WHEN I MET TROUBLESOME

Declaimer : Member NCT milik orangtua mereka masing-masing, SM Entertainment, Tuhan YME. Saya hanya meminjam nama tidak lebih.

Pair : TaeYu slight JaeYu, WinYu.

Genre : Romance/Drama

Warning : BXB, TYPO.

.

.

.

Yuta mengerjapkan matanya begitu merasakan bias cahaya menembus retinanya. Yuta mengeliat, tubuhnya terasa sangat pegal. Seperti dirajam dengan berbagai benda tajam terutama di daerah pantatnya.

Yuta berkedip pelan, mencoba mengingat apa saja yang telah dilakukannya semalaman ini. Entah kenapa ia merasa sangat curiga dengan tubuh telanjangnya sekaligus keadaan kamar yang tampak asing di matanya.

Yuta meremat selimut yang menutupi dadanya. Ia menunduk dengan wajah yang sangat merah. Ia sudah ingat apa yang telah membuatnya berada dalam keadaan seperti ini.

" Sialan kau Lee Taeyong kubunuh kau." Geram Yuta. Ia akan menghajar Taeyong nanti setelah rasa sakitnya sedikit menghilang. Tapi di mana pemuda sialan itu? Yuta bahkan tak melihat batang hidungnya barang sedetikpun pagi ini.

Yuta menatap jam dindin di sebrang ranjang. Jarum jamnya telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Yuta mendengus, pantas saja ia tak melihat pemuda Lee yang mesum itu. Ia sangat yakin, pemuda brengsek itu pasti tengah tertawa gembira di dalam kelas sekarang.

Yuta mengerucutkan bibirnya, ia beranjak dari ranjang untuk mengambil seragamnya yang berserakan di lantai. Yuta meringis sakit, ini sangat menyakitkan, pantatnya terasa perih dan panas membuat kadua kakinya bergetar. Yuta membulatkan matanya saat memeriksa seragamnya yang nampak sangat kusut. Terlihat sangat tak layak pakai. Yuta mengeram kesal saat melihatnya.

Yuta membuang seragamnya ke sembarangan arah. Dan berjalan ke arah lemari besar yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Yuta membuka pintu lemari, mengacak-acak isi di dalamnya hanya untuk mengambil pakaian yang dirasa pas ditubuhnya. Sebuah kaos hitam dan celana pendek selutut. Hanya pakaian itu yang pas ditubuhnya.

Yuta memakainya secepat mungkin, dan mencoba untuk menghiraukan rasa nyeri di selangkangannya. Sialan, Yuta tak akan pernah melakukan hal itu lagi. Itu sangat memalukan.

Yuta menatap pantulan dirinya di cermin besar di depannya. Lumayan, setidaknya pakaian Taeyong masih layak dipakai dibandingkan dengan seragamnya. Yuta menghela napas lega, setidaknya ia masih punya banyak seragam cadangan untuk dipakainya esok hari.

Yuta melangkahkan kakinya keluar kamar Taeyong dengan tertatih tak lupa ia membawa tas selempangnya yang berisi barang-barang penting. Dan merutuki kamarnya yang terlihat jauh saat ini. Padahal jika Yuta ingat kamar mereka hanya berjarak tujuh langkah.

" Akhirnya." Yuta menghela napas lega saat berhasil mencapai gagang pintu kamarnya. Sungguh, ini perjuangan yang cukup melelahkan.

Yuta mengambil kunci kamar di tasnya. Dan segera masuk ke dalam begitu pintu kamarnya terbuka. Namun ia mengurungkan niatnya begitu mendengar panggilan seseorang yang terdengar cukup familiar.

" Yuta hyung." Yuta menoleh, betapa terkejutnya ia saat melihat Jaehyun, Irene dan Seulgi ada di depan matanya. Lengkap dengan sekeranjang buah segar dan bunga di tangan si ketua kelas cantik dan sekretarisnya.

