Step Mother
MingyuWonwoo belong to God, their parent, Pledis Ent, and me.
Kim Mingyu and Jeon Wonu
Romance with lil fluffy
MATURE—18+
GS. OOC. TYPO
…
.
.
Seorang ibu muda tengah duduk diranjang dengan menyandarkan tubuhnya ke dashboard ranjang. Didepannya duduk seorang lelaki muda yang begitu tampan—menurut ibu muda tersebut. Pemuda tampan berkulit tan itu bernama Kim Mingyu, dan Mingyu tampak tengah bersenda gurau dengan wanita yang menjabat sebagai ibunya itu. Tiri. Kalau boleh kuberi tahu, wanita muda itu adalah ibu tiri Mingyu.
Wanita itu sering dipanggil Jeon Wonu oleh orang-orang, termasuk Mingyu dan ayahnya..
.
Mingyu menarik kaki ranting namun berlekuk milik ibunya—Wonu—keatas pahanya. Kedua tangannya bergerak melepaskan high heels yang digunakan ibu tirinya itu seharian ini satu persatu. Setelan remaja kekinian masih digunakan Mingyu, sepulang menemani ibunya berbelanja mingguan hari ini, Mingyu langsung mengantarkan ibunya kekamar dan membantu ibunya itu melepaskan sepatu. Tanpa ada keinginan untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu, Mingyu memilih menolong ibunya—yang sesungguhnya tidak membutuhkan pertolongan Mingyu.
Wonu sendiri masih menggunakan microdress yang begitu ketat membungkus tubuhnya. Gaya anak gadis zaman sekarang adalah pilihannya. Kehidupan di California membuatnya seperti gadis bar-bar walau sudah menikah sekalipun.
Kembali pada keduanya.
"Kau baik sekali, Mingyu."
Wonu membuka suaranya ketika Mingyu melepaskan lilitan high heels terakhirnya. Mingyu menoleh padanya dan tersenyum samar.
"Hanya mencoba baik didepan ibuku. Sikapku terlalu buruk dulu."
Jawab Mingyu sambil mengusap jemari Wonu pelan. "Kau pasti lelah, mom." Mingyu memberi pernyataan yang menyimpulkan keadaan Wonu saat ini.
Wonu mengangguk sekali, "Kau benar. Terima kasih telah membantuku."
Dan hanya gumaman mengiyakan ucapan Wonu yang diberikan Mingyu.
"Hei, kau begitu manis. Sesuatu terjadi hari ini?"
Wonu bertanya ketika Mingyu memijit telapak kakinya.
"Mom, aku hanya ingin berbuat baik."
Tanpa bertanya lebih lanjut pada anak tirinya, Wonu memejam kedua matanya untuk menikmati sentuhan tangan lihai Mingyu di kakinya. Kedua tangan Mingyu menjamah dan memanjakan kaki Wonu secara bergantian dan berhasil membuat Wonu rileks untuk beberapa saat.
"Oh shit! What are you doing?!"
Jerit Wonu ketika ia terkejut karena Mingyu menjilati ibu jari kakinya. Wonu menjauhkan kedua kakinya dari tangan Mingyu seketika.
"Apa? Aku hanya melakukan apa yang ayah lakukan padamu."
Mingyu menjawab dengan santai dan tanpa dosa kembali menarik kaki sang ibu tiri untuk dipijiti kembali olehnya.
"Wait, tapi ini bukan ide yang baik."
Wonu menolak halus dan kembali menarik kakinya.
"Why? Aku melihat, daddy sering melakukan ini padamu, dan kau terlihat senang."
Jawab Mingyu dan lalu mengecup betis ibunya itu. Wonu menegang seketika.
"Tapi, keadaan itu berbeda, sweetheart."
Wonu berkilah dan berusaha menolak Mingyu dengan menjauhkan kakinya yang berada digenggaman Mingyu.
"Buat keadaan itu sama, mom."
