Main Cast : ChanBaek *Chanyeol (25 Years Old) / *Baekhyun (9 Years Old)

Other Cast : Temukan di dalamnya \^0^/

Disclaimer : Love Of Fallen Leaves (ChanBaek Version) Cerita ini hanya fiktif, author hanya meminjam nama dan tempat :)

presented by Gloomy Rosemary & Cupid


~Love Of Fallen Leaves~

Chapter 1

.

.

..

.

-Goryeo-

Mentari pagi perlahan menyeruak melalui dahan pepohonan bermahkotakan kuncup segar dimusim semi, setiap celah ruang tentu tak luput dari biasnya. Semua begitu cerah...begitu hangat.

Secerah tawa namja mungil yang kini berlarian di tengah istana, dengan sebuah busur kecil di tangannya.

Tak ada satupun yang menghentikannya, atau bahkan tega mengatakan kata tidak untuknya. Bukan hanya Raja dan Ratu yang begitu mengasihinya, semua rakyat Georyeo pun mencintai Pangeran berparas manis itu. Ya...Ia memang tumbuh dengan penuh kasih di sekitarnya.

"Hwa-hwangjanim...Tunggu! Jangan berlari seperti itu,anda bisa jatuh Hwangjaniiiim (Pangeran)"

"Ahahaha...jangan mengejarku Sooyoung"

Canda bocah kecil itu, masih terus berlari mengelak dan membuat kesal wanita muda jauh di belakangnya.

Sementara Sooyoung tampak terengah sambil sesekali menyeka keringatnya. Rasanya...semakin hari Ia semakin kepayahan mengasuh pangeran kecilnya. Dirinya yang tak semuda dulu ataukah Baekhyun yang makin aktif disetiap harinya. "Agioyaa...aku tak akan bisa menikah jika seperti ini" gumamnya sembari menyingsingkan lengan gaun panjangnya, bersiap mengejar namja mungil kesayangannya itu

"Hwangja—Baekhyun Hwangjaniiiimmm!"

.

.

.

"Eommaaa...lihat-lihat apa yang—

PRANKKKK

Kedua tangan mungil itu mendadak gemetar, busur di tangannya pun jatuh begitu saja. Nyaris Ia menangis menjerit, namun tersedak dan hanya terperanjat bisu. kala melihat wanita di hadapannya tak seperti sosok yang dikasihinya selama ini. Tak pernah sekalipun Baekhyun melihat tatapan bengis dari sosok wanita yang dipanggilnya 'Eomma' itu.

"Lepaskan Dayang itu Seohyun!" Ucap Raja, begitu waspada.

"Phe-Pheyaa (Yang mulia)...selamatkan hamba—

"TIDAK! AKU AKAN MEMBUNUHNYA! JIKA KAU TETAP PADA PENDIRIANMU!" Teriak Seohyun kalap, membuat pisau yang Ia hunuskan di leher dayang itu, perlahan menggores kulit hingga membuat darah merembas.

"A-ahh. Ja-jangan membunuhku...jangan membunuhku Yang Muliaaa" Pinta dayang itu ketakutan, namun apa daya...semakin Ia meronta semakin dalam pisau itu menekan lehernya.

"DAEDDAPHEYO! (jawab aku!)" Tekan Seohyun, seraya menatap penuh amarah pada Raja yang masih terdiam itu.

"Hentikan semua ini Seohyun!"

"Apa yang telah kuberikan padamu belum cukup membuatmu puas Pheya? Kekuatan pemerintahan dari pihakku dan seorang Putra Mahkota. Apa semua itu tak cukup untukmu?!"

Yong Hwa memijit pelipisnya pening. Bukan...

Bukan karna dirinya yang gila tahta dengan menikahi seorang wanita pewaris dari negeri Khitan.

Melainkan, Ia hanya ingin melindungi Georyo dan keluarganya saat ini.

Memang benar...dirinya telah dikaruniai seorang Putra Mahkota, akan tetapi...

