Joonmyeon meringis ngilu kala Baekhyun memberitahunya Yixing absen lagi untuk kedua kalinya.

"Yixing kayaknya butuh waktu sendirian. Saya aja ga berani nengok dia." ujar Baekhyun kala itu sambil nyeruput sedotan es teh-nya.

Singkat cerita soal dua hari yang lalu, Joonmyeon mengantar Yixing pulang. Bukan ke rumah cewek itu, melainkan ke rumah Baekhyun. Meskipun Yixing sudah aman di rumah bestie-nya, tetap saja Joonmyeon khawatir dan memutuskan menunggu di minimarket dekat rumah Baekhyun hingga larut belum juga keliatan tanda-tanda Yixing mau pulang. Kayaknya dia nginep di rumah Baekhyun. Joonmyeon nggak punya kontak si mulut bebek, jadinya Joonmyeon pasrah pulang tanpa kabar apapun dari Yixing.

Hari Senin setelah upcara, Joonmyeon langsung bertanya kepada Baekhyun tentang 'absen'-nya Yixing dan soal semalam. Kata Baekhyun, Yixing memang menginap, tapi dia tetap nggak mau masuk sekolah dan balik pulang sehabis adzan subuh.

Hayoo lho, Joon, udah bikin anak perawan orang jadi depressed.

Udah gitu Yixing adalah cewek sinting yang bikin lo sinting juga.

Eh, tapi Yixing kan patah hatinya gara-gara Yifan.

Jadi salahya atau salah Yifan?

Joonmyeon mencak-mencak. Untung nggak ada yang liat. Bisa-bisa ada yang lapor ke guru BK buat dipanggilin Mbah Dukun, ngira dia kesurupan.

.

.

Yixing, oalah, Zhang Yixing.

Kamu sukses bikin Raden Mas Kim Joonmyeon Supriyo Hardiningrat jadi kelimpungan.

.

.


"She Make Me Going Crazy!"

Kim Joonmyeon/Suho EXO | Zhang Yixing/Lay!GS EXO

Friendship | Romance | Humor (bagi mereka yang menangkap humor disini ya)

Rated: T+ | Lenght: Chaptered

#Disclaimer: Hanya meminjam nama. Sepenuhnya mereka milik Tuhan dan keluarga masing-masing. Ide, dan jalan cerita fanfic ini milik ©Hwang0203

Warn: GS!Uke ; WASPADA BAHASA NON BAKU/ BAHASA GAWL ; Indo!AU ; udah aku peringatin ya, pake capslock lho kalo bahasanya aneh, anak gawl, jadi kalo bagi yang dari awal udah gak sreg baca silakan klik tombol close. HUMOR-NYA RECEH, HUMORNYA NGGAK BANGET.

.

.

Disadur dari kisah nyata dengan banyak bumbu penyedap

P.S: Karena saya nggak mau potong jadi dua lagi, awas lho ya ini 10k+

Tolong cermati baik-baik ya, jangan ada yang di-skip :3

Recommend Song:

Fromm Do You Mind If Look at You (OST. Mongolian Princess)

Cosmos Hippie Maybe I Like You (OST. Chesse In The Trap)

Yoo Seung EunOh You Yeah You (OST. Twenty Again)

TearlinerEinfühlung (OST. Chesse In The Trap)

AWAS! 12k+ words

.

.


Part III : Tanda Tanya Pada Keraguan


Ini hari kedua Yixing bolos sekolah.

Sebenarnya terlalu lebay buat orang dewasa, liat bocah abg kayak Yixing masih nge-galauin masalah cintaan sampai korbanin sekolah segala. Tapi pasti kan patah hati cinta pertama itu menyakitkan? Begitu juga bagi Yixing. Dia ngalamin hal itu.

Nggak hanya dia aja. Semua orang sebelum menjajak pendewasaan pasti diuji dengan keikhlasan hati menerima kenyataan bahwa cinta pertama itu hanya untuk dikenang.

Pertanyaannya: Apa beneran dia sesuka itu sama Kak Yifan?

Oke, dia patah hati. Banget malah. Nyesek. Dia bahkan nangis sesenggukan kayak orang bego waktu sama Kak Joonmyeon.

Tapi apa itu semua membuktikan kalo dia saking 'suka'nya sama Kak Yifan?

Itulah yang masih menjadi misteri. Dan Yixing terlanjur malas untuk mencari tahu perasaannya sendiri.

Cewek kelahiran Changsa ini kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut bergambar Unicorn ketika pintu kamarnya diketuk. Cewek ini tahu kalo itu ulah Mamahnya.

Emang siapa lagi di rumah ini kalo bukan Mamahnya yang ngetuk pintu udah mirip Ibu kos nagih uang bulanan?

"Mamah masuk nih, Xing!"

"Yang bilang pintunya dikunci emang siapa?!"

Mamahnya masuk. Sambil bawa sepiring apel kesukaannya. Ih, tau aja anak gadisnya kalo lagi ngambek disogokin apel biar yahut.

"Kamu itu kenapa sih, nduk? Mau Mamah kawinin sama anaknya temen Papah?"

"MAMAH!"

Yixing langsung bangun. Selimutnya dibuang ke lantai gitu aja. "Apasih, enggak. Aku masih mau berusaha jadi jodohnya Suho EXO dulu!"

"Ujung-ujungnya juga boyben Koriya." Mamahnya mendesah. Yixing keburu rakus sama apel.

Lucu juga sih ngisengin Yixing.