Sahut Mingyu sambil mencondongkan tubuhnya kedepan dan mendekatkan bibirnya pada belah bibir Wonu. Mingyu berhasil menyentuh bibir Wonu karena wanita itu tidak sempat menjauhkan tubuhnya.
"Mingyu!"
Wonu membentak dan melotot pada anak dari suaminya itu.
"Apa?"
Suara Mingyu begitu rendah, datar dan berat. Membangkit sesuatu yang tertidur dalam tubuh Wonu seketika.
"Ini salah! Aku ini ibumu."
Sentak Wonu menjauhkan tubuh Mingyu dari hadapannya.
"Step mother, Mom. Step mother."
Mingyu berbisik pelan sambil kembali mendekati tubuhnya. Tangan Mingyu begitu lancang menyentuh paha Wonu yang tidak tertutupi oleh apapun karena microdress yang digunakan Wonu begitu rendah dan tersingkap karena menghindari gerakan Mingyu yang semakin mendekat.
"Jangan, ini ide buruk, Mingyu."
Wonu berbisik menolak Mingyu, ketika bibir pemuda itu kembali akan meraup bibirnya.
"No, mom. Ini akan menjadi good idea dalam hidupku."
Mingyu tersenyum miring dan berkata rendah, "Kau akan jadi ibu terbaik kalau kau mengabulkan permintaanku, mom."
Wonu memandang Mingyu dalam. Wanita itu menyelami pandangan mata Mingyu yang begitu gelap tertutupi oleh nafsu disana.
"Permintaan?"
Wonu membeo lirih.
"Aku sudah menahan ini terlalu lama. Dan menemanimu tadi adalah neraka untukmu. Dress brengsek ini menggangguku, mom. Bisakah kau membukanya untukku?"
"Apa? Jangan gila, Kim Mingyu."
"Ya, kau benar, Jeon Wonu. Aku gila. Aku gila karenamu, babe."
Sebuah kalimat yang terlontar membuat sesuatu perasaan ganjil muncul tanpa diundang didalam tubuh Wonu.
Cara Mingyu menyebut nama lengkapnya tanpa embel-embel Mom membuat Wonu perlahan menegang. Keparat. Mingyu berhasil mempengaruhi otak Wonu. Pemuda tan itu tampak begitu seksi ketika memanggil nama Wonu dan lebih menggila karena Mingyu mengatakannya dengan bisikan yang berat.
Oh. Alarm bahaya hidup dikepala Wonu.
Mingyu beringsut mendekati Wonu, dan wanita itu sama sekali tidak menjauhkan tubuhnya. Wanita yang telah berubah marga menjadi Kim itu tidak melakukan penolakan sama sekali.
"Please, Wonu. Jadikan posisi ini sama untuk sekali ini saja."
Mingyu melemparkan zat adiktif melalui setiap kalimat dan nada yang ia ucapkan. Wonu begitu murahan ketika ia langsung tersihir dan mengangguk.
Sumpah. Bohong kalau dia berkata; Aku tidak pernah menginginkan anak ini.
"Yaa."
"Mom, aku tidak akan berhenti."
"Jangan berhenti."
Sentakan hebat pada microdress Wonu adalah jawaban bar-bar yang Mingyu berikan.
..oOo..
Tak tahu sudah berapa lama keduanya saling berpagutan mengirimkan perasaan untuk sama-sama saling menginginkan hal terlarang ini terjadi.
Sambil berpagutan panas, kedua tangan Mingyu dan Wonu saling menanggalkan setiap helai yang mereka kenakan.
Wonu kalah cepat, sebab Mingyu lebih dulu berhasil membuat Wonu yang awalnya adalah wanita beradab dan berubah menjadi wanita barbar. Mingyu berhasil menelanjangi Wonu ketika helai terakhir berbentuk segitiga lepas dari tempat seharusnya ia berada, sehingga helai penutup harta berharga itu teronggok ditempat yang baik dengan indah.