Yuta meneguk ludah paksa. Ia hanya berdiri mematung tanpa mengatakan sepatah katapun. Rasa terkejut masih menguasai dirinya. Ia bahkan tak menyadari ekspresi ketiga temannya yang hanya dapat menatapnya dengan pandangan heran.

" Yu-chan."

" E-eh? Ada apa Seulgi-san?" Yuta tersadar dari lamunannya dan menatap mereka satu per satu.

Seulgi tersenyum kecil. Ekspresi bingung pemuda Jepang di depannya ini terlihat sangat menggemaskan. Membuatnya tak tahan untuk mencubit pipi putih itu. Namun ia mengurungkan niatnya begitu menyadari sesuatu.

" Boleh kita masuk?" Yuta tersentak, ia menepuk keningnya dengan ekspresi bodoh. Sungguh, rasa terkejutnya membuat Yuta lupa akan segalanya.

Yuta tersenyum malu, membuka pintu kamarnya dengan lebih lebar dan mengisyaratkan pada ketiga tamunya untuk masuk lewat tafapan mata.

Jaehyun, Irene dan Seulgi sempat terperangah saat melihat pemandangan di sekelilingnya. Apartemen Yuta sangat luas, mewah dan bernuansa cerah. Warna dinding perpaduan antara biru muda dan pink tua membuatnya terlihat sedikit girly memang tapi entah kenapa terlihat cocok dengan perawakan Yuta.

" Aku ambilkan minum sebentar." Kata Yuta. Mereka hanya mengangguk, mendudukkan diri diatas sofa beludru berwarna coklat muda.

Dan kembali mengamati keadan sekitar. Rumah Yuta sangat rapi, terlepas dari sosoknya yang terlihat sedikit urakan. Mereka bisa melihat pohon sakura plastik di setiap sudut ruangan. Aroma rumah ini juga beraroma sakura. Sedikit aneh memang karena biasanya bunga sakura identik dengan sosok wanita cantik, bukan lelaki cantik.

Jaehyun beranjak ke arah rak berukuran sedang yang tepat berada di samping aquarium bundar. Hanya rak biasa sebenarnya tapi sosok dalam figura yang terpajang dengan rapi itulah yang menarik perhatian Jaehyun.

Sosok seorang Nakamoto Yuta dari balita hingga dewasa. Wajahnya tak berubah masih terlihat seperti perempuan. Jaehyun tak kuasa untuk memekik gemas saat melihat sosok kecil Yuta yang terlihat sangat imut.

" Jaehyunie berkedip."

" Hah?" Jaehyun mengerjakan matanya saat melihat Seulgi yang melambaikan tangan dengan semangat di depan wajahnya. Jaehyun mengernyitkan dahinya. Apa-apaan senyum mereka berdua?

" Kau menyukai Yuta-chan? Tak perlu dijawab aku bisa melihat semuanya dengan jelas." Irene melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap Jaehyun dengan tatapan kemenangan. Entah apa yang membuatnya terlihat senang, mungkin karena tebakannya tebakannya terhadap Jaehyun memang benar adanya.

" Tidak." Kata Jaehyun kembali berjalan ke arah sofa, meninggalkan dua gadis pengurus kelas yang saat ini tengah terkikik bahagia.

Jaehyun membiarkannya, karena ia tahu berdekatan dengan dua dari empat hadis fujoshi itu sangat merepotkan.

" Maaf lama." Jaehyun tersenyum saat mendengar suara manis itu. Dilihatnya sosok Yuta yang tengah membawa nampan berisi empat gelas es jeruk dan setoples kue coklat.

Pemuda manis itu mengernyitkan keningnya saat melihat senyum cemerlang dari dua gadis yang ada di rumahnya. Mereka kenapa? Begitu pikirnya.

Yuta mendudukkan diri di depan Jaehyun, diikuti dengan Irene yang duduk di sampingnya dan Seulgi yang duduk di samping pemuda bermarga Jung itu.

