"Hyungggggg periiiiiiih!" Teriakan nyaring itu terdengar dari dalam kamar dengan pintu bertuliskan nama Park Jimin, seorang pemuda dengan pipi gembul.

"Tahan sedikit." Perintah yang lebih tua sambil memandangi bibir si pemilik kamar.

Jimin meringis, menahan sakit karena sentuhan dari benda tumpul yang sudah basah karena cairan memuakkan yang dia benci setengah mati sejak kemarin.

"Yoongi hyung pelan-pelan!" Jimin menepis tangan Yoongi, seseorang yang membantunya dengan sebal.

Pasalnya daritadi dia sudah meringis kesakitan tapi Yoongi sama sekali tidak memelankan tekanannya.

Cairan sewarna obat merah itu kembali diteteskan pada ujung pembersih telinga oleh Yoongi, kemudian dengan sedikit paksaan dia mengarahkan benda itu ke dalam mulut Jimin.

Sariawan, di tiga titik yang menurut Jimin sangat mengesalkan, dan dia benci sekali.

"Kau jarang membersihkan mulutmu, ya?!" Yoongi berdecak. kembali menyentuhkan obat sariawan ke mulut adik nakalnya.

"Enak saja, aku ini rajin!" Jimin kembali menepis tangan Yoongi yang menekan kuat sariawannya yang ada di mulut bagian dalam —belakang bibir—nya.

"Pelan hyung! Pelan! Perih!" Jimin terus-terusan berteriak karena, serius, kau tahu bagaimana perihnya saat mengobati sariawan dengan obat cair dengan warna merah nyaris hitam itu.

Yoongi gemas, sebal juga karena Jimin berisik. Ingin rasanya dia menyumpal mulut Jimin, supaya diam. Masih mending dia mau membantu anak itu mengobati lukalukanya.

Ah,

Menyumpal?

Yoongi menyeringai tipis, ditatapnya Jimin yang tengah cemberut menatapnya. Sesekali bibirnya bergerak menggerutu.

"Jim, aku tahu cara mengobati sariawanmu tanpa sakit." Katanya, kali ini tersenyum.

Jimin melotot, merespon semangat atas perkataan Yoongi.

"Bagaimana hyung, bagaimana?! Aku sudah tidak tahan dengan perihnya!"

"Kau serius?" Tanya Yoongi, masih tersenyum.

Diangguki Jimin dengan kelewat cepat.

Yoongi menggeser duduknya, mendekati Jimin dan memegang lengannya. Menatap Jimin dengam senyum yang semakin lebar, idiot.

"Hyung, bagaimana? Cepatlah, ini perih!"

Dan Yoongi memajukan wajahnya, mengecup belahan bibir penuh yang sedang mengerucut menunggu. Membuat si pemilik bibir melotot dengan kesadaran yang hampir mencapai 0%.

Yoongi menjauhkan wajah, mengusap rambut lembut Jimin. "Masih sakit?" Tanyanya.

Jimin mengangguk sekali, padahal dia sama sekali tidak tahu apa yang Yoongi tanyakan. Matanya masih melotot dengan tangan yang bergetar.

"Sini ku obati lagi."

Dan Yoongi kembali memajukan wajah, mengecup seluruh permukaan bibir semerah cherry itu. Mengulumnya lembut bergantian, dan menggigit bibir bawah Jimin dengan gemas.

Yoongi menyudahi ciumannya.

"Semoga cepat sembuh, ya." Dan dia bergerak berdiri, berjalan santai keluar kamar Jimin dengan senyum yang mengembang terlalu lebar.

Sedangkan Jimin, masih melotot tanpa bergerak sedikitpun.

Fin.

Ini apa?

:(