NARUTO

My Girl

A Fanfiction by Oshinno

Rated : T

Genre : Romance/Drama/Friendship

Warning : GaJe, Typo(s), Abal, OOc, AU, OOT, Kebanyakan Dialog

Disclaimer : Masashi Kishimoto

.

.

.D.L.D.R.

.

.

R&R

Hyuuga Hinata menatap malas pemuda tampan yang tengah berdiri di hadapannya. Pemuda tampan dengan tiga garis yang menghiasi masing-masing pipinya. Pemuda tampan dengan mata sapphire yang sangat mempesona. Ugh, setidaknya itu menurut para gadis yang tergila-gila pada pemuda itu. Ekhem! Tapi hal itu tidak berlaku untuk Hyuuga Hinata. Dia tidak suka pada Naruto. Mungkin.

"Sudahlah Naruto, kembalilah ke kelasmu." Kata Hinata.

Mendengar ucapan Hinata, Naruto malah tersenyum dan semakin mendekat ke arah gadis itu. Hingga kini mereka benar-benar dekat. Naruto menunduk, membuat wajahnya sejajar dengan wajah Hinata.

Oh lihat, bahkan Naruto dan Hinata telah menjadi pusat perhatian sejak Naruto masuk ke dalam kelas ini dan menghampiri Hinata.

"Tapi aku masih merindukanmu. Kau dua hari tidak masuk, kemana saja kau?" tanya Naruto memainkan helaian rambut Hinata.

Hinata menepis tangan Naruto. "Apa pedulimu? Ini hidupku kemanapun aku pergi itu kan terserahku." Kata Hinata.

"Tentu aku peduli, aku kan menyukaimu."

"Tapi aku tidak menyukaimu."

"Tidak masalah. Karena aku yakin kau akan menyukaiku nanti." Kata Naruto dengan yakin.

"Yakin sekali dirimu…" ucap Hinata menatap sinis Naruto.

"Tentu."

"Sudahah, sekarang lebih baik kau pergi ke kelasmu saja. Kau sangat menganggu disini." Kata Hinata.

Naruto mengangkat kepalanya, dan tersenyum. "Baiklah…." Ucapnya. Pemuda itupun berjalan menuju keluar kelas Hinata.

"Dasar penganggu…" kata Hinata duduk kembali ke kursinya.

Seorang gadis datang menghampiri Hinata. "Astaga Hinata, sepertinya dia memang benar-benar menyukaimu…" kata gadis itu.

"Sudahlah Ino, dia itu hanya ingin menganggu aku…" kata Hinata mengeluarkan sebuah novel dari dalam tasnya. Gadis itu mulai membuka lembaran novel, mulai membaca baris-baris kata yang terangkai indah di dalam novel romansa itu.

Iris amethyst-nya begitu focus pada novel yang ada ditangannya, bahkan saking fokusnya sampai ia tak menyadari jika ada sepasang sapphire yang juga tengah focus menatapnya.

"Kau semakin cantik saat sedang serius seperti itu."

Hinata langsung menurunkan novelnya begitu mendengar suara itu. "Naruto?! Apa yang kau lakukan disini? Kau kan tadi sudah keluar dari kelas ini.."

Naruto tersenyum. "Aku melupakan sesuatu…"

"Kau melupakan apa?" tanya Hinata.

Naruto menaik-turunkan alisnya menatap Hinata. "Eumm~….."

"Tck! Cepatlah Naruto, apa yang kau lupakan?"

"Aku melupakan ini…."

Cup!

Oh, shit! Naruto sekali lagi mencuri satu ciuman dari Hinata.

"Baiklah kurasa aku akan pergi sekarang!" kata Naruto langsung berlari meninggalkan kelas Hinata.

Hinata meraba bibirnya yang baru saja dicium Naruto. "Sialan kau Uzumaki! Kau sudah menodai bibirku lagi!" teriak Hinata.

Ino yang sedari tadi menatap kelakuan dua orang itu hanya tersenyum geli. "Ayolah Hinata, kenapa tidak kau terima saja dia? Lagipula sudah berapa kali kalian berciuman? Hmm?"

Hinata menatap tajam Ino. "Kami tidak pernah berciuman Ino!"

"Jadi tadi itu apa?"

"Dia menciumku. Aku tidak menciumnya."

"Bibir kalian bersentuhan, dan itu artinya ciuman Hinata." kata Ino.

