Boboiboy © Monsta Studio, Malaysia

OC (Hao, Elizabeth, Grandma Foglia, etc)

May contain: OOC, AU, genderben.

Don't like, don't read. Don't leave negative/bad/spam comments. You've been warned.

.

.

.


The Painting

.

.

.

Jam tubuh yang telah terbiasa dengan segala kegiatan dan waktu sejak pertama kali membuka mata di Kastil Keluarga Lang serta pagi dengan irama kicauan burung— senantiasa memanggil Boboiboy meski gadis itu hanya tidur beberapa jam saja sejak ia pulang dari sekolah semalam.

Tak ada hari tanpa bekerja bagi gadis pekerja keras tersebut. Terlebih lagi nyaris tiap sudut kastil Keluarga Lang adalah kesukaannya.

Ochobot turut terbangun begitu mendengar gemericik air dari kamar mandi saat Boboiboy membasuh wajahnya.

Burung hantu Bott gembul itu meregangkan kedua sayap dan menguap melepas rasa kantuk.

"Huaaaahm— Selamat pagi, Boboiboy! Brrr— Dinginnya!"

Boboiboy tersenyum dan memeluk si burung hantu gembul, "Selamat pagi, Ochobot! Kau benar. Tak pernah tak dingin sama sekali di sini!"

"Aku saja yang memiliki bulu tebal begini masih merasa dingin. Apa kau tak kedinginan?"

"Aku sudah biasa. Nah, aku akan bekerja lagi! Kau ikut?"

"Aku tak akan menolak itu! Kastil ini terlalu luar biasa untuk dijelajahi!"

Tak lupa, mawar putih yang menunggu dalam diam di atas meja memberikan kekuatannya pada gadis setengah vampir yang kini menyematkan kedua tangannya— berterima kasih pada mawar yang telah berbagi kelopak sebagai suplemen Boboiboy.

Sarapan bersama para penghuni taman belakang serta kegiatan bersih-bersih kastil sudah menjadi rutinitas yang disukai Boboiboy bersama para sahabatnya. Tentu saja disukai oleh Ochobot juga. Burung hantu yang telah lama berada dalam cangkang telur itu penuh semangat mengembangkan sayapnya dan mengelilingi kastil. Tapi yang paling ia sukai adalah— sarapan bersama teman-teman barunya di dapur kesayangan Boboiboy. Segala masakan yang tersaji lezat dari tungku selalu berhasil membuat Ochobot meneteskan liur.

Ochobot merasa bahwa sudah setiap sudut ia jelajahi sejak seminggu lalu. Ternyata ada satu ruangan yang jarang-jarang Boboiboy bersihkan karena Elizabeth merasa bahwa gadis itu tak perlu membersihkan loteng terlalu sering. Loteng yang telah rapi dan nyaman berkat Boboiboy tersebut memang nyaris tak pernah dimasuki. Namun gadis itu merasa lebih baik jika ia bersihkan karena mungkin sudah ada debu yang mulai melapisi perabotan dalam loteng.

Ochobot setia terbang di samping Boboiboy. Suara kepakan sayapnya menggema lembut di lorong kastil.

"Kastil ini benar-benar megah, ya. Dengar— Kita berbicara pelan seperti ini saja sudah menggema di lorong ini."

Boboiboy menempatkan telunjuknya di depan bibir. "Maka itu aku selalu berusaha tak berbicara dengan keras. Apalagi pendengaran werewolf sangat tajam. Kita bisa mengganggu istirahat Tuan Hao dan Fang."

Ochobot merendahkan tubuhnya yang sedari tadi melayang-layang di dekat langit-langit kastil.

"Nah, aku mau membersihkan loteng dulu."
Burung hantu bulat keemasan nampak tertarik mendengar tuturan Boboiboy.

"Loteng? Kenapa kau tak pernah mengajakku ke sana sebelumnya? Tempat apa itu?"

Boboiboy menapakkan kakinya pada tangga yang menuju bagian paling atas kastil. Melihat lorong yang menuju langit semakin menyempit itu membuat Ochobot semakin berdebar.

"Tuan dan Nyonya bilang kalau tempat itu tak perlu sering-sering kubersihkan karena isinya memang hanya untuk menyimpan barang-barang yang sudah lama tak terpakai. Tapi tentu saja seminggu sekali aku berusaha menjaga tempat itu bersih."

