Disclaimer : I Don't Own BoBoiBoy...

Warnings : OOC, typo, dsb...

.

.

.

Sebuah jam beker berbunyi nyaring, memecahkan keheningan subuh di suatu kamar. Seorang pemuda mengulurkan tangan untuk mematikan benda berisik itu. Ia bangun dan menguap serta meregangkan otot-otot yang kaku karena tidur semalam.

Pemuda berambut kecoklatan itu segera bangkit dan menuju kamar mandi. Bersiap untuk kesekolah. Untuk memudahkan, kita panggil saja pemuda itu Boboiboy.

Dua puluh menit kemudian Boboiboy telah selesai berkemas dan turun kebawah menuju dapur untuk sarapan. Sang Atok sedang mempersiapkan coklat-coklat untuk kedainya ditolong Ochobot. Dengan sigap ia ikut membantu sang kakek yang tetap terlihat kuat walau umur sudah makin bertambah.

Boboiboy segera pamit. Setelah bersalaman dan segera berlari begitu melihat Gopal yang lewat. Ia segera merangkul sang sahabat dan tertawa hangat menyapa.

"Hai Boboiboy, Gopal!" sapa kompak dari dua orang gadis sambil tersenyum pada keduanya.

"Hai Yaya, Ying," balas Boboiboy dan Gopal. Mereka segera melangkahkan kaki lagi.

"Oi Fang!" teriak Ying sambil melambai pada pemuda berkacamata yang langsung menoleh begitu namanya dipanggil. Ia berjalan mendekat dan menyunggingkan senyum tipis.

"Pagi." Sapanya singkat.

Mereka berlima segera menuju ke Sekolah Menengah Atas Pulau Rintis. Yap, dari SD sampai sudah SMA, dari masih bocah sampai sudah berumur belasan tahun mereka tetap satu sekolah.

Setelah sampai dikelas mereka meletakkan tas dan mulai mengobrol. "Kita tidak ada ulangan atau PR kan?" tanya Gopal.

"Kau ini Gopal, kenapa tidak pernah ingat membuat PR atau belajar?" balas Yaya kesal. Gopal meringis.

Boboiboy tertawa meledek. "Gopal itu hanya ingat bermain game, kalau pelajaran sih, dia ingat, ingat untuk melupakannya." Gopal cemberut.

"Kau sudah buat PR Biologi?" tanya Ying pada Yaya.

Gopal pucat. "HAH?!, tuhkan ada PR!."

Ying menatapnya dongkol. "PR Biologi itu untuk lusa Gopal!." Yaya dan Boboiboy tertawa. Fang hanya mendengus geli.

"Belum, aku bingung mencari sampel untuk pengamatannya." Yaya menjawab pertanyaan Ying yang sempat terabaikan. "Ada yang tahu sampel untuk penellitian Biologi?" tanya Ying pada yang lain.

"Aku tahu," jawab Fang.

"Tunjukin caranya dong Fang," pinta Yaya dan Ying kompak. Fang mengangguk.

"Aku juga ya Fang?" Boboiboy berbalik menatap pemuda berwajah oriental tersebut dengan pandangan berharap.

"Ogah," ketus Fang seenaknya.

Boboiboy cemberut, "Begini nih tipe orang yang pilih kasih."

Fang mendelik pada Boboiboy. "Biar, lagian kenapa aku harus kasihan padamu?"

"Kau seharusnya kasihan pada orang yang kesusahan Fang," ucap Boboiboy dengan nada sok menggurui membuat Fang mendengus mencemooh.

"Kesusahan, bukan malas."

Yaya dan Ying tertawa melihat Boboiboy yang garuk kepala, sepertinya balasan Fang memang telak. Fang menyunggingkan senyum tipisnya lagi, merasa menang atas rival sejak SDnya.

"Tolong dong Fang, aku beneran gak ngerti nih."

"Gak."

"Please?"

"Gak."

"Kutraktir donat lobak merah?"

"..."

"Oke."