Yuta terharu, akhirnya ia bisa duduk dengan gadis cantik tanpa ejekan seperti apa yang diimpikannya selama ini.

" Bukankah ini masih jam sekolah? Kenapa kalian datang kemari?" Yuta memulai perbincangan dengan menatap ketiga wajah tamunya secara bergantian.

Tubuh Yuta menegang saat merasakan elusan di kepalanya. Yuta menoleh, dan menatap sang pelaku yang tak lain adalah Irene dengan wajah memerah. Jaehyun mendengus melihatnya.

" Kata Taeyong kau sakit jadi kami meminta izin pada guru untuk menjengukmu. Sebenarnya hanya aku dan Seulgi tapi bocah besar ini memaksa untuk ikut." Yuta menganggukkan kepalanya mengerti. Namun pemuda manis itu mencoba berpikir lebih dalam lagi. Entah kenapa sepertinya ada yang mengganjal.

" Bukannya seharusnya kalian datang setelah pulang sekolah?" Dan akhirnya Yuta mengatakan apa yang ada di pikirannya.

" Kau tau namanya negoisasi Yuta-chan? Jika kau tahu kau pasti mengerti maksudku" Yuta menatap Irene datar saat gadis cantik itu membanggakan kemampuannya dalam merayu guru dan pangkatnya. Yuta tidak terlalu heran sih namanya juga Irene. Siapa sih yang mau membantahnya? Yuta saja takut. Ya memang Seulgi terlihat lebih mengerikan daripada Irene tapi siapa tahu sikap aslinya seperti apa.

" Aku tahu kok." Kata Yuta singkat. Irene dan Seulgi yang terobsesi dengan segala hal yang berbau lucu menatap Yuta dengan pandangan berbinar. Sungguh, pemuda Jepang itu terlihat sangat menggemaskan walaupun tak melakukan apapun.

" Oh iya aku lupa. Ini untukmu." Seulgi menyerahkan sekeranjang buah segar yang terlihat lezat di mata Yuta. Yuta tersenyum lebar dan berkata terimakasih, membuat Seulgi yang berada di depannya tak kuasa untuk mencubit hidung mancungnya. Yuta mengerucutkan bibirnya, cubitan Seulgi terasa sakit. Tapi tatapan tajam Jaehyun yang baru saja disadarinya terasa lebih mengerikan.

" Yu-chan sakit apa?" Yuta menegang saat mendengar pertanyaan Seulgi. Yuta memutar otaknya, ia bingung harus menjawab apa.

" Ano a-aku hanya sedang alergi tadi aku baru pulang dari Rumah Sakit. J-jadi ya begitulah." Yuta menggigit bibir bawahnya dan menautkan jari jemarinya dengan gugup. Sungguh, ia tak pandai bersandiwara.

" Oh pantas saja lehermu terlihat merah begitu. Ku kira itu tadi kissmark."

" E-eh? T-tidak kok." Yuta tersenyum canggung. Perkatan Irene yang terlalu blak-blakan itu membuat pikirannya kembali melayang ke kejadian malam lalu. Kejadian yang telah membuat keperawanan lubang anusnya menghilang. Yuta mendengus pelan, tiba-tiba ia menjadi kesal.

" Oh iya Yuta-chan kami pergi dulu. Jaehyunie?"

" Tinggal saja Noona." Irene dan Seulgi mengangguk mengerti. Mereka mencium pipi Yuta terlebih dahulu sebagai tanda perpisahan dan melenggang pergi.

Yuta menatap Jaehyun dengan pandangan kaku. Ia masih ingat pertemuan pertama mereka berdua yang penuh akan umpatan kasar. Lebih tepatnya hanya Yuta yang, mengatakan hal-hal kasar dan Jaehyun hanya tersenyum. Tapi tetap saja itu membuatnya tidak enak.