"Kamu tuh kenapa? Abis lomba langsung nginep ke rumah Baekhyun, malah Baekhyun sama Ibunya yang minta ijin bukannya kamu. Malu-maluin Mamah aja, dikira mamah segalak apa. Udah gitu ini hari kedua kamu bolos. Kalo ada apa-apa cerita ke Mamah."

Biarpun Mamah Zhang di rumah perannya sebagai Ratu Hutan, tapi kalo urusan anak semata wayangnya ini lagi ga beres, Mamah Zhang ga bisa diem gitu aja dong. Lha emang idup anak gadisnya ini sinetron dan dia cuma diem menikmati tontonan?

Emang dasar anak semata wayang. Ada apa-apa dikit aja dapet perhatiannya tak terhingga.

Yixing berhenti mengunyah potongan apelnya dan memilih meletakkan piring apel di atas meja nakas.

"Janji dulu Mamah nggak bakal marah."

"Idih, janji duluan. Barang dagangannya aja ga keliatan masa disuruh bayar dulu."

Yixing ngedumel. "Pokoknya Mamah yang maksa aku cerita. Ini bukan salahku. Mamah jangan keburu marah duluan atau potong ceritaku."

Dan meluncurlah dongeng sang anak. Dimulai dari cerita dia naksir Kak Yifan sampai ending berakhir menangis dan menggalau dikamar Baekhyun semalaman.

"Oalah, gara-gara itu toh, Nduk?"

Yixing mengangguk pelan. "Abisnya kan Mamah bilang aku jangan pacaran atau suka sama cowok pas aku masih sekolah. Makanya, aku gak berani cerita. Aku nggak mau Mamah ngecap aku anak lebay-drama queen gara-gara hal asmara ginian."

Mamah Zhang merangkul pundak putri semaata wayangnya. Diusapnya beberapa kali menenangkan Yixing yang sedang galau.

"Unchh~ Anak Mamah ternyata udah gede ya. Udah mulai suka cowok ganteng. Padahal Mamah masih nganggep kamu masih anak kecil yang suka ngejar layangan putus."

"Idih, masa lalu itu mah." Yixing memberengut, menjauhkan pipinya dari jangkauan tangan Mamah Zhang. Plis, dia nggak mau pipinya melar.

"Jadi kamu masih ragu sama perasaanmu sendiri?" perjelas Mamah Zhang yang bikin Yixing balik dari rasa jengkelnya. Wajahnya memelas meminta nasihat sang Mamah.

"Wajar saja seumur kamu, perasaan sama lawan jenis menggebu-gebu. Seperti kamu cinta mati dengannya. Apalagi taksiran pertama dalam hidup; tak bisa dilupakan begitu saja seperti kata orang. Tapi seiringnya waktu kamu bertambah dewasa dan kamu akan tahu bahwa itu adalah pelajaran hidup berharga supaya kamu bisa membedakan mana yang benar-benar kamu cintai tanpa pamrih atau sekedar perasaan kagum yang kamu lebih-lebihkan."

Yixing termenung mencerna kata per kata dari sang Ibu.

Sekilas dia mengingat Kak Yifan.

Senyumnyatawanya… matanya yang tajam menelusuri kata dalam lembaran buku.

Atau saat Kak Yifan minum pokari swit pas menit istirahat main futsal…

Jabatan tangan dari Kak Yifan yang Yixing masih ingat bagaimana tekstur kulit tangan Kak Yifan… agak kasar tapi hangat. Khas tangan cowok.

.

Atau ketika….

…. Kak Yifan terlihat bahagia di sekitar Kak Luhan.

.

.

Kak Yifan beliin nasi dan minuman karena Kak Luhan berlatih terlalu keras untuk dance competion. Atau saat Kak Yifan memilih sebagian tubuhnya terkena basah air hujan daripada Kak Luhan. Kak Yifan tau apa yang Kak Luhan suka dan benci. Kak Yifan yang selalu mengalah….

Kak Yifan yang ini…. Kak Yifan yang begitu…

.

Buat Kak Luhan; seolah rotasi dan gravitasinya cuma ada Kak Luhan.

.

Bolehlah Yixing cemburu. Wajar saja. Cewek mana sih yang nggak iri sama Kak Luhan ketika ada cowok yang memperlakukan dirinya adalah sumber kebahagiaan seperti Kak Yifan memperlakukan Kak Luhan.

Bahkan ketika hari beranjak sore, Yixing masih memikirkannya.

Dan dia sadar satu hal. Harusnya dia tidak memulai kalau tahu akan segini rumitnya.


** She Make Me Going Crazy **


Sudah seminggu ini Joonmyeon nyerah untuk ketemu Yixing.

Ia pikir, mungkin Yixing butuh waktu sendiri. Toh dirinya juga disibukkan oleh urusan T.A dan persiapan Ujian Nasional dan tetek bengek tes masuk PTN. Sudah seharusnya dia tidak perlu memikirnya Yixing. Cewek itu bukan siapa-siapanya, nothing.

Tapi semakin Joonmyeon menyibukkan dirinya, semakin pula ia kepikiran Zhang Yixing.

Semakin Joonmyeon berusaha keras untuk tidak terlalu memikirkan Zhang Yixing, semakin bertambahlah perasaan dosa yang ia lakukan terhadap cewek sinting itu.

Cowok keturunan Holkay ini bahkan kelihatan seperti orang linglung belakangan ini.

Sering melamun, tidak nafsu makan, anime dan game pun dianggurkan padahal semua itu sudah separuh hidupnya.

Tidak hanya orangtua Joonmyeon yang menyadari perubahan anaknya, tetapi sobat-sobat Joonmyeon juga ikut merasakan perubahan yang drastis ini. Bertanya-tanya ada apakah gerangan.