Suatu yang besar menjadi rahasia, dan menjadi alasan dirinya untuk menjalani pernikahan itu.

"Kau tak bisa menghentikanku Seohyun. Semua kulakukan untukmu dan juga Putra kita"

"BATALKAN PERNIKAHAN ITU! JIKA KAU PEDULI PADAKU DAN BAEKHYUN!"

"Jangan membuatku mengatakannya lagi ,aku...akan tetap menjalankan kehendak langit" Ujar Yong Hwa tenang, sambil mengalihkan pandangannya.

"Mwo? Kehendak langit?! PERSETAN DENGAN LANGIT! BATALKAN PERNIKAHAN ITU! ATAU—

Crashhhh

"ARGHT!"

Tubuh tak berdaya dayang itu tergeletak begitu saja, kala belati yang sempat menggores lehernya kini benar-benar menikam dan memotong urat nadinya.

Tak ada raut menyesal dari wanita yang berdiri di sisi tubuh tak bernyawa itu. Ia terlalu dibutakan dengan ambisi dan amarah kesetiannya selama ini.

"Pheya...Kau lihat ..Tak hanya Dayang tak berguna ini. Aku bisa melakukan lebih lagi, jika kau tetap melangsungkan pernikahan itu. Dan Kau tak akan pernah bisa menghukumku atas apa yang telah ku perbuat!" ancam Seohyun dingin, tanpa tau...seorang namja mungil menahan jeritan ketakutannya karna perbuatnnya.

"Hik...Eom—Maa" Isak Baekhyun seraya menutup bibirnya.

"Aishhhh...akhirnya aku mendapatkanmu Hwangjanim" Sooyoung yang baru saja berhasil mengejar Pangeran kecilnya, cepat-cepat memeluknya dari belakang. Sama sekali tak mengizinkannya untuk kembali melarikan diri.

Namun, Ia merasakan ada yang salah, ya! Sangat salah begitu menyadari tubuh mungil itu gemetar dalam dekapannya.

"W—Waeyo?" Ucapnya seraya menjauhkan tubuh Baekhyun.

Dan benar saja, Sooyoung terhenyak saat melihat Baekhyun begitu terguncang. Apa yang terjadi?

"BAWA BAEKHYUN PERGI DARI SINI!"

Akan tetapi teriakan Raja, berhasil menyita perhatiannya dan membuatnya mengerti apa yang membuat Pangeran itu terbenam dalam rasa takutnya.

"Eom—Mmaa"

"Sssshh gwaenchana...kau tak melihat apapun Hwangjanim" Bisik Sooyoung lirih, perlahan namun pasti Ia mulai membawa tubuh kecil Baekhyun menjauhi tempat mengerikan itu.

.

.

.

Kedua tangan mungil itu semakin terkepal, mencengkeram erat gaun seorang dayang yang kini memeluknya penuh.

Namja kecil itu benar-benar tak mengerti dan sejak kapan Ibunya menjadi demikian. Apa salah dayang itu?

.

.

"Appa bertengkar dengan Eomma?"

"Animida...Raja dan Ratu saling mencintai Hwangjanim"
Baekhyun menganggukkan kepala.

"Apa yang terjadi dengan dayang Oh?Mengapa Eomma memegang darah? " Gumam Baekhyun lagi sambil menyandarkan kepalanya di pundak Sooyoung. Sesekali Ia mengerjap dan menggeleng berusaha melupakan hal mengerikan yang Ia lihat di pagi ini.

Sooyoung terhenyak mendegar ucapan namja di atas punggungnya itu. Tentu Ia tak bisa menjelaskan secara lugas pada bocah sekecil Baekhyun.

Sooyoung terkekeh, dan sedikit mengguncang tubuh mungil yang menggelayut di punggungnya.

