Oedipus? Or Psycho?

Declaimer : Member NCT milik orang tua mereka masing-masing, SM Entertainment dan Tuhan Yang Maha Esa. Saya hanya meminjam nama tidak lebih.

Pair : WinYu slight TaeYu

Genre : AU/Incest/Smut/Angst/Triller

Warning : Fic ini mengandung extream BxB, dan TYPO.

...

Haechan memasuki pekarangan rumah keluarga Qian. Saat ini ia sendirian, tidak bersama Youngho. Karena lelaki tinggi itu telah mengusirnya keluar dari mobil begitu mereka sampai. Sebenarnya Haechan ingin mengumpatinya, tapi mau bagaimana lagi ia kan hanya menumpang.

Mereka berdua memisahkan diri, dan memutuskan untuk kembali bertemu di dalam kamar Kun setelah mendapat ijin dari kedua orang tuanya, tentu saja tanpa sepengetahuan siapapun.

Orangtua Kun sudah tahu perihal kedatangan mereka, karena Youngho telah memberi tahu kedua orangtua Kun jika mereka akan datang ke sana untuk melayat sekaligus sebagai tindakan penyelidikan. Mereka berdua menggeledah kamar besar itu. Mulai dari sudut ruangan sampai ke dalam kamar mandi.

" Hyung, di mana anak buahmu? Dan kenapa kau tidak memakai seragammu?" Hardik Haechan tanpa perlu melihat sang lawan bicara. Begitupula dengan Youngho yang lebih memilih untuk fokus dengan isi dari lemari besar berisi cukup banyak pakaian yang digeledahnya.

" Orang-orang akan takut jika mereka semua datang kemari bocah. Oh, dan aku ini orang yang sangat fashionable, mana mungkin aku menggunakan seragam polisi saat melayat? Ya, yang jelas aku ingin tetap terlihat keren." Dan Haechan hanya dapat memutar kedua bola matanya.

Mereka berdua kembali fokus kepekerjaan masing-masing. Youngho yang sekarang nampak mengbongkar laci di dalam lemari Kun yang letaknya cukup tersembunyi. Sedangkan Haechan berkutat dengan komputer di depannya.

Haechan mengernyitkan keningnya. Terdapat satu folder dengan nama yang cukup lucu di dalam komputer ini ' Bae' lucu kan? Dan tentu saja bersandi, tidak mungkin Kun membiarkan apa yang dianggapnya rahasia disimpan begitu saja tanpa adanya keamanan. Haechan tahu, pikirannya terlalu peka untuk masalah seperti ini. Sudah jelas ini yang sedang ia cari. Walaupun Haechan akan tertawa setiap membaca nama foldernya yang terkesan menggelikan. Siapapun, tolong pukul Haechan sekarang.

Pemuda tan itu menghela napas sebentar, meregangkan tangannya sesaat lalu kembali menekuni pekerjaannya. Mencoba untuk memecahkan sandi folder ini.

ERROR. "Apa-apaan ini?" Pemuda tan itu mengucapkan sumpah serapah dalam hati saat apa yang dilakukannya hanyalah sia-sia. Ia mencobanya lagi, bahkan sekarang ini adalah uji cobanya yang ke sepuluh kali. Dan tetap saja semuanya tak membuahkan hasil.

" Chan? Ada petunjuk?" Tanya Youngho yang kini menghampiri Haechan dengan membawa kotak coklat besar, lalu dipangkuannya.

" Sedang kucoba, komputer ini sepertinya ingin mengajak aku berkelahi. Hyung sendiri?" Jawab Haechan dengan ketus. Ia masih kesal dengan kegagalannya ternyata. Bagaimana mungkin orang jenius sepertinya gagal hanya karena sandi komputer? Bukankah itu sangat menggelikan?

" Aku dapat tapi aku tidak yakin." Katanya ragu. Lalu Haechan menoleh ke arahnya, pemuda tan itu dapat melihat kotak coklat besar di pangkuannya.

Mereka berdua mengeluarkan beberapa isi berukuran besar yang ada dalam kotak itu. Tidak terlalu spesial, hanya ada kotak pensil, buku tipis, dan sisanya hanyalah isi pulpen yang sudah kosong.