Sayangnya tidak ada satupun yang berani mempertanyakannya kepada Joonmyeon.

Hingga akhirnya di suatu siang penuh kesesakan di kantin, Chanyeol memilih buka suara.

"Lo kenapa, Myeon?"

Chanyeol si penyelamat.

Joonmyeon ngelamun. Mau masukin jeruk nipis yang harusnya buat kuah soto, malah ke es marimas punya dia.

Tapi cowok Holkay ini tidak mengindahkan pertanyaan Chanyeol. Joonmyeon menggeleng lemah dan melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda. "Gue cuma capek aja, seminggu T.A kudu kelar, kerjaan gue baru separuh." alasannya.

Tentu saja Chanyeol dan yang lain gak percaya.

"Mau gue bantu gak, Myeon? Gue bisa kok kalo lo mau bantuan render atau mau masukin animasi." tawar Yifan. Joonmyeon termenung sebentar sebelum akhirnya menggeleng lemah.

"Nggak usah. Kalo ada yang nggak bisa gue handle sendiri, gue minta tolong kalian."

Joonmyeon bangkit membawa mangkoknya, berlalu meninggalkan teman-temannya.

"Si bantet kenapa sih?" suara Luhan memecahkan keheningan.

Yifan dan Chanyeol saling tatap dan kompak mengangkat bahunya tidak tahu.

.

.

Hal remeh juga bikin serangan jantung dadakan buat mereka kalau Joonmyeon galauin Yixing.

Iya, kalian ga salah baca nama.

Zhang Yixing yang ia gadang-gadang predikat cewek tersinting dan juga yang tidak akan pernah ia dekati.

Toh, pada akhirnya Joonmyeon ikutan sinting. Joonmyeon larut dan diombang-ambing.

Saat itu ia berjalan sendirian menuju kelasnya. Iseng, ia sengaja lewat daerah kelas 11 yang artinya jaraknya makin jauh dari kelasnya. Artinya lagi, dia bisa ngepoin kelasnya Yixing.

Ini hari keempat semenjak absennya Yixing, btw. Di hari ketiga alias kemarin sengaja ia nggak tanya si Baekhyun. Ia ngerti Yixing butuh waktu sendiri dulu, dirinya juga, selain itu dia takut kena zonk.

Kelasnya Yixing itu deket banget dengan kantin mini area kelas 11 yang paling terkenal jajanan pasar yang enak. Bisa aja nih dibuat alesan selagi kepala melongok kepo ngintip jendela kelasnya si Zhang Yixing.

Benar saja, alhamdulillah sekali, retina Joonmyon menemukan Yixing duduk di bangkunya bersama Baekhyun. Tak jauh dari kedua cewek itu juga ada Jongin, Jongdae dan satu lagi makhluk astral tak teridentifikasi gendernya (re: Amber). Entah mereka ngomongin apa sampai semuanya ketawa. Bahkan Jongdae sampai jatuh dari tempat duduknya.

Pusat retina Joonmyeon berfokus ke Yixing. Gadis itu ikut tertawa juga. Tapi seperkian detik kemudian, tawa itu perlahan terhenti digantikan senyum tipis.

Sesaat Joonmyeon merasakan kesenduan.

Jadi… bisa dibilang tawa lepas itu pura-pura saja?

Bisa dibilang bahwa Yixing mencoba terlihat baik-baik saja dihadapan para temannya?

Cewek sinting tak tahu malu dan pecicilan seperti Yixing….

.

.

Jadi ulah siapa ini?

Ulah siapa yang bikin cewek sinting ini jadi begitu terlihat menyedihkan dan harus berpura-pura bersikap seperti biasa?

.

Ulah siapa?

.

Tak perlu ditanya pun Joonmyeon tahu.

Jadi cowok ini berbalik meninggalkan area kelas Yixing. Dengan membawa kantong plastik berisi beberapa jajan yang tadi ia niatkan dititipkan Baekhyun untuk Yixing.

.

.

"Xing, gue harap lo ga kenapa-napa. Gue gatau harus gimana ngehadepin lo. Lo suka jajan kan? Mudah-mudahan dengan makan jajan ini, seenggaknya mood lo balik ceria kek biasanya. Gue tau gue ini OOC banget, tapi sumpah gue khawatir sama lo, oke?' -Joonmyeon-

.

.

Kertas itu Joonmyeon remas, lalu berakhir di tong sampah.

.

.

xx

.

.

"Xing, gue nih heran ya. Kenapa Kak Joonmyeon nanyain lo dari kemaren?" ujar Baekhyun ketika mereka berempat kumpul seperti biasa. Yixing yang tadinya cekikikan sama Jongin ganti menatap penuh tanya ke arah Baekhyun.

"Nanyain gimana?"

"Ya kan lo absen dua hari. Selama itu Kak Joonmyeon nanyain lo. Gue bilang coba Line lo kan dia punya kontak lo. Dia bilang gak lo gubris. Cuma di read doang. Kenapa sih?"

Yixing mengangkat sebelah alisnya. Jongin dan Jongdae kompak menaruh perhatian kepada dua cewek geng mereka.

"Mungkin lo punya hutang sama dia?" celutuk Jongdae.

"Ah, ga mungkin. Bang Joon kan Holkay, duit nyisa berapa juta dollar aja dia bagi-bagiin atau gak dibakar." – Jongin.

"Buset…" – Baekhyun.

Yixing tidak terlibat dalam hipotesa ketiga temannya. Otaknya terlalu penuh oleh pertanyaan kenapa.

