Disclaimer: I do not own Shokugeki No Soma


Chapter One

She Who Doesn't Understand Love


Erina tidak pernah mengerti apa yang membuat teman-temannya tertawa dan begitu bersemangat saat mereka sudah membicarakan topik 'cowok'. Tentu Erina sudah banyak membaca shoujo manga dimana endingnya si peran utama akan menyatakan cinta dan mereka langsung p-paca-pa—ugh, dia bahkan terlalu malu untuk memikirkannya. Erina juga kadang melihat beberapa pasangan yang bergandengan tangan di jalanan, dan bahkan dirinya pernah melihat Alice dan si Kurokiba ci-ci-….. melakukan hal tak beretika yang mana jika Nakiri Soe mengetahuinya, bisa dipastikan Kurokiba akan ditendang keluar dari kediaman Nakiri.

Sudah sewajarnya kalau pada tahap ini mereka akan tertarik pada lawan jenis, bereksperimen dan mencoba sesuatu yang baru, setidaknya itu yang Alice katakan saat Erina memergoki sepupunya dan Ryou berduaan di kamar tidur. Entah karena kebetulan atau karena kalimat konyol yang selalu Alice katakan, teman-teman perempuan mereka kini bersikap lebih berani, mungkin cenderung lebih agresif, terhadap laki-laki yang mereka sukai.

Kutuklah Alice dan nasihat cintanya yang berlebihan.

Erina tahu ini sudah tahun ketiga mereka di sekolah dan hanya sekarang lah kesempatan terakhir bagi semuanya untuk mendapatkan pacar dan menikmati masa muda. Tapi… apa salahnya jika tidak pernah mempunyai kekasih saat sekolah? Hanya tersisa tiga bulan sampai kelulusan mereka di bulan Maret nanti dan menurut Erina, waktu yang tersisa lebih baik dimanfaatkan untuk memikirkan karir atau kuliah daripada hal-hal romantis tak berguna.

Tentu saja itu bukan berarti Erina sok menasihati orang-orang di sekelilingnya, ia menghargai dan mendukung kehidupan cinta mereka, karena bagaimana pun juga itu bukan haknya untuk mencampuri perasaan orang lain. Seperti saat Erina membantu Ryoko untuk memberikan privasi saat ia dan Shun memasak bersama di dapur, Erina berusaha keras agar tidak ada siapapun masuk dan harus berdebat keras dengan Fumio. Atau ketika Alice merasa kesal pada Kurokiba dan Erina lah yang menjadi target kejengkelan Alice dan harus menemani sepupunya itu belanja seharian. Dan tak sekali pun Erina pernah protes.

Erina melihat bagaimana raut wajah mereka yang berubah saat berhasil menarik perhatian orang yang disukai, rona kemerahan saat mengobrol dan gestur-gestur kecil yang tanpa sadar mereka lakukan, seperti memainkan rambut, tertawa pada sesuatu yang sebenarnya tak lucu, atau senyum yang tak pernah lepas dari wajah setiap pasangan. Erina melihat semuanya.

Meskipun begitu dia masih tidak mengerti. Erina masih tidak paham apa yang membuat teman-temannya begitu bersinar.

Apa mempunyai orang yang disukai membuat kita bahagia?

Sejak tahun pertamanya di Totsuki, sudah tak terhitung berapa laki-laki yang menyatakan cinta pada Erina. Mungkin sudah lebih dari seratus penolakan juga kebingungan yang Erina rasakan. Tapi meskipun begitu, setidaknya dia tahu apa yang sebagian besar laki-laki pikirkan saat mereka menyukai seseorang.

.

.

Kenapa kau menyukaiku?

Erina kadang bertanya dan sebagian besar menjawab sama.

Kau sangat cantik.

Erina sudah mengetahuinya.

Aku mengagumimu, kau sangat hebat dan juga cerdas.

Lalu?

Hatiku selalu berdebar-debar saat melihatmu.

Mungkin kau harus pergi ke dokter.

Cinta tidak butuh alasan.

Konyol.

.

.

Erina menghela napasnya. Topik ini selalu membuatnya sakit kepala. Dia lebih memilih berkutat di belakang meja dan mengurus semua dokumen yang merupakan tugas Elite 10. Tapi tentu saja, Alice tidak membiarkannya dan malah menyeret Erina ke dalam situasi yang merepotkan.

