Sehun terbangun karena dering handphonenya yang tak mau berhenti. Sial sekali pikirnya, sejak tadi ia sudah setengah sadar dan mendengar begitu banyak pesan masuk. Padahal dia selalu berpesan agar tak menghubunginya di luar jam kerja. Setelah memutuskam untuk mengambil handphonenya, sehun segera melihat siapa yang berani menghubunginya. Ternyata orang yang berani menelfonnya di luar jam kerja tidak lain dan tidak bukan adalah ayahnya sendiri.

"Hallo? Ayah?"

"Selamat ulang tahun, nak" suara Siwon, ayah Sehun, terdengar sedikit heboh.

"Apa? Tanggal berapa sekarang?" jawab Sehun setengah sadar.

"12 April. Dasar anak bodoh. Ibumu mau bicara denganmu"

Aduh gawat, ibu tirinya mau bicara dengannya. Sehun yakin pasti Yoona akan membahas soal hal yang sedang tidak ingin Sehun dengar saat ini.

"Sehuuuuun, kau sudah semakin tua jadi kapan kau akan menikah? Aku yakin Tiffany juga sependapat denganku, jadi cepat gunakan kepalamu itu untuk mencari istri!"teriakan Yoona begitu memekakan telinga.

"Tuhan, aku baru 28 tahun, Ibu."jawabnya sambil merengek, berkebalikan dengan imagenya sebagai CEO Oh Corporation yang terkenal dingin dan sinis.

"Ibu tidak peduli atau Ibu akan menjodohkanmu kalau begitu"

Yoona mulai mengancam dan Sehun yakin ia tidak boleh meremehkan ancaman orang tuanya kali ini.


"Jongin, kau sedang apa?" tanya ibu Jongin yang sedari tadi memperhatikan putranya sedang menulis sambil memperhatikan kalender.

"Aku sedang mengalihkan jadwalku selama ibu dan ayah di sini. Supaya aku bisa menemani kalian."jawab Jongin sambil masih fokus pada pekerjaannya.

"Astaga, seperti kami sudah lama sekali tak mengunjungimu saja"

"Memang sudah lama! Aku juga tak pulang saat natal dan tahun baru, menyebalkan sekali" Jongin mulai merengek dengan mengerucutkan bibirnya.

"Aigooo, lucu sekali anak ayah" sang Ayah yang menyeduh teh di depannya tersenyum melihat kelakuan anaknya yang meskipun sudah dewasa tapi juga masih sering bertingkah seperti anak kecil. Ah, Ayahnya jadi mengingat masa-masa Jongin saat masih kecil. Sungguh mengagumkan dan menggemaskan.

"Makanya kau harus cepat menikah, supaya kau tidak bekerja terus. Ada yang membuatmu ingin pulang."sang ibu menimpali dengan sindiran soal pernikahan lagi.

Jongin langsung berwajah masam "Tak ada pasangan pun aku selalu ingin pulang karena aku punya ayah dan ibu"

Ibunya langsung pergi begitu saja sementara ayahnya menggumamkan kata "sabar" pada Jongin.

Jongin kembali melihat kalender kemudian bertanya pada ayahnya "Sekarang tanggal berapa ya?"

"12 April" jawab sang ayah sambil meminum tehnya.

Jongin terdiam sejenak. Ia ingat hari ini hari ulang tahun Sehun. Setiap tahun setelah kejadian itu, ia selalu larut dalam keheningan setiap tanggal ulang tahun Sehun. Meskipun beberapa tahun terakhir fokusnya teralihkan pada pekerjaan, tapi tahun ini tekadnya untuk mengirim pesan pada email Sehun begitu besar. Mungkin karena pertemuannya dengan Sehun waktu itu. Ia merasa Sehun mungkin sudah melupakan atau tidak peduli dengan kejadian di masa lalu. Ya, mungkin. Sehun bersikap baik padanya kemarin. Mungkin tak apa untuk mengirim ucapan pada email Sehun. Tapi, apa emailnya masih aktif ya? Jongin hanya memiliki email Sehun saat SMA. Semoga saja terkirim.


"Tring, tring"

Sehun melihat handphonenya yang berbunyi ketika ia berjalan menuju ruang kantornya. Ternyata ada email masuk, dan saat melihat siapa pengirimnya ia hampir berteriak memalukan. Sehun cepat-cepat masuk ke ruangannya dan membuka pesan itu.

Selamat ulang tahun, Sehun. Semoga kau selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan oleh Tuhan.

Kim Jongin.

Sehun tersenyum membaca pesan Jongin, walaupun singkat tapi entah mengapa membuat hatinya terasa hangat. Ia segera membalas pesan Jongin dengan begitu semangat sampai tak memperhatikan kegaduhan yang tiba-tiba terjadi di dalam ruangannya.