Kenapa Joonmyeon melakukan hal itu? Apa karena cowok itu yang nganter dia ke rumah Baekhyun? Tapi, hellow –Kim Joonmyeon Tuan yang Agung khawatir hal begituan? Bukan Kim Joonmyeon banget. Si senior introvert kelas kakap begitu.

Jujur saja sih, Yixing juga pensaran –banget.

Beberapa detik kemudian Yixing mengangkat bahunya tak peduli. Dia bisa tanya Joonmyeon lain hari.


** She Make Me Going Crazy **


Joonmyeon emang pantes disebut apa nih, gais?

Udah bikin anak orang potek setengah mampus, eh, dianya malah mencoba menghindar si anak gadis itu. Pengen nabok Joonmyeon rasanya.

Tapi kalau dia masih berada di sekitar Yixing dengan dalih rasa bersalahnya dan rasa tak ingin jauh, eciee, dia bisa-bisa malah tambah sinting. Menghindar dari Yixing pun rupanya juga jalan yang makin gila. Ibarat dia gamau deket KrisYeol soalnya kalah tinggi, eh, dia malah terjebak cewek sinting semacam Yixing.

Aduh, bahas Yixing lagi.

Beneran lho soal Joonmyeon mau menghindari Yixing. Dia gak kepo sosmed-nya, gak kepo pakai acara lewat depan kelasnya atau ruang Klub Tari. Joonmyeon berusaha sibuk belajar persiapan UN supaya dia nggak kepikiran soal Yixing.

Yah, mau gimana lagi.

Deket Yixing itu gila rasanya. Rasa bersalah menghantui. Ingin buat pengakuan karena gak tahan buat gak ngomong ke Yixing, tapi dia takut Yixing benci dan makin memilih pergi. Juga, ingatkan dirinya kalau Yixing itu naksir berat dan kemungkinan Yixing belum sepenuhnya move on dari Yifan.

Sakit tauk.

Daripada dia ngerasain itu semua toh dia milih menghindar. Apalagi dia mulai persiapan tes buat beasiswa sana-sini. Lumayan lho beasiswa luar negeri buat seukuran anak SMA/K yang baru lulus.

Bagaimana Joonmyeon menghindar, namanya juga mereka masih satu sekolah. Arena sekolah itu nggak seluas jidatnya Jongdae. Mereka masih aja bisa papasan, coy.

Apalagi sistem sekolah mereka basis Agama. Dia masih gak tahan buat gak curi lirik ke arah jamaah cewek nyari posisi Yixing pas Shalat Dhuhur. Atau pas pengajian akbar tiap Sabtu. Atau kalau ada Dakwah khusus tiap hari Jumat pagi di aula, dia berharap Yixing yang menyampaikan dakwah perwakilan kelasnya.

Yixing masih kelihatan kayak biasanya, sama kayak dia dulu naksir Yifan. Bedanya, di dalam hati cewek itu udah berkeping-keping, diselotip pun masih ada bekasnya.

Atau ketika mereka papasan di kantin. Joonmyeon berusaha pasang wajah cool-judes-pengen-ditonjok walaupun Yixing menyapanya seramah mungkin.

Seperti beberapa hari yang lalu misalnya. Kebetulan aja Joonmyeon, Yifan dan Chanyeol bertemu Yixing sama Jongdae di Kantin (bersama) Utama.

Jongdae dan Yixing sebagai adik kelas yang baik menyapa mereka ramah. Yang Joonmyeon lihat, Yixing masih ngenes kalo harus ketemu Yifan. Tapi si tiang gigi tonggos ini malah cengengesan.

"Oyy, Jongdae-Yixing! Daripada kalian cari bangku lain, udah penuh, bareng sama kami aja." ajak Chanyeol.

Sialan. Kamvretos duo tiang ini.

Si Yixing kelihatan keberatan. Karena kampretnya si Jongdae nge-iyain tawaran Chanyeol dan malah milih duduk di sebelah Joonmyeon yang kebetulan bangkunya kosong. Dan Yixing terpaksa memilih duduk di sebelah Yifan.

Jadi possisinya: Yixing-Yifan-Chanyeol dan Joonmyeon-Jongdae. Sialnya, posisi Joonmyeon berhadapan dengan Yixing.

Ah, gak penting juga jelasin posisi mereka, toh, bukan posisi naena yang nikmat. Ekhem! Ini masih rating T ya.

Joonmyeon berusaha cuek dengan masih lanjut makan bakso dan gorengannya. Gak peduli sama topik obrolan mereka berempat walaupun diam-diam ia curi dengar ketika Yixing yang ngomong.

"Ah, iya, Kak Joonmyeon–"

Joonmyeon peka kok kalau itu Yixing yang manggil dia.

"–kata Baekhyun, Kakak sempet nyariin saya pas saya absen?"

Sinting ini cewek. Bisa nggak sih tanya lewat chat atau kalo mau tanya langsung pas nggak ada duo tiang galah?

"Wahh!" seru Chanyeol. "Ada angin apa nih si Joon nanyain Yixing?"

"Kampret, kalian ada apa sih?" – Yifan.

Bukannya menjawab pertanyaan Yixing, Joonmyeon menyerbu habis bakso terakhir dan bangkit membawa serta si mangkok.

Dan retinanya menatap Yixing yang menanti jawaban dengan sabar.

Anjir, dugeun-dugeun!

Dia kemana aja sih?! Dulu aja tega bener ngehancurin perasaan cewek sinting ini, sekarang ditatap begitu dia gak tega… atau malah tambah bersalah.