"Hmm, Dayang Oh...hanya tertidur" Jawabnya

"Jjeongmalyo? Tapi Eomma...leher dayang Oh—

"Ssst...Ratu tak melakukan apapun dan kau tak melihat apapun Hwajangnim"

Baekhyun terdiam, banyak hal yang ingin Ia sangkal dan ingin Ia tanyakan. Oh sungguh, Ia benar-benar tak puas dengan jawaban pengasuhnya itu. Jika saja dirinya bisa bertemu dengan Ibu dan Ayahnya lalu menanyakan semuanya. Mungkin Ia tak akan seresah ini.

Tapi, Sooyoung melarangnya keras. Ingin meronta pun rasanya percuma.

Tubuhnya terasa begitu lelah, Ia terlalu banyak berlari hari ini...dan hal mengerikan yang Ia lihat benar-benar menguras energinya hingga membuatnya jatuh tertidur begitu saja di atas gendongan Sooyoung.

"Hwangjanim..." Panggil Sooyoung lirih

"..."

"Hwangjanim, apa kau tertidur?"

"..."

Sooyoung terkekeh pelan kala tak mendengar sahutan apapun dari bocah berumur 9 tahun itu.

"Benar...tidurlah. Jangan melihat apapun dan mendengar apapun...lalu esok,bangunlah untuk bermain...Hwangjanim"

.

.

.

Di sisi lain, dalam istana yang megah itu. Tak satupun bernyali untuk bersuara...semua tertunduk diam. berusaha menulikan pendengaran dan hanya menunggu titah dari sang Raja jika diperkenankan.

"JIKA MUSUH TAU, APA YANG ADA DALAM DIRI BAEKHYUN. MEREKA AKAN MENGINCAR DAN MEMBUNUHNYA, HANYA INI YANG BISA KULAKUKAN UNTUK MEMPERKUAT GORYEO DAN MELINDUNGI PUTRAKU!"

"APA KAU SEDANG MERENDAHKAN KETURUNANKU?!" Teriak Seohyun makin tak terkendali. Gaun bersemat emas dan berlian, kini tak lagi terlihat berkilau karena bercak darah di setiap tenunannya.

Ratu itu tak pernah sekacau dan seterpuruk ini. Ia benar-benar tak yakin dengan apa yang membuat Raja berpaling dari cintanya. Sungguh, dirinya tak bisa terima jika untuk melindungi Baekhyun dan Georyo adalah alasan di balik pernikahan itu.

"RAHIM DALAM TUBUHNYA! ADALAH ANCAMAN UNTUK BAEKHYUN!"

BRUGH

Seohyun jatuh bersimpuh, pandangannya pun kian terlihat nanar. Seolah sesuatu tengah menikam ulu hatinya, jadi...

Inikah alasan itu...

Akibat dari dirinya yang telah memberikan keturunan yang cacat?

"Hhh, kau membuatku mengatakannya lagi" Sesal Yong Hwa, seraya menutup kedua matanya

"Mengertilah Istriku..." Perlahan, Yong Hwa mulai mencoba menenangkan wanita cantik itu.

"Kau dan Baekhyun akan aman, jika Georyo semakin kuat" Lanjutnya lagi, seraya meraih tubuh Seohyun untuk dipeluknya.

"Aku begitu mencintaimu...Pheyaa" Gumam Seohyun lirih.

"Aku tau Seohyun~ah, aku hanya ingin melindungi—

"Apa kau khawatir Baekhyun tak bisa mewarisi tahtamu? Ataukah anak itu menjadi aib untukmu?"

Yong Hwa terbelalak lebar mendengarnya. "A-apa yang kau katakan, aku tak pernah—

"Haruskah, aku membunuhnya? Aku bisa memberimu keturunan lagi...JANGAN MENIKAHI WANITA DARI KHITAN ITU!"

Seohyun kembali histeris, dan berteriak tak terkendali. Apapun itu...rasa kecewa dan sakit hati yang besar, telah membutakan hatinya dan menghempas akal sehatnya.

"BERI RAMUAN PENENANG UNTUK ISTRIKU! DAYANG!"

