Tittle : Pet

Cast : Zhang Yixing/Lay, Kim Jongin, etc.

Genre : Mature content, lil bit BDSM

Rated : M

Author : CicimotLee

LAYKAI LAYKAI

Cahaya temaram melingkupi kamar besar seorang Zhang Yixing, atau dengan nama akrab Lay Zhang. Pengusaha muda asal China yang mendirikan perusahaan cabangnya di Seoul baru-baru dua bulan kemarin.

Lay mengedarkan pandangan mata seperti puppy nya ke segala penjuru kamar, lalu keningnya mengernyit saat tidak menemukan seseorang yang dia cari.

Lay mulai berjalan mengelilingi kamarnya hingga hentakan sepatu pantofel nya terdengar menggema di malam yang sunyi ini. Kamar apartement nya terlihat rapih namun juga dingin dan gelap, seperti tidak pernah tersentuh.

Walau nyatanya, kamar ini adalah saksi bisu persetubuhan antara dirinya dan seseorang yang sekarang sedang ia cari.

Cklek

Lay membuka pintu kamar mandi namun ia tidak melihat siapapun selain bathub kosong dan washtafel besar dengan ambalan ubin yang panjang.

"Kemana dia?" Lay berbisik lirih, tangannya mengepal erat. Tak dapat di pungkiri jika rasa takut kehilangan terselip dalam hatinya.

Kemudian langkah lebarnya kembali ia lanjutkan, ia melangkah ke arah balkon kamarnya dan membuka pintu disana. Namun sekali lagi balkon nya tidak menampakan seseorang, hanya tanaman bunga matahari dengan kanopi yang besar melingkupinya, tanaman kesukaan orang itu.

"Jongin!"

Lay mendesis, ia kembali berjalan keluar kamar dan menuruni tangga apartement mewahnya. Dengan rambut hitam yang di naikan, memampangkan dahi sempurnanya. Lay sangat tampan, tubuh semampainya di balut kemeja putih dengan jas hitam yang menemaninya.

"Jongin!"

Lay memanggil dengan lantang, suaranya yang lembut itu menggema di seluruh penjuru apartement.

"Jongin jawab aku!"

Pria 25 tahun itu mulai kuatir, ia menggertakan giginya dan kembali mencari Jongin di dapur. Namun orang yang di carinya itu juga tidak ada di sana.

Rasa lelah nya sepulang dari kantor malah semakin memperburuknya saat tidak melihat Jongin di manapun. Kemana Jongin? Kemana orang yang selalu menemani hari-harinya itu?, Orang yang mengajarinya rasa kasihan, cinta dan pengorbanan.

Byurr

"Jongin?"

Lay menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara air menggolak, ia menolehkan kepalanya ke arah jendela besar dari samping ruang tamu. Matanya menyipit, itu adalah tempat kolam berenang pribadinya.

Astaga, jangan bilang!

"Oh tidak, Jongin!"

Lay segera berlari serampangan menuju pintu keluar sliding door antara ruang tamu dan kolam berenang pribadinya. Lay mengumpat saat ternyata pintu itu terkunci.

"Sial! Di mana kun-"

Lay menghentikan ucapannya saat melihat sebuah kunci di atas etalase lemari mainan. Segera saja Lay menyambarnya dan membuka pintu geser itu.

Kaki panjangnya kembali berlari saat tidak mendengar suara Jongin dari luar sana. Lay melepas sepatu dan jas nya, menjatuhkannya ke sembarang arah, bersiap untuk menceburkan dirinya.

Matanya menelusuri air di dalam kolam yang berarak tenang, dan mata sipitnya membelalak saat melihat sebuah tubuh tenggelam di dasar.

"Sial!"

BYUR

Tanpa pikir panjang lagi, Lay segera menceburkan dirinya dan berenang ke dasar. Ia melihat Jongin, seorang pria manis berkulit tan kini tengah mencoba mengayuhkan kakinya dari dasar kolam.

