihan Kayu rumahan dan Anak-anak yang tertimpa dengan bebatuan bangunan.

"Mereka membunuhnya? Begitu?" Lanjutnya dan mendapat anggukan.

"Lalu dimana Raijin sekarang?" Matanya terlihat Hampa saat memandang Tumpukan Mayat di lubang Tanah.

Semua yang di tumpuk.

Wanita dan anak perempuan.

Bertelanjang dan mulai membusuk.

"..."

"Matatabi?" Tak mendapat kemudian mendekatinya yang terlihat menundukan kepalanya.

"..."

"Dimana Raijin Sekarang!" Tanyanya kembali dengan Amarah. Kedua Tangannya mulai meremas kuat pundaknya.

Kepala perempuan itu tiba-tiba melihatnya "Apakah itu penting Naruto-sama? Kenapa? Kenapa kau meninggalkan kami?" setelah mengatakan itu Darah mulai mengalir keluar di kedua matanya.

Kaget melihatnya, Naruto mundur 2 langkah dan terhenti karena menubruk sesuatu di belakangnya. Ia pun membalik badannya melihat apa itu.

Itu Ryuujin. Pria dengan Badan besar yang dicarinya tadi. "Na-Naruto-sama kau mencariku?" Tanyanya dengan sopan. Sekujur tubuhnya sudah di penuhi luka tusukan dan tembusan benda besar di jantungnya serta juga Tangan Naruto yang tiba-tiba menembus Lehernya.

"Ke-Kenapa Kau melakukan ini padaku Naruto-sama! Kita seharusnya merebut Hak kita dari mereka. Kitalah yang seharusnya memimpin" Teriaknya tanpa suara.

"Ti-Tidak Kau salah Kita bertujuan agar mereka mengakui kita. Bukan untuk memimpin" Setelah mengatakan itu, Naruto Berhasil mencabut Tenggorokannya. Tentu saja itu bukan keinginannya. Itu dapat dilihat dari ekpresinya seperti mengatakan 'Kenapa aku melakukan itu?' sangat menyedihkan.

Iapun Kemudian berbalik arah lalu berlari.

Semakin lama dia berlari ruangan di sekitarnya yang tadi tiba-tiba menggelap kini terganti dengan beberapa tempat hasil Kemenangan atas kepemimpinannya.

Mayat-Mayat di sekelilingnya mulai bermunculan dan berteriak-teriak meneriaki namanya berulang-ulang kali. Mengatakan ini semua adalah kesalahannya.

Air mata perlahan-lahan keluar dari kedua bola mata birunya. Tangannya berusaha menutup kedua telingannya. Kesengsaraannya Memuncak saat mulai mengenali siapa saja mayat itu.

Mayat Para Korban.

Perempuan dewasa, remaja dan kecil dengan tubuh yang memucat tanpa sehelai pakaian.

Laki-laki dewasa, remaja dan bocah dengan anggota badannya yang terpisah.

Dan Tiba-tiba berhenti saat Perempuan berambut merah gelap menghalangi jalan di depannya.

Dia mengenali siapa itu.

"K-k-kyuubi Syukurlah ka-kau selamat aku sangat merindukanmu" Dipeluk erat perempuan itu. Kepalanya yang masih menunduk mulai merespon pelukan hangat Pria itu.

Eratan Pelukan mulai melonggar saat Kyuubi menggeserkan tubuhnya. Dipegang Tangan Naruto Lembut kemudian berjalan

"Kyuubi?" Tanya Naruto namun tak di jawab.

Perempuan yang dipanggil Kyuubi tadi berhenti tepat di depan pintu ruangan gelap membuat Naruto yang tangannya masih dipegang juga berhenti "Naru-kun.." panggilnya pelan.

"Kenapa kau tidak datang? padahal... padahal itu kencan pertama kita. Aku sangat menantikannya" Dibalik kepala nya lalu menatap Naruto. Ia terlihat sangat kecewa dan sedih. Mata merahnya sudah dipenuhi dengan air mata.