Ochobot terbang mendahului Boboiboy dan hinggap di ujung handle tangga kayu dekat pintu yang mereka tuju.

"Ini' kah ruangannya? Kenapa selama ini kau belum pernah mengajakku kemari?"

"Aku tak enak mengganggumu membaca di ruang baca Tuan Hao. Kau nampak serius membaca saat aku sedang bersih-bersih, hihihi."

Ochobot tersipu melihat senyum manis Boboiboy yang selalu menghormati privasi orang lain. Bahkan pada burung hantu seperti dirinya.

Derit pintu menggema melebarkan mata bulat cobalt burung hantu Bott.

Terutama begitu ia melihat isinya.

Sinar matahari mengintip dari sela-sela tirai di jendela— menerangi lantai kayu bagai tirai tipis aurora yang berwarna keemasan. Buku-buku tua berjejer rapi berdampingan dengan benda-benda antik yang menghias di tiap rak berbahan kayu kokoh tersebut.

Loteng mungil kesayangan Boboiboy yang pernah ia bereskan atas seijin pemilik kastil itu menjadi kamar baca dan menjahit bagi sang pelayan mungil.

Mesin jahit klasik berjasa besar dalam membantu gadis berambut hitam pendek itu membuat seragam-seragam maid-nya. Juga menjahit tirai-tirai serta sarung bantal, juga menambal baju Fang yang berlubang karena ulah pemuda yang tak bisa diam itu.

Sebuah sofa mungil nampak nyaman. Ochobot tak sabar untuk memasuki ruangan kecil itu dan hinggap di sandaran sofa.

"Ini— luar biasa sekaliii!"

Boboiboy sangat memahami kekaguman Ochobot. Bagi kedua sahabat yang belum lama tinggal di dunia tersebut, hal-hal sekecil apapun terkadang membuat mereka takjub.

Mata burung hantu junior itu mengelilingi seluruh sudut ruangan. Kepalanya berputar gembira. Terlebih ketika Boboiboy membuka tirai jendela hingga sinar matahari memenuhi ruang dan membuat debu-debu menari bagai kristal salju.

Seketika benda-benda antik yang memenuhi ruang dan rak berkilauan karena cahaya.

"Woooow ini seperti ruang harta karun!"

"Hihihi, aku juga berpikir seperti itu ketika pertama kali melihat ruangan ini."

Keduanya mulai membersihkan tempat yang sebenarnya sudah rapi itu. Hanya saja Boboiboy merasa bahwa banyak barang antik yang bisa ia bersihkan lebih bersih lagi dari debu.

Ochobot terbang dengan bulu-bulu pembersih debu yang ia genggam pada kedua cakarnya— membersihkan sudut-sudut langit-langit yang tak bisa diraih Boboiboy meski dengan sapu bergagang panjang.

Rasa penasaran Ochobot pada seluruh benda dalam ruangan itu membawanya hinggap pada lemari tempat baju-baju lama Elizabeth disimpan. Namun ada satu hal yang menarik perhatian burung hantu berbulu keemasan itu. Ada sesuatu yang terhimpit bersembunyi di balik lemari. Nampak seperti papan kayu tebal yang dipenuhi debu.

"Boboiboy, lihat. Ada sesuatu di belakang lemari!"

Seruan Ochobot memanggil Boboiboy yang sedang mengelap jejeran pigura-pigura foto di rak buku. Gadis itu menyadari benda apa yang dimaksudkan Ochobot.

"Ah, itu sudah ada lama sejak aku membersihkan tempat ini sebelumnya. Tapi karena lemari ini terlalu berat untuk digeser, aku tak dapat meraihnya. Entah apa sebenarnya papan kayu besar yang terhimpit di balik sana itu."

Ochobot nampak kecewa, tapi sebuah suara yang tak diundang tiba-tiba menyahut mengejutkan dua sahabat tersebut.

"Papan apa?"

Boboiboy nyaris tak dapat menahan pekikannya. Ochobot turut melompat kaget hingga menyibakkan sayap. Fang nyengir lebar, tak bermaksud mengejutkan.

"Fang! Astaga! Kenapa kau ada di sini!?"

"Umm— aku tak bisa tidur. Jadi— aku bangun dan mencarimu."