"Cuma masalah Dokumentasi kok." ujarnya, "Kamu kira alasan saya apa nyariin kamu? Jangan geer saya punya alasan khusus. Permisi. Fan, Yeol –gue balik ke kelas duluan."

Joonmyeon meninggalkan meja mereka.

Duzztah kawan. Kalian tahu sendiri Joonmyeon punya alasan khusus. Dia ga mungkin blak-blakan.

Biarlah. Mungkin dengan sifatnya yang seperti awal mereka ketemu, Yixing bakal benci dan menghindar jauh-jauh dari dia.

Mungkin, lebih baik Yixing benci dengan alasan remeh ini.

Mungkin, lebih baik begini daripada Yixing benci dia gara-gara tahu dia punya maksud lain.

Ya, Joonmyeon pikir begitu jauh lebih baik.

.

.

xx

.

.

Suara dentuman musik terus mengalun di ruang Klub Tari. Yixing bersama beberapa adik kelas dan teman seangkatannya tengah berlatih koreografi baru untuk persiapan lomba berikutnya. Latihan hanya berselang satu jam, kemudian mereka memilih bubar untuk istirahat. Sedangkan Yixing masih saja berlatih memperdalam gerakannya agar menyatu dengan jiwa.

"Gila lo. Badan udah kerempeng gitu. Istirahat dulu yuk, gue traktir mie kuah deh." bujuk Sehun. Yang namanya Yixing kalau udah serius sama satu hal, yang lain nggak bisa ganggu gugat. Sehun nyerah, tapi cowok albino ini tetep ngawasin sohibnya kali aja tumbang.

Ya, Yixing emang sengaja latihan terus menerus. Baik koreografi tim maupun performance solo-nya.

Semenjak tragedi di taman pas Yifan nembak Luhan, Yixing berusaha menyibukkan dirinya. Entah dengan kegiaatan Klub Tari, atau dia lebih banyak ikut serta workshop di hari libur, atau lagi dia iseng nyoba resep baru tiap kali punya waktu kosong di rumah.

Intinya: Dia menyibukkan diri buat lupa.

Tapi semakin dia ingin lupa, semakin pula ia ngerasa sakit hati.

Apa mesti begini? Toh, dia nggak bener-bener naksir Yifan kan?!

Dari masalah tentang si Yifan ini, ada masalah baru lagi yang bikin Yixing emosi dan ngamuk sendiri tiap kali inget: Masalah si Introvert kelas kakap itu. Kejadian di Kantin Utama itu lho, gais.

Ketika ingatan tentang Joonmyeon yang senyum sinis ke dia sebelum pergi dari Kantin, itu bikin Yixing muak. Dan saat itu Yixing tengah berputar ala ballerina, ingatan itu sukses terbayang dan bikin dia gak fokus hingga jatuh menimbulkan suara 'dum!' yang keras.

"Rese'! Sialan! Dasar Intovert parah!" bukannya meringis sakit, Yixing mengeluarkan caci makinya terhadap Joonmyeon. Sehun dan Jongin yang tadinya rebutan gorengan terakhir, terhenti dan berseru ke Yixing. "Lo gapapa, Xing?"

Yixing hanya memberi isyarat dia baik-baik saja dan segera bangkit. Dia baru menyadari ada sedikit keributan dekat pintu masuk ruang Klub Tari. Rupanya ada Luhan, dikerumuni beberapa junior seperti Taemin, Luna, Ten, dan yang lainnya.

Ah, memang sih Luhan kan ketua favorit semua anggota. Yixing terpilih hanya kebetulan dirinya pantas untuk jadi ketua Klub. Sedang Luhan itu cantik, disegani semua orang, berbakat, pintar. Yixing sadar diri kok, tenang saja.

Sesaat retina mereka bertemu, Luhan sudah ingin melambai tangan bermaksud menyapa, tapi Yixing memutus kontak mata mereka dan berjalan ke loker miliknya dengan sedikit bersusah payah.

Sialan. Kakinya terkilir tadi sewaktu jatuh tadi.

Kagetnya Yixing ketika dia menutup lokernya, disampingnya sudah berdiri Luhan.

"Hai, Xing!"

"Iya, Kak." jawabnya lirih. Dia nggak mau berurusan sama Luhan dulu, eh, orangnya nyamperin.

"Kita ngobrol dulu yuk, ada beberapa agenda yang bakal kita bahas."

Yixing mengaduh dalam hati, tapi dia mengiyakan ajakan Luhan.

.

.

Kantin Utama lumayan sepi. Yixing dan Luhan duduk berhadapan saat mamang Mie Ayam naruh dua mangkok mie dan dua gelas es teh di meja mereka.

"Kak Luhan nggak usah repot traktir saya."

Luhan mengibas telapak tangannya, "Ah, sekali-kali. Lagipula abis ini gue lulus kok, ga bakal ketemu lagi dan gak gue traktir."

"Emang apa yang mau Kak Luhan omongin ke saya?"

"Ah iya! Sambil makan ya. Gue cuma mau tanya tentang klub."

Oh, soal Klub. Aman deh kalo gitu.

Mirip repoter sama narasumber lebih tepatnya. Luhan nanya tentang kandidat Ketua Klub, poin-poin penting, atau ada tujuan dan tema di Klub Tari untuk kedepannya. Yixing hanya menjelaskan dengan sabar dan detail jikalau Luhan ngotot kurang jelas poin A-poin B.

Hingga satu pertanyaan yang paling Yixing waspadai ternyata gak luput…

"Oh ya, kenapa pas abis kompetisi itu lo langsung pulang dianter Joonmyeon? Padahal gue udah sengaja masak banyak dan enak buat perayaan kalian lho, yahh, walopun gak menang."

