Thanks To :

Dimytjx, naynaaay, Guest, Park RinHyun-Uchiha, Khasabat04, llwrance, wakaTaeYu, YutaMochie, jiraniatriana.

.

.

Chapter 16

.

.

Yuta menemani Hansol yang saat ini tengah duduk di bangku taman rumah sakit. Keduanya ditemani keheningan dan angin musim semi yang berhembus. Yuta melirik Hansol yang saat ini masih fokus memperhatikan sekelilingnya. Yuta menghela nafas panjang, ia tahu, ada sesuatu yang ingin Hansol sampaikan padanya. Tapi, tentang hal apa itu, Yuta masih belum tahu.

"Besok aku sudah pulang 'kan?" Suara Hansol memecah keheningan di antara keduanya.

Yuta mengerjapkan matanya sekali dan mengangguk. "Iya hyung. Apa kau ingin sesuatu?" Tanya Yuta seraya menatap mata Hansol.

Hansol tersenyum, ia membalas tatapan mata Yuta. "Aku ingin besok kau temani aku ke kafe." Jawab Hansol.

"Kau mau langsung ke kafe? Tapi bukankah kau harusnya istirahat dulu?" Kata Yuta dengan nada protes.

Hansol menggeleng, "Tidak Yuta. Sudah cukup seminggu lebih aku di sini dan tidak melakukan apapun. Lagipula jika aku di rumah tidak ada yang mengurusku. Lebih baik aku di kafe."

Nada sedih tertangkap dengan jelas di telinga Yuta. Hansol mengalihkan pandangannya dan menatap langit sore musim semi. Yuta tersenyum tipis, ia meraih tangan Hansol dan menggenggamnya erat. Membuat sang empu kembali mengalihkan perhatiannya pada kekasihnya itu.

"Kita masuk sekarang hyung. Aku tak mau kau sakit lagi," ucap Yuta dengan healing smilenya. Hansol mengangguk singkat. Keduanya berdiri dan berjalan memasuki gedung rumah sakit.

Tidak menyadari seseorang yang terus memperhatikan keduanya dari balik pilar rumah sakit.

"Sudah sangat jelas dengan siapa takdirmu, Nakamoto Yuta."

.

.

Taeyong merebahkan dirinya di atas kasurnya dengan mata yang mengarah lurus ke arah langit kamar-kamarnya yang berwarna putih. Otaknya terus saja memikirkan bagaimana caranya untuk kembali merebut perhatian Yuta, yang untuk beberapa hari ini terus tertuju pada Hansol.

Taeyong tidak tahu, kenapa hatinya begitu sakit saat melihat Yuta yang begitu perhatian pada Hansol. Bahkan Taeyong seringkali membayangkan jika dirinya di posisi Hansol. Taeyong mengakui, jika hati kecilnya sudah mempunyai perasaan pada Yuta. Hanya saja, gengsinya yang tinggi yang membuat Taeyong sulit untuk menyatakan apa yang dirasakannya pada Yuta.

"Jika kau hanya diam begini, aku yakin besok pagi kau akan mendapat undangan pernikahan atas nama Ji Hansol dan Nakamoto Yuta."

Taeyong melirik ke arah pintu dan menemukan sahabat kelincinya sedang berdiri bersidekap pada pintu kamarnya dengan mata yang menatap tajam pada Taeyong.

"Kenapa kau di sini?" Tanya Taeyong ketus tanpa mengubah posisinya.

Doyoung berjalan masuk dan menutup pintu kamar Taeyong dengan keras. Tak peduli jika pintu itu rusak dan ia akan mendapatkan omelan dari sang empu. Doyoung duduk di kursi belajar Taeyong dan memperhatikan Taeyong.

"Aku tahu kenapa Johnny menyerah membantumu," gumam Doyoung dengan suara yang tidak bisa dibilang pelan.

Taeyong mendelik tak suka, ia lantas duduk di atas ranjang dan menatap tajam salah satu sahabat terbaiknya itu.

"Dengar Kim Doyoung, aku tak butuh ceramahmu sekarang. Jika kau ingin bantu, maka bantu saja. Jangan banyak mengoceh," sahut Taeyong tajam.

Doyoung tertawa meremehkan, "Jadi kau masih membutuhkan bantuan heh? Kukira kau akan melakukannya sendiri." Ujar Doyoung.

Taeyong mendengus dan terdiam. Ia tak berniat untuk membalas perkataan Doyoung. Doyoung yang melihat perubahan Taeyong pun hanya bisa tersenyum tipis sebelum berdeham pelan, meminta perhatian Taeyong.

"Jadi, apa yang bisa aku bantu untuk hubunganmu dan Yuta?" Tanya Doyoung dengan alis yang ia naikkan.

Seringai Taeyong melebar seketika.

.

.

"Yuta-hyung!"

Yuta menghentikan langkahnya begitu seseorang yang dikenalnya memanggilnya. Yuta tersenyum manis melihat Kino yang berlari ke arahnya. Pemuda bernama asli Kang Hyung Gu itu kini sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Kenapa kau di sini, Kino? Bukannya hyung sudah bilang untuk menunggu di kafe?" Tanya Yuta bingung seraya melanjutkan langkah mereka.

