VIOLENTLY BEAUTIFUL

CHAPTER 1–IZAYA ORIHARA & SHIZUO HEIWAJIMA

.

.

.

"Sepertinya, kau memang butuh bodyguard."

Namie Yagiri berkata saat bosnya, Izaya Orihara, datang ke kantor dengan perban yang melilit di lengan bawahnya. Bekas tusukan oleh seorang assassin yang berkata kalau dia ditugaskan seseorang untuk membunuh Izaya.

Izaya menghela nafas dan menatap dengan mata tajam. Namie bahkan merinding. Terkadang Izaya tidak semarah ataupun se-down seperti ini.

Izaya Orihara adalah CEO dari perusahaan Rose Garden yang sudah diolah oleh keluarga Orihara selama bertahun-tahun. Alasan karena tangan Izaya diperban adalah, ia tertusuk karena berurusan dengan Ueda Shou dari grup yakuza. Dan juga, karena sebelum menjadi CEO Izaya adalah informant, kelompok yakuza itu masih menginginkan rahasia Awakusu-kai yang paling terlarang; kelemahan mereka.

Well, daripada mati dengan kepala yang terlepas dari badannya, Izaya lebih memilih ditusuk.

Untunglah para Awakusu-kai tiba ditempat dengan waktu yang tepat, karena panggilan dari Mairu dan Kururi yang curiga karena abang mereka belum pulang. Baru kali itu Izaya sangat berterimakasih dengan adik-adiknya.

Jadi, keseluruhan pertanyaan 'bagaimana Izaya dapat tuh luka?' sudah terjawab, kan? Kalau nggak masuk ke otak, silahkan dibaca lagi.

"Hee~ Memangnya siapa yang mau jadi bodyguard ku, Namie-san?" ucap Izaya. Nadanya memang main-main, tapi ekspresinya tidak menunjukkan kalau ia bermain-main. Untunglah Namie itu sedingin ratu es, jadinya Izaya tidak merasa terlalu mengintimidasi wanita itu.

"Hmm, menurutku sih tidak akan ada yang mau."

"Hidoi nee~" Nah, sekarang senyuman itu mulai muncul lagi diwajah Izaya.

Merasa kalau mood bos-nya itu sudah membaik, Namie bertanya, "Kenapa kau murung, Izaya?"

"Ooh, Namie-san ternyata tipe yang perhatian~ Vorona-san benar-benar beruntung nee~"

"Diam dan jawab pertanyaanku."

"Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu jika disuruh diam, Namie-san~?"

Ok, sekarang Namie menyesal sudah bertanya. "Lupakan saja."

Izaya terkekeh pelan, "Maa ne, apa kau benar-benar tidak ingin mendengarnya, Namie-san?"

"Tidak, terimakasih. Ngomong-ngomong, jadwalmu hari ini adalah..."

Dan mereka mengerjakan pekerjaan seperti biasa.


Sudah waktunya makan siang sekarang. Namie dengan santai memakan bentou buatan Vorona, pacarnya dari Rusia yang sedang berlibur kemari. Masakan Vorona juga sangat enak, bentou itu terdiri dari makanan khas Rusia—smoked salmon dan salad, lalu mini-pie.

"Looks yummy~" Namie menghela nafas saat mendengar suara boss-nya itu. "Boleh aku cicipi, Namie-san?"

"Tidak boleh. Ini masakan khusus Vorona untukku. Aku akan membunuhmu kalau kau memakan masakannya."

"Kejamnya!" ucap Izaya dengan seringai yang menyebalkan. Pria itu hanya memakan ootoro yang ia beli setiap hari sebelum berangkat kerja. Namie benar-benar bingung bagaimana boss-nya itu bisa tetap langsing dan kurus seperti itu walaupun makan yang banyak lemak.

"Lagipula bukannya kau harus memakan makanan yang 4 sehat 5 sempurna dan bukannya kopi dan ootoro?"

"Hmm? Kau ingin membelikanku makanan?"