" Emm ano kau tidak pergi?" Yuta menggaruk tengkuknya canggung. Sungguh hanya kata itu yang ada di pikirannya saat ini.

" Hyung mengusirku?"

" Eh? Tidak aku hanya bertanya." Kata Yuta. Setelah itu mereka berdua kembali terdiam. Yuta yang biasanya ramai juga memutuskan untuk tak membuka suara karena ia masih merasa canggung. Ditambah dengan ttapan Jaehyun yang seolah-olah menelannya membuatnya semakin enggan. Yuta menggigit bibir bawahnya. Kapan pemuda tampan ini akan pergi? Begitu pikirnya.

" Apa Taeyong hyung yang melakukan ini?" Yuta menatap Jaehyun bingung. Apa maksudnya?

" Tanda di lehermu." Yuta melebarkan matanya terkejut, tanpa sadar ia meraba lehernya. Yuta menundukkan kepalanya sesaat, kemudian menggelengkan kepalanya. Mencoba menyangkal tebakan Jaehyun.

" Bukan, ini ruam alergi." Jaehyun terkekeh pelan melihat reaksi pemuda manis di depannya. Ya walaupun ia tahu bahwa Yuta tengah berbohong saat ini. Jaehyun sedikit kesal sebenarnya tapi bertindak gegabah juga tidak baik untuk rencana kedepannya.

" Yuta hyung."

" Iya?"

" Ah maaf aku lupa au bilang apa." Belum saatnya.

.

.

" Hei kau." Pemuda tampan itu mendecih kesal saat objek yang diajak berbicara tak mengatakan sepatah katapun dan memilih untuk tetap membaca majalah di sofa.

" Yuta-kun." Sosok manis itu masih tetap tidak menyahut, dan sekarang ini dengan santainya memakan kue coklatnya dengan lahap. Taeyong mengernyitkan keningnya. Sebenarnya ada apa dengan pemuda manis itu? Kenapa terlihat menyebalkan sekali sekarang ini?

" Sayang."

" Diam kau Lee brengsek." Taeyong terkekeh kecil, ia berjalan mendekat setelah sebelumnya bersandar di pintu.

Taeyong duduk di depan Yuta, dan hendak mengambil kue coklat yang ada di meja. Tapi Yuta memukul tangannya sebelum kue itu terambil. Taeyong meringis sakit, biarpun tak sebanding dengan kmtendangan Yuta tapi tetap saja sakit.

" Pelit sekali."

" Aku tidak mengundangmu datang ke sini asal kau tahu." Taeyong tak perduli, ia lebih memilih bersandar pada sandaran sofa dan mengamati sosok manis di depannya.

Taeyong menyeringai kecil saat melihat ruam merah di leher jenjang si manis. Seringainya semakin lebar saat pemuda di depannya merona tipis. Terlihat semakin manis di matanya. Taeyong yakin kissmark itu tidak akan hilang dalam tiga hari kedepan.

" Kau tahu Yuta-kun. Kau diam seperti itu saja sudah membuatku horny." Kata Taeyong dengan seringai lebar di wajahnya.

Yuta mengerjakan matanya sesaat, masih mencerna perkataan Taeyong yang entah kenapa terdengar sangat menyakitkan di telinganya. Begitu Yuta sadar.

" SIALAN KAU LEE TAEYONG." BUKK. " Ehhh?" Yuta menarik tangannya yang telah meninju wajah Taeyong. Yuta panik, ia segera berlari ke dalam kamar untuk mengambil kotak obat. Ia segera kembali ke ruang tengah dan duduk di samping Taeyong yang sekarang ini menatapnya dengan tatapan membunuh.

Yuta menelan ludah gugup. Yuta sesungguhnya tak takut siapapun kecuali Ayahnya tapi Taeyong terlihat sangat menyeramkan saat ini. Wajah kriminalnya terlihat semakin mengerikan saat tatapan tajam itu solah menelanjanginya. Yuta menggigit bibir bawahnya takut.