Keduanya kini berjalan beriringan di koridor rumah sakit yang lumayan sepi.

"Iya hyung. Tapi, tadi Hongseok-hyung memintaku untuk menemuinya di sini." Jawab Kino dengan senyum manisnya yang mengembang.

Yuta mengangguk kecil, "Hm. Hyung mengerti."

Tak lama, Kino kemudian menghentikan langkah kakinya.

"Oh ya hyung, aku belok sini ya. Sampai jumpa nanti!" Kino berhenti di persimpangan antara kantin dan toilet. Ia tadi bilang ingin ke toilet dulu sebelum menemui kekasihnya, Yang Hong Seok di tempatnya.

Yuta tersenyum, "Sampai nanti!" Katanya, yang kemudian Yuta melanjutkan langkahnya menuju kamar Hansol yang masih agak jauh.

Yuta bersenandung pelan mengikuti lagu yang akhir-akhir ini sering kali diputar oleh Yuto di apartemen mereka. Yuta menghentikan langkahnya lagi, ketika matanya bertemu tatap dengan seseorang yang hampir seminggu ini tak ia temui. Itu Taeyong. Lee Taeyong yang saat ini sedang bersandar di dekat pintu kamar rawat Hansol dan tersenyum menyambutnya.

Yuta hampir saja menyalahkan penglihatannya saat melihat senyum Taeyong. Itu senyum tulus, bukan seringai yang seringkali Yuta lihat selama ini.

"Apa kabar, Yuta-ya?" Sapa Taeyong saat Yuta sampai di depan matanya.

Yuta meneguk ludahnya gugup, bingung harus menjawab apa. "Ba-baik," jawab Yuta terbata.

Seminggu tak bertatap mata, membuat Yuta menjadi salah tingkah sendiri.

"Hansol-hyung sudah menunggumu di dalam. Dan aku yang akan mengantar kalian ke kafenya sekarang. Kau, tidak masalah 'kan?" Senyum di bibir Taeyong masih bertahan saat mata Yuta menatap tepat ke mata Taeyong.

Yuta menggigit kecil bibir bawahnya dan mengangguk kecil. "Y-ya ti-tidak masalah. A-aku masuk dulu," Yuta buru-buru melengos dan masuk ke dalam kamar Hansol.

Meninggalkan Taeyong yang menyeringai penuh kemenangan.

.

.

"Kau kenapa?" Tanya Hansol begitu melihat Yuta yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya seperti seseorang yang baru saja dikejar sesuatu yang menakutkan.

Yuta menggeleng cepat, namun tak bisa ia pungkiri jika jantungnya bekerja begitu cepat setelah bertatapan dengan Taeyong. Detak jantung yang ia rindukan setelah seminggu tak ia rasakan.

"Hyung sudah siap?" Tanya Yuta saat dirinya sudah berhasil mengontrol dirinya akibat perlakuan tak seberapa Taeyong.

Yuta berjalan mendekat pada Hansol yang sedang duduk di atas ranjangnya dengan baju casual andalannya.

Hansol mengangguk singkat dan tersenyum lebar. "Sudah. Aku juga tadi bertemu Taeyong. Entah dia kenapa, tapi dia tadi tiba-tiba mendatangiku dan menawarkan tumpangan di mobilnya." Jelas Hansol yang membuat Yuta sontak menatap Hansol.

"Kalian tidak membicarakan yang aneh-aneh 'kan hyung?" Tanya Yuta dengan ekspresi wajah penasaran.

Hansol tertawa kecil, "Tidak. Kami hanya berbincang seadanya. Sudahlah, ayo kita berangkat, kasihan Taeyong sudah menunggu lama." Ujar Hansol seraya mengalihkan pandangannya.

"Kau tidak berbohong 'kan hyung?" Yuta menahan tangan Hansol yang akan menggendong ranselnya.

Hansol memegang tangan Yuta yang ada di tangannya. "Hanya satu yang harus kau percaya Yuta, percayalah pada Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi setiap hambanya." Ucap Hansol sebelum melepas tangan Yuta dan berjalan mendahului kekasihnya itu.

"Ayo, Yuta!"

Yuta mendesah pelan, apa yang sebenarnya terjadi sekarang?

.

.

TBC

.

.

A/N :

1.) Hallo apa kabar? Lama tak jumpa! (Di ff ini).

2.) Sengaja pendek, pengen tau masih ada yg inget ff ini atau ga?

3.) Kalo responnya bagus, aku bakal update ff yg lain, dan ff ini akan dipanjangin chap selanjutnya.

4.) Aku kesel sama diri sendiri, pas liat tanggal terus liat akun ini langsung 'Mampus! Hampir setahun ini ff tapi belum ending juga' jadilah aku lanjutin sekarang. Padahal lagi ga mood buat ff.

See you next chap!

15 Desember 2017