POLYP

Declaimer :

Member NCT milik Tuhan Yang Maha Esa da orang tua mereka masing-masing. Aku hanya meminjam nama gak lebih.

Rated : M (Cuma cari aman)

Genre : Supranatural

Pair : TaeYu (Yang lain menyusul)

Warning :

Fic ini mengandung tema BxB dan typo yang bertebaran.

Fic ini juga tidak ada sangkut pautnya dengan ajaran dari agama manapun, ini hanya sebuah imajinasi author semata.

Mohon maaf jika ada yang tersinggung. Jika tidak suka lebih baik klik tombol close saja.

Summary :

Apa kalian pernah mendengar bangsa polip?

Taeyong tidak pernah mendengarnya. Tapi ia bertemu dengan salah satunya.

.

.

Taeyong mengacak rambutnya kesal begitu melihat kekacauan yang ditimbulkan teman-temannya tadi. Sampah berserakan dan Taeyong sangat membencinya. Bukan, Taeyong bukan seseorang yang bisa di bilang benci kotor. Ia hanya seorang mysophobia yang bahkan tak akan kuat melihat setitik debu sekalipun. Taeyong menghela napas, ia tinggal di rumah seorang diri tanpa adanya seorang maid yang bisa membersihkan kekacauan ini. Orang tuanya lebih memilih sibuk dengan urusan bisnis mereka di Eropa sana dan meninggalkan anaknya seorang diri seperti ini. Bertemu dalam setahun pun masih dapat di hitung dengan jari, Taeyong tidak terlalu masalah dengan itu karena ia sudah terbiasa. Taeyong berjalan kearah lemari alat pembersih, mengambil sapu dan pel untuk membersihkan ruang tamunya.

BRAKKK BYURRR. Sebelum sebuah suara jatuh menggema di telinganya. Taeyong mengernyit, seingatnya semua teman-temannya sudah pulang. Taeyong bahkan sempat mengabsen mereka dalam hati saat mereka pamit pulang tadi. Taeyong berlari ke arah kolam renang guna mengantisipasi keberadaan pencuri yang mungkin saja menyusup hendak mencuri di rumahnya malam ini. Namun pemandangan di depannya membuat mata hitamnya membulat tak percaya. Di sana, di kolam renangnya terbentang sepasang sayap lebar berwarna putih dari punggung seorang pemuda yang bahkan tidak dapat Taeyong lihat wajahnya karena posisi pemuda itu yang tengkurap -mengambang- di atas air, dan telanjang.

Taeyong tersadar dari lamunannya, dan tanpa pikir panjang lagi ia masuk ke dalam kolam guna menyelamatkan pemuda itu. Taeyong sedikit kesusahan karena sayap pemuda itu berukuran cukup lebar. Taeyong membaringkan pemuda itu di pinggir kolam, dan menekan-nekan dadanya untuk memberikan pertolongan pertama. Tidak ada pergerakan sama sekali, Taeyong memutuskan menolongnya dengan memberikan napas buatan, mengabaikan rasa kelewat manis yang tiba-tiba menyambarnya.

" Uhuk uhuk." Dan cara ini benar-benar berhasil. Taeyong membantu pemuda itu mendudukkan tubuhnya dan menepuk punggung pemuda yang ternyata bertubuh lebih mungil untuk mengeluarkan semua air yang ditelannya. " Kau tidak apa-apa?" Entahlah, tapi Taeyong sangat ingin bertanya seperti itu. Taeyong mencoba mengabaikan rasa penasarannya yang sangat tinggi hanya untuk membantu pemuda itu. " Tidak apa-apa terimakasih unghh." Pemuda itu meringis sakit dan memegang sayap kanannya yang terluka. Taeyong tidak menyadarinya tadi, dan luka itu berukuran cukup lebar.

" Tunggu disini!" Taeyong berjalan tergesa ke arah kamarnya, mengambil handuk, kotak p3k dan segelas air. Ia kembali dan melihat pemuda itu yang tengah menangis tidak kuat menahan sakit. Taeyong berjongkok, membuka kotak p3k dan mengambil kapas, alcohol, obat merah serta perban dari dalam sana. Taeyong membersihkan luka itu dengan telaten, menetesinya dengan obat merah dan membungkusnya dengan perban. Taeyong agak sedikit kesusahan memang karena yang diobatinya itu sayap, bukan tangan maupun kaki. " Minum ini dulu!" Pemuda itu mengangguk dan menghabiskan air putih itu dalam sekali teguk. Taeyong lalu memberikan handuk putih yang dibawanya kepada pemuda itu yang di terima pemuda itu dalam diam.