Boboiboy sebenarnya tahu pemuda itu berbohong. Fang pasti sengaja bangun pagi untuk menghabiskan waktunya di pagi hari. Nyaris tiap detiknya pemuda itu mendambakan bisa bermain leluasa di saat para halfter lain masih beristirahat. Dan tanpa Boboiboy ketahui bahwa dirinyalah alasan Fang bangkit dari tempat tidurnya yang hangat di saat mentari muncul.

"Jadiii— papan apa yang kalian bicarakan?"

Ochobot kembali hinggap di atas lemari dan membungkuk, mengintip pada celah lemari yang menghimpit dinding.

"Itu! Lihat di sana!"

Boboiboy tersenyum geli melihat Fang turut penasaran bersama Ochobot yang menungging di atas lemari. Keduanya nampak antusias.

"Sudahlah, itu pasti barang milik Tuan dan Nyonya. Jangan diutak-atik."

"Kami tidak mengutak-atik. Kami hanya penasaran."

Boboiboy hanya menggeleng pada pembelaan diri Ochobot. Justru Fang ikut angkat bicara memberi pembelaan.

"Lagipula ini milik ayah dan ibuku. Ayo kita lihat lebih jelas! Aku juga penasaran!"

Boboiboy lupa bahwa kekasihnya itu memiliki kekuatan di atas manusia biasa. Bahkan ia tergolong kuat di antara ras werewolf. Tentu saja menggeser lemari besar adalah hal mudah.

Dalam sekejap Ochobot berbinar riang. Kini mereka bisa melihat jelas apa yang tersembunyi di balik lemari.

.

.

.

Sebuah lukisan.

Lukisan keluarga. Ada Tuan Hao, Nyonya Elizabeth yang sedang memeluk seorang bayi mungil, dan— Fang?

.

.

.

"Fang, kau terlihat berbeda di situ." Komentar Ochobot.

Fang mengernyitkan alis.

Dalam lukisan itu memang ada seorang remaja laki-laki seusia dengan Fang. Dengan mata merah menyala dan menyorot tajam. Persis seperti sang putra werewolf.

Tapi itu jelas bukan dia.

Rambut yang bagai tertiup angin sang remaja lelaki dalam lukisan, memiliki warna keunguan gelap. Bukan biru malam milik Fang.

Dan siapa bayi yang tengah dipeluk Elizabeth itu?

"Apa itu saudaramu, Fang?" Pertanyaan Ochobot membuat cowok tersebut semakin bingung.

Boboiboy turut memperhatikan. Ia langsung mengenal bayi dalam pelukan Elizabeth sebagai Fang yang berdiri di sampingnya kini. "Ah, bayi itu pasti kau. Tapi kalau begitu, orang yang mirip denganmu itu— apa itu kakakmu? Wow, aku tak tahu kau punya kakak."

Fang tergagap. Ia hanya bisa berdiri dan memandangi lukisan sebuah keluarga dengan dua orang anak di hadapannya.

Fang tak bisa mengelak bahwa pemuda itu mirip dengan dirinya. Dan Ia mengenal kedua orang tuanya di sana. Tapi…

"Tapi— aku tak punya kakak! Aku anak tunggal!"

Pernyataan dari Fang hanya membuat Boboiboy dan Ochobot terdiam. Mereka tak berkomentar apa-apa. Hanya bisa terdiam memandangi pemuda yang berhadapan dengan lukisan keluarganya— serta remaja asing dalam lukisan itu.

"Apa ini? Kenapa lukisan sebesar ini disembunyikan? Dan kenapa hanya lukisan ini saja yang ada— ada—" Fang tergagap. Ia tak tahu harus memanggil apa pada pemuda di lukisan tersebut.

Boboiboy juga menyadari.

Lukisan sebesar itu tak sepantasnya disembunyikan. Lukisan yang jelas-jelas sengaja dibuat untuk menghormati sang keluarga bangsawan dan seharusnya dipajang di ruang keluarga yang megah.

Dan selama Boboiboy membersihkan kastil megah tersebut— tak satupun ia temui sang pemuda asing di semua foto dan lukisan yang terpajang di dalam kastil.

Hanya satu itu saja.

Lukisan di mana sang pemuda berdiri gagah bak pangeran dengan pakaiannya yang rapi— dengan Tuan Hao yang menempatkan telapak tangan kanannya pada bahu sang pemuda penuh kebanggaan. Serta Nyonya Elizabeth yang memeluk sayang seorang bayi mungil di kedua tangannya penuh keanggunan dan kasih sayang.

