POLYP

Declaimer : Member NCT milik orangtua merek masing-masing, SM Entertainment, dan Tuhan Yang Maha Esa. Saya hanya meminjam nama tidak lebih.

Pair : TaeYu *yang lain menyusul*

Genre : Fantasy/Romance

Rated : M -

Warning : B X B, TYPO.

.

.

.

Yuta melihat-lihat buku catatan yang Johnny pinjamkan padanya sore tadi dan mengabaikan Taeyong yang tengah menatapnya dalam.

Yuta bertepuk tangan dan tersenyum lebar saat melihatnya, ia sangat kagum dengan kerapihan tulisan tangan Johnny walaupun Yuta agak kesulitan saat membacanya.

Oke Yuta bisa banyak bahasa mengingat ia harus menyesuaikan diri hidup diantara manusia normal selama 430 juta tahun tapi tetap saja Yuta merasa kesusahan mengingat ia mempelajari bahasa Korea baru sebulan yang lalu, itu waktu yang terlalu singkat untuk menjadi seorang pro.

Yuta melirik buku catatannya sendiri, ia sudah selesai menyalin semua catatan Johnny sejak sejam yang lalu kemudian memutuskan untuk mengagumi tulisan Johnny yang terlihat sangat bagus.

Yuta merengut, ia menatap tulisan di buku catatannya yang lebih terlihat seperti cakaran kuda dibandingkan dengan tulisan manusia.

Yuta menepuk keningnya sendiri dan terkekeh pelan, ia lupa kalau dirinya memang bukan manusia.

" Taeyong pinjam buku catatanmu."

" Untuk apa?"

" Tidak usah banyak tanya berikan saja." Taeyong menatap Yuta datar dan memberikan buku catatan biologinya pada Yuta yang diterima dengan senyum menyebalkan.

Taeyong mengernyitkan alisnya bingung, ada apa gerangan dengan sang polip yang terlihat sedang membolak-balik lembaran buku catatannya itu.

" Menyedihkan." Kata Yuta tiba-tiba, dengan satu tangan masih membalik lembar demi lembar sedangkan yang tangan yang satunya ia gunakan untuk mengelus dagunya dengan ekpresi sombong yang terlihat menyebalkan.

" Ternyata tulisanmu tak sebagus tulisan Johnny. Miris sekali tulisanku bahkan lebih Bagus darimu."

CTAK. " I-itai. Apa-apan sih kau ini? Sakit tahu." Yuta mengelus keningnya yang menjadi korban sentilan Taeyong.

" Kau yang apa-apaan. Aku diam saja dari tadi tapi kenapa kau mengejekku?" Yuta merengut, ia membuang muka dengan tangan bersedekap dada. Merajuk, lucu sekali.

Taeyong terkekeh kemudian menata buku tulisnya, milik Yuta dan milik Johnny sejajar di atas meja. Kemudian ia tertawa cukup keras melihat tulisan Yuta yang ternyata sangat buruk untuk dibaca. Membuat Yuta mencubit pahanya dengan gemas.

" Jangan mengejekku." Yuta menarik kerah baju Taeyong dan menatap pemuda tampan itu setajam mungkin, membuat orang yang ditatapnya hanya menyeringai sombong.

Yuta menggeram, ia sangat tidak suka saat Taeyong meremehkannya seperti itu. Oke mereka berdua memang baru bertemu tapi entah kenapa Yuta sangat kesal dengan sikap pemuda tampan ini yang aslinya sangat menyebalkan. Berbeda sekali saat berada di sekolah, terlihat lebih kaku, dingin dan menyeramkan.

" Oh iya, apa kau tidak merasa aneh dengan orang bernama Johnny itu?"

" Apa maksudmu? Kau tahu dia sangat baik bahkan lebih baik darimu."

" Benarkah? Untuk apa aku mengijinkanmu tinggal di sini?"

" Eh? Iya juga ya." Yuta memiringkan kepalanya, menatap Taeyong dengan pandangan bingung yang sangat kentara.

" Tapi aku suka Johnny." Ujar Yuta tiba-tiba, membuat Taeyong kaku seketika.

Taeyong menatap Yuta dengan mata menyipit, lalu mengangkat bahunya seolah tak perduli. Lagipula apa perdulinya? Toh ia dan Yuta hanya sebatas pemilik rumah dan penumpang saja tidak lebih.