Taeyong mengamatinya, mulai dari ujung kaki sampai ujung sayapnya. Sayap itu terlihat sangat cantik, sangat putih seperti sayap merpati. Apalagi dilihat dari jarak sedekat ini. Taeyong tertegun saat mengamati wajah pemuda itu lebih dalam. Sama seperti sayapnya yang cantik, wajah pemuda itu bahkan lebih cantik dari perempuan manapun. Bulu matanya lentik, rambutnya berwarnya seperti campuran coklat dan abu-abu, hidungnya mancung, bibirnya sangat merah, tubuhnya terlalu ramping untuk seukuran laki-laki dan kulitnya sangat putih dan mulus. Taeyong menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran-pikiran kotor yang mulai merambah otaknya. Yang lebih penting sekarang adalah pemuda di depannya ini.

Taeyong berdiri, ia mengulurkan tangannya kepada pemuda itu yang kini tengah menatapnya bingung. Taeyong menghela napas, di tariknya lengan pemuda itu sampai tubuh yang ternyata sangat ringan – saat di kolam Taeyong hanya menariknya- itu berdiri. Taeyong menggenggam tangan itu dan mengajak pemuda itu masuk ke dalam rumahnya. " Dingin." Taeyong tersenyum, ia mematikan AC dan menyalakan pemanas ruangan, mengabaikan kekacauan yang belum ia selesaikan. " Duduk dulu aku akan mengambilkanmu pakaian." Pemuda itu mengangguk patuh dan duduk di sofa dengan tenang. Pandangan matanya menatap keadaan ruang tamu yang terlihat sangat kacau dan kotor. Terdapat bayak sekali bungkus snack dan botol minuman soda serta cup mie ramen menyebar di lantai dan meja. Pemuda itu terkekeh kecil, bibir merahnya mengumamkan sesuatu hingga membuat ruangan yang semula sangat kotor itu menjadi sangat bersih.

" Eh?" pemuda manis itu tersenyum saat Taeyong datang. Taeyong sangat terkejut, dimana sampah di ruangan ini? " Aku membuangnya." Taeyong menatap pemuda di hadapannya terkejut. Apa pemuda itu membaca pikirannya? " T-tidak semuanya terlihat jelas dimatamu, maaf." Pemuda itu menunduk, memainkan jari-jarinya dengan gelisah. Taeyong tersenyum tipis, ia duduk di samping pemuda manis itu dan memberikan pakaian yang diambilnya tadi. " Bagaimana kau memakainya?" Tanya Taeyong seraya menatap sepasang sayap di belakang punggung pemuda itu.

" Ah sebentar." Kata pemuda itu dan Taeyong benar-benar terkejut setelahnya, pemuda itu hanya memejamkan matanya yang bahkan tidak sampai 5 detik dan sayap itu sudah menghilang.' Bagaiman bisa?' Pikirnya. Pemuda itu memakai kaos putih sedikit kebesaran dan celana hitam selutut. Pemuda manis itu bahkan mengatakan 'wah' berkali-kali, mengagumi pakaian yang di kenakannya saat ini. " Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Taeyong begitu sadar dari keterkejutannya. Kini ia menatap pemuda manis di hadapannya dengan pandangan sangat serius. " Katakan padaku! Siapa kau sebenarnya?" Pemuda manis itu menggaruk tengkuknya, ia bingung mau berkata apa.

" Kau malaikat?"

" Eh?"

" Malaikat jatuh?"

" B-bukan."

" Lalu?"

" M-mungkin kau tidak pernah mendengar ini sebelumnya. Aku bukan malaikat, bukan malaikat jatuh juga." Taeyong mengeryit. Bukan malaikat, bukan malaikat jatuh juga katanya? Taeyong menatap pemuda manis itu dengan tajam, mencoba mengintimidasi. " Jangan berbelit-belit. Mahkluk apa kau ini?" pemuda itu menghela napas berat, ia menatap Taeyong dengan pandangan yang sulit diartikan.

" Apa kau pernah mendengar bangsa polip?" ' Ya sudahlah dia sudah melihat sayapku.'

" Bangsa polip?" pemuda itu mengangguk dan menatap Taeyong dengan senyum sedikit dipaksakan.

" Ceritakan!"

" Janji tidak akan mengatakan pada siapapun?" Taeyong mengangguk mantap, pemuda di depannya ini benar-benar membuatnya penasaran setengah mati. Bagaimana tidak penasaran tiba-tiba ada seorang pemuda jatuh ke kolam renang, tanpa memakai sehelai benang pun dan yang lebih penting pemuda itu memiliki sayap?

" Bisa dibilang, bangsa polip itu bangsa pendahulu manusia…"

" Apa maksudmu?"

" Jangan memotong ucapanku." Taeyong mengangguk dan membiarkan pemuda manis itu melanjutkan ceritanya.

" Aku akan memulainya dari bangsa nisnas. Bisa dibilang bangsa nisnas adalah bangsa pendahulu manusia tapi kami bukan manusia purba. Bangsa nisnas dibagi 3 ras. Ras yang pertama adalah manusia setengah hewan, mereka hidup di daratan. Ras kedua adalah manusia bersayap seperti aku, kau bisa menyebutnya bangsa polip, kami juga hidup di daratan. Dan ras yang terakhir adalah manusia setengah ikan, kalian biasa menyebutnya duyung."