"Itu bukan ciuman. Lagipula aku tidak sudi berciuman dengan Uzumaki sialan itu…."

"Oh ayolah Hinata.."

"Sudahlah Ino. Diam saja, jangan membicarakan si Uzumaki itu lagi."

"Oke.."

.

.

.

"Bagaimana Naruto?"

"Apanya?"

"Hinata?"

Naruto menoleh, menatap pemuda yang duduk di belakangnya. "Memangnya bagaimana lagi? Dia tidak menyukaiku Kiba." Kata Naruto.

"Setahuku Hinata itu dari dulu menyukaimu Naruto, tapi setelah 2 tahun di Amerika dia jadi sangat berubah." Kata Kiba.

"Itu benar, kita semua tahu dari dulu Hinata sangat pemalu dan lembut, tapi setelah dari Amerika dia jadi berubah begitu." Kata seorang gadis berambut gulali yang sedari tadi menyimak pembicaraan Naruto dan Kiba.

"Mungkin karena dia marah pada Naruto." Kata TenTen.

Semua orang yang terlibat dalam pembicaraan itu langsung menoleh pada TenTen.

"Maksudmu apa?" tanya Naruto.

TenTen langsung duduk di depan Naruto. "Naruto, kau dulu itu selalu mengabaikan Hinata, dan lagi saat dia menyatakan perasaannya padamu, kau kan menolaknya. Dan beberapa hari setelah itu kan Hinata langsung pindah ke Amerika."

Semua orang langsung mengangguk mendengar ucapan TenTen. Kenapa mereka baru menyadari hal ini? Hinata memang berubah sejak kejadian itu.

"Itu kan karena aku belum menyadari kalau aku menyukai Hinata." Ujar Naruto.

"Sudahlah, tidak mungkin Hinata sudah melupakan perasaannya padamu." Kata Kiba.

"Itu benar, lebih baik kau terus berjuang untuk kembali membuat Hinata seperti yang dulu lagi." Kata Sakura.

"Aku sudah berjuang. Bahkan dirumah pun aku selalu berjuang…" kata Naruto.

Semua langsung menatap Naruto.

"Dirumah?"

"Eh?" Naruto langsung menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Dengan gugup dia menatap teman-temannya. "Maksudku aku..eum…aku selalu memikirkan cara untuk mendekati Hinata saat di rumah…he..he..he..ya seperti itu…"

"Oh, kupikir kau memaksa Hinata untuk tinggal dirumahmu, dan kau akan menganggunya saat dirumah…." Kata Kiba.

"Apa?! Ha..ha..ha..i-itu tidak mungkin Kiba." Kata Naruto.

"Sudahlah, ini sudah jam masuk. Lebih baik kita kembali ke tempat masing-masing saja…." Ujar TenTen.

Semua langsung mengangguk dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Sebentar lagi pasti Orochimaru-sensei akan datang. Ugh, guru aneh itu pasti akan memberikan pelajaran biologi yang aneh lagi.

-MyGirl-

"Dasar sialan! Aku benci pelajaran olahraga!" Hinata mengumpat. Entah sudah berapa kali umpatan kelur dari mulut gadis perparas cantik ini. Salahkan saja guru olahraganya itu, sudah tahu jika Hinata itu sangat benci dengan basket, tapi malah memberikan materi basket. Jadilah Hinata harus bermain basket dengan teman satu kelasnya sampai ia terjatuh dan lututnya terluka. Tapi itu semua sudah berlalu, dan sekarang ia tengah duduk di ranjang UKS.

"Aku tidak sudi main basket lagi." Gumamnya.

KRIET

Pintu UKS terbuka memperlihatkan seorang pemuda tampan. Oh, itu Naruto. Baiklah dia tidak jadi tampan. Ekhem! Itu kata Hinata. Kalo kata Author ya lumayan ganteng lah. Walaupun masih gantengan GD Oppa~

"Mau apa kau?" tanya Hinata sinis.

Naruto tak menjawab dan terus berjalan mendekat ke tempat Hinata. kini ia sudah berada tepat di depan Hinata. "Kata Ino kau tadi terluka?"

Hinata memutar kepalanya. "Kalau iya, memangnya kenapa?"

Tanpa menjawab Naruto langsung menaikkan celana Hinata sebatas lutut dan melihat luka gadis itu. Dengan cepat Naruto mengambil obat dan kapas yang ada diatas meja di samping ranjang yang Hinata duduki. Naruto membersihkan luka Hinata dengan kapas lalu meneteskan obat diatas luka itu.