Haechan mengambil buku tipis bersampul ungu polos itu. Dan mulai membacanya, Haechan mengernyitkan alisnya, tak ada yang spesial. Kertas ini hanya berisi rancangan kegiatan sehari-hari. " Tunggu." Haechan kembali memeriksa buku itu untuk kesekian kalinya, mencoba untuk lebih peka dengan apa yang dilihatnya saat ini.

" Apa maksudnya WL? Hyung coba lihat kotak pensilnya." Youngho menyerahkan kotak pensil yang di pegangnya pada Haechan.

" Hyung, coba tumpahkan semua isi kotak itu. Dan cari apapun yang menurut hyung mencurigakan." Youngho mengangguk, sepertinya Haechan mengetahui sedikit petunjuk.

Youngho mengambil kotak yang penuh akan isi pulpen kosong itu. Lelaki tinggi itu berjongkok di lantai, dan menumpahkan semua isi dalam kardus itu. Tidak ada yang aneh, hanya ada isi pulpen bekas dan selembar foto. Benar-benar hanya selembar dan tidak ada yang lain.

Sedangkan Haechan, pemuda tan itu kembali menghadap ke layar komputer di depannya. Di atas meja terdapat buku yang terbuka lebar, dan isi kotak pensil yang berserakan.

" Youngho hyung, apa yang kau dapatkan?"

" Foto."

" Berikan padaku." Haechan membalik foto itu di bagian belakang, kosong tidak ada apa-apa. Hanya ada ada dua huruf tertera di pojok kanan bawah. Namun entah kenapa, foto itu mengingatkannya kepada seseorang. Sesorang yang sangat dikenalnya namun sudah lama juga tak pernah dilihatnya semenjak kepindahannya ke Jeju 7 tahun yang lalu. Haechan mencoba untuk menormalkan pikirannya. Haechan adalah tipe orang yang percaya di dunia ini ada 7 manusia dengan wajah yang sama. Sudah pasti itu bukan dia?

" WL. Aku tidak tahu WL ini apa dan siapa. Tapi ini sangat aneh, setiap lembar buku ini tertulis huruf yang sama. Di pensil ini juga ada ukiran WL. Bahkan di penghapus dan bagian dalam kotak pensil. Dan ini, dia bahkan menandai huruf W dan L dengan spidol kuning di keyboard. Ah aku tahu." Haechan kembali menghadap ke layar komputer. Jemarinya dengan lincah menari di atas keyboard, ekpresinya tampak serius dengan alis menekuk tajam, membuat Youngho hanya dapat menatapnya dengan pandangan yang serius pula.

ACCEPTED. " YESSSS." Hachan berdiri dari kursinya dan tertawa seperti orang gila saking senangnya. Membuat Young menatapnya dengan pandangan aneh. Haechan memang sangat aneh, Youngho akui itu.

"AHAHAHA AKU MEMANG JENIUS."

" Sudah tahu dan berhenti tertawa bocah, kau membuat gendang telingaku hampir pecah. Cepat kerjakan pekerjaanmu!" Kata Youngho, membuat Haechan mendengus kesal. Pemuda tan itu menjulurkan lidahnya mengejek Youngho sebelum kembali duduk dan menekuni pekerjaannya. Membuat Youngho terkekeh pelan.

" Ini diary?" Tanya Youngho.

" Benar." Jawab Haechan singkat dan kini mereka membaca semua tulisan yang ada di sana. Mencoba mencermati setiap kata dan kalimat yang tertera.

16 April 2017

Dia terlihat sangat aneh akhir-akhir ini. Winwinie, apa aku memang sudah tak berarti untukmu sampai-sampai kau tak ingin bercerita padaku? Aku tahu kita hanyalah mantan kekasih, tapi tidak bisakah kau sedikit terbuka? Bukankah kau sendiri yang bilang kalau kita ini teman? Apa aku terlalu membebani pikiranmu? Maaf aku tidak bermaksud. Aku harus bicara dengannya besok.

