Who's The Winner?

Cast: Do Kyungsoo x Kim Jongin Bertambah seiring berjalannya cerita

Rate: T (Untuk dibeberapa bagian bisa berubah M)

Warning! New author, GS, tulisan amburadul

Chapter 3

Ini pagi kedua Kyungsoo berada dikediaman Jongin. Walaupun begitu, ia tau Jongin harusnya sudah berada di ruang makan pukul delapan. Tapi hingga saat ini Jongin tidak menampakkan dirinya.

Kyungsoo berada didepan pintu kamar Jongin dan ia tidak mendengar suara sedikit pun dari arah dalam kamar. Padahal jarum jam sudah melewati angka delapan. Kyungsoo tau pasti Jongin tertidur karna pulang sangat larut semalam. Jongin tidak pernah memerintahkan Kyungsoo untuk membangunkannya jika terlambat bangun, tapi sangat salah jika membiarkan Jongin bangun kesiangan dan terlambat pergi berkerja. Jadi Kyungsoo memutuskan untuk membangunkan Jongin.

Awalnya Kyungsoo mencoba untuk mengetuk pintu beberapa kali dan memanggil nama Jongin, tapi tidak ada sahutan. Berarti Jongin benar-benar tertidur. Awalnya Kyungsoo merasa ragu untuk membuka pintu atau tidak, namun mengingat Jongin harus segera pergi berkerja Kyungsoo memberanikan dirinya untuk membuka pintu dan masuk dengan perlahan.

Pencahayaan kamar Jongin tampak redup karna tirai jendela yang belum dibuka. Sinar matahari menerobos masuk ke semua sudut kamar Jongin saat Kyungsoo membuka lebar tirai jendela.

Kini mata Kyungsoo dapat melihat jelas kondisi kamar Jongin. Sama sekali tidak berantakan kecuali disekeliling tempat tidur. Jas abu-abu dan dasi hitam yang pria itu kenakan semalam tampak tergeletak dilantai. Sedangkan si pemilik kamar tertidur dengan posisi terlentang diranjang. Kemeja hitam dan celana dasar abu-abu masih melekat ditubuhnya, bahkan ia tak melepas sepatu. Kyungsoo cukup terkejut melihat kondisi mengenaskan Jongin.

Ia mendekat untuk memungut jas dan dasi dilantai lalu meletakkannya diujung ranjang, melepaskan sepatu dan kaus kaki yang Jongin kenakan dari semalam. Kemudian Kyungsoo menjalankan niat awalnya. Membangunkan Jongin.

"Jongin-ssi, sekarang sudah pagi. Saya mohon bangunlah, anda sudah terlambat berkerja. Jongin-ssi.. Jongin-ssi.." Kyungsoo membangunkan tanpa melakukan apa-apa. Hanya bermodalkan suara lembutnya. Percayalah itu tak akan pernah berhasil jika kondisi Jongin seperti ini. Namun Kyungsoo tidak menyerah. Ia kembali mengulangnya beberapa kali dan Jongin tampak mulai bergerak. Kepalanya terangkat, matanya sedikit terbuka, dan bibirnya menorehkan seringai aneh.

"Ah! Jongin-ssi, syukurlah anda sudah bangun. Saya-aakhh"

Ucapan Kyungsoo terputus dan berubah menjadi suara pekikan. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Jongin menarik tangan Kyungsoo, dan membuat wanita itu berada diatas tubuhnya. Jongin memeluk erat Kyungsoo.

"Sudah berapa lama kau berdiri disana? Aku menunggu-mu lama hingga aku tertidur. Sudah aku katakan jika kau datang, langsung saja naik ke ranjang. Kenapa kau tidak pernah mendengarkan aku, eoh?"

Jongin melontarkan kalimat yang sama sekali tidak Kyungsoo mengerti. Kenapa Jongin menunggunya? Kapan Jongin berkata seperti itu padanya? Kyungsoo juga mendengarkan apapun yang Jongin katakan. Terlebih lagi, kenapa Jongin berlaku sepeti pada dirinya?

"Jongin-ssi.. Apa yang anda lakukan? Kenapa anda seperti ini?" Kyungsoo bertanya dengan suara bergetar.

"Diam dan nikmati saja. Kau membuat-ku menunggu lama. Aku akan membuatmu jera kali ini" Lagi-lagi perkataan Jongin terdengar aneh oleh Kyungsoo.

Matanya membulat besar saat merasakan tangan Jongin mulai bergerak turun menyusuri punggungnya. Kyungsoo memekik dan melepaskan diri dari kukungan Jongin. Tapi tidak semudah yang Kyungsoo bayangkan, ia kembali ditarik dan kali ini Jongin berada diatasnya.