Yuta memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, ia juga membereskan perlengkapan sekolah Taeyong. Lalu tersenyum cerah saat semuanya kembali terlihat rapi. Mengerjakan pekerjaan manusia normal seperti membereskan buku tanpa bantuan sihir sangat menyenangkan ternanya walaupun terlihat sederhana.

Yuta jadi ingin menjadi manusia biasa seperti Taeyong tapi sepertinya itu sangat mustahil.

" Ahh." Yuta merintih sakit, ia tiba-tiba memunculkan sayap putih besarnya. Dan mengerang pelan saat melihat luka di sayapnya kembali terbuka.

Yuta baru ingat kalau ia baru saja menggunakan sayapnya yang terluka karena terlalu bersemangat untuk berangkat dihari pertamanya sekolah kemarin. Tapi sungguh, kemarin bahkan tadi Yuta tidak merasakan apapun, nyeripun tidak. Tapi kenapa efek sampingnya baru terasa sekarang.

" Issht s-sakit sekali." Sungguh ini sangat menyebalkan.

" Tunggu sebentar." Yuta mengangguk, ia membiarkan Taeyong pergi ke dalam kamar.

Pemuda manis itu mencoba memegang perban di sayapnya yang sekarang ini berwarna merah dan basah. Membuat kernyitan di dahi Yuta terlihat semakin kentara.

" Seandainya aku punya sihir penyembuh seperti sagitarius. Kenapa aku tidak terlahir sebagai sagitarius saja sih?" Gumamnya kesal.

Pemuda manis itu bahkan tak sengaja meremas buku Johnny saking kesalnya. Apalagi ia merasakan rasa sakit di area sayapnya yang sekarang mulai menjalar ke punggung, membuat Yuta bertambah kesal.

Sialan, Yuta mengutuk Tuhan di atas sana yang menciptakan makluknya dengan kelebihan yang tidak merata.

Ya Yuta terkadang memang iri dengan duyung yang bisa menciptakan benda, dan sagitarius yang bisa melakukan penyembuhan pada diri mereka sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, Yuta tak bisa menjadi tiga makluk sekaligus itu mustahil sekali.

" Jangan remas buku orang, itu punya Johnny." Yuta terkejut, ia melihat buku catatan Johnny yang sekarang sudah tak berbentuk.

Pemuda itu meringis seraya menggigit jemari tangannya takut. Kemudian menatap Taeyong dengan pandangan bingung.

Taeyong menepuk kepala dan duduk di sampingnya, meletakkan kotak obat di meja seraya mengamati luka Yuta.

" Tidak perlu takut, katakan saja padanya kalau kau tidak sengaja." Yuta mengangguk patuh seraya meringis sakit saat Taeyong membuka perban di sayapnya.

" P-pelan-pelan." Taeyong mengangguk.

Pemuda tampan itu membasahi kapas dengan cairan alkohol, lalu membersihkan darah yang mengalir di area sayap yang terluka.

Taeyong mengernyit, bagaimana mungkin luka itu tak menutup barang sedikitpun? Lukanya masih terlihat sama seperti waktu pertama kali mereka bertemu.

Taeyong mencoba membuang pikiran buruknya, ia kembali membersihkan luka Yuta. Dirasa darah tak lagi mengalir begitu banyak. Taeyong mengambil kain kasa dan menetesinya dengan obat merah secukupnya.

Tiba-tiba Yuta teringat sesuatu.

" Taeyong-ah."

" Hm?" Taeyong tak menatap Yuta pemuda itu sedang sibuk dengan perban coklat di tangannya.

Entahlah, tapi Taeyong merasa tulang sayap Yuta sedang tidak baik. Seperti tak berada pada tempatnya. Apa Yuta terbang terlalu cepat hingga membuat tulangnya sedikit bergeser seperti ini?

Taeyong memang bukan berasal dari keluarga medis, dan kemampuannya dalam merawat diri sendiri juga tergolong biasa saja. Semuanya terlihat jelas, bagian tulang Yuta yang bergeser sedikit membengkak.

" Apa aku sudah mengatakan ini padamu?"

" Hm?" Taeyong tak mengerti.