"Ndee Pheya"

Seohyun semakin berteriak histeris, bahkan hingga saat para dayang memaksa meminumkan ramuan penenang itu, Ia tetap bersikukuh meraih Yong Hwa.

"AKU AKAN MEMBUNUHNYA! AKU AKAN MENGHABISI AIB ITU UNTUKMU PHEYAA! NAE SARANG~eun—BRUGH

Seohyun jatuh terlelap begitu ramuan penenang itu bereaksi cepat dalam tubuhnya. Semua begitu sulit, tak pernah barang sedikitpun dirinya menganggap Baekhyun sebagai aibnya.

Anak itu tumbuh dengan kasih sayang darinya. Sungguh mustahil, kata membunuh itu keluar dari bibir Seohyun, ibu kandungnya sendiri.

"Bawa, istriku ke dalam kamarnya" Titah Yong Hwa, sembari kembali memijit pelipisnya pening.

.

.

"Apa maksudmu memberiku keturunan? kau...sudah tak bisa mengandung anakku lagi Seohyun~ah. Ku mohon mengertilah"

.

.

.

Esoknya

~Silla~

"Pernikahan dengan Putri Kerajaan Khitan?"

"Nde...hamba bisa pastikan akan kebenarannya Pheya (Yang Mulia)" Ujar panglima itu, usai menegaskan informasi yang diperolehnya.

Sejenak, pemuda di atas singgasana itu terlihat tenang memejamkan matanya, lalu menyeringai tipis begitu kedua obsidian itu kembali menatap tajam.

"Yong Hwa... apa kau pikir dengan menikahi wanita Khitan, mampu menghentikanku menyerang Goryeo? Tch...Tak perlu bersusah payah, cukup tidurlah...dan tunggu aku melumpuhkan tahtamu"

Gumamnya seraya memainkan minuman yang telah dingin dalam cangkir gioknya.

"Bawa pasukkan mata-mata untukku, aku akan menyelinap ke dalam Goryeo"

Panglima itu tercengang, merasa...Raja muda itu, baru saja mengatakan hal gila. Yang benar saja, Raja sendiri yang akan berpijak di kawasan musuh?

"A-apa? Anda akan menyelinap ke dalam Goryeo. Itu terlalu berbahaya Pheya"

Seringai yang begitu khas kembali tersungging di bibir merah itu, seolah tengah menunjukkan titahnya adalah suatu yang mutlak. Dan Ia tak ingin siapapun meragukan kehendaknya.

"Mereka akan disibukkan dengan pernikahan itu. Aku akan memanfaatkan situasi yang ada untuk membaca pergerakan mereka"

"Akan tetapi,bagaimana jika—

"Tak ada satupun yang bisa menyentuh Park Chanyeol" Tegas Raja muda itu, seraya melirik tajam panglima paruh baya di hadapannya.

"Nde Pheya...Hamba akan kembali dengan pasukan terbaik kami" Ujar Panglima itu seraya menunduk, lalu beranjak pergi dengan penuh hormat.

Seulas senyum tipis terpalsukan dari paras tegas penuh ambisi itu. Tak seorang pun bisa membaca pikiran penguasa Silla, dan tak seorang pun tau apa yang tengah direncanakan Raja muda itu, yang semua tau...Chanyeol adalah sosok dingin penuh perhitungan. Dengan kekuatan besar di balik pemerintahannya.

"Kau tak kunjung mengundangku bermain...maka aku yang akan memulainya Jung Yong Hwa"

.

.

.

.

~Goryeo~

.

.

"Uhukk—Hukk, tak seharusnya anda berada di sini Hwangjanim...Hukkk" Ucap Sooyoung terbatuk-batuk, sembari mendorong pelan...Baekhyun untuk lekas menjauhinya.

"Lalu, siapa yang akan menemaniku bermain huh?" gerutu Baekhyun dengan bibir terpout, berulang kali Ia menarik selimut Sooyoung memaksa pengasuhnya itu segera bangkit dan menemaninya seperti biasa.