Skak mat.

Saking kagetnya, Yixing jadi jatuhin garpunya di mangkok menimbulkan bunyi keras dan itu juga bikin kaget Luhan.

"Yixing…"

"Ah, maaf Kak Luhan!"

Yixing panik, buru-buru membereskan kekacauan yang dibuat sedang Luhan berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.

"Emang kenapa sih kok sampe kaget begitu." nah kan. Mulai sifat keponya Luhan kayak presenter gosip.

Yixing menggeleng pelan. "Emang Kak Joonmyeon nggak ngasih tau ya?" sebenernya sih, supaya Yixing bisa pakai alasan lain yang mungkin udah dibilang Joonmyeon.

"Ungg," Luhan terlihat berpikir sebentar, "Joonmyeon bilangnya sih kamu gak enak badan, terus minta dianteirn pulang takut kenapa-napa di jalan. Ah, tapi mah Joonmyeon mana bisa dipercaya. Penuh modus kadang itu anak."

Ohh, gitu ya.

"Emang bener kok. Abis perform itu badanku langsung lemes, kepalaku pening. Karena cuma berdua sama Kak Joonmyeon, makanya minta tolong sama dia."

Terima kasih Kak Joonmyeon, berkatmu Yixing tidak harus berkata jujur atau alasan yang lain yang bisa menimbulkan kecurigaan Luhan.

Luhan mengangguk mengerti.

"Makanya kalau latihan itu jangan terlalu over, istirahat yang cukup juga, Yixing."

"Iya, Kak. Makasih."

Bunyi notif Laine, itu dari ponselnya Luhan. Mimik wajahnya langsung cerah dan cekikikan sebentar sebelum akhirnya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Ah, palingan Kak Yifan, batin nelangsa Yixing.

"Padahal sayang banget tauk kamu pulang cepet. Padahal aku mau ngasih kabar bagus."

Yising was-was. Jangan sampe nih…

"Aku sama Yifan jadian lagi!" seru Luhan dengan raut wajah bahagia.

kan dia

Yixing sontak melotot kaget.

"A-pa... Kak?"

Barusan dia nggak salah denger kan?!

"Iya, kamu ga salah denger. Aku sama Yifan jadian lagi."

Secara refleks otak Yixing memutar rekaman wajah Kak Yifan dalam berbagai ekspresi dan momen-momen tertentu.

Jadi…?

"Ceritanya panjang. Padahal kita maunya selesai piknik kecil-kecilan, mau ke karaokean sama game center buat ngerayain. Tapi kamunya keburu pulang, Sehun sama Jongin juga gamau ikut. Jadi yaudah…–"

Yixing langsung bangkit, gak peduli Luhan yang kaget untuk kedua kalinya juga denyut kesakitan di pergelangan kakinya.

"Yixing…?"

"Saya baru ingat ada janji lain di jam segini. Saya permisi, Kak. Terima kasih. Lain laki ganti saya yang traktir."

Cewek ini langsung berlari kecil, mana peduli dia sama kondisi kakinya. Dia nangis bukan karena rasa sakit di kakinya, justru rasa sakit karena kekecewaan dan merasa dibodohi.

Targetnya hanya satu: Dimana Kim Joonmyeon?!

.

.

xx

.

.

Bimbingan buat scene akhir T.A-nya sekaligus bimbingan belajar Ekonomi sama guru Akuntansi membuat Joonmyeon harus rela pulang sampai malam. Resiko sih, kalau dia tes SBMPTN dengan ketiga jurusan pilihannya memang berhubungan dengan Soshum, sedangkan Joonmyeon mah anak Teknik Multimedia.

Untung udah shalat Maghrib dulu, karena sayup-sayup Joonmyeon bisa mendengar persiapan menjelang adzan Isya'. Cowok ini memasang earphone dan mulai berjalan menuju halte untuk menunggu jemputan. Dia tidak mood naik taksi, ataupun transportasi online lainnya. Lagian kalau menunggu di sekolah, dih, mana mau dia sendirian.

.

(([Backsound: Cosmos Hippie Maybe I Like You]))

.

Hal yang mengejutkan adalah minimarket yang ada di seberang halte. Yang membuat Joonmyeon ingin kabur saja.

Zhang Yixing yang sedang duduk di kursi yang disediakan pihak minimarket.

Tapi buat apa juga dia kabur, emang dia makhluk kriminal?!

Iya, kriminal; udah bikin cewek sinting itu malah tambah sinting.

Joonmyeon menghela nafas. Dia tidak akan lari. Toh, Yixing juga sepertinya tidak sadar akan sosok Joonmyeon yang duduk di bangku halte. Cewek itu terlalu asyik dengan layar ponsel dan bungkusan kripik kentang.

Aih, di tahun terakhirnya kenapa dia baru mendapat pengalaman ini?!

Ketika jatuh cinta di masa SMA begitu mendebarkan sekaligus menyesakkan.

Ketika Joonmyeon ingin memulai semuanya dengan awal yang baik, justru kekacauan yang ia buat dan pengecut sekali untuk memperbaikinya.

Begitu larut dengan pikirannya, Joonmyeon baru sadar ketika Yixing kembali lagi di kursinya setelah kembali lagi masuk di minimarket. Entah apa yang ada di kantung plastik itu. Koyo? Dan salep? Untuk apa air mineral itu dia basuhkan pada pergelangan kaki?

Otak Joonmyeon dengan cepat memproses. Apa kaki Yixing terkilir?