" . aku. A-A-Aku.. A-a-aku..." Ucapan Naruto terpotong saat ketika Pintu di hadapan mereka mulai bergerak dan mendekati mereka. Memaksakan mereka berdua masuk ke dalam.

Ruangan itu di penuhi dengan Orang-orang yang sibuk mengatur strategi mereka. Mereka Teman yang telah menjadi rekan seperjuangan Naruto. Terlihat senyum serta tawa mereka, ketegasan memimpin dan Hangat.

Itu yang dirasakannya. Sebelum mereka hilang satu per satu.

...

Dingin.

Pegangan yang tadinya hangat kini mulai mendingin.

Dia Kesepian.

Dan Ingin Mati.

.

Iris Mata saphire perlahan-lahan mulai terbuka. Ditatap langit atas ruangan itu hampa lalu kemudian mulai menggerakan tubuhnya.

'Mimpi itu lagi' Batinnya diam seraya melihat kedua telapak tangannya. Matanya masih terlihat hampa mengingat kembali kehangatan Perempuan itu.

Tak lama kemudia ia mulai menggerakan kembali tubuhnya untuk bangkit berdiri

"Tidur lagi" perintah Suara feminim itu membungkam pergerakannya.

Kepalanya refleks melihat-lihat keadaan sekitar mencari siapa dalang dari suara itu. Tapi nihil, sebelum ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh tubuhnya di balik selimut yang dipakainya "H-Hinata-san!? a-apa yang kau lakukan disitu!?" kejutnya saat ia mengintip dibalik selimut dan mendapati perempuan itu dalam keadaan berbaring tepat disebelahnya sambil memeluk sebagian badannya dan terutama lagi... dia telanjang!

"Maksudmu.. apa yang kita berdua lakukan tadi?" balasnya datar. Pelukannya tiba-tiba di kuatkan seraya ia memejamkan mata, Berniat menyamankan dirinya sendiri layaknya ia memeluk bantal kesayangannya.

Seketika itu Wajah Naruto memucat, dengan cepat dia bangkit berdiri dan menarik selimut itu. Seperti yang di duga Hinata telanjang, Dirinya telanjang, dan Noda merah.

"..."

"Oi. Cepat berbaring kembali! aku kedinginan" Protes Hinata menutup Pentil dan bawahannya Lebih anehnya lagi dia tak terlihat malu sama sekali. Tapi Pose itu tentunya sangat Sexy.

"..."

"Naruto aku tau kau mendengarnya, cepat lakukan atau kau kupukul Lagi" Badannya mulai mengerayai kasur dan mendekati pemuda itu. Tangan yang tadinya menutupi bagian-bagian memalukannya kini menggenggam pergelangan tangannya Kuat dan memimbing Naruto yang masih shock kembali tidur.

Pelukan Erat layaknya bantal kembali terjadi. Posisi Naruto Kini telah berbaring. Ia masih Shock sambil berpikir apa maksud dari perkataan Hinata.

'Kupukul Lagi?'

.

"Hmpfhh... Hyu-hmpf-uga-san!"

"Diam.." Bunyi-bunyi kecupan kembali terdengar sebelum akhirnya mereka bercium, saking ganasnya lidah mereka menyatu makin terdengar jelas cipratan Ludah akibat gulatan lidah mereka.

Maksudnya Gulatan lidah perempuan itu.

"Kalau kau ingin menghentikanku.. mpfhh... puaskan aku segera.. mpfhh.." Tangan kiri yang tadinya meremas kepala belakang Naruto, ditarik lalu memegang Tangan kanan pemuda itu. Membimbingnya menuju kedua Dada lembut e-cup miliknya.

Karena Tak ada respon, Tangan kiri yang masih memegang Tangan kanan itu mulai membantu menggesek-gesekannya seraya meremas-remasnya. Makin lama makin kasar membuat luka di tangan Naruto terbuka "Aghk"

"Na-naruto! a-ada apa?" Hinata yang telah dimabukkan oleh Nafsu kembali tersadar dan dengan khawatir ia.