Dengan cepat Lay berenang ke arah sana dan mengangkat tubuh Jongin untuk berenang ke permukaan, yang di angkat membolakan matanya lucu, tidak menyangka jika Tuan nya akan datang menolong.

Tak lama kemudian keduanya timbul di permukaam kolam dan nafas keduanya terengah.

"Uhuk uhuk hosh hosh"

Jongin terlihat batuk dan kepayahan karena nafasnya sedikit tersendat. Lay yang masih merangkul pingganynya mulai berenang ke tepi dan menaikan Jongin yang sialnya... kini sedang telanjang bulat dan hanya- oh fuck! Dildo dengan ekor kucing yang panjang menjuntai memenuhi liang senggamanya.

Tapi Lay tidak mau salah fokus dulu, ia mengabaikan dildo dengan ekor putih dan tubuh molek Jongin terlebih dahulu sekarang, karena ia masih kuatir pada Jongin.

"Kau, kenapa kau bisa tenggelam Jongin?"

Lay ikut naik ke atas dan duduk di kramik yang dingin bersama Jongin, segera saja Lay menggendong tubuh bergetar itu bridal style, membuat Jongin merangkulkan tangan di lehernya dan menelusupkan wajahnya di dada pria China itu.

"Jo...Jongin, mau.. itu eum, belajar berenang gege"

Jongin mencicit pelan dan semakin mengeratkan rangkulannya saat ia merasakan tubuh Lay menegang.

"Belajar berenang? Kau bisa menungguku pulang kerja"

Jongin semakin menciut mendengar nada tidak suka dari majikannya itu. Ia tahu ia salah karena telah berbuat seenaknya tanpa izin Lay karena jika ia seenaknya maka ia akan di hukum.

"Ma-maafkan Jongin ge"

"Ck, jangan ulangi lagi. Kau tau? Aku sangat kuatir tidak melihatmu di manapun"

Jongin terhenyak, hatinya sedikit luluh saat mendengar pernyataan Lay. Pipinya memerah dan bibirnya melengkungkan senyum tanpa sepengetahuan lelaki yang menggendongnya. Hangat dan nyaman, Lay adalah satu-satu nya rumah yang Jongin punya.

Memangnya apa yang bisa di harapkan oleh lelaki jalanan sepertinya selain rumah dan tempat tinggal? Dua bulan lalu, ia di ajak tinggal bersama oleh seorang pengusaha muda yang berasal dari China.

Jongin tidak tahu jika ia akan di jadikan sex doll, awalnya Jongin merasa sedih dan sangat kotor. Tapi, lambat laun ia menerimanya, belum lagi Lay sangat perhatian dan lembut walau dia akan menjadi monster yang mendominasi tubuhnya saat di ranjang, tapi Jongin menyukai kedua sisi Lay yang seperti itu.

BRUGH

"Gege!",

Jongin memekik saat tubuhnya tiba-tiba di lemparkan begitu saja keatas tempat tidur hingga melonjak beberapa kali.

Jongin dapat melihat Lay yang kini membuka satu persatu kancing kemejanya dan juga celana bahannya. Bersiap untuk memulai rutinitas mereka, sex.

"Kau tau kalau kau tidak menaati peraturanku, apa akibatnya?"

Lay dengan tubuh setengah naked karena masih ada celana dalam yang melingkupi privasinya itu, merangkak naik dan mengungkung tubuh Jongin yang sedikit bergetar.

"Ta..tau ge"

"Ge?"

Jongin meneguk ludahnya "Da-daddy"

"Hm, good boy!"

Lay mengelus rambut basah Jongin dan tersenyum sangat tampan membuat matanya berbentuk bulan sabit. Hingga pipi Jongin memerah melihatnya.

"Now, bend over and let me see what's the shit thingy on your pussy ass!"

Lay membalikan tubuh Jongin dengan paksa, membuat Jongin segera menaikan pinggulnya. Menungging melawan gravitasi hingga pantat besar nya itu terlihat jelas di depan wajah Lay.