Erina, memakai piyama tidurnya, duduk bersandar pada kaki tempat tidur sambil memeluk boneka beruang besar yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Ini seperti perlindungan dirinya, menggambarkan bahwa ia membangun dinding pemisah antara dirinya dengan dunia luar dan berharap tidak ada siapapun yang menganggunya.

Topik ini lagi, 'cowok'.

Alice mengundang beberapa teman perempuan mereka untuk menginap di kediaman Nakiri, sesuatu yang sudah rutin dilakukannya setiap bulan. Mereka akan membahas hal-hal cewek (make-up, fashion), gosip-gosip tak masuk akal dan tentu saja, mereka juga akan pamer tentang semua hal romantis yang pernah mereka alami juga deretan 'aaahhh' yang mengikuti ketika selesai bercerita.

Dan itu berlangsung sepanjang malam.

"Kami berjanji untuk menghabiskan waktu bersama saat malam Natal."

"Hadiah apa yang harus kuberikan padanya? Apa mungkin kue? Atau syal?"

"Dia terlalu sibuk Natal nanti. Mungkin aku akan menelponnya saja."

"Kalian beruntung. Dia tidak akan melakukan apa-apa kecuali aku memaksanya."

Erina pikir dirinya akan mati kebosanan. Dia hanya berharap mereka semua tidak menyadari keberadaannya dan memaksanya untuk ikut bicara. Megumi dan Hisako paham tentang keengganan Erina dan tidak memaksanya. Tapi sepertinya Alice tidak menyadari sinyal yang diberikan Erina—atau mungkin dia hanya pura-pura—dan ketika dirinya melihat kilauan di mata Alice, Erina merasakan firasat buruk.

"Hei, Erina!" Alice memanggilnya. Oh, sial. "Ada rencana malam Natal nanti?"

Dengan berat hati Erina menurunkan boneka beruang yang menutupi wajahnya dan menjawab singkat. "Tentu, menghadiri pesta Natal dengan Ojiisama."

Kakeknya memang belum mengatakan apa-apa, tapi itulah yang setiap tahun Erina lakukan. Sebagai pewaris Nakiri dia berkewajiban untuk menghadiri acara-acara formal sekaligus membangun relasi penting.

"Membosankan," Alice mendengus kesal, entah ditujukan pada siapa. "Tujuh belas tahun dan kau selalu melakukan hal yang sama."

"K-Kupikir itu mengagumkan." Megumi membuka suara. "Erina-san selalu mendahulukan kepentingan keluarganya dibanding kesenangan pribadinya. Itu tidak mudah."

Erina sedikit malu mendengar Megumi membela sekaligus memujinya, meskipun ia merasa kalau pernyataannya tersebut terlalu berlebihan.

Seperti tahu apa yang sepupunya pikirkan, Alice cepat-cepat menambahkan. "Kau salah paham, Megumi-chan. Ojiisamatidak pernah memaksa Erina datang ke pesta Natal bersamanya. Malahan Ojiisama ingin Erina menghabiskan waktu liburannya bersama teman-teman yang lain."

Semakin Alice bicara, semakin Erina ingin menendang gadis berdarah Denmark itu ke kutub utara. "Alice!" Ia memperingatkan.

Alice tidak mengubris dan Erina tahu kalau dirinya tidak akan bisa lepas dari jebakan yang Alice buat. Dan terbukti, kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Alice membuktikan dugaan Erina.

"…dengan kata lain itu hanya alasannya untuk menolak ajakan kencan pas Natal nanti."

Tuh kan?

"Tidak ada hubungannya." Erina mempertegas. "Aku hanya tidak mau Ojiisama sendirian."

"Tahun lalu Ojiisama tidak bisa datang karena ada pekerjaan dan kau tetap bersikeras menghadiri pesta! Kenapa?"

"K-Kita sudah pernah membahasnya." Erina melipat kedua tangannya. "A-Aku cuma mau mewakili Ojiisama sebagai bagian dari keluarga Nakiri. Ya, itu saja."

Alice memutar kedua bola matanya bosan, ia sudah menduga jawaban Erina. "Fine! Tapi tahun ini aku tidak akan membiarkanmu melakukannya. Natal kali ini berbeda!"

"Dan atas dasar apa kau bisa memaksaku?"