"Pokoknya aku tidak mau tahu, kosongkan semua jadwal Sehun hari ini." Yoona tiba-tiba masuk ke ruangan Sehun diikuti sekertaris Sehun di belakangnya.

"Tapi, Nyonya Tuan Sehun—"

"Apa putraku tidak boleh mendapatkan istirahat di hari ulang tahunnya?"balas Yoona ketus pada sekertaris Sehun.

"Ada apa ribut-ribut?" Sehun langsung menghampiri mereka.

Yoona segera menunjuk tepat pada hidung Sehun yang mancung. "Kau! Ibu tidak mau tahu hari ini kau harus pergi bersama ibu!"

Sehun menghela nafas "Memangnya ibu mau kemana?"

Yoona tersenyum cantik yang terkesan licik "Ibu akan mengawalmu melakukan kencan buta"

"Apaaaa?!"


Sehun segera diseret masuk ke dalam mobil Yoona. Sementara Yoona memegang kemudi.

"Ibu, biar aku saja yang menyetir"

"Tidak! Aku tahu kau anak pintar Sehun"

"Memangnya apa yang akan aku lakukan?" protes Sehun saat ibunya mencurigainya.

"Aku tahu kau akan melakukan apa pun" kemudian ibunya mulai menyetir keluar area parkir. Sambil bersenandung Yoona memasang kacamata hitam miliknya.

"Kita mau kemana?" tanya Sehun karena dia benar-benar tidak tahu akan dibawa kemana.

"Menjemput seorang teman"

Mereka berhenti di sebuah restoran yang tak asing bagi Sehun. Tiba-tiba Baekhyun melambai dan berlari ke arah mereka.

"Astaga! Ibu mengajak Baekhyun?" Sehun tidak habis pikir dengan ibunya.

"Tentu saja, Baekhyun anak yang ceria, ibu yakin dia punya banyak teman yang salah satunya pasti cocok denganmu." Jawab Yoona mantap.

"Semoga harapan ibu terwujud"ucap Sehun sarkastik.

Baekhyun segera masuk ke dalam mobil dengan semangat. "Selamat siang, wah aku bersemangat sekali hari ini"

"Aku juga Baekhyun" Yoona membalas kemudian kembali melajukan mobilnya.

"Selamat Sehun, kau sebentar lagi akan menikah" Baekhyun bersorak sorai di belakangnya.

Sehun hanya bisa mengumpat dalam hati.


Suasana pada restoran Itali itu tiba-tiba terasa sedikit mencekam. Yoona menatap perempuan muda di depannya dengan pandangan meneliti. Sementara yang ditatap hanya menunduk karena merasa terintimidasi. Sehun di samping ibunya mulai menguap karena mengantuk. Ini sudah orang kesepuluh yang ditemuinya sejak tadi siang. Silih berganti wanita dan pria cantik mendatanginya, namun Sehun tak perlu repot-repot menolak mereka karena ibunya dengan baik hati mewakilinya. Sementara Baekhyun mulai kewalahan karena ini adalah orang terakhir yang dia punya.

Yoona tiba-tiba berdehem. Kemudian mengungkapkan keputusannya. "Maaf, tapi aku rasa kalian sepertinya tidak akan cocok" Yoona tersenyum ramah, dan perempuan di depannya segera menunduk hormat dan berpamitan pergi.

"Astaga, selanjutnya!" Yoona sudah mulai kepanasan terbukti dari tangannya yang mengibas-ngibas.

Baekhyun dengan takut-takut mendekat "Maaf, Bi. Tapi orang-orang di daftarku sudah habis."

"Apa?! Jadi hanya itu yang kau punya? Kau tidak bisa mengusahakan yang lain lagi?"

"Ibu sudahlah" Sehun mengaduk kembali minumannya dengan malas. Sungguh dia sudah lelah.

"Diamlah Sehun, biar Baekhyun berpikir"Yoona mendesis.

Baekhyun mulai panik, dengan buru-buru dia mencari akal. "Aku ada ide! Bagaimana kalau kita ke Star Agency? Aku dengar dari Chanyeol, Sehun menyukai model, Bi. Aku mempunyai beberapa teman di sana"

Yoona langsung tersenyum cerah "Ah! Ide bagus! Jadi tipemu seorang model Sehun?" ibunya tersenyum menggodanya.

Sementara Sehun tak menjawab, Ia hanya memijit kepalanya yang mulai pusing.