Tak ada jawaban dari Pemuda itu.

Membuat Hinata mengeraskan giginya kesal, Ia pun mengikuti arah tatapan yang dilihat Naruto. Setelah mengetahui kenapa, Refleks tangan kirinya melepaskan pegangannya tadi.

Karena Nafsunya. Karena keegoisannya. Dia kembali melihat apa yang membuatnya benci kepada Naruto.

Menahan rasa sakit.

'Kenapa? kalau sakit cukup katakan saja kan? kenapa harus menjadi orang menyedihkan dengan berpura-pura kuat?' Batinnya menunduk. Dengan sekali hentakan pelan. Dia berdiri kemudian menundukan badannya seraya memegang Tangan Kiri Naruto untuk berdiri.

.

"H-Hyuuga-san ka-kau tak perlu repot-repot seperti ini. Lagipula jika ada yang melihat kita bersama,-"

"Merusak Nama baikku? itu yang mau katakan?" potongnya dingin

"..."

"Kalau benar, cepatlah masuk ke dalam. Lagipula aku tak peduli" Pemuda itu menurut lalu diikuti Perempuan itu dari belakang.

*Cklek*

"a-Ano kau tak perlu sampai mengunci,-"

"Diamlah dan duduk sini" Ditarik nafasnya dengan kuat saat mendengar perintah perempuan itu Lagi. Mau tidak mau dia harus menyelesaikan ini dengan cepat.

Karena Ramen di kantin mungkin bisa habis dengan cepat.

"Aku tak akan duduk disitu" Balas Naruto penuh dengan penekanan.

Menyadari ada yang aneh dengan nada bicara Naruto. membuat Perempatan urat terlihat di dahi indahnya. "Hah?!" Tanyanya Ngotot.

"Kau dengar aku kan. Aku tak akan duduk disitu" Jawabnya dingin

"Kenapa?" Tanyanya lagi tak kalah Dingin

Naruto memperlihatkan tangan kanannya "Karena aku tak memiliki alasan untuk duduk disitu" melihat itu Hinata dibuat sangat terkejut.

Lukanya.

Menghilang.

"Kalau begitu, Aku permisi. Ah, soal yang tadi. hmm.. anggap saja hari ini tak pernah terjadi" dengan begitu Naruto membalikan tubuhnya lalu membuka pintu.

*Cklek*

"..."

"Cklek*

'Aku lupa ini di kunci' keringat mulai terlihat di dahinya. Dia kembali menatap Hinata.

Naruto Pov

Saat ini aku seharusnya meminta Kunci pintu ini. Lalu kenapa suara ku tak mau keluar?.

Apa aku takut?

"... Ano k-kuncinya kau taruh dimana yah?" Aku bergetar? ta-tapi kenapa? Dia hanya duduk diam disitu.

"... Hyuuga-san?"

Ah dia merespon. Pandangan itu. Dia melihatku sangat dingin. Tapi kenapa? bukankah ini yang terbaik? dia tak perlu repot-repot merawatku kan?

"Kunci?.. Kau ingin kuncinya?" Balasnya datar dan kujawab dengan anggukan

Kulihat ia mulai merogoh saku belakangnya "Yang ini?" angkatnya serta menunjukan benda berbunyi akibat sentuhan antar sesama massa itu di hadapannya.

Dia tampak terlihat memikirkan sesuatu. Membuatku tak enak merespon Pertanyaannya tadi.

Ah dia melihatku lagi

"Pantat atau dada?" Pertanyaan yang sangat tidak masuk akal itu terdengar di kedua telingaku.

"ha?!" Wajahnya terlihat sangat penasaran mununggu jawabanku

"Sudah jawab saja!" Dia malah membentakku

"... Pantat" Ia terdiam sebentar sebelum kedua tangannya kulihat mulai menyusup masuk kedalam Roknya dan tak lama kemudian suara bising kesakitan terdengar dalam ruangan ini.

End Pov

"ah! Sa-sakit!" Air matanya sedikit demi sedikit mulai keluar.