" Bukankah seharusnya kau sudah mati?"

" Mau dilanjut?" Taeyong mengangguk lagi dan kali ini ia akan benar-benar diam tak akan menginterupsi, mengesampingkan rasa penasarannya yang tinggi sepertinya lebih baik.

" Seharusnya memang begitu. Tapi saat terjadi peperangan antar ras ibuku memberikan jiwanya padaku, aku satu-satunya yang selamat dan aku sekarang imortal. Bangsa nisnas ada sejak 750 juta tahun yang lalu jika aku tidak salah menghitung, dan saat itu Adam bahkan belum diturunkan ke bumi. Kalau kau pernah membaca buku kau mungkin akan mengira aku alien karena di buku tertulis bahwa bangsa kami berasal dari Pluto. Tapi sebenarnya itu salah, kami memang penghuni bumi dan aku katakan sekali lagi bahwa aku adalah pendahulumu."

" Apa yang membuat 3 ras berperang?"

" Seperti manusia kami juga di bekali hawa nafsu dan keserakahan yang sangat tinggi. Kau bisa mengatakan peperangan ini terjadi karena kesombongan kami akan dunia, hingga membuat kami melupakan Tuhan. Setiap ras tidak ada yang mau mengalah dan mencoba menjatuhkan ras lain sebisa mungkin, walaupun faktanya ketiga ras itu masih satu darah. Intinya peperangan ini terjadi karena ego masing-masing. Sebenarnya kami diciptakan dengan kecerdasan melebihi manusia dan kelebihan yang lain. Yang membedakan bangsa kami dengan bangsamu karena hanya bangsamu lah bangsa yang paling sempurna."

" Kau bilang manusia mahluk paling sempurna dan itu memang fakta. Tadi kau bilang kau itu bangsa polip? Manusia bersayap, lalu apa yang kau lakukan pada sayapmu sekarang? Kenapa sayapmu menghilang?"

" Oh ini? Tentu saja aku menghilangkannya dengan sihir dan satu fakta lagi yang perlu kau tahu aku sudah hidup beratus juta tahun lamanya tentu saja aku harus bisa beradaptasi dengan manusia."

" Astaga aku tidak percaya ini. bagaimana mungkin ada makhluk sepertimu jatuh dari langit dan terjatuh di kolam renang ku?" Taeyong menyandarkan kepalanya di sofa dan mengacak rambutnya frustasi.

" K-kalau soal itu sebenarnya aku tadi tidak sengaja tersenggol."

" Disenggol? Di senggol apa?"

" Ehehehe pesawat."

" Astaga bodoh sekali."

" Aku tidak bodoh aku bahkan jauh lebih cerdas darimu." ' Memang tapi kau polos.' Batin Taeyong.

" Siapa namamu?"

" Nakamoto Yuta." ' Nama yang indah.'

" Aku Lee Taeyong."

Mereka terdiam cuku lama, tidak ada salah satu dari mereka berniat membuka suara. Taeyong hanya menatap pemuda itu. Sebelum sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintintas di otaknya.

" Kau berasal dari Jepang?" Yuta mengangguk dan tersenyum lebar. Sebenarnya Taeyong sudah tahu dari mana Yuta berasal jika mengingat nama pemuda itu. Tapi berbasa-basi terlebih dahulu tidak masalah kan?

" Emm, bolehkah aku tinggal di sini untuk sementara waktu?"

" Hm?" Pemuda manis bernama Yuta itu menatap Taeyong dengan pandangan memohon, membuat yang di tatap tertegun sesaat.

" Aku sedang di kejar."

" Siapa?"

" Aku tidak begitu yakin tapi sepertinya mereka berasal dari orgnisasi yang membenci makhluk astral walaupun sebenarnya aku bukan makhluk yang seperti itu. Aku mohon izinkan aku tinggal disini setidaknya sampai sayapku pulih. Aku berjanji tidak akan merepotkanmu." Taeyong menghela napas berat, sebenarnya ia tidak mau menampung pemuda manis di depannya ini tapi entah kenapa hati kecilnya mengatakan hal lain. Taeyong mengangguk dan tersenyum, membuat Yuta langsung menerjangnya.

" Terimakasih aku janji tidak akan menyusahkanmu."

TBC

Ide ini muncul secara tiba-tiba saat aku gak sengaja baca artikel di internet. Aku bukan penganut teori konspirasi tapi kayaknya seru aja gitu kalau di bikin ff. Ini pertama kalinya aku buat genre ini jadi aku gak berharap terlalu banyak. Untuk fic aku yang lain gak akan terbengkalai kok, ini sedang dalam masa pengetikan. Tapi sampai kapanpun aku akan tetap mengatakan Read and Review please.