"Tidak, terimakasih."

Izaya tertawa dan menggeleng-geleng, sebelum melanjutkan mengetik di komputernya. Sesekali ia menuliskan sesuatu di kertas, lalu lanjut mengetik lagi. Namie tidak mempedulikannya dan lanjut memakan masakan Vorona.

Setelah menghabiskan makanan dari sang kekasih, sekretaris itu berdiri dan berjalan keluar. Izaya membiarkannya, tau kalau Namie hanya akan ke toilet ataupun membeli minuman. Dia hanya berkata, "Belikan aku kaleng nescaf* ya!" dan dijawab gumaman kesal.

Namie memasuki toilet untuk wanita dan mencuci tangannya, sambil sesekali merapikan rambutnya yang—menurutnya—cukup berantakan. Setelah mencuci busa-busa sabun dari tangannya, wanita itu bergerak untuk mengambil tisu sebelum ponselnya berdering.

"Vorona?" gumamnya pelan saat melihat caller ID. Biasanya kekasihnya itu jarang menelpon saat jam pekerjaan. Namie lalu menekan tombol hijau dan membawa ponselnya itu ke telinga.

"Ada apa?" ucapnya selembut mungkin.

"Namie, aku ingin menanyakan sesuatu." suara pacarnya itu terdengar dari ujung telepon. "Apa di perusahaanmu ada lolongan kerja?"

Namie mengeryit. "Kau ingin bekerja, Vorona?"

"Bukan aku, tapi kakak sepupuku. Aku sudah cukup jadi rumah tangga."

Hati Namie bagaikan diterbangi seribu kupu-kupu karena kalimat terakhir Vorona.

"Ah~ kau sangat menggemaskan. Siapa sepupumu, laki-laki atau perempuan?"

"Shizuo Heiwajima, laki-laki. Dia dipecat menjadi bartender karena memarahi pengunjung yang mengajak one night stand dengannya." suara Vorona tercekat diakhir kalimat, seakan menahan tawa. Namie terkekeh pelan mendengar alasan tersebut.

"Ada, sih. Si bangsat Izaya itu sedang mencari bodyguard. Apa pria ini cocok menurutmu?"

"Shizuo-san dulunya sudah menjadi bodyguard dan kurasa dia cukup berpengalaman. Dan juga, dia cukup kuat."

"Hmm, baiklah. Akan ku diskusikan dengan bossku. Apa kau mempunyai nomor telepon dan fotonya?"

Diujung sana terdengar suara seperti sebuah kertas yang diobrak-abrik, sebelum gumaman 'ketemu'. "Fotonya akan kukirim lewat e-mail. Nomor teleponnya juga."

"Oke, terimakasih, Vorona. I love you."

"I love you too."

Telepon diputus oleh kedua pihak.


Izaya mendesah saat tulang-tulangnya berbunyi saat ia melakukan perengangan. Tubuhnya benar-benar sakit karena seharian duduk didepan komputer dan mengetik. Tapi pekerjaannya untuk 4 hari kedepan sudah selesai, jadinya dia nanti bisa bersantai-santai dan mengamati manusia-manusia yang bekerja dibawahnya. Ah~ nyamannya hidup menjadi boss.

Namie juga sedang mengerjakan beberapa pekerjaan Izaya dan melihat jadwal meeting pria berumur 30 tahun itu. Seminggu yang akan datang. Hmm, tidak buruk juga. Lalu, dia mendengar suara dering e-mail baru yang masuk. Pasti foto dan orang yang Vorona sebut, huh.

From: voronayagiri
To: namieyagirii

Ini fotonya. Nomor teleponnya 996-582-7XX.

Namie terbelalak saat melihat foto yang diberikan oleh Vorona. Tampan, tinggi, rambut pirang, mata almond tajam, hidung mancung, rahang keras, dan bibir penuh. Pria setampan itu menganggur? Jangan bercanda, dia cocok jadi model!

Dengan cepat Namie mengetik balasan untuk Vorona.