"Oi! Apa yang kau lakukan?!" Seru Naruto tak percaya apa yang sekarang ini dilihatnya.

"Ka-ka-kalau Ka-kau ughh Mau... hah.. hah.. ambil saja sendiri!" Setelah ngos-ngosan mengucapkan itu. Pergerakan kedua tangan yang tadi membuatnya kesakitan berhenti.

Dia pun kemudian duduk diatas kasur seraya membuka lebar pahanya. Memperlihatkan dalamannya yang membasah akibat Hujan dan cairan cinta kepadanya.

"Ja-jangan bilang kalau kau... menaruhnya di dalam" Ucap Naruto terbelalak

"Kalau iya kenapa?" balasnya dingin

Lagi Naruto menarik nafas. Berniat mendinginkan kepalanya.

"Kau sangat aneh hari ini Hyuuga Hinata. Tapi tak apa. Aku dengan senang hati akan berpura-pura kalau hari ini tidak pernah terjadi" Jelas Naruto lalu membalikan badannya.

"Lagipula aku tak membutuhkan benda itu" Jari telunjuknya menyusupi lubang pintu. Besi kecil perlahan-lahan keluar dari telunjuknya dan memotong penahan pintu itu.

"akan ku beritahu Guru penjaga ruangan ini kalau kunci pintu ruangan ini harus di kunci sebanyak 2 kali. Jadi kau tak perlu repot-repot mengatakannya,-"

"Ramen" Perkataan itu berhasil membuatnya membatu. Tepat di perbatasan penanda ruangan dalam dan Lorong luar.

"Kau pikir masih ada sisa ramen di kantin... kan?"

"A-aku... sama sekali tak tau apa yang kau bica,-"

"Beberapa menit yang lalu saat kau di bully... aku memesan semuanya"

"..."

"Lalu ku berikan pada semua murid yang berada disana secara gratis"

Dibalik kan kepalanya kebelakang "Ja-jahat sekali! kenapa kau melakukan hal kejam seperti i-itu!" bentaknya sambil menunjuk-nunjuk Hinata, membuat senyuman kecil tertera di bibir manis perempuan itu.

"Aku tak tau hal mananya yang kejam dari itu. Mereka malahan malah memuja ku dan lebih mencintaiku" seringainya dingin

"Berbicara tentang kejam. Seharusnya orang itu adalah kau. Setelah perempuan Cantik sepertiku melakukan hal memalukan seperti ini, kau malah memilih mengabaikannya? Dimana hati Nurani mu itu?" sambungnya kesal dan tak kalah dingin dari yang tadi dia ucapkan

"Se-seharusnya kau menunggu beberapa menit lagi" memilih mengabaikan perkataan terakhirnya dan juga 'hati nurani mananya yang dia maksudkan' Batin Naruto menjerit.

"Hmm.. menunggumu selesai di bully? lalu membelikannya secara gratis padamu? kenapa juga aku harus melakukannya pada seorang teroris sepertimu?" jelasnya memanasi. Tapi tak terwujud sesuai dengan keinginannya.

Tubuh Pria itu terlihat bergetar sesaat mendengar kata 'teroris'. Perasaan sedih mulai menusuk di hati Hinata melihat ia menunduk. Kalau mau Jujur, setiap kali dia melihat itu ingin sekali dia memeluknya seraya mengatakan 'tidak apa-apa', tapi kepribadian dinginnya menolak keras.

Naruto kembali menegakan tubuhnya serta menghela nafas pelan lalu membuangnya. "Langsung ke intinya saja. Maksud dan mau kau apa?" Suara dingin kembali di keluarkannya.

"hmm.. Aku akan senang hati jika kau tak berpura-pura kalau hari ini tidak pernah terjadi dan... berjalan mendekat kemari lalu mengambil... Hup... kunci di dalam ku ini" Rok dan celana dalam yang tadi menutupi bagian bawahnya di lepas serta menunjuk liang vaginanya yang sangat membasah.