"Jangan membuatku marah untuk yang kedua kalinya malam ini dengan berusaha kabur dari-ku" Mata Jongin tidak terbuka sepenuhnya, tapi tetap saja tatapan pria itu membuat Kyungsoo ketakutan.

"J-Jongin-ssi.. Tolong lepaskan saya. J-Jika saya berbuat-"

"Ssssttt" Jongin memotong ucapan Kyungsoo dengan meletakkan jari telunjuknya dibibir merah wanita itu.

"Jangan memohon pada-ku. Karna aku sudah terlanjur menginginkan diri-mu" Jemari Jongin mengelus lembut sisi wajah Kyungsoo. "Kulitmu begitu halus. Aku menyukainya" Jongin bangun dan bertumpu dengan lututnya yang mengurung tubuh Kyungsoo. Ia menyadari sesuatu.

"Ah! Apakah kau mengenakan gaun panjang malam ini? Padahal aku menginginkan mu mengenakan gaun malam yang ketat" Jongin menyeringai dan bergerak mundur kearah kaki Kyungsoo. "Kita lihat apa yang kau kenakan dibalik gaun besar ini" Pria itu mengangkat ujung rok Hanbok Kyungsoo dan-

"KYAAAAAA!"

DUAKK

Jongin terjatuh dari tempat tidur. Ia meringkuk sambil kedua tangannya memegangi penyebab erangan dan rintihnnya akibat tendangan Kyungsoo.

Kyungsoo terkejut saat menyadari tendangannya menjatuhkan Jongin dari tempat tidur. Ia menghampiri Jongin yang masih larut dalam rasa nyeri dan rintihan menyakitkannya.

"Jongin-ssi, maafkan saya. Saya benar-benar minta maaf. Sa-saya tidak sengaja, Jongin-ssi" Sesal Kyungsoo. Ia berlutut disamping Jongin dengan raut wajah cemas. "Tolong katakan pada saya, apa yang harus saya lakukan agar mengurangi rasa sakitnya, Jongin-ssi. Saya akan lakukan apapun, Jongin-ssi" Kyungsoo benar-benar ingin membantu Jongin. Tapi pertanyaan itu sama sekali tidak pantas dijawab.

Disela-sela rintihannya, Jongin berpikir kenapa ia tiba-tiba jatuh dari tempat tidur, kenapa ia tiba-tiba merasakan nyeri luar biasa didaerah selangkangannya, dan kenapa Kyungsoo berada didalam kamarnya. Namun rasa nyeri mengalahkan segalanya.

"Wooahhh, Kim Jongin" Seruan kekaguman itu berasal dari suara berat seorang pria tinggi yang tiba-tiba muncul dikamar Jongin. Ia tidak sendirian, seorang wanita bertubuh kecil juga ikut bersamanya.

"K-kalian.." Jongin mulai mendudukkan dirinya, berharap rasa nyeri-nya tidak bertambah. "Bagaimana kalian bisa masuk?" Heran Jongin.

"Kami baru pergi dua bulan, tidak mungin lupa kode pengaman penthouse-mu ini" Jawab pria itu.

"Adik ipar!" Si wanita berseru gembira, ia berlutut dihadapan Kyungsoo dan menggenggam tangannya. "Aku sama sekali tidak percaya kau menyusul kami dengan cepat Jongin" Ucapnya haru, menatap Kyungsoo dan Jongin secara bergantian dengan mata berkaca-kaca.

Jongin melotot dengan wajah bingung. "Tunggu dulu, apa yang kau maksud, Baekhyun Noona? Adik ipar? Aku dan dia, ahh ini kesalahan. Jangan hanya karna kau mendapati kami berada di kamar yang sama, kau menyimpulkannya semudah itu. Ini tidak seperti apa yang terlihat" Jelas Jongin.

Baekhyun menatapnya dengan marah. "Tidak seperti apa yang terlihat katamu? Mata cantik ku ini melihat semuanya dengan jelas. Chanyeol, tunjukkan padanya".

Pria tinggi berambut ikal itu mengeluarkan ponsel miliknya dan menunjukkan sesuatu pada Jongin. Sebuah video yang membuat Jongin membisu seumur hidupnya.

Setengah jam yang lalu diluar kamar Jongin...

"Channie, kau yakin tidak mengabari Jongin dulu?" Baekhyun berujar saat pintu Penthouse milik Jongin terbuka setelah Chanyeol menekan beberapa digit angka kode pengaman. "Bukankah resepsionis itu bilang Jongin belum berada diruangannya? Ini masih pagi sayang, kemana lagi Jongin pergi selain memadu kasih dengan kasurnya" Ungkap Chanyeol santai.