Masih saling memadukasih lewat sebuah ciuman yang terdiri dari lumatan kasar, kecupan ringan, gelutan lidah, dan pertukaran air liur, Mingyu berhasil menyentuh sesuatu yang disimpan Wonu dibalik penutup tadi. Begitu basah dan lembut.
Sialan.
Mingyu ketagihan menyentuh bagian selatan Wonu dengan jemarinya. Berkali-kali telunjuk Mingyu turun-naik nikmat disana dan membuat sang pemilik menjerit genit sambil meminta sesuatu yang lebih.
Tanpa mau bersusah payah meminta izin sang pemilik lubang senggama, Mingyu membawa jemarinya masuk untuk menyamankan telunjuknya didalam sana. Sesuatu yang basah membuah Mingyu terus mengeluarkan telunjuknya dan menghentakkan masuk. Dan membuat Wonu kembali menjerit minta dipercepat.
Wonu menghempaskan kepalanya kebelakang beberapa kali ketika Mingyu berhasil membuat kenikmatan yang begitu menggoda dibawah sana dengan menambah jumlah jemarinya dibawah sana.
Lagi-lagi wanita muda yang menjelma sebagai ibu Mingyu itu mendesah penuh candu.
"Kau indah, Wonu."
Wonu sama sekali tak sanggup untuk menjawab pujian Mingyu yang jika ia sadar akan membuat wanita itu terbang kelangit kedelapan. Namun, keadaan membuatnya harus ingkar pada pujiannya, karena action yang Mingyu perbuat lebih membuatnya terbang dan menari diawang-awang lalu mampu membuatnya gamang dan tak ingin kembali pada daratan.
Kalau ada wanita yang pernah ditiduri oleh Mingyu, namun mengatakan Mingyu tidak memuaskan, maka serahkan wanita itu pada Wonu. Dengan senang hati Wonu akan menamparnya dan membuat wanita itu membuka mata. Mingyu begitu lihai bercinta dan memuaskan pasangannya.
Sentuhan Mingyu semakin cepat dan membuat sesuatu diperut Wonu melilit. Kepala wanita itu menjadi berat dan linglung. Sesuatu siap meledak dibawah sana.
Beberapa kali meminta untuk dipercepat dan sensasi yang siap meledak itu semakin nyata. Wonu klimaks hanya dengan permainan jemari telunjuk dan jari tengah milik Mingyu.
Wonu ingin lebih. Demi apapun. Berikan wanita itu tindakan lebih.
Entah sejak kapan—mungkin Wonu terlena dengan jemari Mingyu didalam tubuhnya—Mingyu sama dengan dirinya. Mingyu gagah tanpa balutan sehelai busana.
Mingyu menelanjangi tubuhnya sendiri tanpa sepengetahuan Wonu. Sesuatu dibagian selatan Mingyu mengancung seperti menjerit minta dipuaskan.
Ya Tuhan.
Izinkan Wonu menyentuhnya.
Mingyu menangkap lengan ibunya, ketika wanita itu mendekati tangannya pada milik Mingyu yang berdiri gagah dibawah sana.
"No. Aku tidak sabar untuk merasakan dirimu.."
Kalimat yang begitu menjanjikan kepuasan. Hanya dengan jemari saja, Wonu berhasil memuntahkan cairannya, bagaimana tidak dengan sesuatu yang besar dibawah sana.
Wonu mendesah dan mengalah. Ia mengangguk dan bergumam, "Berikan aku, please.." Wonu memohon.
Tanpa membuang waktu barang sedetik sekalipun, Mingyu mengikuti ibunya. Dengan perlahan ia menuntun miliknya untuk membelah surga dunia para lelaki dibagian selatan ibunya.
Perlahan dan pasti, Mingyu masuk dan langsung menyentuh titik manis didalam tubuh ibunya.
Wonu mendesah ribut dan menjerit genit ketika Mingyu menyentuhnya. Milik Mingyu menggelitik sweetspot milik Wonu dan mulut brengsek menjamah payudara padat Wonu.
Oh lord.
Ini terlalu banyak.
Wonu dibawa terbang lagi oleh Mingyu.