" Hyung, apa kau menyadari sesuatu?" Youngho menatap Haechan yang juga menatapnya dengan pandangan kosong. Membuat Youngho mengernyit tak mengerti dengan pemuda itu.

" Ini ditulis sehari sebelum Kun sunbae mati. Tanpa perlu memerhatikan lebih telitipun pasti hyung sudah tahu, jika setiap tanggal di file itu tertuliskan nama Winwin. Mungkinkah dia orangnya?" Tanya Haechan, sedangkan Youngho hanya diam menengarkan.

" Apa ada orang bernama Winwin di sekitarnya? Oh, apa WL ini adalah nama lengkap Winwin?" Tanya Youngho lagi, lelaki itu seraya membaca file berupa diary di hadapannya.

" Ada."

" Apa?"

" Aku tak begitu yakin, tapi jangan salahkan memori jangka panjangku yang sangat mengerikan ini. Hyung ingat saat aku menyuruhmu meminta data semua murid di sekolah?" Tanya Haechan dan Youngho mengangguk.

Haechan memang menyuruh Youngho pagi-pagi buta sekali, lebih tepatnnya jam 2 pagi untuk datang kerumahnya dengan membawa data semua murid di sekolah yang akan ia tempati. Dan berkat data-data murid yang diberikan Youngho padanya itu, ia jadi tahu bahwa ia satu sekolah dengan sepupunya.

Haechan memejamkan matanya sesaat, ia harus tetap profesional. " Aku tidak ingin menuduhnya. Tapi, bisahkah kita menyelidiki Winwin Lee, Kim Doyoung dan Jung Jaehyun setelah pemakaman nanti? Aku butuh mendengar alibi mereka" Haechan merasa was-was, pikirannya mulai melayang kemana-mana.

" Tunggu Chan, aku tahu jika Winwin Lee ini terlihat sedikit mencurigakan bahkan dari fotonya. Tapi dua orang yang lain, siapa mereka?" Haechan tertawa kecil, ia tahu Youngho sangat bingung sekarang.

" Mereka berdua ini sahabat Qian Kun dan Winwin Lee. Kim Doyoung ini sahabat Qian Kun, sedangkan Jung Jaehyun ini adalah sahabat dari Winwin Lee sekaligus kekasih dari Kim Doyoung. Bisa saja Kun sunbae dan Winwin sunbae bisa dekat karena dua orang ini" Haechan menghentikan ucapannya hanya untuk melihat ekpresi Youngho yang tengah menekuk alisnya.

" Darimana kau dapat informasi seperti itu?" Youngho memang polisi tapi ia tak mendapatkan informasi sedetail ini. Bagaimana mungkin Haechan bisa?

" Asal hyung tahu saja, sebagai detektif aku punya banyak sekali mata dan telinga. Jaringan informasiku sangat akurat, tapi aku malas hanya sekedar untuk mencaritahu. Makanya tadi pagi aku menyuruh hyung membawa data murid. Ya itu tadi aku malas mencarinya sendiri."

Jelasnya santai yang berhasil membuat kepala yang lebih tua berasap menahan kekesalan. ' Dasar setan kecil.' Gerutu Youngho dalam hati

" Terkadang kita memang butuh pikiran jahat di saat seperti ini hyung. Seperti memancing ikan, kita butuh umpan untuk menangkapnya. Hyung tahu maksudku?" Tanya Haechan dan Youngho seketika menganggukan kepalanya, Haechan memang tak menjelaskan apapun tapi ia sangat mengerti apa yang pemuda tan itu maksudkan.

" Kita gunakan Jung Jaehyun dan Kim Doyoung sebagai umpan." Haechan mendekat, berbisik di telinga Youngho begitu mendengar suara gaduh di luar sana.

" Aku akan menghungungi Lee Taeyong, jangan bertanya aku mendapatkan nomornya dari mana kalau hyung ingin tahu Lee Taeyong ini siapa, dia adalah ayah dari Winwin Lee. Dan kerahkan anak buahmu untuk menggeledah rumah Winwin Lee sekarang juga. Usahakan untuk tidak menimbulkan kekacauan sedikitpun. Kita tetap di sini, lagi-lagi aku merasakan firasat buruk." Youngho mengangguk.