Ia melihat kesekeliling ruangan. "Penthouse ini terlihat lebih bersih dan hidup dari sebelumnya" Kagum pria tinggi berambut ikal itu.

Yang ia katakan itu memang benar, Jongin selalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Ia sangat jarang pulang ke Penthouse, jika ia pulang pun itu hanya untuk tidur dan pergi lagi dipagi hari. Jongin tidak pernah memperkerjakan orang untuk membersihkan Penthouse-nya, karna ia tidak menyukai kehadiran orang asing dikediamannya. Jongin juga selalu makan malam dirumah orang tuanya. Penthouse ini hanya berguna untuk tidur dan tempat mereka mengadakan pesta kecil. Yah, hanya untuk dua hal itu.

Hidung mancungnya bergerak saat menghirup aroma harum dari arah dapur. Ia menatap Baekhyun yang juga menatap dirinya. Keduanya saling melempar senyum. "Ayo ke ruang makan. Jangan biarkan perjaka tua itu menghabiskan makanannya sendirian" Chanyeol berseru semangat dan menarik Baekhyun menuju ruang makan.

Diruang makan, mereka tidak mendapati siapapun. Hanya beberapa hidangan lezat yang tersaji diatas meja makan. "Channie, ini sangat aneh. Makanan ini masih hangat tapi tidak satu pun orang yang terlihat" Baekhyun menatap hidangan makanan yang tersaji, ditata hanya untuk satu orang. Ia terlihat berpikir sangat keras. Seperti telah menyadari sesuatu yang luar biasa dan mayakini bahwa itu benar, Baekhyun bereaksi berlebihan dengan mengeluarkan kata 'omo' berkali-kali.

"Kenapa, sayang? Apa yang kau pikirkan?" Tanya Chanyeol penasaran. "I-ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Jongin.. Dia, dia sudah menikah, Channie. Jongin sudah menikah!"

Reaksi Chanyeol lebih berlebihan lagi, ia mundur beberapa langkah dengan tangan yang menutupi mulutnya yang ternganga lebar karna terkejut.

Detik berikutnya ia kembali berekspresi biasa. "Hanya karna makanan ini kau menyimpulkan hal yang tidak mungkin, sayang. Ini hanya makanan, tidak ada hubungannya dengan Jongin sudah menikah atau belum" Jelas Chanyeol.

Tapi Baekhyun membantah, "Kita sudah lama mengenal Jongin, Channie. Dia bukan tipe pria yang menyajikan makanan untuk dirinya sendiri. Aku sangat yakin, seorang wanita lah yang menyajikan makanan ini untuk Jongin" Ucapnya penuh keyakinan.

"Sudahlah, sayang. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Bisa saja ibu Jongin atau kakak perempuannya berkunjung dan menyiapkan makanan untuk Jongin" Chanyeol menjelaskan. Ia tidak ingin istrinya ini berpikiran yang aneh-aneh. Lagipula itu memang tidak mungkin, Jongin sama sekali tidak pernah mengencani wanita dengan serius. Sangat tidak mungkin Jongin menikah secepat ini. Bahkan ia dan Baekhyun baru menikah dua bulan yang lalu dan langsung terbang ke Eropa untuk bulan madu. Tidak mungkin dalam waktu dua bulan itu Jongin sudah memperistri seorang wanita.

"Lebih baik kita duduk dan menunggu Jongin datang. Mungkin dia ada di-"

"Aakkhh!"

Suara pekikan kecil memotong ucapan Chanyeol. Pekikan itu kecil, tapi terdengar jelas karna keadaan Penthouse Jongin yang sepi. Keduanya terdiam. Baekhyun menatap Chanyeol dengan mata membesar. Tanpa bicara ia melangkah meninggalkan Chanyeol menuju asal suara "Baekhyun! Tunggu aku!".

"Astaga Chanyeol! Lihat apa yang terjadi didalam. Jongin sedang bersama dengan seorang wanita. Dan mereka, Oh Ya Tuhan.." Baekhyun mengintip disela-sela pintu yang sedikit terbuka. Chanyeol yang bertubuh lebih tinggi, mengintip diatas tubuh kecil istrinya itu.

"Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, Baek"

Tapi apa yang mereka lihat itu benar-benar terjadi. Tidak ada alasan untuk tidak percaya dengan Baekhyun sekarang. Wanita itu, wanita yang Jongin peluk mesra diatasnya pastinya adalah istri Jongin. Wanita itu mengenakan Hanbok, itu berarti mereka baru saja menikah. Setidaknya itu yang Baekhyun dan Chanyeol pikirkan saat ini.