Boboiboy tertawa. Jurus yang satu itu benar-benar ampuh. "Dasar perhitungan," gerutu Boboiboy mengacak rambut Fang.

"Hei!" Fang berusaha menjauhkan tangan pemuda bertopi itu dari kepalanya.

"Kau membuat rambutku berantakan saja!" Fang berusaha merapikan rambutnya sambil cemberut pada Boboiboy. Boboiboy terkekeh. Memandang wajah Fang yang sedang cemberut membuat Boboiboy menyadari satu hal.

Wajah pemuda itu manis dan lucu kalau sedang cemberut. Wajah Fang memang tampan tapi entah kenapa terasa lebih cocok di sebut cantik. Wajahnya tirus, kulit putih tanpa ada cacat – tidak seperti kebanyakan cowok lain yang biasanya berbintik atau berjerawat, mata sipit beriris violet yang dinaungi bulu mata lentik, bibir tipis yang berwara peach, serta tubuh yang ramping dan kaki jenjang.

"Hoi!"

Sergahan Fang membuat ia tersentak. Ah kenapa ia bisa berpikir seperti itu? Boboiboy bingung sendiri mendapati dirinya melamun.

"Kenapa bengong?" tanya Fang menyipitkan matanya memandang Boboiboy heran. Boboiboy menggeleng.

"Nggak kok, aku nggak melamun." Ia lalu menyunggingkan senyum lebarnya lagi.

Boboiboy berusaha menghilangkan pemikiran yang sempat melintas tadi. Mungkin memang Fang adalah cowok bertipe wajah yang feminim seperti beberapa artis korea atau yang berdarah oriental.

Skip time setelah pulang sekolah.

Yaya dan Ying berjalan sambil mengobrol dan tertawa riang sedangkan Gopal dan Boboiboy dibelakang keduanya, saling lempar ejekan. Fang sendiri berjalan paling belakang sambil memandang langit. Tidak terlalu mempermasalahkan apakah akan jatuh, tersandung atau menabrak.

"Hoi! Fang. Kalau jalan itu lihat ke depan bukan ke atas," tegur Boboiboy saat menoleh kebelakang dan mendapati pemuda berkacamata itu berjalan sambil memandangi langit.

Fang menatapnya dengan wajah acuh. "Cerewet."

Boboiboy memelototinya. "Dibilangin juga, bukannya nurut." Akhirnya Boboiboy berbalik lagi dan melanjutkan obrolan dengan Gopal. Fang tetap menatap langit. Entah apa yang ia pikirkan.

Boboiboy berbalik tiba-tiba, "Oh ya, Fang..." Fang yang sedang berjalan menenggadah itu tak melihat Boboiboy yang berhenti, dan ia sendiri tidak mendengar Boboiboy karena asyik melamun.

Gedubrak. Anggap saja itu sound efek karena Fang menabrak Boboiboy. "Aduuuuh." Boboiboy mengaduh kesakitan saat pantatnya mencium aspal jalanan.

"Boboiboy! Fang!" Seru Ying dan Yaya kaget dan berlari menghampiri kedua teman mereka.

Boboiboy membuka matanya perlahan saat merasa ada yang berat diatas tubuhnya. Matanya membulat saat ternyata Fang jatuh menimpanya. Fang sendiri yang juga sama kagetnya dengannya melebarkan mata sipit yang terlindung oleh lensa kacamatanya.

Warna merah tipis merambati wajahnya saat menyadari tindakan bodohnya barusan. Dan tanpa sadar Boboiboy terpana. Warna merah di kedua pipi itu semakin mempermanis rupa Fang. Cantik batin Boboiboy.

Fang segera menyingkir dari atas Boboiboy. "Ma-maaf," gagapnya panik. Gopal mengulurkan tangan untuk menolong sobatnya bangkit. Boboiboy menerimanya dan berdiri.

"Tuh kan, sudah dibilang jangan lihat keatas terus," omel Boboiboy.

Fang mengerucutkan mulut, "Iya, iya, maaf, aku memang salah tadi."