'Perempuan ini tak ada rasa malu?! Lagipula kenapa juga aku memerlukan kunci itu. Kalau mau ngentot tinggal bilang saja kan? Mah... Bilang atau tidak ngapain juga aku akan melakukannya,- '

"Dan setelah itu Aku juga dengan senang hati akan mentraktirmu makan di Ichiraku Ramen, restoran Bintang 3 khusus Ramen yang terkenal itu" Sambung cepat Hinata yang lagi-lagi berhasil menghentikan pergerakan Naruto saat ia mencapai lorong luar.

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"Tentu saja kau bisa memesan sesukamu" Setelah mengucapkan itu Senyum manis Hinata melebar mendapati Pria yang beberapa menit lagi akan mengambil keperawanannya perlahan-lahan mundur kebelakang.

Tak lama kemudian Bunyi Krietan pintu berbunyi dan di akhiri dengan bunyi tutupan pintu. Masih dalam posisi membelakangi Hinata. Digerakan Tangan kirinya lalu disodorkan kebelakang seperti meminta sesuatu.

Dan Entah Kebetulan atau tidak Otak mereka berdua serasa terhubung. Desahan Hinata pun keluar saat ia menusuk kedua jarinya kedalam liang Vaginannya kemudian menarik Benda konyol yang secara langsung atau tidak langsung menyeret Naruto masuk ke dalam permasalahan sejauh ini dan melemparnya kedepan.

Indra ke-5 Naruto bekerja dengan sangat baik saat menangkap benda yang tak dilihatnya dengan tepat.

...

...

*Cklek*

.

"Dan seharusnya kita berdua sudah selesai..." Mata Saphirenya melihat Jam dinding di depannya "...3 jam yang lalu, dan kau,-"

"Mengeluarkan sisa tenagaku dan memukul tepat di uluh Hatimu... dan hasilnya seperti yang diharapkan" Sambungnya tanpa membuka mata. Posisinya masih dalam memeluk Tubuh Naruto.

"Dengar... Punyamu sangat besar serta kau juga memiliki stamina kayak Gorilla dan akibat dari itu pantat dan bagian bawah ku tak dapat kugerakan lagi. Sebagai catatan saja, jika kau lari lagi aku akan membatalkan janjiku tadi dan terlebih lagi apa-apaan dengan yang tadi, Kau terlihat dan terasa sudah pernah melakukannya sampai membuatku keenakan berulang kali mana aku hanya bertahan sebentar lagi..."keluhnya panjang lebar masih dalam menutup mata.

'Ce-cerewet sekali...' batinnya

"Next Time it'll be Diffrent" gumamnya pelan.

"..."

"..."

"Tunggu... Hi-Hinata-san a-a-apa maksudnya dari Ne-Next time itu?"

"..."

"Oi jawab"

"Entahlah"

"Oh begitu. Kau tau? Lupakan saja tentang Ramennya... aku sudah tak tertarik lagi. Dan juga Aku masih akan berbaik hati melupakan kejadian hari ini,- URGH" Sesaat Naruto hampir berdiri Hinata mengeluarkan tenaga yang cukup dikumpulkannya selama 3 jam dan sekali lagi berhasil membuat Pria itu roboh sekali lagi.

"Next Time yah Next Time" Diatur kembali posisi tubuh Naruto. Dipegang dan diangkat tangan kanan Pemuda itu lalu melingkarinya di atas kepala lalu memeluknya lagi.

Setelah itu memejam matanya untuk... Tidur?

Ha? bodoh ya?

Tentu saja Tidak

Ngapain pula juga dia membuang-buang waktu dengan tidur

...

...

To Be Cont...


REMAKE :) Ada banyak kata-kata yang tidak masuk akal dan tak beraturan saat aku membancanya kembali di web. Maaf ya, waktu itu gue bikinnya saat nginap di kos-kosan teman saya. Dan banyak hal yang terjadi membuatku koma selama beberapa hari :v (Kidding).

Sama seperti biasa aku tak janji ada lanjutannya :D aku orang yang cukup jahat, yah? :P