Jongin meringis malu, ia ingat dirinya memakai dildo ber ekor kucing ber warna putih halus yang kini basah. Dildo yang di belikan Lay kemarin, Jongin merasa seksi memakai itu.

"Wow, your ass looks so pretty baby!"

Lay bersiul, ia mengarahkan tangannya dan mulai mengelus lembut pipi pantat Jongin yang besar itu.

"Goyangkan pinggulmu sayang!"

Jongin menggigit bibir, menungging saja ia sudah malu apalagi menggoyangkan pantatnya seperti jalang.

PLAK

"Ayo goyangkan!",

Lay menampar pantat Jongin keras hingga sang empunya meringis.

Jongin lalu mulai menggoyangkan pantat sexy nya ke kiri dan kanan sesuai instingnya. Ia menelusupkan wajahnya ke bantal karena terlalu malu.

Lay tersenyum melihat bagaimana pantat montok itu bergoyang hingga ekor kucing berwarna putih itu juga bergoyang seirama dengan gerakan pantat Jongin.

Karena tak kuasa melihat pantat mulus dan sexy itu menggeol seolah menggodanya, Lay berisiap menaikan tangan kanannya.

"Hitung Jongin!"

PLAK

"Angh.. sa-satu"

PLAK

Jongin berhenti sejenak menggoyangkan pinggulnya karena rasa panas menjalar di pipi pantatnya.

"Du..ahhh dha"

"Dha?"

"Dua ahh"

Lay menyeringai, wajah polosnya hilang di gantikan wajah bak dewa yang di rasuki iblis "Siapa yang menyuruhmu berhenti bergoyang Jongin?"

PLAK

"Akhh ma-maaf"

"Kau tidak menghitung?"

PLAK

"Ti..gahh"

PLAK

"Shhh empat"

PLAK

PLAK

Pipi pantat Jongin yang kenyal itu kini memerah dengan cetakan telapak tangan di sana. Rasanya perih namun juga nikmat, karena dildo di dalam anusnya seolah bergerar karena pukulan itu.

"Hmm, sempurna"

Lay terseyum puas saat melihat pantat Jongin sudah cukup ia aniaya.

Lelaki putih itu lalu menurunkan tubuhnya dan mengecupi bongkahan padat Jongin, dari atas ke bawah dan seterusnya.

"Mh...mhmmm Daddy"

"Hm?"

Jongin menggeleng, tak kuasa saat Lay menciumi pantatnya selembut ini. Tangan pria itu tidak bisa diam, kini ia mulai meraih dildo yang masih menancap di lubang Jongin dan menariknya keluar.

"Eunghh" Jongin meringis di buatnya.

Lay berhenti menciumi pantat Jongin, kini kedua tangannya membuka belahan besar itu dan bersiul keras saat melihat lubang berkedut Jongin yang berwarna merah merekah.

Tidak ada bulu di sekitar sana, membuat Jongin sangat menggoda.

"Mari kita lihat, apa rasanya tetap sama?"

Lay berbisik rendah, ia mulai mendekatkan hidungnya pada lubang Jongin dan mengendusnya.

"Mmhhh Daddy"

"Wanginya tetap sama, kau mencuci anusmu?"

Jongin mengangguk pelan "Ya.. ak-aku menggosoknya dengan sabun kiwi yang Daddy belikan"

"Good boy!"

Lay tersenyum tampan, ia lalu kembali terfokus pada anal Jongin. Menatapinya sebentar sebelum mengecup lubang berkedut itu.

"Mmm"

Tak lama kemudian, lidah terampil Lay mulai menjilati luar lubang itu dan membelainya turun naik dengan lidah panjangnya.

"Anghhh mm ohh Daddy, yeshh"

Jongin mendongakan kepalanya dan semakin menaikan pinggulnya, berharap Lay mampu menjilat pantatnya lebih dari ini. Karena sungguh, ini sangat nikmat.