" Tubuh polip yang hidup imortal sepertiku dan manusia modern memang punya sistem imun yang sama. Tapi kurasa obat kimia seperti ini tak akan manjur di tubuhku." Yuta menunduk, ia tak tahu harus apa sekarang.

" Apa kau yakin?"

" Aku tidak tahu tapi aku sudah sering mengonsumsi obat kimia saat sakit dulu, dan tak ada perubahan sama sekali pada tubuhku."

Mereka terdiam cukup lama. Taeyong masih mengobati lukanya seraya mengamati bulu-bulu sayapnya yang tampak bersih. Sedangkan Yuta sendiri sibuk merapihkan buku Johnny yang telah dibuatnya kusut.

Yuta menegakkan tubuhnya, dan menatap langit-langit ruang tengah yang saat ini entah kenapa tampak menarik di matanya.

" Apa aku menyerah saja?"

" Apa maksudmu?"

" Hehe t-tidak aku hanya bercanda."

Bohong. Itu semua bohong. Taeyong jelas tahu hal itu.

" Aku akan menyembuhkanmu."

" Eh?"

Taeyong diam, ia tak berniat untuk mengatakannya sekali lagi.

Yuta menatap Taeyong yang kini telah selesai dengan perban di sayapnya. Lalu menatap tangannya dengan pandangan kosong.

Yuta tersenyum lembut seraya menggenggam tangan pemuda tampan di sampingnya.

" Terimakasih."

.

.

" Ya Tuhan kenapa aku tampan sekali?" Taeyong memutar bola matanya bosan. Sudah lima kali pemuda manis itu mengatakan bahwa dirinya tampan.

Ini cukup menggelikan menurut Taeyong begitu melihat sosok pemuda dari bangsa polip itu. Dilihat oleh mata orang awam pun siapapun akan mengatakan bahwa Yuta itu manis didukung dengan fisiknya yang mendukung.

Tapi Taeyong hanya tersenyum maklum, biarlah Yuta seperti ini. Karena ia akan sangat khawatir saat Yuta berubah pendiam seperti malam tadi.

" Bagaimana Taeyong-ah apa kau mengakui ketampananku?"

" Terserah." Yuta tertawa pelan, kemudian menarik tangan Taeyong untuk segera berangkat ke sekolah.

Sebenarnya tadi Yuta ingin berangkat sekolah menggunakan sayapnya lagi. Tapi mengingat kejadian kemarin malam membuatnya mengurungkan niatnya. Ia juga tak ingin mendapatkan wejangan gratis dari Taeyong.

Apalagi tadi saat sarapan Taeyong berubah menjadi lebih cerewet dari biasanya, dan kelakuan aneh barunya seperti menggunakan sendok makan Yuta membuatnya menjadi agak takut dengan pemuda itu. Entahlah Yuta merasa ngeri saja.

" Yuta."

" Johnny?" Yuta berhenti diikuti oleh Taeyong yang kembali memasang wajah dinginnya.

Entahlah, Taeyong hanya merasa harus sedikit lebih waspada pada pemuda tinggi ini.

" Kau tinggal di sini juga?"

" Bisa dibilang begitu. Aku tinggal tiga gang dari sini. Em boleh aku bergabung dengan kalian?"

" T-tentu saja." Taeyong mendengus saat melihat wajah Yuta yang tampak merah dengan suara yang bergetar gugup.

Apa pemuda manis itu sungguh-sungguh menyukai Johnny seperti apa yang dikatakannya semalam? Taeyong kira itu hanya bohongan mengingat Yuta itu jahil sekali.

Taeyong mendengus cukup keras. Ia seolah menjadi obat nyamuk diantara dua orang yang kasmaran dan jujur saja ini sangat menjengkelkan.

Menjadi patung atau meninggalkan mereka saja sepertinya terlihat lebih baik dari pada keberadaannya seolah kasat mata.

Demi Tuhan, Taeyong ingin membunuh orang saja rasanya.

" Oh iya John bukumu." Yuta mengambil buku bersampul coklat yang terlihat sobek dan lusuh dan memberikannya pada Johnny dengan tangan bergetar.

" M-maaf aku tidak bermasuk merusaknya. A-aku hanya terlalu senang melihat tulisanmu yang rapi. L-lalu aku tidak sengaja merusaknya. Maafkan aku." Pemuda manis itu menggaruk tengkuknya disertai cengiran lebar yang terlihat sedikit canggung.