"Tak lama lagi Tuan Kyungsoo kemari, Dia yang akan menemanimu bermain Hwangjanim"

"Mwo? Bocah itu lagi? Andwaeyo! Kyungsoo selalu merebut mainanku, aku tak menyukainya!" Sungut Baekhyun kesal, sembari melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Aigoyaa...lihatlah pengasuhmu sedang sakit eum. Uhukk...berbaurlah bersama anak seusiamu. Jika seperti ini, kau akan menjadi penyendiri Hwangjaniiiim"

"Ah! Shirreo—aku tak menyukai Kyungsoo! Kau tak mau menemaniku?! Geurae...aku akan bermain sendiri!" Celetuk Baekhyun cepat seraya menjulurkan lidahnya, lalu berlari begitu saja tanpa mendengar Sooyoung.

"Y-Yaaa! Jangan pergi seorang diri! YACK! BAEKHYUN HWANGJANG—Uhukkkk...Aisshhh"

.

.

.

.

"Mau kemana kau!" Seorang namja manis, menghadang dengan tangan terbentang. Tak mengizinkan Baekhyun melangkah barang sedikitpun.

"Minggir!" pekik Baekhyun ketus.

"Shirreo!...Kau harus bermain denganku Hwangjanim!" Jawab namja kecil itu tak kalah ketus.

Baekhyun mengepalkan tangannya kesal, ah sungguh! Ia benar-benar jengkel jika harus bertemu dengan sepupunya itu. Apanya yang bermain? Kyungsoo hanya akan merebut mainan yang Ia miliki.

"Ugh!" cepat-cepat Baekhyun menyembunyikan busur di belakang tubuhnya.

"Whoaa...kau memiliki mainan baru? Bisakah aku melihatnya?" Bocah manis itu membulatkan mata lebar dan begitu antusias mendekati Baekhyun, demi melihat sesuatu di belakang tubuh Pangeran mahkota itu.

"Ahs! Shirtagoyeo!" Teriak Baekhyun seraya mendorong kasar tubuh Kyungsoo, hingga jatuh terjengkang.

"YACK! Mengapa kau mendorongku!" jerit Kyungsoo tak terima, Ia bangkit dan bersiap memukul Baekhyun

Namun tiba-tiba saja...

'PLLAKKK'

Baekhyun telah lebih dulu memukul kepalanya, membuat tangisan namja manis itu pecah seketika.

"Appoyooo! Hiks...Kau memukulku!" Isak Kyungsoo sambil memegangi kepalanya.

"Ani...Aku tak memukulmu!"

"KAU MEMUKULKU! APPPAAAAAAAA!" jerit Kyungsoo, seraya berlari ke dalam istana demi mengadu pada Ayahnya.

Baekhyun mencibir, mengerti betul tabiat sepupunya yang lebih menyebalkan dibandingkan dengan anak perempuan.

Sesaat Baekhyun mengibas-ngibskan debu yang menempel dipakaiannya, menoleh ke kanan dan ke kiri. Merasa suasana begitu aman...namja kecil itu memutuskan untuk berjalan mengendap, dan menyelinap ke belakang paviliun istana.

.

.

.

"Bukankah itu hutan Goryeo?" gumam Baekhyun sambil melompat-lompat, berusaha melihat pepohonan di balik tembok besar halaman istana itu.

Ia kembali mengingat ucapan Sooyoung. 'Hutan Goryeo sangat menyenangkan...kau bisa menemukan banyak tanaman obat, bunga bermacam warna bahkan kau bisa bermain dengan burung dan kelinci di dalam sana'

Ah ya! Baekhyun ingat betul kalimat itu. Kendati demikian, meski dirinya selalu merengek untuk ikut pergi ke hutan itu...Dayang pengasuhnya selalu melarangnya keras.

Tapi, Sooyoung sedang sakit. Ia memiliki kesempatan lebih untuk bersenang-senang bukan? Pikir Baekhyun girang, seraya memanjat tembok besar itu.