Cpk.Cpk.

Suara basah lidah Lay bergema, membuat lelaki di bawahnya semakin menggilanjang karena nikmat.

"Ohh Daddy"

Lay suka sekali saat Jongin merengek dan terlihat pasrah seperti sekarang, membuatnya semakin bersemangat menjilati lubang itu. Merasakan kedutan di permukaan anal Jongin dengan lidah nya terasa sangat seksi, entah kenapa dia tidak merasa jijik sama sekali di sodori pantat seorang lelaki seperti ini.

Tangan kiri Lay terjulur dan menggenggam penis memerah Jongin lalu mengurutnya pelan, membuat Jongin tanpa sengaja memundurkan pinggulnya dan hal itu membuat wajah Lay tenggelam di bongkahan kenyalnya.

"Akhhh no..noh... Daddy"

Lay menyudahi permainannya di bagian terinti milik Jongin dan tersenyum miring saat melihat peliharaannya semakin kacau.

"Lihat si kecil punyamu ini Jongin! Dia langsung tegang dalam sekali sentuhanku"

Lay menahan pinggul Jongin dengan tangan kanannya selagi tangan kiri pria itu mengurut dan meremas pelan penis Jongin juga sesekali mengocoknya.

Jongin merasa lututnya lemas bertumpu pada kasur hingga tubuhnya bergetar pelan, sesuatu di dalam perutnya bergejolak ingin keluar.

"Eunghh...ahhh ahhh Daddy"

Lay mempercepat tempo kocokan tangannya saat merasakan benda itu mengembung di tangannya, seolah memperingatinya.

"C'mon... cum for Daddy"

Jongin menggigit bibir bawahnya, ia tidak bisa menahan gejolak itu lagi. Tangan Lay sangat lihai mempermainkannya dan hal itu membuatnya terasa melayang.

"Ahh ahh yesh"

"Daddy... eunghh AHHHH!"

Cum

Kehangatan menjalari tangan Lay selagi cairan putih keruh keluar dengan deras dari lubang penis Jongin. Lay mengurut sebentar penis itu agar cairan sisanya keluar dan tanpa menunggu Jongin menikmati klimaksnya, Lay sudah membalikan tubuh itu hingga terlentang di kasur dengan kasar.

"Da..daddy" Jongin menciut takut, belum lagi tatapan Lay yang selalu terlihat polos itu kini seolah menelanjanginya yang sudah telanjang.

"Hm? Kau berpikir Daddy akan berbaik hati pada anak nakal sepertimu?"

Jongin menggelengkan kepalanya takut, ia semakin takut saat Lay menyeringai dan mengungkung tubuhnya.

Lalu tak lama kemudian Lay mencium bibir Jongin kasar, tanpa aba-aba langsung memasukan lidahnya dan menggelitiki lidah basah Jongin.

"Mmhh"

Jongin mengalungkan tangannya pada leher Lay saat ciuman mereka semakin dalam dan panas. Suara kecupan basah dan decakan saliva terdengar seksi bagi keduanya membuat mereka semakin bernafsu.

"Emhh sshhh" Jongin mendesah pelan saat Lay melepaskan pagutannya dan turun menciumi rahang, tulang selangka dan dadanya.

Hanya mengecupi, tidak meninggalkan bekas-bekas merah yang selalu membuatnya sulit memakai baju dengan kerah rendah.

"Baby?"

Jongin membuka matanya yang terpejam saat mendengar panggilan Lay yang lembut itu, dan jantungnya berdetak sangat cepat saat melihat Lay menatapnya dengan seyuman. Dengan malu-malu Jongin menjawab...

"Y..ya Daddy?"

Lay tidak menjawab, ia berjalan turun dari ranjang menghampiri sebuah lemari pakaian. Tak lama kemudian Lay kembali dengan sebuah bondage belt berwarna hitam lengkap dengan sebuah nipple clamp yang terlihat lucu karena Lay memilih warna pink.