Mereka hendak melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. " KYAAAAAAAA." Sebelum mereka berdua dikejutkan dengan suara perempuan dari dalam rumah ini.

' Semoga bukan dia pelakunya kumohon.'

.

.

Doyoung menghentikan langkahnya untuk sekedar menengok ke belakang, namun tak ada siapapun. Entahlah, perasaannya menjadi tidak enak sejak ia pamit dari teman-temannya untuk pergi ke kamar mandi. Doyoung hanya ingin mencuci muka, wajahnya kusut dan matanya sembab akibar terlalu banyak menangis.

Doyoung mengendikkan bahunya mencoba untuk mengabaikan hawa dingin yang tiba-tiba muncul di sekitarnya. Dan kembali berjalan ke arah kamar mandi rumah Kun. Rumah ini cukup sepi, karena semua orang saat ini tengah berkumpul di depan, sedangkan letak kamar mandi berada dekat dengan dapur di bagian belakang rumah. Lima menit lagi, jenazah Kun akan dimakamkan.

Doyoung segera menutup pintu kamar mandi begitu sampai. Dan berjalan ke arah wastafel untuk mencuci mukanya dengan sabun.

KRIET. " Siapa di sana?" Doyoung tak dapat melihat, pandangannya agak sedikit buram tertutup busa sabun. Dengan buru-buru Doyoung membilas wajahnya. Saat ia mendongak ke kaca besar di depannya, ia hanya dapat membulatkan matanya.

" Hai Doyoung hyung." Di belakangnya bediri Winwin yang saat ini tengah memegang tali tambang besar, palu dan gergaji. Untuk apa dua benda itu? Doyoung tak tahu, tapi yang jelas ia merasakan firasat sangat buruk saat melihat apa yang dibawa Winwin saat ini. Lagipula, sejak kapan Winwin berada di sana?

Doyoung memundurkan tubuhnya, menghindari kontak fisik dengan Winwin yang kini tersenyum aneh ke arahnya. Senyumnya terasa dingin dengan sinar mata yang berkilat mengerikan.

Doyoung segera berlari ke arah pintu, namun saat ia ingin membukanya pintunya terkunci.

" Mencari ini kelinci manis?" Doyoung membulatkan matanya, bagaimana bisa kunci itu ada di tangan Winwin?

Winwin menaruh peralatannya di atas wastafel, dan menatap Doyoung dengan tatapan merendahkan. Winwin mendekat, Doyoung mundur sebisa mungkin dan mengambil benda apapun yang ada di dekatnya dan melemparkannya pada Winwin, namun pemuda itu menghindarinya dengan baik. Membuat Doyoung panik setengah mati.

" Apa maumu?" Doyoung memasang kuda-kuda, ia mantan atlet karate semasa SMP dulu, jadi ia berusaha melawan Winwin sebisanya.

" Tentu saja membunuhmu memangnya apa lagi?"

" Apa maksudmu?" Doyoung tak mengerti sungguh.

" Bukankah kau ingin bertemu sahabat kesayanganmu? Seharusnya kau bahagia karena aku dengan senang hati mau mengantarkanmu ke neraka untuk menemuinya." Kata Winwin masih dengan seringai anehnya.

" K-kau yang membunuhnya?"

" Memang. Dia memangguku sih." Katanya santai. Doyoung tak habis pikir, bagaimana mungkin orang di hadapannya ini bisa sekejam itu.

Orang yang sangat dicintai sahabatnya melebihi apapun, orang yang dapat membuat sahabatnya tersenyum dan menangis setelahnya. Orang yang dapat merubah pribadi sahabatnya yang sangat pendiam menjadi ceria. Orang yang tak lain adalah pemuda berdarah dingin di depannya ini. Doyoung geram, ia ingin menghajar Winwin saat itu juga.

" Dasar brengsek." Doyoung menerjang Winwin dengan pukulannya, namun Winwin dapat menghidari pukulan Doyoung yang tiba-tiba di arahkan padanya dan menghindar dengan mudah. Doyoung kembali memukulnya namun Winwin masih dapat menangkisnya.