"Kalian tidak apa-apa kan?" tanya Ying dan Yaya lalu memeriksa keduanya dengan saksama. Mengangkat lengan kedua pemuda itu dan memutar tubuh mereka.

"Kalian berlebihan," ucap ketiga pemuda disana sweatdrop.

"Memikirkan apa sih Fang?" tanya Boboiboy penasaran.

Fang menggeleng. "Nggak ada apa-apa kok, hanya melamun," jawab Fang.

Boboiboy mengacak rambut pemuda itu gemas. "Ish, jangan melamun sambil jalan, kau lihat kan akibatnya?"

"Hei, sudah kubilang jangan usik rambutku!" protes Fang melepaskan tangan Boboiboy lalu memelototinya. Boboiboy tertawa. Entah kenapa tampang Fang sama sekali tidak terlihat galak, imut malah.

Wait, imut?. Boboiboy kembali tersentak karena pemikirannya sendiri.

"Jangan tertawa!" bentak Fang kesal.

"Ah, maaf deh," Boboiboy nyengir maksa, agaknya pemikiran tadi sangat mengganjalnya.

"Yuk lanjut," ajak Yaya yang diangguki semuanya.

..

.

..

"Hot special chocolate satu."

"Siap," Boboiboy berbalik. Agak terkejut melihat siapa yang memesan tadi. "Eh Fang, tumben," Fang segera duduk dibangku dan menatapnya dengan dahi mengernyit.

"Memang kenapa?" Boboiboy menggeleng dan membuat pesanan pemuda berkacamata itu.

"Nih," Boboiboy menyodorkan cangkir yang mengeluarkan bau harum itu. Fang mendehem sebagai jawaban lalu segera menyesap pelan minumannya. Boboiboy tanpa sadar memperhatikan Fang. Memperhatikan setiap detail wajah dan gerakannya. Caranya minum yang tenang, santai dan anggun. Asyik menonton bibir peach itu menempel pada tepi gelas dan menyesap cairan manis didalamnya.

Fang melirik Boboiboy dan heran mendapati pemuda bertopi itu malah melamun. "Hoi." Tak ada sahutan. "Woi." Masih hening. "Boboiboy!." Tak ada jawaban.

Plak. "AWW." Boboiboy tersentak dan segera mengusap pipinya. Ia menatap Fang kesal. Yang bersangkutan tenang-tenang saja kembali meletakkan pantatnya di bangku. Dan kembali pada coklat yang masih tersisa setengah.

"Fang, kenapa kau menamparku," tanya Boboiboy kesal masih memegang pipi yang berjejak merah. Bekas telapak tangan Fang.

"Mukamu itu yang minta dipukul," celetuk Fang santai.

"Kau melamun tidak jelas sih, dipanggil tidak nyahut jadi kutampar saja sebelum kesambet," lanjutnya cuek dan asal. Boboiboy menggerutu tidak jelas. Dalam hati merutuki dirinya sendiri yang entah kenapa bisa melamunkan Fang.

"Dah lah, aku mau pulang dulu," Fang meletakkan uangnya dimeja. Boboiboy menggumam tak jelas sambil memungut uang Fang, mungkin masih kesal dengan tamparan tadi. Ia mendelik pada Fang. Fang hanya menyunggingkan seringai.

"Dasar," desis Boboiboy, Fang tertawa mendengar rutukannya.

"Ahahaha Boboiboy, salah mu sendiri melamun tidak jelas, dasar bodoh."

Boboiboy memelototinya, "Hei, siapa yang kau sebut bodoh."

Fang berhenti tertawa, menatap Boboiboy dengan mata bersinar geli dan senyum jenaka yang- sumpah- langka. Membuat Boboiboy terpana, wajah itu tampak bercahaya, iris violet yang jernih itu seolah memantulkan cahaya matahari siang.

"Kau, siapa lagi? wee," Fang menjulurkan lidahnya mengejek. Boboiboy masih diam, menatap Fang dengan pandangan yang intens. Tiba-tiba pemuda bertopi itu mencondongkan tubuhnya, menangkup wajah Fang dengan tangan kanannya. Pandangannya terkunci pada mata Fang.