"Hmmm, sudah lama aku tidak menggunakan ini"

Di ranjang sana Jongin sudah meneguk ludahnya susah dengan nafas tercekat melihat bondage belt yang paling ia benci. Karena sungguh, ia tidak bisa bergerak dengan belt itu meliliti tubuhnya terutama lehernya yang di pasang belt terasa seperti seekor binatang, Jongin merasa sangat rendahan jika Lay melakukan hal itu.

"Da..daddy, jangan me-memakai itu. Kumohon"

Jongin mendudukan tubuhnya dan menunduk dengan tangan bermain pada sprei merah maroon di sana. Berharap Lay mau mengasihaninya.

"Oh, Daddy rasa kesalahanmu sangat besar sayang. Jadi-" Lay menggantungkan kalimatnya selagi ia menaiki ranjang dan duduk di hadapan Jongin, meraih dagu pemuda itu dan menatap matanya.

"-tidak ada alasan untuk tidak melakukannya"

Jongin merasa harga dirinya hancur, ia tidak suka saat Lay memperlakukannya seperti seorang jalang atau lebih parahnya lagi seperti binatang. Kenapa ia harus berakhir seperti ini padahal dia sendiri tidak tau apa itu bercinta sebelumnya.

Tapi apa boleh buat, ini memang sudah di takdirkan. Jongin harus terbiasa dengan ini, atau ia akan merasakan yang namanya makan makanan dari tong sampah lagi.

"Ba-baik Daddy"

Jongin menunduk dengan suara lemah, membuat Lay sedikit terhenyak. Namun ia juga harus bertindak tegas disini, ia adalah Tuan disini dan seorang Tuan tidak akan mengasihani budaknya.

"Berbaliklah!"

Jongin membalikan tubuhnya dan menunggu Lay memasangkan benda-benda yang tidak Jongin sukai itu di tubuhnya.

Di mulai dari Lay yang mengecup kedua bahunya, tangan pria itu bekerja dengan cepat memasangkan belt ke leher Jongin dan memasukan kunci yang pas di leher Jongin agar tidak terlalu mencekiknya. Kemudian sisa belt itu ia tarik ke belakang tubuh Jongin dan ia ikat setelah menyatukan kedua tangan Jongin disana.

Sisa bondage belt itu ia pegang dan itulah kendalinya. Seolah menuntun anjing peliharaan yang siap mematuhi perintahnya kapanpun.

"Perfect!"

Lay bergumam, ia lalu menarik sisa bondage itu dan menuntun Jongin untuk turun ke lantai yang di hiasi karpet berbulu.

Jongin mengesampikan rasa sakit di hatinya dan segera turun mengikuti Lay, ia lalu berlutut di lantai sesuai perintah Lay.

Lelaki putih itu memutari tubuh Jongin dan duduk di hadapannya, mengernyit saat Jongin terlihat lebih pendiam.

"Tatap aku Jongin!"

Lay menarik dagu Jongin membuat yang lebih muda langsung menatap mata nya dan rasa bersalah menghampiri Lay saat melihat mata kelam itu berkaca-kaca, kenapa Jongin sedih?

"Jongin"

Lay tidak suka melihat mata itu di halangi oleh cairan bening. Ia lebih suka mata kelam Jongin yang bersinar.

Lay memajukan wajahnya dan mengecup kecil bibir merah Jongin.

Kenapa ia menghukum Jongin selembut ini?

"Katakan sesuatu Jongin!",

Jongin terlihat berpikir sebentar "D..daddy"

Lay tersenyum, ia mulai mendekatkan wajahnya pada dada Jongin dan melihat kedua nippel merah muda Jongin dengan mata penuh nafsu.

Kedua tangan Lay terjulur untuk menyentuh dua nipple tegang itu dan mulai mencubitinya.

"Angh emmhh"

Lay senang mendengar desahan Jongin lagi, ia mendekatkan wajahnya pada dada Jongin dan mulai menghisap nipple kanan Jongin dengan rakus.