Hisako yang melihat pertengkaran antar sepupu di depannya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, bukan sekali ini saja mereka beradu argumen. Hisako tahu kalau Alice bermaksud baik, tapi Hisako tidak ingin memaksa Erina melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya.

"Sudah cukup, Alice-sama." Ucap Hisako.

Dalam hati Erina bersyukur karena ada satu orang lagi yang berada di pihaknya. "Hisako, terima ka-"

"Lagipula Erina-sama tidak punya siapapun untuk diajak."

JLEB!

Ryoko yang dari tadi mendengarkan tertawa kecil. "Aku yakin Erina punya alasan tersendiri untuk itu. Mungkin dia sedang menunggu seseorang mengajaknya?"

Bahkan Ryoko ikut menggodanya, Erina benar-benar tak habis pikir. Apa mereka bersengkokol untuk memojokkannya sampai dia menemukan orang yang disukai? Erina sampai tidak tahu harus berkata apa.

"Apa maksudnya?" Tanya Erina tidak paham.

"Maksudku adalah, apa kau menyembunyikan kisah cintamu dari kami?" Ryoko bertanya lagi dengan nada penasaran.

"Huh?"

"Ah, sepertinya aku tahu." ucap Hisako. "Kau ingin bertanya tentang itu bukan?"

"Tapi bukankah itu hanya rumor?" Tanya Megumi heran.

"Rumor apa?" Erina mengerutkan kening bingung. Apa di Totsuki ada semacam rahasia yang semua orang tahu kecuali dirinya?

"Kupikir kita sudah sepakat untuk tidak membicarakannya." Megumi memperingatkan yang lain.

"Tapi sekarang satu-satunya kesempatan untuk mengkonfirmasi langsung ke Erina." Alice lah yang nampak paling bersemangat. Dia meletakkan tangannya di bahu Erina dan berkata mantap. "Kau bisa bercerita apapun pada kami!"

Erina tidak bisa menangkap pembicaraan mereka, dia menatap Yuki yang dari tadi hanya tersenyum mencurigakan ke arahnya. Seolah-olah dia sedang meneliti ekspresi yang Erina tunjukkan. Erina berusaha untuk memasang wajah datar terbaiknya.

"Dengar," Erina memberi penjelasan. "Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan tapi bisakah kalian memberitahuku rumor apa yang kalian dengar?"

Ryoko tertawa kecil melihat wajah kebingungan Erina. "Sebenarnya rumor ini sudah menyebar sejak musim panas kemarin, kami pikir kau sudah tahu dan tidak ingin membahasnya."

"Dan kami juga ingin menghormati privasi kalian." Megumi menambahkan.

Kalian? Sebenarnya ada berapa orang yang terlibat dalam rumor konyol yang tak pernah sekalipun Erina dengar? Dan lagi kenapa ini menyebar saat musim panas? Dia tidak ingat pernah melakukan sesuatu yang bisa membuat rumor tentang dirinya menyebar. Erina hanya melakukan tugasnya seperti biasa, mengunjungi berbagai macam restoran untuk menyicipi makanan, mengurus banyak dokumen tentang Pemilihan Musim Gugur, sesekali ke kolam renang bersama para gadis dan…

Eh? Apa mungkin… wajah Erina memucat.

Sebelum Erina bisa membela diri dan mengatakan kalau mereka tidak ada hubungan apa-apa, tiba-tiba Yuki sudah berdiri dari posisi duduknya dan satu tangannya menunjuk ke arah Erina, tangannya yang lain di pinggang.

"YA, BENAR!" Yuki berteriak lantang. Entah apa hanya perasaannya saja atau Erina melihat aura hitam di sekeliling tubuh gadis berambut oranye itu. "RUMOR TENTANG KURSI PERTAMA DAN KEDUA YANG TERLIBAT DALAM SEX SCANDAL! APA ITU BENAR?"

"HAAAHHH?"

Bukan hanya Erina saja yang terkejut, melainkan semua orang yang ada di sana kecuali Alice dan Yuki.

"Tidak ada kata seks dalam rumor." Ryoko angkat bicara, sedikit kasihan pada Erina yang sepertinya akan pingsan setelah mendengar ucapan Yuki.

"Bagiku sama saja." Yuki mengangkat bahu ringan.