Berkali-kali Mingyu dan Wonu mendesah bersahutan. Desahan adalah balasan dari setiap gerakan in-out yang Mingyu perbuat pada lubang milik Wonu.
Semakin cepat gerakan keduanya maka semakin kencang desahan berat dan jeritan genit yang keduanya lontarkan dari belahan bibir yang sesekali menjamah satu sama lain.
"Disana! Yashh—Oohhh."
"Disini? Benar disini?"
Disana brengsek. Terus sentuh disana.
Lagi, lagi, lagi dan lagi. Mingyu berhasil menyentuhnya. Milik Mingyu dijepit ketika Mingyu berhasil menyentuhnya. Jepitan yang membuat Mingyu ketagihan untuk mengulangi gerakan itu.
Gelenyar aneh namun nikmat kembali menghampiri. Tubuh Wonu menegang dan semakin menjepit milik Mingyu dibawah sana. Membuat Mingyu tunduk pada kekuasaan Wonu, namun tidak membuat pemuda tan itu lemah. Ia semakin cepat dan menggila.
Sumpah. Mingyu menemukan kenikmatannya dengan lebih dan Mingyu melahapnya dengan rakus.
Semakin lama, Mingyu menegang. Sesuatu akan keluar. Wonu sudah hampir menyerah.
"A—aku ingin.."
"Ber—bersama. Jangan tinggalkan aku.."
Wonu menggeleng. Mingyu memberikannya terlalu banyak kenikmatan. Mingyu menarik dagu Wonu dan memaksa wanita itu menatapnya.
"Tatap aku!"
Mingyu membentak rendah. Wonu mengangguk patuh. Dan Mingyu membalas dengan gerakan yang cepat sehingga tempat tidur itu berderit mengiring gerakan Mingyu yang kesetanan.
"Bersama!"
Intruksi yang telak.
Keduanya meledak. Melepaskan cairan cinta bersama. Nafas terengah. Dengan brengseknya Mingyu bernafas rendah dileher Wonu dan tangan bejatnya mengerjai payudara Wonu. Wanita muda itu bernafas dan mendesah diwaktu bersamaan. Mingyu tak mengizinkannya diam untuk sesaat.
"Kau luar biasa, Wonu."
Mingyu berbisik rendah dileher Wonu. Namun, wanita itu tidak menjawab. Tenaganya terkuras banyak.
"Tidurlah.. Daddy tidak pulang malam ini. Jangan mandi, nanti sakit."
Wonu hanya mengangguk sekali.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Mingyu beranjak memunguti pakaiannya dan memasangkan celana dalamnya. Sekali ia melirik Wonu yang terkapar dengan mata sayu tengah memandang Mingyu. Sekilas senyuman Mingyu berikan dan tanpa berkata, pemuda itu meninggalkan ibunya yang hampir menyelam dimimpinya.
..
END
..
JENGJENGJENG!
TARAAAAA!
AKU INI KENAPA?! SELESAI TRYOUT PERTAMA BERHASIL MEMBUAT SOMETHING YANG WOW! /slapped/
Aku gatau ini bisa disebut implicit atau engga. Aku harap bisa. Karena aku begitu tertekan oleh seorang reader yang mengatakan aku suka ngasi samting yang nanggung /lirik Chwe S. Kaa/
Sayang, gue harap ini memuaskan hati elo yang terluka yhaaa:" gue sayang elu, jadi jangan nyakitin gue yha:" atau engga elu bakal bikin gue terus dosa ngasih hal-hal seperti ini terus kekamu dan ke yang lagi baca ini.
Okay, gue tau. Tema yang gue pake ini pasaran. Momstep and son. Oke. I know. Tapi, gue bertaruh, plot yang gue pakai engga buat kalian bosan.
And last, maapkeun semua kekurangan dalam fiksi tak seberapa yang gue kerjain kebut dalam sejam ini. Maapkeun atas segala typonya. Gue Cuma manusia dengan segumpal dosa:"
And, bye mareaders.
Review, please? Mwah!