Mereka berhasil menyelinap kedalam kamar Jongin, bersembunyi dibalik rak besar yang terletak strategis, tidak mungkin mereka ketahuan. Baekhyun dengan cepat meminta Chanyeol untuk merekam semua adegan yang dilakukan Jongin dengan wanita yang ia kira istri Jongin itu. Mereka tidak mau serakah dengan menyaksikan ini semua sendirian. Yang lain harus tau!

Selama proses merekam, jantung Chanyeol berdetak sangat cepat. Begitu juga dengan Baekhyun, ia tak yakin akan sanggup bertahan sampai akhir. Namun keduanya mendesah kecewa saat si wanita menendang selangkangan Jongin keras dan menyebabkannya terjatuh dari tempat tidur. Chanyeol berhenti merekam dan kembali menyimpan ponselnya. Mereka mendengar si wanita meminta maaf beberapa kali dengan bahasa formal pada Jongin. Saat itu juga keduanya memutuskan untuk keluar dari persembunyian.

Jongin tidak tau harus bereaksi seperti apa. Bahkan ia terlalu malu untuk memperlihatkan wajahnya.

Baekhyun masih berdiri dihadapan Jongin yang duduk disofa. Dengan tangan terlipat didada dan tatapan tajam yang menusuk Jongin. "Minta maaflah Jongin. Kau baru saja melecehkan seorang wanita yang tidak bersalah" Perintah wanita yang telah menjadi istri sah sahabatnya itu.

"Sudah ku bilang, aku dalam komdisi tidak sadar. Aku tidak beniat melakukannya. Percayalah, Baek noona" Jongin memelas. Berharap Baekhyun sedikit mengurangi tatapan tajamnya. "Aku menghabiskan satu botol wine semalam sepulang dari club bersama Sehun. Aku tidak mau pulang dalam keadaan mabuk, jadi aku memilih untuk minum dirumah dan-"

"Melecehkan Kyungsoo. Benar begitu? Ternyata kau sudah merencanakannya?" Sosor Baekhyun, ia tak mengizinkan Jongin menyelesaikan ucapannya. "Baru beberapa hari Kyungsoo berkerja disini kau sudah berbuat sejauh itu. Bahkan dengan bodohnya kami mengira Kyungsoo adalah istri-mu".

Jongin mendesah kesal. "Sumpah demi apapun aku sama sekali tidak berniat melakukannya. Untuk apa aku melakukan itu pada-nya? Lebih baik aku menyewa seorang wanita diclub malam jika benar-benar berniat melakukannya".

"Jangan banyak bicara dan minta maaflah pada Kyungsoo. Atau kau akan lebih malu lagi jika menolak meminta maaf" Ancam Baekhyun.

Ia menoleh ke belakang dan menatap Kyungsoo yang duduk diam disofa. "Hampiri dia dan berlutut" Baekhyun menggeser posisinya hingga Jongin dapat melihat Kyungsoo yang duduk diseberangnya. Wanita itu sempat menatap ke arah Jongin, namun ia memalingkan wajah saat Jongin juga menatap ke arahnya.

"Tidak mau! Sudah ku bilang aku dalam keadaan tidak sadar. Jadi itu bukan salah-ku" Jongin tetap kukuh pada pendiriannya.

Baekhyun menyeringai, "Kalau begitu bersiaplah untuk lebih malu" Ia menatap Chanyeol, memberi isyarat untuk segera melakukan rencana mereka. Keduanya tau akan sulit memaksa Jongin untuk meminta maaf pada Kyungsoo, jadi rencana yang mereka buat ini akan sangat ampuh untuk Jongin.

Chanyeol menunjukkan sesuatu dilayar ponselnya pada Jongin. "Apa kau masih bersikeras untuk tidak minta maaf?" Ujarnya disertai dengan senyum meremehkan.

Jongin dibuat terbelalak oleh apa yang ia lihat dilayar ponsel Chanyeol.

Pria itu telah mengirim video yang Jongin anggap sebagai aib-nya itu pada grup chatting yang beranggotakan teman terdekat mereka.

"Sialan kau, Park Chanyeol!" Teriak Jongin, ia menyerang Chanyeol. Namun pria itu mengelak dan menjauh dari Jongin. Menyembunyikan ponsel itu dibalik tubuh besarnya.

"Apa kau masih tetap tidak mau meminta maaf?"

Jongin menggeram keras. "Tapi kau tidak perlu melakukan itu, sialan".

"Lalu hal apa lagi yang bisa kami lakukan untuk membuatmu meminta maaf pada Kyungsoo? Apa aku harus mengirim video ini pada keluarga-mu dulu baru kau mau meminta maaf?"