Winwin membalik keadaan, kini ia yang menyerang Doyoung dengan membabi buta, membuat Doyoung sedikit kualahan. Pemuda kelinci itu sesekali mengamati celah kosong yang ada, dan tersenyum dalam hati begitu ia mendapatkan kesempatan untuk mengalahkan Winwin dalam sekali tumbang.

BUGHT. " Uhuk." Hingga akhirnya tendangan Doyoung mengenai perut bagian kanannya, membuat Winwin tersimpuh di lantai dengan disetai batuk yang mengeluarkan darah. Sangat tepat sasaran, Doyoung menendang palung hatinya.

Doyoung segera mengambil kunci pintu kamar mandi yang terjatuh di dekat Winwin. Dan segera berlari ke pintu untuk membukanya, namun saat ia ingin memasukkan kunci itu ke lubang.

BUGHT BRAK. Winwin meembenturkan kepalanya bagian kirinya dengan sangat keras ke dinding, membuat tubuh Doyoung tumbang begitu saja.

Doyoung masih dalam batas kesadarannya saat Winwin menarik tangannya dan membenturkan kepalanya ke dinding berkali-kali. Darah segar terciprat kemana-mana, dan mengalir begitu deras menutupi penglihatannya.

Doyoung merasakan tengkorak kepalanya retak. Pemuda kelinci itu ambruk saat ingin berdiri, kepalanya terasa ingin meledak dan tubuhnya mulai melemah. Apa Winwin memang berniat menghancurkan kepalanya, menghancurkan semua syaraf yang ada di otaknya?

Pandangan mata Doyoung mulai mengabur sekarang dan tubuhnya mulai tak bisa di gerakkan, efek samping dari benturan parah di kepalanya. Otaknya tak dapat memerintah tubuhnya untuk bergerak. Doyoung tak habis pikir, kenapa Winwin berani melakukan hal sekejam ini.

" Lemah." Winwin mengambil peralatannya, dan mendekati tubuh Doyoung yang kini terkapar tak berdaya. Doyoung ingin menangis, namun air matanya sudah tak sanggup lagi untuk keluar.

" K-kenapa? Kenapa kau melakukan semua ini?" Suara itu terdengar sangat lemah, jika Winwin tak fokus mungkin ia tak akan mendengarnya.

" Kenapa ya? Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Kau hanya seorang pengganggu." Winwin mengatakannya dengan riang di awal kalimat, namun nada bicaranya berubah menjadi sangat dingin saat ia menyelesaikan kalimatnya.

Winwin tak punya banyak waktu, ia tahu jika kesadaran pemuda kelinci itu semakin menipis, namun sebelum itu semua terjadi. Winwin dengan segera mengikat tubuh kekasih sahabatnya itu, begitu juga dengan mulut dan matanya yang telah Winwin ikat dengan kain yang ia sembunyikan di dalam saku.

" Hyung tahu tidak apa yang biasa dilakukan oleh pekerja di rumah pemotongan hewan?" Winwin berjongkok dan berbisik di telinga kanan Doyoung. " Mereka menyembelihnya." Bisik Winwin, membuat tubuh Doyoung meronta dengan tanpa tenaga.

Winwin mengambil pisau bedah kesayangannya yang telah ia sembunyikan di bawah sepatunya, juga palu dan gergaji. Ia tak perlu menghawatirkan kakinya yang mungkin saja akan terluka. Sebelum datang kemari, Winwin sudah merancang sepatu ini agar bisa ia gunakan untuk menyembunyikan pisau, sejak jauh-jauh hari.

" Tapi bukankah akan terlihat sangat kejam jika aku menyembelih lehermu? Kau kan bukan binatang. Emm, bagaimana jika aku menusuk lehermu saja?"

" Enggggggt." Winwin tak hanya sekedar bertanya, tapi pemuda itu benar-benar menusuk leher pemuda yang terkapar di depannya.