Terlalu ganjil untuk disembunyikan. Bahkan untuk Boboiboy dan Ochobot yang merupakan pendatang baru di kastil Keluarga Lang.

Tiba-tiba Fang beralih dari depan lukisan dengan cepat. Boboiboy terkejut dan mengejar pemuda yang hendak keluar dari pintu loteng.

"Fang! Sebentar! Apa kau mau menanyakannya pada orang tuamu sekarang?"

"Tentu saja! Kenapa lukisan itu harus mereka sembunyikan? Siapa remaja di lukisan itu!? Jelas-jelas bukan aku!"

"Mu— mungkin saja itu saudara sepupumu!" Ujar Ochobot berusaha menenangkan Fang yang mulai panasan.

"Kalau begitu kenapa harus sampai disembunyikan segala!?"

"Fang, tenanglah dulu. Lebih baik jika kita tanyakan nanti malam saja. Kini tuan dan nyonya masih beristirahat."

"Tapi—!"

"Fang, orang tuamu pasti punya alasan mengapa menyembunyikan lukisan ini. Mereka adalah orang-orang yang begitu penyayang. Aku yakin ada hal yang mungkin menyakitkan bagi mereka jika mengingat sesuatu dari lukisan ini."

Ochobot hanya bisa menutup paruh melihat Boboiboy berusaha menenangkan Fang yang kemudian terdiam mendengar permohonan kekasihnya.

Gadis yang memiliki banyak kenangan sedih di masa lampau sangat paham pada hal-hal yang bahkan belum bisa dipahami oleh remaja seusianya. Boboiboy banyak mengalami kesedihan, dan ia yakin ada luka di hati Nyonya kesayangannya sampai harus menyembunyikan lukisan tersebut hingga berdebu.

Kegelisahan terus menyelimuti Fang. Ajakan Boboiboy untuk menikmati santapan di dapur tak terlalu berpengaruh.

Aroma teh dan sup di dapur sama sekali tak membantu mengalihkan pikirannya dari lukisan di loteng.
Para peri berdenting menanyakan kondisi Fang pada Boboiboy. Bahkan para hewan bisa merasakan kegalauan sang Pangeran Werewolf.

Boboiboy yang sedari tadi tengah menyeduh teh untuk teman-temannya, kini duduk di samping Fang. Ochobot turut hinggap di sandaran kursi dekat jendela.

"Kalau menurutmu— kira-kira siapa yang ada di lukisan itu?" Tanya Ochobot dengan hati-hati pada Fang.
Yang ditanya hanya menghela napas dan mengedikkan bahu.

"Mungkin dia memang benar-benar saudara sepupumu?" Tutur Ochobot lagi. Rasa ingin tahu yang besar selalu membuat burung hantu itu banyak bertanya dan berasumsi.

"Hhh— entahlah. Aku tak sabar ingin menanyakannya pada ayah dan ibu."

Tanpa ingin mengganggu obrolan Fang dan Ochobot, Boboiboy berdiri dari bangkunya. Beberapa peri dan tupai mengikuti.

"Aku mau membersihkan halaman belakang dulu, ya."

"Aku ikut."

"Fang, kau kembalilah tidur. Nanti malam kau bisa ketiduran di kelas."

Bujukan Boboiboy tak membuahkan hasil. Kepala sang Tuan Muda terlalu keras seperti kulit biji kenari.

"Aku tak akan bisa tidur! Ini benar-benar membuatku penasaran!"

Hanya helaan napas lembut dari Boboiboy yang kemudian membuat Fang menunduk.

"Maaf, Boboiboy. Aku terlalu kepikiran."

Gadis bertubuh mungil itu kemudian menemani pangerannya menuju kamar, bahkan menyelimutinya hingga leher.

Fang hanya berbaring membisu. Di kepalanya berkecamuk segala pikiran yang tertuju pada lukisan antik di loteng.

Boboiboy duduk di samping bantal Fang. Ia mengusap-usap kedua tangannya. Sinar lembut menyelimuti telapak tangan gadis itu. Dengan perlahan Boboiboy mengelus pelipis dan dahi sang werewolf muda.