Ancaman Chanyeol kali ini benar-benar membuat Jongin tercekat. Jangan sampai keluarganya melihat video itu atau Kim Yunho akan menggorok lehernya.

"Oke oke, baiklah. Aku akan minta maaf. Tapi setelah itu, kau harus melenyapkan video itu" Jongin merelakan harga dirinya jika memang ia harus meminta maaf atas kesalahan yang tak sengaja ia perbuat demi keamanan hidupnya.

"Setuju" Ucap Baekhyun. "Kau harus berlutut dan minta maaf dengan tulus. Lakukan sekarang".

Jongin menghela nafas keras. Dengan langkah berat ia berjalan kearah Kyungsoo. Kepalanya tertunduk, tak ingin menatap wajah wanita yang telah menjadi korban pelecehan yang tak sengaja ia lakukan pagi ini.

Lutut Jongin baru saja akan menyentuh lantai saat tiba -tiba Kyungsoo menyentuh lengan Jongin dengan kedua tangannya. Ia membawa Jongin kembali berdiri.

"Tidak apa-apa Jongin-ssi. Anda tidak perlu melakukannya" Kyungsoo tersenyum. Jongin melihatnya. Senyuman itu terlihat begitu tulus.

Keduanya berdiri berhadapan. "Saya mengerti, Jongin-ssi. Anda pria yang baik. Anda tidak mungkin melakukan hal serendah itu kepada wanita. Saya yang seharusnya minta maaf, saya dalam keadaan sadar, tapi saya malah tidak menghentikan anda. Saya minta maaf, Jongin-ssi" Kyungsoo membungkuk sopan dihadapan Jongin yang terdiam.

"Jika tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi, saya akan menyiapkan makanan. Karna kejadian ini, anda melewatkan sarapan. Jadi saya akan memasak makanan lain. Permisi"

Kyungsoo berlalu menuju dapur. Meninggalkan Jongin, Chanyeol, dan Baekhyun yang masih larut dalam keterdiaman.

"Jadi.. masalahnya sudah selesai?" -Chanyeol.

"Aku rasa begitu" -Baekhyun.

Jongin berbalik dan menatap tajam kedua pasangan itu. "Lihat? Kyungsoo sendiri yang menolak. Sekarang hapus video itu" Itu bukan sebuah permintaan. Melainkan sebuah perintah.

Chanyeol mengeluarkan ponselnya, dengan berat hati ia melakukan perintah Jongin.

"Bagaimana mungkin Kyungsoo bertindak seperti itu? Apa kau mengancamnya? Kau mengancam akan memecat Kyungsoo kan? Kau memang tidak mengatakannya, tapi tatapan mata tajam-mu itu membuat Kyungsoo takut dan menuruti perintah tak terucap-mu itu" Baekhyun tidak menyerah. Ia masih saja memprofokasi Jongin.

Wanita itu harusnya bekerja di sebuah lembaga perlindungan wanita dan membuat para tersangka kejahatan wanita mengaku bersalah dengan sikap keras dan pantang menyerahnya itu.

"Sudahlah, Sayang. Kau lihat sendiri Kyungsoo menolak Jongin untuk meminta maaf padanya. Kita harus mengaku kalah, Sayang"

"Tapi Chan-"

"Masalahnya berakhir disini. Aku tidak mau kalian membahasnya lagi" Ucap Jongin final sebelum melangkah pergi.

Luhan keluar dari lift saat sampai dilantai tujuannya. Semalam Jongin mengirimkan pesan padanya. Sehun mabuk dan pria itu mungkin akan merasa tidak baik dipagi hari. Minum hingga mabuk sudah menjadi kebiasaan Sehun setiap kali ia banyak pirikan dan saat merasa tertekan. Saat kesadarannya hilang barulah ia berhenti minum.

Wanita kelahiran china 28 tahun yang lalu itu membeli banyak bahan makanan. Kedua tangannya menggenggam masing-masing satu kantong belanjaan besar. Memasak untuk Sehun sudah menjadi kewajiban Luhan. Sehun tinggal sendiri di Korea, orang tuanya menetap di Jepang. Sebagai orang yang 'paling dekat' dengan Sehun, Luhan sudah dipercaya orang tua Sehun untuk mengurus satu-satunya anak dari keluarga Oh itu.

Langkahnya terhenti didepan pintu apartemen nomor 194. Luhan tentu tau kode pengaman apartemen milik Sehun, tak terhitung dalam beberapa tahun terakhir ini ia bolak balik masuk apartemen pria yang muda satu tahun darinya itu.