Yoona, Baekhyun, dan Sehun segera melesat ke Star Agency. Di dalam mobil, Baekhyun sibuk menelfon temannya dengan dalih ada pria tampan yang ingin berkenalan dengan mereka. Alasannya murahan sekali pikir Sehun, seolah dirinya adalah laki-laki di pinggir jalan yang langsung terpikat pada orang yang lewat.

Sesampainya di sana mereka duduk di sebuah café kecil yang ada di dalam gedung Star Agency. Mereka menunggu teman-teman Baekhyun datang.

"Aku mau ke toilet" Sehun berucap tiba-tiba setelah lama diacuhkan oleh Baekhyun dan ibunya.

Yoona segera mencengkram tangan Sehun "Yang benar?"

"Astaga ibu tidak lihat berapa gelas teh yang aku minum tadi?" Sehun mulai kehilangan kesabaran dan segera pergi mencari keberadaan toilet.

Ia bertanya pada beberapa orang hingga menemukan toilet yang tak begitu jauh dari café itu. Setelah keluar dari toilet, Sehun segera berpikir bagaimana ia bisa kabur dari tempat ini karena handphone dan dompetnya ada pada tas ibunya. Sehun masih terus berjalan hingga ia menabrak seseorang yang kemudian menumpahkan minuman pada kemejanya.

"Astaga! Sungguh aku tidak sengaja, maafkan aku."ucap orang itu sambil membungkuk beberapa kali.

Sehun sudah terlalu lelah untuk marah atau memaki siapa pun sehingga ia langsung melihat ke arah orang yang menabraknya dan segera terkejut setelahnya.

"Jongin?!"

"Ah! Sehun! Apa yang kau lakukan di sini?"tanya Jongin terkejut ternyata ia bertemu dengan Sehun.

"Jadi ini agencymu?" Sehun malah bertanya kembali pada Jongin.

"Iya begitulah."

Sehun begitu senang bertemu Jongin tapi ia teringat harus bergegas pergi dari tempat ini.

"Apa kau membawa kendaraan?"tanya Sehun.

"Iya, kebetulan aku membawa mobilku karena aku hanya mampir sebentar"

"Bagus! Bolehkah aku menumpang mobilmu?"

Jongin mengernyit bingung "Tidak apa-apa tapi memangnya ada apa?"

"Aku jelaskan nanti, kita harus bergegas" Sehun tiba-tiba menggenggam tangan Jongin dan mengajaknya berlari.

Jantung Jongin kembali berdetak kencang saat Sehun menggenggam tangannya.

"Apa ada jalan selain lewat depan?"tanya Sehun

"Ya, ada. Kita bisa lewat samping kebetulan tempat parkirnya ada di sana"

"Baguslah ayo!"


Jongin melihat ke luar jendela saat Sehun ada di sampingnya, mengemudikan mobilnya. Jongin tak tau alasan yang tepat mengapa dirinya jadi salah tingkah. Ayolah Kim Jongin kau ini seorang model, pasanglah tampang poker face mu. Tapi kemudian dia menggeleng-geleng karena pipinya yang merah dan tertarik seakan tidak bisa berhenti tersenyum. Sementara sejak tadi Sehun mencuri-curi pandang padanya. Sehun tersenyum melihat tingkah Jongin.

"Kau memikirkan apa?" tanya Sehun.

"Apa? Ah tidak." Jongin jadi gelagapan. "Oh iya, bisakah kita mampir ke supermarket besar di sana?"

"Belanja bulanan?"

Jongin mengangguk "Kebetulah ayah dan ibuku sedang ada di Seoul"

"Ah, begitu."

Sehun segera berbelok ke arah supermarket yang tak berjarak begitu jauh. Sambil mencari tempat parkir Sehun tiba-tiba memikirkan sesuatu.

"Ngomong-ngomong kalau aku masuk denganmu apa tidak apa-apa?"ungkap Sehun segera. Ia sadar kalau Jongin adalah seorang publik figur. Siapa tau Jongin takut tersebar rumor-rumor tentang dirinya yang jalan bersama Sehun. Tapi kalau dipikir-pikir mereka kan hanya pergi ke supermarket, bukan sedang berkencan.

Sementara Jongin tertawa kecil "Tidak apa-apa. Aku tidak seterkenal itu. Lagi pula kau kan temanku."

Sehun kemudian membalas dengan senyuman. Setelah turun dari mobil, sejenak Sehun menata tampilannya pada kaca mobil. Kebiasaannya setiap turun dari mobil.

Mereka memasuki area supermarket, mencari barang-barang yang sudah dilist oleh Jongin. Sehun tak mendapati orang-orang memperhatikan ke arah Jongin. Mungkin mereka terlalu sibuk berbelanja. Selain itu pakaian Jongin juga sederhana dan tidak mencolok sehingga bisa membaur di kerumunan.