"Aaakhh eumm Daddy, khhh ohh"

Jongin melentingkan tubuhnya saat Lay semakin gencar mengemut nipple kanannya yang sangat sensitive. Entah kenapa ia suka sekali saat Lay menghisap puting susunya itu, padahal dia pria.

"Ohh Daddy enakhh.. ahhh"

"Emhhh Daddy"

Lay menyudahi acara menyusu nya dan menatap nipple Jongin yang memerah.

"Hm sepertinya aku tidak membutuhkan nipple clamp lagi"

Lay tersenyum saat melihat Jongin masih terengah dengan mulut terbuka mengambil udara.

"Kau suka?"

Jongin mengangguk malu "Y..ya"

Lay kembali mendekatkan wajahnya pada dada Jongin dan mengecup kedua nipple tegang itu.

"Sekarang berbaliklah, dan cari penisku dengan lubangmu!"

Lay memerintah mutlak, Jongin menggigit bibirnya mendengar itu. Ia tidak tuli, ia hanya tidak mau melakukannya. Tapi jika ia tidak menuruti Lay maka hukuman yang di berikan Lay akan lebih sakit lagi dari ini.

"Ba-baik Daddy"

Jongin dengan lutut bergetar mulai membalikan tubuhnya, ia membelakangi Lay dan menunggu pria itu selesai membuka celananya.

"Yes, my dick is ready for your asshole!"

Lay menyeringai dengan tangan bekerja mengocok penisnya sebentar agar semakin tegang, hal itu membuat Jongin memundurkan tubuhnya dengan bertumpu pada lutut.

Jongin menggesek-gesekan pantatnya pada penis Lay yang sudah tersaji siap membobol lubangnya di belakang.

"Mmmmhh" Jongin merintih kecil saat merasakan penis Lay menyentuh pintu lubangnya. Ia harus siap menerima penis itu tanpa pelumas atau bahkan melebarkan pipi pantatnya yang besar.

Ini adalah hukuman, dan dia harus berusaha sendiri memasukan benda itu.

"Ayo Jongin! Teruskan!"

Lay di belakangnya mulai merabai puggung mulus Jongin yang tengah naik turun mencoba mencari penisnya.

"Ahh Daddy, ... mhh eungh eungh"

Jongin mendesah nyaring saat ia akhirnya menemukan penis Lay dan benda itu sudah masuk setengah ke dalam lubangnya, membuat nya mendesah nyaring dan merasa terbakar. Lututnya seolah melemah dan tidak bisa menumpu tubuhnya lagi.

"Shit, kau sempit sekali sayang. Ayo teruskan!"

"Ahh nohh Daddy, akhh eumhh"

Jongin menungging dan mulai menurunkan tubuhnya sehingga penis itu tenggelam seluruhnya.

"AKHHHH SAKITHH EUMM"

Jongin ingin menangis saat ia merasakan aliran hangat keluar dari analnya. Jongin yakin sekali itu adalah darah, ini pertama kalinya Lay tidak menggunakan pelumas apapun.

"Hiks sakit Daadyhh, uhhh sakit sekalihh"

Lay di tempatnya ikut terdiam, ia menelan ludah susah. Apa dia terlalu memaksakan Jongin hingga hole nya berdarah seperti itu? Dan sungguh, melihat Jongin menangis seolah menyayat hatinya.

"Sakithh hiks sakit"

Mendengar isakan dan rintihan sakit Jongin membuatnya tidak tega, tapi ini adalah permainannya. Apa dia bahkan harus mengasihani Jongin?

Lay berkecamuk dengan pikirannya beberapa saat, mengabaikan Jongin yang belum bergerak sedikitpun dan masih menangis.

"Shhh tenanglah"

Lay yang kalah dengan tangisan Jongin akhirnya memilih melepaskan seluruh ikatan Jongin dan membalikan tubuh lemah itu, mendudukannya di pangkuannya dan memeluk Jongin.