"Kau tidak usah sok perhatian padaku Uzumaki. Aku tahu jelas bagaimana sifatmu itu." Ujar Hinata menepis tangan Naruto yang tengah meneteskan obat ke lututnya, hingga membuat obat itu mengotori baju Naruto.

Naruto mentap seragamnya. "Hinata, apa yang kau lakukan?! Lihat bajuku jadi kotor begini…" kata Naruto.

"Itu karena kau sok peduli padaku…" kata Hinata. "Hey! apa yang kau lakukan?! Kenapa kau membuka bajumu ?! Pakai kembali Naruto!" teriak Hinata karena Naruto melepas bajunya.

Oh shit, wajah Hinata memerah, antara marah dan malu. Hell No! Hinata tidak bisa mengalihkan pandangannya dari perut sixpack Naruto. Ugh, kenapa dia malah membayangkan hal yang tidak-tidak begini?! Tapi tubuh Naruto benar-benar menggoda. Ekhem! Itu menurut Hinata ya, kalo menurut Author ma, yang paling menggoda yang tubuhnya GD Oppa~

Hinata beberapa kali meneguk ludahnya sendiri.

Naruto memandang heran Hinata, namun beberapa saat kemudian ia malah menyeringai. Dan dengan cepat ia mengurung tubuh Hinata diantara ranjang dan tubuhnya. Kedua tangannya masing-masing berada di samping tubuh Hinata.

Hinata yang menyadari hal itu menahan nafas karena dada bidang Naruto tepat di hadapannya. Namun ia segera sadar dan mendorong pemuda itu. Namun apalah daya, tenaga Hinata yang tak seberapa tentu tak mampu membuat tubuh Naruto menjauh. "Me-mesum! Menjauh dariku!" teriak Hinata.

Naruto menjilat bibirnya, dan menatap Hinata dengan tatapan menggoda. "Ayolah Hinata, aku tahu jelas apa yang ada di otakmu itu." Ujar Naruto.

Hinata menunduk, menghindari tatapan Naruto. "A-aku tidak memikirkan apapun…"

"Banarkah?" tanya Naruto mengangkat dagu Hinata menggunakan telunjuknya. Membuat wajah mereka berhadapan.

"Iya!" jawab Hinata menepis tangan Naruto dan memalingkan wajahnya.

Naruto menyeringai. "Sudahlah Hinata, jujur saja kau menyukai tubuhku ini kan? Hm?"

"Tidak!"

"Sudahlah, aku tahu tubuhku ini sangat menggoda, dan kau tidak bisa mengelak jika kau memang menyukai tubuhku ini. Tenang saja, kau bisa menyentuh tubuhku ini sesuka hatimu….." kata Naruto dan menaruh tangan kanan Hinata di atas perut sixpack miliknya.

'Sial, sial, sial! Uzumaki ini benar-benar sialan. Tapi, ugh, tubuhnya memang sangat menggoda. Hwaa~ Kami-sama bagaimana ini?' batin Hinata.

Tangannya benar-benar ingin meraba perut sixpack itu, tapi kalau dia melakukannya itu akan sangat merendahkan harga dirinya. Tidak Hinata! kau tidak boleh melakukan ini!

Akhirnya dengan sangat-sangat terpaksa Hinata menarik tangannya. "Ti-tidak! Aku tidak menyukai tubuhmu Uzumaki!" kata Hinata dengan tegas.

"Oke..Kalau begitu, tapi jika kau tertarik, tenang saja kau bebas datang padaku dan melakukan apapun padaku…" kata Naruto mengecup bibir Hinata dan menjilatnya sekilas. "Baiklah aku akan pergi sekarang." Lanjutnya. Setelah itu Naruto langsung pergi

Hinata menatap kepergian Naruto. Tangannya mulai meraba bibirnya. "Sialan, bibirku dinodai lagi."

Hinata langsung turun dari ranjang UKS dan berjalan menuju pintu keluar. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, ia langsung terjatuh karena lututnya mulai terasa ngilu. "Ugh, ini sakit sekali." Ucapnya.

"Butuh bantuan?" tanya seseorang mengulurkan tangan pada Hinata.

Hinata mendongak, ia tersenyum mengetahui siapa orang yang berbicara padanya. Dengan senang ia meraih uluran tangan orang itu. "Astaga Toneri! Aku rindu padamu…" teriak Hinata memeluk pemuda itu.