From: namieyagirii
To: voronayagiri

Kau yakin tidak mengambil foto model?

Dan jawabannya singkat padat dan jelas—Tidak.

Namie memandang pria itu lagi, sebelum beralih kearah wajah boss-nya yang sedang fokus menulis. Apa pria model ini cocok jadi bodyguard Izaya? Dia rasa tidak.

Tapi yah, ini juga demi pekerjaan. Dan juga sebangsat-bangsatnya Izaya, pria itu tidak pernah memotong gaji disini—menaikkannya malah. Dia juga rada-rada baik lah. Jadi, Namie mencatat nomor itu dan menaruhnya di ponsel. Dia akan membicarakan ini dengan Vorona, karena wanita pirang itu sangat pandai dan pintar. Calon istrinya juga adalah penasehat yang baik.

"Namie-san~ haloo, Namie-saaan~"

Pikirannya tentang Vorona dihancurkan oleh pria licik itu. Namie mendesis saat menoleh, membuat Izaya pura-pura ketakutan. "Apa?"

Izaya tersenyum licik, lagi. "Tidak ada~ Kau boleh pulang. Ini jam pulang, tau."

Karena asyik memikirkan tentang Vorona, dia jadi lupa waktu huh. Namie langsung membereskan barangnya. Melihat Izaya yang masih santai mengerjakan tugas, Namie langsung merebut pulpen bossnya itu.

"Hei!"

"Tidak ada lembur. Aku tidak ingin mengurus lebih banyak pekerjaan lagi jika kau jatuh sakit."

Izaya memutar bola matanya sebelum membereskan barang-barang diatas meja dan keluar dari gedung bersama Namie. "Oh, Izaya, aku sudah menemukan calon bodyguard mu."

"Eh? Siapa?"

"Tidak perlu tau." Namie mengeluarkan kunci mobil, "Tapi masih calon. Ini pilihanku dan jangan membantah."

Izaya terlalu lelah untuk menjawab dan hanya menyeringai saja sebelum berjalan ke mobil camaro yang ada di parkiran. Disana sudah ada Kadota yang berdiri dibalik pintu mobil yang terbuka. "Silahkan, Orihara-san."

Izaya masuk tanpa mengatakan apapun.

Kadota menyalakan GPS sebelum melaju pergi dari gedung perusahaan tersebut.

Shizuo menggeram saat ponselnya berdering. Meraba-raba nightstand, matanya masih terpejam—terlalu lelah untuk bangun. Padahal sekarang masih jam 8 malam, dasar pemalas.

Tanpa melihat siapa caller ID, pria pirang tinggi itu langsung membuka telepon. "Halo?" suaranya terdengar seperti geraman. Biasa, bangun tidur.

"Shizuo-san."

Shizuo mengenali suara tersebut. "Vorona?" dia membuka mata dan mengucek-uceknya. "Ada apa menelponku?"

"Aku sudah menemukan pekerjaan untuk Shizuo-san."

What. Secepat itu!?

"Bentar, seriusan?"

"Ya. Shizuo-san, apa kau tak keberatan menjadi bodyguard?"

"Tidak juga." kali ini Shizuo sudah sepenuhnya terbangun. Dia lalu beranjak bangkit. "Bodyguard siapa?"

"Izaya Orihara, anak dari Shirou-san dan Kyouko-san. Apa kau masih mengenalinya?"

Shizuo tersandung karpet tapi berhasil menahan dirinya agar tidak terjatuh. "Orihara... Orihara yang itu!?"

"Ya, yang 'itu'."

"...baiklah. Aku menerimanya."—karena aku berhutang budi pada mereka.


A/N:

*sujud* rating may change ya. /eh

Saya author baru disini. Pen-name saya sebenarnya itu nama asli cuman lebih di modifikasi /apa/. Yang kenal shuuush ya, saya mau nulis dosa. Ini nggak terlalu panjang kok, palingan penuh fluff terus ada bom angst dibeberapa tempat /dor

R&R please?