Rasa sejuk dan damai dari kekuatan Boboiboy membuat Fang menutup matanya dan terlelap.

Ochobot sedari tadi hanya diam mengikuti. Begitu Boboiboy menutup pintu kamar Fang, barulah burung hantu tersebut mengeluarkan isi hatinya.

"Boboiboy, kenapa kita tak biarkan saja Fang bertanya langsung pada Tuan dan Nyonya?"

Helaan nafas sempat membuat Ochobot agak canggung. Ia sempat mengira maid sahabatnya enggan menjawab.

"Kondisi Fang saat ini sedang emosi. Tuan dan Nyonya juga belum siap mendapatkan pertanyaan menyangkut masa lalu yang membuat mereka terpaksa menyembunyikannya dari Fang. Pembicaraan yang akan terjadi nanti tak akan berujung baik."

Barulah Ochobot paham dan menganggap alasan tersebut masuk di akal.

Sifat meledak-ledak Fang tidak akan membawa suasana menjadi lebih tenang.

Menunggu malam tiba, Boboiboy melanjutkan pekerjaannya dan beristirahat cukup untuk melanjutkan kegiatannya bersekolah nanti. Tentu saja mawar putih ia kunyah sebagai suplemen tubuhnya.

Beberapa sahabat peri yang menemaninya bekerja sedari pagi sebenarnya penasaran pada kondisi Tuan Muda yang emosional. Apa yang membuat Boboiboy harus memaksanya untuk kembali beristirahat. Dan apa yang ingin Fang tanyakan pada kedua orang tuanya. Tapi para peri menahan segala pertanyaan karena tak ingin membuat Boboiboy membuang waktu istirahatnya demi menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.


Malam yang ditunggu tiba.

Fang telah siap dalam seragam sekolahnya tak lagi emosi seperti pagi tadi. Ia hanya diam dan berjalan menuruni tangga, menemui kedua orang tuanya yang telah duduk dalam ruang makan. Tersenyum lebar menyambut anak mereka.

Elly memberi pelukan pada kedua remaja kesayangannya sebelum Fang dan Boboiboy duduk bersama mengelilingi meja yang telah tersaji makan malam buatan Boboiboy.

Suasana makan malam yang hangat justru meredam amarah Fang. Ia tak lagi kesal pada kedua orang tuanya yang menyembunyikan sebuah rahasia di loteng.

Tentu saja dengan sifat Fang yang tiba-tiba menjadi pendiam membuat Hao bertanya.

"Fang, kau baik-baik saja? Apa kau sakit?"

Yang ditanya hanya menggeleng.

Boboiboy hanya memandangi kekasihnya dalam diam. Menunggu apakah Fang akan menanyakan perihal lukisan di loteng atau tidak. Tak biasa rasanya makan malam dengan sang putra werewolf tanpa suara. Elizabeth semakin cemas.

"Fang, kau tak biasanya pendiam seperti ini. Apa terjadi sesuatu, sayang?"

Senyuman singkat menjawab, "Aku baik-baik saja. Ayo, Boboiboy. Sudah waktunya kita berangkat."

Hao dan Elizabeth terus memandangi kedua remaja yang kini meninggalkan gerbang bersama seekor burung hantu Bott.

Insting Elizabeth sebagai seorang ibu mengundang pertanyaan di benaknya, "Apa Fang baik-baik saja? Dia begitu pendiam. Aku merasa ia menyembunyikan sesuatu."

"Kita tunggu saja hingga ia mau bicara atas keinginannya sendiri. Jika kita memaksa bisa saja ia menutup diri."

Elly mengangguk menyetujui saran suaminya.

Suami istri Lang akhirnya memasuki kastil meninggalkan teras depan yang sunyi dihembus angin malam.

.

.

.

TBC


Aaaaaa! Thank you buat yang udah nyempetin baca and review! Aku sempet ngira nggak bakal ada yang inget atau bahkan bakal review, since udah lama aku lupa dengan segala ff yang menjadi PR ini xD

Salam buat pembaca baru! Semoga ff ini menghibur kalian ^^

Udah bisa ketebak yah siapa abangnya Fang xD

Semoga ff ini bisa dilanjutkan dalam waktu dekat sehingga nggak membuat kalian menunggu lagi ^^

Sekali lagi, terima kasih atas review dan perkenalan teman-teman sekalian! ^^7