Toneri hanya tersenyum dan membalas pelukan Hinata. "Iya, aku juga merindukanmu." Kata pemuda itu.

Hinata melepas pelukannya dan menatap Toneri. "Tapi Toneri, apa yang kau lakukan disini? Bukankah study-mu di Amerika belum selesai?" tanya Hinata.

"Study-ku sudah selesai Hinata…" kata Toneri.

Hinata menatap Toneri kagum. "Kau hebat sekali! Harusnya kan masih 1 tahun lagi…"

"Tentu saja! Tapi masih ada yang lebih hebat lagi…" kata Toneri.

"Hm? Memangnya apa?" tanya Hinata penasaran.

"Aku menjadi guru seni disini…" kata Toneri.

"Apa?! Itu hebat sekali, jadi kapan kau mulai mengajar?" tanya Hinata.

"Besok…" jawab Toneri.

"Astaga…astaga..aku benar-benar tidak percaya..kau sangat hebat.." kata Hinata.

"Aku memang hebat Hinata. Sudahlah, ayo kita pulang. Tadi Hiashi-jisan menyuruhku untuk menjemputmu."

"Baiklah, tapi lututku sakit Toneri." Kata Hinata menatap Toneri.

Oke, Toneri tahu benar apa keinginan Hinata. "Baiklah, aku akan menggendongmu…"

"Yes!" teriak Hinata dan langsung meloncat ke punggung Toneri. Engh? Bukankah lututnya sakit? Tapi kok bisa loncat begitu?

"Dasar kau ini…."

Toneri segera meninggalkan tempat itu dengan Hinata yang ada di gendonggannya, ia harus segera pulang. Itu pesan Hiashi padanya. Hinata dan Toneri terlihat begitu akrab, selalu ada obrolan sepanjang perjalanan menuju tempat Toneri memarkir mobilnya.

.

.

.

Naruto tersenyum sepanjang perjalanan menuju kelasnya. Sial! Ini efek ciumannya dengan Hinata. Oke, itu hanya ciuman sepihak. Naruto tahu Hinata tidak menginginkan ciuman itu. Tapi setidaknya ia bisa merasakan bibir manis gadisnya itu. Gadisnya? Oh ayolah Naruto, kapan Hinata mulai jadi kekasihmu?

Naruto terus saja meraba bibirnya. Ia masih sangat jelas merasakan lembutnya bibir Hinata. memang bukan pertama kali ia mencium Hinata, tapi baginya ciuman itu selalu jadi ciuman pertama baginya. Sekalipun Hinata tak pernah membalas ciumannya, tapi setidaknya saat ia mencium Hinata, gadis itu tak menolaknya.

"Ittai!" teriak Naruto memegangi hidungnya. Sial! Karena terlalu sibuk meraba bibirnya ia sampai tak menyadari jika ia sudah ada di depan pintu kelasnya, bukannya membuka pintu tapi malah menabrak pintu.

"Ha..ha..ha…ha.." Kiba, TenTen, dan Sakura tertawa melihat Naruto yang tengah memegangi hidungnya.

Beruntung, semua murid lain sudah pulang dan hanya ada mereka di dalam kelas. Kalau tidak pasti Naruto akan semakin parah diejek.

"Apa yang kau pikirkan Naruto? Bagaimana kau bisa menabrak pintu dan bukan membukanya?" tanya Kiba.

Naruto menoleh pada Kiba dan dengan cepat menghampiri pemuda bertaring itu. "Diam kau Kiba!"

"Hey Naruto, aku ingin mengatakan sesuatu padamu…." Kata TenTen.

"Apa?" sahut Naruto duduk di kursinya.

"Apa kau tahu, tadi saat aku dari toilet aku melihat Hinata dari dalam UKS bersama seorang pria." Kata TenTen.

Naruto menaikkan sebelah alisnya. "Pria?"

"Iya, dia tampan. Kurasa Hinata memiliki hubungan special dengan pria itu." Kata TenTen.

"Hubungan special?"

"Hm. Kulihat tadi Hinata memeluk pria itu dan lagi pria itu menggendong Hinata." jelas TenTen.

"Astaga, sepertinya kau dapat pesaing Naruto." Kata Sakura.