Johnny mencubit hidung Yuta dan tertawa keras. Ia tidak tahu jika pemuda itu memiliki sifat ceroboh cenderung lucu.

" Tidak masalah, kau mengembalikan buku ini saja aku sudah senang."

" B-benarkah?"

Taeyong menyaksikan interaksi manis keduanya. Jujur saja itu membuatnya sangat panas.

Oke Taeyong akui bahwa ia tidak begitu mengenal Johnny walaupun pemuda tinggi itu sangat terkenal akan keramahannya. Dan mereka berdua memang sering berpapasan tapi sekalipun tak pernah bertegur sapa.

Auranya yang terlalu hangat membuat Taeyong tak nyaman. Yuta juga punya aura yang hangat, begitupula dengan Winwin dan Jaehyun tapi aura hangat mereka jika dibandingkan dengan Johnny terasa berbeda. Milik Johnny terasa hambar.

Tapi melihat Yuta yang sepertinya sangat nyaman dengan pemuda itu memangnya Taeyong bisa apa? Bukankah Taeyong sudah bilang, mereka berdua hanya sebatas pemilik rumah dan penumpang?

Tapi sungguh posisi Taeyong sekarang ini sangat menjengkelkan.

Taeyong bisa melihat Johnny yang sekarang sedang mencubiti pipi Yuta setelah hidungnya, membuat Yuta mengerucutkan bibir cherrynya dengan wajah yang bersemu merah.

Sialan, Yuta tak pernah bersikap semanis itu saat bersamanya.

Cemburu? Memang.

" Astaga panas sekali."

" Kau benar Jae aku rasa cuaca disekitar sini sedang tidak bagus."

Taeyong mendengus mendengar penuturan dua adik bodohnya.

Tunggu, Taeyong tiba-tiba teringat sesuatu.

Sejak kapan dua pemuda tinggi tapi bodoh yang terlihat seperti kembar siam itu sudah berada di sini?

'Oh Tuhan kesialan apa lagi yang kau berikan padaku?'

" Sejak kapan?" Tanya Taeyong.

" Sejak hyung ditinggal Yuta hyung pergi dengan si pangeran ramah mungkin." Kata Winwin.

Taeyong mengernyit, oke Taeyong memang tahu kalau Johnny itu sangat terkenal karena keramahannya. Tapi sejak kapan julukan yang sedikit menjijikan itu ada?

Taeyong mengangkat bahu, ia tak perduli.

" Kalau aku jadi hyung aku akan menghampiri mereka dan menarik Yuta hyung pergi."

" Benar kata Winwin. Coba lihat mereka terlihat sangat cocok, memangnya hyung tidak cemburu?"

Taeyong mendengus, mencoba mengabaikan perkataan Winwin dan Jaehyun. Tapi matanya berkata lain, ia menatap tangan Johnny dan Yuta yang bergandengan.

Sejak kapan?

" Tuh kan dia cemburu." Kata Jaehyun, lalu mereka berdua tertawa keras, membuat beberapa pejalan kaki melihat aneh ke arah mereka.

Taeyong mendengus, hidupnya akan menjadi sangat merepotkan jika dua orang ini muncul di dekatnya. Tapi perkataan mereka ada benarnya juga.

Maka dari itu Taeyong memutuskan, ia tak akan pernah membiarkan siapapun terutama Johnny menyentuh miliknya.

"Ikut aku!" Taeyong menarik Yuta begitu saja dan menjauh dari Johnny yang hanya dapat menatap heran ke arahnya.

" H-hei sakit dasar bodoh." Yuta berontak, namun Taeyong tetap tak mau melepaskan pergelangan tangannya.

Jujur ini sakit sekali, Taeyong mencengkram pergelangan tangannya sangat erat sampai menerah.

" B-berhenti Tae." Yuta mengambil napas dalam-dalam, ia merasa pasokan udara di paru-parunya menipis.

Taeyong berjalan terlalu cepat. Terlalu sering menggunakan sayap dibandingkan kaki membuat Yuta tak bisa menyamai langkah kaki Taeyong.

BRUK. Taeyong memojokkan Yuta di dinding pembatas sekolah, mengabaikan orang-orang yang melihat mereka dengan aneh.