Apartemen Sehun selalu dalam keadaan sepi. Keributan seperti apa yang kau harapkan jika hanya tinggal sendirian? Kecuali disaat pria itu merasa bosan dan membuat suasana apartemennya seperti club malam. Mengundang beberapa teman dan tentu saja wanita seksi yang tergila-gila pada pria setampan Sehun turut hadir meramaikan suasana. Dan coba tebak siapa yang membersihkan kekacauan dipagi harinya? Tentu saja Luhan. Sedangkan Sehun tidur hingga tengah hari karna mabuk alkohol dan mabuk oleh sentuhan wanita murahan. Benar-benar menyebalkan.

Luhan langsung saja berjalan menuju dapur. Mengeluarkan barang-barang belanjaan dan meletakkan pada tempatnya. Setelah rapi, Luhan melanjutkan dengan memasak. Ia akan menghidangkan Haejangguk untuk Sehun. Sup yang kuahnya tebuat dari tulang sapi yang direbus lama, kemudian isinya terdiri dari daging sapi yang tebal, telur rebus, dan juga kecambah dilengkapi dengan bumbu rempah-rempah yang khas. Hidangan ini dapat menghilangkan pusing akibat minuman beralkohol.

Ahh~ Luhan terdengar seperti seorang ahli masak saja, padahal hanya ini yang bisa ia masak dan itu karna Sehun sering pusing dipagi hari karna minum hingga mabuk, jadinya Luhan mempelajari hidangan ini hanya untuk Sehun.

Setelah berkutat cukup lama didapur, sup yang ia buat sudah siap untuk dihidangkan. Luhan melepas celemeknya dan berjalan menuju kamar Sehun.

Hal pertama yang ia lakukan adalah membuka tirai jendela selebar-lebarnya. Sehun tampak mulai terusik. Matanya yang masih terpejam terlihat menyerngit dan tubuhnya mulai bergerak. Tapi itu tidak berlangsung lama, pria itu malah menukar posisi tidur membelakangi jendela dan kembali tidur dengan tenang. Tapi Luhan tau Sehun tidak benar-benar tidur.

"Bangun Sehun! Kau tau aku tidak akan menyerah"

Wanita itu berjalan menuju kamar mandi. "Kau mau air panas atau air dingin?" Tanya Luhan dengan nada yang terdengar menakutkan.

Sesaat ia berdiri di ambang pintu kamar mandi, Sehun dengan cepat bangun dari tidurnya. Pria itu duduk dengan mata setengah terbuka dan mulut menganga. Walaupun ia dalam keadaan setengah sadar, ia tidak akan membiarkan Luhan menyiramnya dengan kedua jenis air itu, lagi. Luhan membuatnya trauma dengan air.

"Aku sudah bangun, Lu" Sehun bersuara pelan.

Luhan menjauh dari kamar mandi dan mendekati Sehun. "Berdiri dan mandilah, Sehun" Perintahnya.

"Biarkan aku duduk sedikit lebih lama lagi, Lu. Aku merasa sangat pusing" Keluh Sehun, matanya terpejam. Mencoba untuk meredam rasa pusingnya.

Luhan mengambil tempat didepan Sehun. Ia mendekat dan membawa Sehun kedalam pelukannya. Menyenderkan kepala Sehun pada bahu sempitnya.

"Sudah merasa baikan?" Tanyanya sembari mengelus lembut kepala Sehun. Ia merasakan sebuah anggukan.

"Aku tidak memerlukan penawar pusing selama ada kau disisiku" Sehun membalas pelukan Luhan. Lebih erat.

"Dasar mulut manis. Masih kecil tapi sudah berani menggoda-ku" Pukulan kecil mendarat dikepala Sehun.

"Masih kecil apanya? Aku sudah besar, Lu. Sudah cukup besar untuk menanam benih dirahim-mu" Goda Sehun, senyum jahil terukir dibibinya.

Pria itu menerima sebuah serangan dari Luhan setelahnya. "Dasar bocah mesum!" Soraknya, ia mendorong Sehun dan turun dari ranjang.

Oh Tuhan. Bisa-bisanya Sehun berkata frontal seperti itu. Luhan tidak bisa menyembunyikan wajah merahnya karna malu.

"Aigoo.. Luhannie malu, eoh?"

"Berhenti menggodaku! Kau membuatku terlihat memalukan, padahal aku lebih tua dari mu. Menyebalkan!" Ia melangkah dengan kasar meninggalkan Sehun.

"Kau bisa menghancurkan lantai kamar-ku jika melangkah seperti itu, Lu"

"Apa peduliku!?"

Suara pintu terhempas keras menggema disetiap sudut kamar Sehun setelahnya.

"Dia mukra seperti rusa jantan".