"Hey hey, aku tidak memaksamu Jongin"

"Hiks.. hiks sakit sekali Daddy"

Jongin semakin terisak karena holenya benar-benar sakit hingga berdarah. Ia memeluk leher Lay dan menangis di bahu pria itu.

"It's okay Jongin. Kau bisa bilang padaku jika aku sudah boleh bergerak!"

Lay dapat merasakan Jongin mengangguk di bahunya dan ia pun tersenyum. Lay mulai mengelus punggung Jongin dan mengecupi pundak halus itu.

Jongin balas mengecupi pundak Lay dan sesekali menggigitnya membuat Lay terkekeh kecil.

Lay lalu melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Jongin, menghapus bekas air mata di pipi gembil itu dan mencium kelopak matanya.

"Apa aku boleh bergerak?"

Jongin mengedipkan matanya beberapa kali, pipinya memerah namun ia mengangguk dan mulai mengalungkan tangannya pada leher Lay. Merasa jika hole nya sudah terbiasa dengan benda mengganjal yang memenuhinya.

Lay dengan pelan mulai menggerakan pinggulnya naik...

"Akhhh ohh Daddy.."

Jongin menengadahkan kepalanya karena sungguh, Lay baru saja mengenai sweet spot nya. Rasa sakit tadi seolah hilang di gantikan rasa nikmat yang tiada tara, seperti biasanya saat mereka bercinta.

Lay mulai menggerakan pinggulnya cepat membuat Jongin terlonjak-lonjak di atas pahanya, menimbulkan suara peraduan kulit yang sangat kentara.

"Ahh ahh eunghh aahh ohh Daddy"

"Shit... Jonghhh ahh!"

Keduanya mulai mendesah merasa bagian bawah mereka menyatu dan bergerak berirama terasa sangat sempurna.

"Ahh ahh nghh nghh nyahh oh"

"Ah ah... Daddy, kiss kiss!"

Lay menurutinya, ia menangkup wajah Jongin dan mulai mencium rakus bibir itu. Di balas Jongin dengan tak kalah kasar, Jongin memeluk leher Lay selagi ia memiringkan kepalanya menerima ciuman liar Lay dan tubuhnya yang terus melonjak.

"Eunghh"

Jongin mendesah di sela ciumannya saat tangan Lay bermain di putingnya. Mencubit dan memelintir juga mnggosoknya.

Cpk

Ciuman mereka terlepas, Lay semakin semangat memaju mundurkan pinggulnya di sambut Jongin yang juga menaik turunkan tubuhnya.

"Ahhh yes cum.. cum" Lay merintih

"Daddy... khh ohhh hmmm ah ah"

"Ah ah eunghh Daddy faster!"

Lay mempercepat sodokannya dan mengurut cepat penis Jongin yang sedari tadi menyendul perutnya.

Keduanya bergerak semakin cepat mengejar kenikmatan yang begitu putih.

"Daddy... aku...ahhh ahh cumhh"

Sprut

Sperma Jongin mengotori perut keduanya, ia lalu mengetatkan lubangnya membuat penis Lay seolah terjepit.

"Ohh yesh, cum"

Sprut

Lay langsung menyemburkan spermanya kedalam anus Jongin hingga terasa menembus perut lelaki tan itu. Lay masih menggerakan pinggulnya pelan sebelum memeluk tubuh yang di pangkunya.

"Tidurlah Jongin"

Lay berbisik rendah dan mengecup pelipis Jongin, tidak menyadari jika Jongin sudah menutup matanya dan bernafas terarurt. Entah tidur atau pingsan.

"Aku mencintaimu, tetaplah bersamaku"

Lay tidak tahu mengapa jika memeluk Jongin bisa terasa senyaman ini. Bagaikan rumah yang sebenarnya yang selalu ia cari.

Maaf kalo gak hot yah :'( and thanks for reading and waiting, dan review. Terimakasih, see you next chapter.