Dugaannya tepat sasaran. Ketika mengoleskan salep, Yixing tidak bisa menyembunyikan ekspresi kesakitannya.

Lantas apa dia tidak mau menghampiri cewek itu yang sedang kesakitan? Atau mempertahankan egonya untuk tidak peduli pada Yixing walaupun tidak selaras dengan hatinya?

Cukup sekali itu Joonmyeon mempertahankan ego, lalu membuat satu masalah besar.

Cowok ini melepas earphone-nya. Berjalan menuju ke arah Yixing yang masih sibuk dengan koyo dan salepnya.

"Jangan dioles begitu. Punya sapu tangan atau handuk kecil, nggak?" Yixing mendongak melihat ke arahnya, lalu tersenyum lebar.

Untuk apa tersenyum begitu? Mau bikin Joonmyeon kena heart attack? Masih bisa senyum begitu kalau tahu apa yang dilakukan Joonmyeon selama ini?

"Kak Joonmyeon belum pulang?"

"Sini," daripada menjawab pertanyaan Yixing, Joonmyeon terkesan memaksa mengambil air mineral dingin yang dipegang Yixing. Dan dia mengeluarkan saputangan dari kantung celana. Membalut kaki Yixing yang terluka dengan saputangan basah. Yixing meringis perih, tapi itu sepadan dengan reaksi berikutnya yang membuat dirinya rileks.

"Jangan asal dibasuh aja. Lain kali tuh, kainnya dibasahin air dingin. Dibiarin dulu sampai rasa sakitnya ilang." tanpa sadar Joonmyeon menjadi cerewet. Lalu diambilnya salep di atas meja, "baru diolesin salep. Kayaknya udah lama ini, sampe biru gini."

Karena posisi Joonmyeon berlutut di depan Yixing, otomatis cowok ini mendongak melihat Yixing.

Astaga! Jangan pasang wajah polos! Nanti dia tegang!

"Kenapa? Baru lihat orang ganteng ya?!" Joonmyeon berusaha menutupi rasa dugeun-dugeunnya. Duh, pasti suaranya kedengaran aneh.

"Dih!" ejek Yixing. "Cuma heran aja, biasanya Kak Joonmyeon itu mirip beruang; introvert, cuek kelas kakap, judes, mulut cabe-cabean. Tiba-tiba aja baik ke saya. Kak Joonmyeon lelah ya abis bimbingan SBMPTN?"

"Daripada kamu, sinting. Seenggaknya saya masih waras." balas Joonmyeon, "eh, tapi kamu kok tahu saya ada bimbingan SBMPTN?"

Setelahnya Yixing gagap. Joonmyeon melihat rona pink itu muncul di pipi putih cewek itu. Lucu sih lihat Yixing gelagapan gini, imut. Mirip boneka Rusia yang cantik itu lho, kawaii~

Astaghfirullah, Joonmyeon harus sadar! Dia gak boleh jatuh cinta terlalu dalam. Selagi perasaannya belum tumbuh semakin membesar, Joonmyeon harus menghilangkan perasaan ini. Ya, harus.

"Tahu aja, ih. Bu Indy yang cerita di kelas kalau ada beberapa anak kelas 12 teknik yang mau bimbingan SBMPTN Soshum!"

Joonmyeon terkekeh pelan. "Iya-iya, percaya. Nggak usah ngotot juga."

"Nggak!"

Dan kali tawa Joonmyeon pecah.

Sumpah, dia nggak tahan liat Yixing. Pipinya merona pink, wajah lugu-nya dipaksa untuk judes. Ini sih kayak bocah yang sok-sokan mau jadi preman.

Yixing tertegun singkat. Baru kali ini dia tahu seniornya yang rese' bisa tertawa selepas ini. Padahal tidak ada guyonan, apa yang membuat seniornya yang terkenal jutek, judes, cuek dan mulut cabe-cabean ini bisa tertawa? Itu rahasia. Yixing tidak ingin terlalu jauh berpikir bahwa ialah yang membuat si introvert kelas kakap ini tertawa.

Tanpa sadar, Yixing juga memunculkan senyum tipisnya. Sedikit miris jika ia harus diingatkan tentang pengakuan Luhan tadi siang. Tapi toh, ia mana berhak marah.

Semua orang punya alasan yang tidak diketahui sebagai penyongkong mereka agar terlihat kuat.

Itu mungkin dirinya…

"Kamu itu ada-ada aja deh!"

atau juga seniornya yang ini.

"Saya mau pulang! Unfaedah banget disini cuma diketawain!" Yixing berdiri, lalu kemudian kembali duduk. Asli, kakinya baru kerasa sakit banget efeknya padahal tadi siang terkilir.

Joonmyeon berhenti tertawa. Dia memandang kasihan sekaligus khawatir. "Yakin nih pulang? Udah jam tujuh malem, angkot mana ada lewat jam segini."

"Ada kok. Saya bisa pesen mobil online sama motor online!"

"Terus gimana mobilnya bisa nyampe sini? Kamu download dulu? Kamu gak tau pasti ya malem-malem gini sering ada begal."

Yixing mendadak lesu, paranoid. "Ugh…"

Walaupun sudah ada transportasi kekinian yang mempermudah perjalanan, tetap saja Yixing itu cewek dan ini sudah malam. Diperparah cewek sinting ini dalam kondisi kaki terkilir.

Hati ini mana tegaa~~

((apa kabar kamu yang bikin dia patah hati sampai absen dua hari? – Gak usah dibahas ya, dia udah tahu kok, udah menyesal))

Ponselnya berbunyi. Panggilan dari sopirnya. Cowok Kim ini melihat halte seberang, dimana sudah ada mobil dan sopirnya yang selingukan dengan posisi menelponnya.