Tepat setelah Sehun berujar, pintu kembali terbuka dengan tiba-tiba. Kelapa Luhan mencuat disela pintu yang ia buka seukuran dengan kepalanya. "Aah! Kau mengejutkan-ku" Teriak pria itu kesal.

"Cepat bersihkan dirimu. Aku menunggu dimeja makan" Kepala wanita itu menghilang dibalik pintu yang kembali ia tutup.

Sehun kembali merasakan pusing dikepalanya. Baru semalam ia dibuat frustasi oleh Luhan dan melampiaskannya dengan alkohol. Sekarang Luhan hadir diapartemennya seolah tak pernah terjadi apa-apa. Luhan memang tidak tau alasan kenapa Sehun begitu frustasi semalam. Dan memang lebih baik wanita itu tidak pernah tau.

Saat kakinya menyentuh lantai, suara notifikasi tanda pesan masuk mengalihkan perhatian Sehun pada ponsel dimeja nakasnya. Tubuhnya bergeser dan meraih ponsel, sedikit penasaran siapa yang mengiriminya pesan sepagi ini.

Park Chanyeol mengirimkan sebuah video.

Begitu yang tertulis pada Group Chatting mereka yang terletak pada deret teratas.

Dua bulan tidak ada kabar dari si tiang Park Chanyeol setelah kepergiannya untuk berbulan madu bersama Byun Baekhyun, ini pertama kalinya dan ia mengirimkan sebuah video. Sehun yakin video ini dipenuhi rekaman kemesraan pengantin baru itu selama berada di Eropa. Chanyeol hanya ingin pamer, ia sangat yakin akan hal itu.

"Dasar tukang pamer" Decih Sehun. Dengan malas ia kembali meletakkan ponsel dimeja nakas. Menolak untuk melihat video kiriman Chanyeol.

"Sehuunn!" Luhan datang bersamaan dengan suara pintu dihantam keras. Ia pikir Luhan datang dengan kecepatan penuh, karna ia susah payah mengontrol nafasnya. "K-kau sudah lihat video yang dikirim Chanyeol?" Ucapnya terputus-putus.

Pria itu tergelak kecil. "Jadi hanya karna itu kau berlari susah payah dari dapur ke kamar-ku ini?".

Luhan menghiraukan keacuhan Sehun, ia meraih ponsel pria itu dinakas dan memberikannya paksa ke tangan Sehun. "Cepat lihat, Sehun".

Dengan malas ia kembali membuka Chatting Group mereka dan menyentuh deret teratas, Sehun menyentuh tanda play pada video. Menunggu beberapa detik untuk menyelesaikan loading dan...

Tunggu.

Ini video amatir. Seseorang telah merekam diam-diam video ini. Lokasi perekaman terlihat sangat tidak asing bagi Sehun. Dan ia tercekat saat menyadari Kim Jongin menjadi objek utama rekaman ini.

Diatas ranjang dikamarnya.

Bersama seorang wanita berpakaian hanbok.

Kini Sehun tak lagi tercekat, ia malah tertawa terpingkal-pingkal. Ingat akan percakapannya dengan Jongin saat di Cafe. Luhan dibuat heran oleh tingkahnya.

Apa-apaan ini? Jongin benar-benar pergi ke dinasti Joseon dan menggoda seorang Gisaeng?

Baekhyun mendesah nikmat saat suapan terakhirnya berhasil ia telan. Masakan Kyungsoo benar-benar luar biasa lezat menurut Baekhyun, entah karena ia selalu melahap makanan eropa selama dua bulan terakhir hingga lupa bagaimana lezatnya makanan rumahan atau memang makanan Kyungsoo benar-benar murni selezat ini. Ia tidak peduli, yang terpenting nafsu makannya terpenuhi.

"Ahh, aku benar-benar kenyang" Kata Baekhyun dengan wajah bahagianya. Chanyeol yang duduk disampingnya meringis melihat kelahapan istrinya makan dari awal hingga akhir. Membuat dirinya tidak fokus untuk makan selezat apapun masakan Kyungsoo.

"Sayang, apa kau ingat makanan itu hanya sebentar dimulut dan bertahun-tahun ditubuh?"

"Aku ingat. Karna itu aku benci menelan makanan"

Chanyeol menghela nafas mendengar keluhan Baekhyun. "Maksudku kau harus berolah raga setelah makan sebanyak ini. Aku tau sebanyak apapun kau makan, berat badan-mu tidak akan bertambah. Tapi aku hanya ingin tubuhmu sehat" Ucap Chanyeol mengingatkan.

Baekhyun tersenyum manis, "Baiklah. Kita akan olah raga bersama besok pagi"

"Tapi aku berniat membakar kalori-mu malam ini. Dengan cara yang lebih menyenangkan" Goda Chanyeol. Baekhyun tau pasti apa maksud dari suaminya itu, ia merona malu karnanya. Tubuhnya bergeser untuk meraih lengan kekar suaminya itu, memeluknya erat dan mesra.