Fang melebarkan matanya saat wajah Boboiboy mendekat, merasakan telapak tangan Boboiboy menyentuh pipinya. Tubuhnya entah kenapa gemetaran dan membeku. Tatapan Boboiboy yang tajam terasa seolah sedang mencoba menyelami pikirannya.

"A-apa yang kau lakukan bodoh?!" bentak Fang sambil mendorong Boboiboy sampai pemuda itu terjatuh dibalik meja. Fang mengintip walau masih ketar-ketir.

"Aduuuh," Boboiboy meringis sambil mengelus pinggangnya yang nyeri akibat menyenggol kaki kursi.

"Kau tidak nanggung-nanggung Fang ngedorong orang," Boboiboy bangkit berdiri sembari meringis.

Fang menatapnya tajam. "Hei, seharusnya aku yang marah, apa yang kau lakukan tadi?!"

Boboiboy mengerjapkan mata beberapa kali, "Oh, tadi itu..." Boboiboy pasang wajah santai. "Tadi ada nyamuk terus karena ngeliat wajahmu aku jadi kepikiran."

Fang menyipikan mata penasaran, "Kepikiran apa?"

"Kepikiran kenapa orang sejelek ini punya banyak fans," Boboiboy menyeringai menghina.

Perempatan imajiner langsung berkedut di pelipis Fang. "Apa kau bilang?!" Fang mengangkat tangan, siap memukul Boboiboy, kalau bisa sampai bonyok.

"Woles, tadi itu udah sakit tahu," Boboiboy mundur selangkah.

"Bodo amat." Fang maju.

"Ish, kalian ini, bertengkar saja."

Sebuah robot bola berwarna kuning datang menyela, ia melayang sambil membawa sekotak kaleng coklat. "Si bodoh ini yang mulai," ujar Fang jengkel. Boboiboy hanya pasang pose peace.

"Sudah ah, aku mau balik," Fang turun dari bangkunya. "Dah Ochobot." Ochobot balas melambai.

"Woi, Ochobot aja nih yang dipamitin? dasar sombong," seru Bobooiboy.

Fang mendelik padanya, "Orang nyebelin gak pantes dapet sapaan dari orang populer."

Boboiboy jadi pengen ngelemparin muka Fang dengan lap yang sedang ia pegang. Saat Fang sudah tak terlihat Boboiboy menghela nafas panjang. Ochobot berpaling padanya heran. "Ada apa Boboiboy?" Boboiboy hanya menggelengkan kepala. Dalam hati membatin, untung tadi Fang kayaknya percaya alasanku.

..

.

..

Boboiboy menghempaskan tubuhnya kekasur dengan menghela nafas gusar. Teringat kejadian tadi siang. Ia mengusap wajahnya kasar.

Ck, apa yang tadi hampir kulakukan? Aku tadi hampir mencium Fang. MENCIUM! FANG!. Dan aku seperti tidak sadar, melakukannya spontan!. Ck, gak mungkin aku belokkan?. Aku masih suka idol –idol kawaii dari Jepang kok.

Boboiboy mengerang karena sakit kepala akibat pergolakan batinnya. Seriusan deh. Ia entah kesambet setan apa tadi kepikiran untuk mencium Fang. Rivalnya, dan parahnya cowok!.

"AARGHH..."

Boboiboy rasanya ingin berteriak frustasi. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?.

.

.

TBC

A/N : Hai, mau buat multy chap dari pair faforit nih...

hal yang paling bikin pusing adalah ngasih judul dan summary, dari dulu pengen di publish tapi karena gak ketemu judul yang pas jadi di undur terus...

curhat dikit, BoiFang sepi lagi :'( padahal ini satu-satunya pair yang kusuka di fandom Boboiboy. My One True Pair...

yah... akhir kata. Silahkan jika ingin Review, komen, saran dan kritik... ^^

AI.