Yuta membuka kotak obat, mengambil obat merah dan kapas. Ia mengobati Taeyong dalam diam, yang diobatipun juga demikian. Enggan mengatakan sepatah katapun ia masih kesal.

Yuta membersihkan darah di sudut pipi Taeyong dengan hati-hati. Ia tak ingin Taeyong marah lagi walaupun disini sebenarnya seharusnya ia yang marah. Tapi kenapa jadi begini?

Yuta menghela napas panjang, ia mencoba melupakan kejadian luar biasa biadab menurutnya kemarin malam dan kembali bersikap kurang ajar seperti biasanya.

" Apa Jaehyun tadi ke sini?" Yuta hanya mengangguk, dan menempelkan plester bergambar Bintang di sudut bibir Taeyong. Yuta terkekeh kecil, Taeyong dengan plester Bintang terlihat sangat aneh di matanya.

" Kenapa?" Tanya Taeyong lagi. Yuta menatap Taeyong sengit, kenapa pemuda ini banyak bicara sekali? Tak tahukah ia saat Yuta mendengar suaranya Yuta ingin sekali menghajar wajah tampannya sampai babak belur? Tunggu, apa Yuta tadi bilang tampan? Sialan.

" Wajahmu terlihat sangat menjijikkan sekarang."

" Oh ya? Ku kira kau terpesona."

" Jangan harap Lee. Terpesona padamu sama saja dengan bunuh diri." Taeyong terkekeh. Tipikal Yuta sekali, berbicara dengan bahasa kasar yang sangat menyakitkan telinga. Tapi disitulah letak menggemaskannya.

Taeyong menatap Yuta dalam, lebih tepatnya ke bagian lehe Yuta yang bertanda kemerahan. Ebatah kenapa Taeyong merasa bangga.

" Kau belum menjawabku Yuta-kun apa Jaehyun tadi ke sini?"

" Ya, memang kenapa? Kau cemburu?"

" Biasanya iya tapi untuk hari ini tidak." Yuta mengerutkan alisnya tak mengerti. Ia mengendikkan bahunya mencoba tak perduli. Memang apa hubungannya Taeyong, Jaehyun dan dirinya?

" Kau tidak ingin bertanya kenapa aku tidak cemburu?"

" Tidak tidak dan tidak. Pergi dari kamarku." Taeyong tertawa pelan, pemuda tampan itu justru merebahkan dirinya di paha Yuta yang kini hanya dapat menegang. Taeyong terkekeh lagi, melihat ekspresi wajah Yuta yang terlihat kaku saat ini. Betapa ia menikmati saat-saat seperti ini, suasa tenang tanpa tendangan dan pukulan. Terasa sanga damai dan menentramkan. Taeyong memejamkan matanya, ia menyakinkan dirinya sendiri. Untuk membuat Nakamoto Yuta mencintainya dan menyingkirkan banyak penghalang yang menghalangi jalannya. Ya Taeyong akan melakukannya.

.

.

TBC

Halo, maaf semaaf maafnya. Ide untuk lanjutan ff ini baru muncul dua hari yang lalu jadi aku memutuskan untuk meneruskannya secepat mungkin. Mungkin ini gak seperti chapter sebelumnya tapi semoga ini cukup menghilangkan kekesalan kalian.

Terimakasih untuk Hoby hyung, TenCara, keiaries, Khasabat04, miyuukims, Babypanda89, NaimChup, Min Milly, liaoktaviani. joaseo, vallerya shin natha, Macchiato Chwang, ParkRinHyun-Uchiha, deerianda, Yeseul Nam, zizi'd, choigunarti23, MinJ7, Nagisa Kitagawa, Wiji, Yuta Noona, duabumbusayur, realwolf12, Ilwrance, guest.

Mohon read and reviewnya beri kritik dan saran juga ya^^

Aku Cinta Haechan, aku Cinta Yuta, aku Cinta kamu

Salam wakaTaeYu.