Taeyong tak perduli, ia tetap memojokkan tubuh Yuta dengan tubuhnya sendiri. Mendekatkan wajahnya dengan pemuda manis itu hingga bibir mereka bersentuhan. Hanya bersentuhan tidak lebih. Tapi tetap saja Yuta dibuat membeku karenanya.

Taeyong menjauhkan wajahnya, dan menatap Yuta dengan tajam tepat di mata. Membuat tubuh Yuta bergetar.

" K-kau ini k-kenapa?" Yuta bertanya dengan suara bergetar, matanya menatap Taeyong sedikit takut dan kedua tangannya terkepal erat. Yuta tak pernah melihat sosok Taeyong yang seperti ini. Terlihat menyeramkan.

" Lupakan saja." Taeyong mendengus, dan meninggalkan Yuta begitu saja.

Taeyong mengacak rambutnya frustasi, seharusnya ia tak perlu mendengarkan hasutan tak berguna dari dua orang bodoh itu. Tapi kenapa tetap saja ia terhasut?

Taeyong menengadah. Ia cemburu, dan Taeyong mengakuinya.

.

.

" Yuta, kau tidak apa-apa?" Tanya Johnny.

Tapi pemuda manis itu tetap diam menatap hamparan pepohonan di dekat lapangan dengan pandangan kosong.

Johnny mengernyitkan keningnya. Saat Yuta tiba-tiba meraba bibirnya sendiri dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan pipi merona.

" Apa terjadi sesuatu denganmu dan Taeyong?" Tanya Johnny lagi.

Kali ini Yuta menatapnya, dan mengerjapkan matanya pelan. Mengabaikan Johnny yang hanya dapat tersenyum melihatnya. Yuta menatap Johnny dengan wajah memerah.

" T-tidak ada." Jawabnya dengan menopang dagu, lalu kembali menatap pepohonan yang terlihat Indah di matanya.

" Tapi sepertinya dia marah padaku."

" Kenapa?"

Yuta mengendikkan bahunya tak tahu. Ia memang tak tahu, Taeyong tak mengatakan apapun selain menciumnya. Ah Yuta tidak mau mengingatnya lagi, karena itu bisa membuat jantungnya berdetak cepat.

' Aku harus bicara apa nanti saat bertemu dengannya nanti?' Yuta menatap Johnny.

Mengamati wajah tampan itu dari samping. Yuta merengut, ia mencubit pipi tirus Johnny dengan menunjukkan wajah cemberut.

" Jangan salahkan aku, aku hanya menghibur diri."

Johnny terkekeh pelan.

' Setidaknya dia cukup menyenangkan.' Pikir Johnny, seraya menatap sepasang sayap putih besar dipunggung teman sebangkunya dengan tertarik.

Mereka tak lagi berbincang. Yuta sibuk dengan pikirannya sementara Johnny sibuk dengan ponselnya.

Johnny memasukkan ponselnya ke dalam celana setelah mengirim pesan kepada seseorang di seberang sana, dan menepuk pundak Yuta saat Park sonsaengnim datang mengajar.

Seperti biasa, pelajaran sejarah sangat membosankan di mata Johnny. Pemuda tampan itu menatap Yuta yang nampaknya juga sama bosannya seperti dirinya.

DRTT DRTT. Ponsel Johnny bergetar dengan pelan.

Dan senyum tipis tercetak di wajah tampannya saat membaca pesan singkat tersebut.

' Bunuh dia secepatnya.'

.

TBC

Sagitarius : salah satu bangsa nisnas yang berbentuk seperti setengah hewan setengah manusia*aku gak dapet nama lain selain ini*

Ini terlalu lama ya? Maafkan saya :'( Oke kena wb bagi author itu emang wajar tapi tetap aja rasanya ini salah. Apalagi ini lanjutannya itungannya pendek banget. Mungkin kalian udah gak mau baca lagi. Tapi semoga kalian suka. Maaf buat yang udah nunggu lama.

Terimakasih untuk Dimytjx, TYYTluv, Min Milly, Park RinHyun-Uchiha, SF81-9, YutaMochie, TenCara, Kim991, leemetless, Yuta Noona, li. Mohon read and reviewnya^^

Aku Cinta Haechan, aku Cinta Yuta, aku Cinta kamu :V

-salam wakaTaeYu