Mengundang decihan kesal dari seseorang yang baru saja menapakkan langkahnya diruang makan. "Jangan mengumbar kemesraan kalian disini. Kalau belum puas berbulan madu, kembali saja sana" Ucapnya sinis.

"Dasar bujangan tua. Kau hanya iri dengan kami" Balas Baekhyun tak kalah sinis.

Jongin menggeram kesal, tapi ia tidak mengeluarkan kata-kata. Ucapan Baekhyun cukup membuatnya bungkam.

Kyungsoo datang membawa nampan yang terdapat teko dan sebuah cangkir diatasnya. Ia meletakkan cangkir dihadapan Jongin dan menuangkan cairan hitam beraroma harum kedalamnya.

"Terima kasih" Gumam Jongin. Jemarinya tersemat ditelinga cangkir, menarik minuman itu kearah bibir dan menyeruputnya pelan. Desahan nikmat mengalun dari bibir penuhnya saat rasa pahit dan manis bersatu didalam rongga mulutnya.

Kyungsoo memeluk nampan didada, "Jongin-ssi, apa anda ingin makan? Saya akan menyiapkan makanan"

"Ya" Singkat Jongin.

Kyungsoo beralih memindahkan piring kotor dimeja makan. "Biarkan aku membantu-mu" Wanita bermarga Byun itu berdiri dari duduknya, tangannya meraih piring sisa Nakji Bokkeum yang dimasak Kyungsoo.

"Tidak perlu repot-repot, Baekhyun-ssi. Anda adalah tamu" Tangan Baekhyun terhenti diudara, Kyungsoo meraih piring terakhir dan meninggalkan meja makan.

"Dia terlalu formal dan sopan. Aku merasa sangat canggung untuk membalas ucapannya" Bisik Baekhyun. Chanyeol mengiyakan ucapan Baekhyun dengan anggukan. "Sangat berbeda dengan Jongin" Sambungnya.

"Bisa aku menanyakan sesuatu, Jongin?"

Pertanyaan yang dilontarkan Baekhyun menciptakan kerutan didahi Jongin. Wanita itu mengacaukan ketenangan sesaatnya.

"Kau sudah bertanya"

Bibir kecil Baekhyun melengkung kebawah, membenarkan ucapan Jongin. Ia melirik kearah Kyungsoo, takut wanita itu mendengar percakapannya dengan Jongin.

"Sejak kapan Kyungsoo bekerja untuk-mu?"

"Sejak kemarin"

"Kenapa sekarang kau berpikir untuk memperkerjakan seseorang di Penthouse-mu?"

"Ini bukan keinginan ku. Aku terpaksa karna ayah yang memaksa"

Baekhyun mengerti. Sangat sulit menolak perintah Kim Yunho. Walaupun dia belum pernah merasakannya, tapi dengan melihat Jongin yang keras menjadi lunak oleh perintah beliau, Baekhyun dapat membayangkan seberapa tegasnya Kim Yunho.

"Keterpaksaan-mu menjadi kenikmatan-mu. Benarkan Kim Jongin?" Kali ini Chanyeol yang bersuara.

"Park Chanyeol k-kau.. Sudah aku katakan itu adalah sebuah kesalahan. Melihat wanita jalang di club saja tidak mampu membuatku berhasrat, apalagi melihat wanita polos seperti dia" Jongin menekankan setiap ucapannya. Emosinya tertahan mendengar tuduhan yang dilayangkan Chanyeol.

"Kepolosan bisa saja menjadi senjatanya untuk melumpuhkan-mu kelak" Chanyeol tersenyum menang mendapati Jongin tak lagi membalas ucapannya.

Pria pemilik marga Kim itu memalingkan wajah kesal. Menangkis omong kosong yang dilontarkan si mulut besar Park Chanyeol.

TBC

Halo semuanyaa~

Sudah 2 bulan lebih tidak bertemu, aku minta maaf untuk teman-teman yang menunggu update-an fanfic abstrud ku ini. Padahal aku masih baru di ffn, udah berani ngegantung cerita, huhu maafkan yaa (╥_╥) Aku gak bermaksud begituuu (╥_╥)

Ini Chapter ke-3 Who's The Winner

Semoga lebih baik dan lebih panjang dari chap sebelumnya. Jika belum, aku akan berusaha untuk chap selanjutnya.

Terima kasih sudah membaca dan sudah follow+favorite aku, tinggalkan review kalian ya teman-teman ^_^

❤XOXO❤

DRP