"Saya bisa anter kamu pulang kok."

"Eh?" saking kagetnya, Yixing melotot tak percaya. "Nggak usah, Kak. Saya bisa minta jemput Ayah."

"Terus kamu mau Ayahmu capek dua kali lipat?"

"Gimana ya, gak ada pilihan lain."

Tanpa mau berdebat lebih panjang, Joonmyeon berlutut menawarkan punggungnya pada Yixing. "Naik." perintahnya.

"Aduh, Kak Joon–"

"Naik atau saya benar-benar marah sama kamu, Zhang."

Awalnya Yixing ragu, tapi dia menurut. Membiarkan tubuhnya diangkat Joonmyeon.

"Kak, berat ya?"

"Iya." tidak ragu menjawab ditambah ejekan, "kamu itu kayak babi celeng."

"Siapa yang nawarin kalo gitu pake ancaman segala!"

Joonmyeon tidak menggubris. Dia tetap jalan dan menyebrang menuju mobilnya. Pak Herman, selaku sopirnya Joonmyeon, kaget melihat Tuan Muda-nya menggendong cewek di punggungnya. Terpogoh-pogoh dia mau membantu Tuan Muda-nya sebelum disanggah dengan, "Bukain aja pintunya, Pak. Biar gak makin berat."

Pak Herman kaget sekali. Baru sekali ini Tuan Muda-nya yang judes menggendong cewek. Padahal setahunya temen cewek Den Joonmyeon itu cuma Luhan; itupun juga tidak ada interaksi spesial. Jangan-jangan cewek digendong ini pacarnya?

Yixing dibuat terkejut dua kali lipat. Setahunya Joonmyeon naik bis kota. Kenapa ada mobil? Apa dia barusan pesan mobil online dan selesai didownload?

"Mau dianter kemana dulu, Den?" tanya Pak Herman begitu mereka memasuki mobil.

"Sebutin alamat rumah kamu gih," perintah Joonmyeon dan Yixing langsung menyebutkan alamatnya.

Lima menit pertama begitu canggung. Tidak ada perbincangan sama sekali kecuali suara deru mobil.

"Kak," pecah Yixing. "setahu saya Kak Joonmyeon naik bis kota deh."

"Hum? Iya sih kadang kalo pulang sore. Kalo udah malem gini mah mending dijemput aja."

Yixing gondok. "Kak Joonmyeon aja bisa, kenapa saya gak boleh?!"

"Berisik. Mau saya turunin disini?"

Cewek ini langsung diam.

"Mana, sini kakinya yang terkilir. Dilihat dulu bengkaknya makin parah atau nggak."

Yixing membiarkan Joonmyeon menangani kakinya yang terkilir. Ada berbagai pertanyaan dan kejutan yang menyeruak dalam hatinya yang ingin ia sampaikan. Tapi ia urungkan.

Bagaimana bisa cowok yang satu ini menjadi iblis dan malaikat dalam satu waktu?!

Siapa yang Yixing harus percayai; sisi iblisnya atau sisi malaikatnya?

Dia terlalu dibuat bingung dan begitu ia percaya pada salah satu sisinya, sisi yang lain muncul dan Yixing kembali mengurungkan niatnya.

Siapa sebenarnya Kim Joonmyeon; Iblis atau Malaikat?

Yixing gila… sumpah, dia udah gila…

.

'Lo masih aja begini. Gue terkadang kasihan deh sama lo dan segala keluguan serta kepolosan lo.'

.

"Oy! Kesambet ntar tahu rasa!" seruan Joonmyeon membuat Yixing tersadar. Tapi secepat kilat Yixing memanipulasi dengan kekehan singkat.

"Nggak ngelamun. Cuma…" Yixing menjeda sebentar.

Kayaknya suasana ramai di luar dan hening di dalam mobil begitu kontras. Apalagi, lampu mobil yang dimatikan membuat padangan Yixing agaknya kabur, diperparah dia nggak pakai kacamata dan minus-nya nambah.

Disaat seperti ini, kenapa bisa ia melihat dengan jelas wajah seniornya yang introvert kelas kakap, dengan retina saling bersitatap, cahaya lampu kendaraan diluar sana menerobos masuk melalui kaca jendela.

Bagaimana dia bisa merasa bahwa hanya Joonmyeon yang terlihat jelas disaat dia merasa blur dengan segalanya?

Ini aneh sekaligus menggelikan bagi Yixing.

"Woy! Ngelamun lagi!"

"Hehehe…"

Dan Joonmyeon tertular untuk mengikuti kekehannya.

Mereka saling bertabrakan. Antara si hyper dan sosial yang tertutup. Ketika Yixing ingin terbang dengan segala mimpinya, lalu Joonmyeon dengan logisnya memilih berjalan karena alasan klasik manusia tidak punya sayap untuk terbang.

Klise dan klasik.

Bahkan ketika mobil Joonmyeon berhenti tepat di depan gapura kompleks rumahnya, ketika kakinya menginjak tanah dan senyuman Joonmyeon untuk pamit pulang.

Yixing masih tidak bisa berpikir logis.

Malam itu angin berhembus begitu hangat,berbeda dengan malam-malam sebelumnya.

Ini sungguh aneh sekaligus menyenangkan.

.

.

|| bersambung ||

.

.


A/N: Maaf ya ini gajadi chap terakhir, terlalu panjang soalnya kalo dijadiin satu chap. Maaf juga kalo lamaaa bgt update-nya. Mohon maklum ya aku udah kelas 12, jadi banyak tugas