"Sangat berbeda." Hisako melempar tatapan tajam pada Yuki. Dia tidak ingin kepolosan Erina terenggut setelah mendengar kata vulgar tadi.

Yuki terkekeh, agak takut dengan tatapan mengerikan Hisako. Ia menatap ke arah Erina—yang terlihat seperti jiwanya baru saja keluar. "Gomen Erina-chii. Maksudku adalah rumor yang bilang kalau kalian pacaran."

Erina masih belum pulih, matanya seolah berputar-putar, tidak sepenuhnya mengerti apa yang sekelilingnya ucapkan. Seks? Pacaran? Kalian? Apa maksudnya ia dan..

Kenyataan terlalu sulit untuk dipahaminya.

Seakan ingin memperjelas, Alice mengatakan sesuatu yang membuat Erina akhirnya tersadar. "Yukihira Soma menjalin hubungan khusus dengan Nakiri Erina. Begitu rumor yang kami dengar."

"T-Tidak mungkin." Erina membantah keras, bayangan tentang dirinya dan Yukihira melakukan hal-hal romantis seperti pasangan lain membuatnya ingin tertawa. "Dari mana sebenarnya rumor bodoh ini?"

"Musim panas lalu," Megumi menjelaskan. "Ada yang melihat kalian berdua menonton hanabi saat festival."

Erina tidak menampik ucapan Megumi, Yukihira memang mengajaknya untuk pergi ke festival bersama, tapi itu hanya karena taruhan bodoh yang mereka lakukan saat duel memasak, dimana Erina harus mentraktir penuh Yukihira selama seharian penuh jika dirinya kalah.

"Kalian juga sering terlihat bersama akhir-akhir ini, saat berangkat, jam istirahat bahkan pulang sekolah." Ryoko menambahkan.

Itu bukan keinginan Erina, salahkan pihak Totsuki yang menyusun jadwal mereka, dan itu benar-benar sama. Apa ini semacam konspirasi untuk mendekatkan dirinya dengan Yukihira?

"Aku juga pernah melihat kalian bisik-bisik di belakang kelas." Goda Yuki.

"Kalian salah paham!" Nada Erina meninggi, dia tidak bisa membiarkannya, ia tidak ingin orang-orang mengira jika ia dan Yukihira pacaran. "Lagipula bukan hanya aku yang menghabiskan waktu dengannya. Kalian juga pernah, kan?"

"Memang, tapi kau satu-satunya yang dirumorkan dengannya." Ucap Alice yakin.

"Kenapa aku?"

"Tentu saja karena Yukihira menyukaimu, Erina-chii." Yuki menjawab polos.

BLUUSSHHHH!

Pipi Erina merona merah dan menemukan dirinya tak bisa bersuara. Meskipun begitu, dia tidak akan berdiam diri dan membiarkan mereka semua menggodanya. Tidak, ia akan membuktikan kalau mereka salah.

"Hubunganku dengan Yukihira-kun hanya sebatas teman. Dia tidak punya perasaan apa-apa padaku dan… aku tidak menyukainya! Sungguh."

"Tapi semua orang tahu kalau kalian berdua pasti akan bersama pada akhirnya. Itu sudah jelas." Ucap Ryoko, seakan itu adalah fakta yang sudah diketahui semuanya.

"Tidak bagiku, karena aku dan Yukihira-kun tidak akan pernah lebih dari teman. Dia… bukan tipeku."

"Kebanyakan orang tidak menikahi tipe idealnya." Komentar Alice.

Erina hampir menjambak rambutnya sendiri karena frustasi, tidak ada siapapun yang ingin mendengar penjelasannya. Jika terus begini dia tidak akan bisa menjalani tahun ketiganya dengan tenang. "Ingin kubuktikan?"

"Oh, apa kau ingin bertaruh?" Tanya Alice semangat.

Erina tahu kalau ini konyol dan tidak seharusnya dia mengikuti permainan Alice, tapi ia tak bisa menahan diri. "Akan kubuktikan kalau aku dan Yukihira-kun tidak memiliki perasaan apa-apa, dan kalau aku menang kalian harus menghentikan rumor ini bagaimanapun caranya."

"Kita lihat nanti," Alice berkata yakin. "Tapi bagaimana kalau kami menang?"

Melihat kilauan di mata Alice, Erina merasa dirinya akan menyesali kata-katanya nanti.


TBC