" Ahahaha ini menyenangkan sekali. Bagaimana dengan yang di sini?" Winwin menusuk pipi kiri Doyoung, lalu pipi kanannya. Kemudian, memberikan sayatan memanjang di kedua tangan dan kakinya. Menusuk perutnya dan memutarnya seolah-olah tengah memutar polpen. Mencabutnya dan menusuknya lagi, Winwin juga menghujam kepala Doyoung dengan palu yang dibawanya, dilakukannya kegiatan berkali-kali sampai napas Doyoung kini benar-benar menghilang.

" Hmm tidak seru, padahal Kun hyung kemarin lebih lama dari ini." Pemuda itu mengambil gergaji yang di bawanya. Pemuda itu mengarahkan gergajinya ke lutut Doyoung, dan memotongnya. Benar, Winwin memang berniat memutilasi tubuh kekasih sahabatnya ini.

Winwin kembali memotong kaki yang lain dan kedua tangannya lagi memotongnya lagi menjadi dua bagian lebih kecil, entah kenapa ini terasa lebih menyenangkan dibandingkan dengan saat membunuh Kun kemarin. Doyoung memang cepat matinya dibandingkan dengan Kun, tapi memotong anggota tubuh orang seperti ini terasa sangat menyenangkan. Sangat memacu adrenalin, sensasinya seperti menaiki rollercoster.

Winwin berhenti, ia tak berniat untuk memotong semuanya. Tangan dan kaki itu sudah cukup menurutnya. Untuk apa ia membawa tali tambang jika semua bagian tubuh sunbaenya ini ia potong semua? Bukankah jika menggantungnya sebagian seperti menggantung daging babi di rumah jagal akan terlihat lebih seru?

Winwin berdiri, menatap tubuh Doyoung yang saat ini terlihat seperti pahatan seni di matanya. Winwin mengambil tali, naik ke atas wastafel dan segera mengingat tali itu di langit-langit kamar mandi yang tak tertutup plafon. Sangat menguntungkan untuk Winwin karena ia jadi tak perlu memaku tali itu.

Winwin mengangkat bagian tubuh Doyoung yang sudah tak begitu utuh, dan mengikat lehernya hingga tubuh itu bergelantungan seperti orang bunuh diri. Kemudian Winwin mengambil potongan tangan dan kaki yang berserakan di lantai, lalu memasukkannya ke dalam kotak hitam bersama dengan peralatannya yang digunakannya setelah ia cuci bersih, lalu memasukkan kotak itu ke dalam kantong plastik hitam besar.

Winwin keluar dari kamar mandi tanpa perlu untuk mengunci pintu terlebih dahulu, kemudian pemuda itu pergi ke halaman belakang rumah Kun. Memanjat pohon maple besar di belakang rumahnya, dan mengikat kantung itu di dahan tertinggi dengan daun paling rimbun. Tak akan pernah ada yang melihatnya.

Winwin turun dari pohon, ia melepas kemejanya dan membuangnya ke tempat sampah lalu membakarnya. Kini tubuh bagian atasnya berbalutkan kemeja lain yang tampak bersih dengan warna dan motif yang sama, dengan begini tak akan ada orang-orang yang akan curiga. Setelah semuanya selesai, Winwin berjalan untuk menemui Ibunya dengan wajah menunduk, matanya kembali merah dan berkaca-kaca. Winwin siap memulai aksinya kembali. Tanpa menyadari kecurigaan para polisi yang saat ini tengah menggeledah rumahnya.

TBC

Hai hai hai kalian semua. Gimana? Apa ini kurang sadis? Ini pendek? Gapapa yang penting kan masih bisa dibaca. Maaf ya untuk cerita yang membingungkan aku sendirinya aja bingung banget kenapa bisa bikin adegan kayak begini. Percayalah, otakku gak sekriminal itu hahah :v Tapi gapapa, semoga menghibur.

Spoiler garis keras, taeyong muncul di chap depan.

Terimakasih untuk KSYJaeyong, duabumbusayur, Jeon Wonnie, Lee9900, nadifarhhs, 100BrightStars, Kim991, Yuta Noona, Min Milly, kiyo.

Saya menerima kritik dan saran jadi jangan lupa read and review ya