"Ibu, Ibu kakak itu kan yang sering muncul di televisi" seorang anak di samping Sehun tiba-tiba memekik dan menarik ibunya saat mereka sedang memilih-milih buah.

"Wah kau Kai model terkenal itu ya?" ibu anak itu kemudian mendekati mereka.

Jongin tampak tersenyum ramah sambil menyapa mereka "Selamat sore"

"Wah anakku sangat mengidolakanmu, maukah kau menandatangani—" sang ibu sibuk mencari-cari kertas lalu berakhir menyerahkan kertas belanjaannya.

"Di situ saja aku tak membawa kertas, ah dan penanya—" ibu itu kembali kebingungan dan Sehun segera menyerahkan pena yang selalu ada di sakunya.

"Kau bisa menggunakan penaku" Sehun menyerahkannya pada Jongin.

"Wah baiknya, kalian pacaran ya?" goda sang ibu.

Dengan gelagapan Jongin dan Sehun menjawab bersamaan "Tidak!" yang malah dibalas tertawaan oleh ibu dan anak kecil di sampingnya.

"Kalian sangat serasi"

Jongin buru-buru menandatangani kertas belanjaan itu sebelum kembali digoda lagi. Karena sungguh dia jadi salah tingkah sekarang. Sehun pun demikian, sedari tadi ia hanya bisa berdehem padahal tenggorokannya baik-baik saja.

"Ini. Salam untuk anak ibu ya." Jongin mengusap kepala anak kecil di samping ibu itu kemudian melambaikan tangan dan pergi ke bagian makanan ringan. Sehun mengikutinya dari belakang. Beberapa kali berpapasan dengan orang, banyak dari mereka yang ingin berfoto dan meminta tanda tangan Jongin.

"Jongin, apa selalu seperti ini saat kau berbelanja?"tanya Sehun sambil masih memperhatikan Jongin memilih-milih bahan dapur.

"Iya kadang-kadang" jawab Jongin sambil fokus pada bumbu-bumbu dapur.

Sehun begitu senang bisa mengamati Jongin seperti ini. Bagaimana Jongin dengan ramah menyapa para fansnya, bagaimana Jongin begitu senang saat menggoda anak kecil yang tak sengaja lewat, dan sekarang Sehun senang melihat Jongin yang menggumam. Berdebat dengan dirinya sendiri soal bumbu mana yang harus dirinya pilih. Bagaimana bibir itu mengerucut tiba-tiba, sungguh lucu di matanya. Seandainya bisa melihat ini setiap hari. Sehun sejenak berkhayal Jongin menjadi istrinya dan mereka bisa pergi ke supermarket bersama. Mendorong troli berdua, bersenda gurau, dan mungkin berdebat soal makan malam. Kemudian di dalam troli itu ada anak mereka yang berteriak-teriak karena merasa diacuhkan oleh orang tuanya yang tidak berhenti berdebat. Bagaimana wajah anak itu, apa akan mirip dirinya atau Jongin atau perpaduan keduanya. Sehun rasa ia sudah mulai gila karena tekanan orang tuanya soal pernikahan. Mungkin ia terlalu pusing hingga mengkhayal terlalu jauh. Tapi di sini, saat ini, keberadaan Jongin begitu nyata. Seolah jawaban itu ada pada diri Jongin. Meskipun bukan, tapi Sehun menginginkannya. Sehun menginginkan yang dinikahinya kelak adalah Jongin.

Tiba-tiba tubuh Sehun seolah bergerak tanpa kehendaknya. Ia mendekat pada Jongin dan mencengkeram pundak pria manis itu. Jongin sedikit terkejut kemudian beralih menatap mata Sehun. Tiba-tiba ia dibuat tertegun saat Sehun memberikannya tatapan serius.

"Jongin" ucap Sehun dengan nada rendah, membuat Jongin sulit menelan ludah.

"Ya?"

"Jongin maukah, maukah kau—" lidah Sehun seolah kelu. Hatinya meneriakkan "Maukah kau menikah denganku?"

"Ada apa Sehun?" Jongin tampak khawatir karena mata Sehun tampak bergerak gelisah.

"Maukah kau—"


TBC

Preview Chapter 3

"Ah, itu bagus kan? Pilihan orang tua memang yang terbaik."

"Sehun, Ibu sudah menemukan pendamping yang cocok untukmu!"

"Ibu, sudah berapa kali aku bilang, perjodohan tidak akan menghasilkan apa pun"

"Ayah rasa mungkin kau harus mulai melupakan Sehun"

"Ya, ayah. Aku rasa aku harus melakukannya"