Naruto mengepalkan tangannya geram. Pria? Siapa pria itu? Tidak mungkin kan kekasih Hinata? Tapi kenapa TenTen mengatakan Hinata memeluk pria itu? Apa itu saudara jauh Hinata?

"Eum TenTen, apa warna rambut pria itu?" tanya Naruto.

"Kalau tidak salah berwarna putih, ah warna perak..iya warna perak.." jawab TenTen.

Ugh, benar kan itu bukan saudara jauh Hinata. Naruto tentu tahu betul jika semua orang yang memiliki darah Hyuuga tidak memiliki rambut dengan warna perak. Jadi siapa pria itu?

"Em, Sakura, apa Sasuke sudah kembali?" tanya Naruto menoleh pada Sakura yang tengah asyik dengan smartphone miliknya. Namun begitu mendengar pertanyaan Naruto gadis dengan rambut gulali itu langsung menoleh.

"Sudah, dari kemarin dia ada di apartemenku…" jawab Sakura.

"Dari kemarin Sasuke di apartemenmu dan tidak menghubungiku?" tanya Naruto.

"Astaga Naruto, mereka pasti 'sibuk' melepas rindu. Hampir satu bulan Sasuke mengikuti pertukaran pelajar di London, pasti dia sangat merindukan kekasihnya ini." Kata Kiba menunjuk Sakura.

"Diam kau Kiba!" kata Sakura menatap tajam pemuda itu.

"Baiklah…"

Naruto langsung mendekat ke arah Sakura. "Sakura, telpon Sasuke. Aku ingin bicara padanya."

"Telponlah sendiri Naruto."

"Kalau aku yang telpon dia tidak akan mengangkatnya. Ayolah Sakura.."

Sakura berdecak kesal. "Tck, baik aku akan menelponnya." Sakura langsung menyentuh layar smartphone miliknya dan mengetik nomor yang sudah ia hafal diluar kepala.

"Hallo, Sasuke-kun?"

'Hallo, ada apa Sakura?' sahut Sasuke dari seberang sana.

"Naruto ingin bicara padamu." Kata Sakura menoleh pada Naruto yang ada di depannya.

'Berikan ponselmu padanya.'

Sakura langsung memberikan ponselnya pada Naruto. Dan Naruto langsung keluar dari kelas itu. Oke! Sepertinya ini adalah pembicaraan rahasia.

'Ada apa Dobe?' tanya Sasuke.

"Besok kau harus masuk sekolah Teme." Kata Naruto.

'Memangnya kenapa?'

"Hinata memiliki kekasih." Kata Naruto.

'Apa?! Itu tidak mungkin Naruto.' Sahut Sasuke.

"Tapi tadi TenTen melihat dia dengan seorang pria, dan mereka berpelukan." Jelas Naruto.

'Baiklah aku akan mencari tahu tentang dia, tapi sekarang aku akan tidur lagi. Aku masih mengantuk Dobe. Jangan ganggu aku lagi.'

"Semalam berapa 'ronde' yang kau habiskan bersama Sakura?" tanya Naruto menyeringai.

'Sudahlah Dobe, aku tahu kau iri karena tidak bisa melakukannya dengan Hinata.' kata Sasuke mengejek. Jelas sekali itu dari nada suaranya.

"Diamlah Teme!"

'Tenang saja, Hinata tidak mungkin memiliki kekasih, ayolah Dobe dia milikmu.'

"Baiklah, terima kasih Teme." Kata Naruto tersenyum.

'Iya, tenang saja aku akan bantu selesaikan masalahmu dengan istrimu itu.'

"Kau memang temanku Teme."

'Sudahlah kalau begitu aku tutup telponnya. Aku mau tidur lagi.'

"Iya. Arrigatto Teme…"

Naruto mematikan sambungan telpon dan kembali masuk ke kelas dan mengembalikan smartphone milik Sakura. Dan dengan senyuman ia pulang.

"Lihat saja Nyonya Uzumaki, kupastikan kau akan kembali jatuh cinta padaku."

The End

Bercanda Ding!

TBC aja kok!

Sebenernya rencana Shin mau buat ini jadi OneShoot aja, tapi karena males ngetik, yaudah deh Shin bakal bikin ini jadi TwoShoot…

Shin menerima segala Kritik dan Saran dari Senpai semua..

Jadi kalo ada yang mau Fic ini dilanjutin Review ya…

R&R

R

E

V

I

E

W

#SalamFutureWife-nyaG-Dragon