HUP

Lalu berlari cepat, kedalam semak...sebelum pengawal atau pun dayang kerajaan melihatnya dan memaksanya kembali.

.

.

.

"Tsk...Anak itu sudah pasti mengadukanku pada Paman" Gerutu Baekhyun begitu mengingat apa yang telah dilakukannya pada sepupu dekatnya itu. Baekhyun kembali berjalan menghentak , menyusuri jalan setapak menuju hutan di belakang istana. Sesekali Ia menghempas seresah dan semak yang menghalanginya dengan busur kecilnya. Tak peduli, busur itu bisa saja patah. Ah sungguh! Ia benar-benar kesal. Setiap orang melarangnya bermain keluar. Bukankah tak ada satupun yang menghentikannya? Dan bukankah setiap orang mengasihinya? Tapi apa ini?

Jangankan untuk bermain seorang diri...teman bermain untuknya pun harus dipilihkan. Itu sama sekali tak membuatnya bebas!

Jika saja Ia tak menyelinap seperti ini, mungkin dirinya akan tetap terkurung di dalam istana yang membosankan itu.

Namun perlahan-lahan, mata bulat yang semula menatap penuh kecewa itu. perlahan terlihat redup. Dalam diam, Baekhyun kembali mengingat apa yang dilihatnya kemarin...

Jeritan, teriakkan, belati, gaun penuh darah dan seorang dayang yang tergeletak itu masih berputar dalam benaknya. Bahkan, Ia tak diperbolehkan menemui Ibunya saat ini.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Dayang Oh, baik-baik saja bukan?" Gumanya seraya menerawang ke atas, membiarkan bias mentari menyeka wajah putih bak porselain itu.

Namja kecil itu, tak pernah tau akan bahaya yang tiap saat mengintainya. Ia terlalu belia untuk memperhitungkan semuanya. Dan organ yang berkembang dalam tubuhnya, semakin memperumit keselamatannya.

Jika saja Ia tau akan hal itu.

Tak hanya musuh, bahkan seorang terdekatpun akan sampai hati melukainya. Semua akan mungkin jika itu melibatkan kesetiaan dan tahta.

Ya...jika saja Baekhyun tau.

.

.

.

'Chirp...Chirpp'

"Uhm? Aku mendengar sesuatu" Baekhyun menghentikan langkahnya, begitu mendengar suara kecil yang begitu menarik perhatiannya.

'Chirp...chirp...chirp'

"Whooaaa anak burung? Jinjja...jinjja?"

Pekik Baekhyun girang, kala menyadari suara itu bersumber dari sarang burung di atas dahan pohon Ginko. Tak pernah sekalipun Baekhyun melihat yang seperti ini, rupanya bermain di luar istana lebih dari apa yang Ia bayangkan. Akan ada banyak hal menyenangkan yang akan Ia temukan di sini.

Selayaknya anak seusianya, ia begitu antusias memanjat pohon, demi meraih sarang burung berajutkan seresah dan tangkai daun itu

"Aku akan mengambilmu"

.

.

.

Sementara itu tak jauh dari pohon Ginko tersebut.

"Pastikan, tak ada satupun yang mengikuti dan mencurigai kita" Ujar Chanyeol, seraya mengerahkan kudanya untuk berjalan lebih lambat.

"Baik..."

Pemuda tampan yang kini tak lagi mengenakan busana kerajaannya itu, semakin menatap geli di sekitarnya. Semuanya terlalu sunyi...Ia tak pernah menduga, Raja Goryeo akan seceroboh ini. tak menyisakan satu pun prajuritnya untuk berjaga di kawasan perbatasan.

"Apa kau begitu bernafsu dengan pernikahan bodohmu itu? Tch" Decak Chanyeol tak habis pikir.

.

.

.

"A-AAAAHHHHHH!"

Namun, tiba-tiba saja teriakan seseorang menyentak rasa waspadanya. membuatnya memberi isyarat pada beberapa pria bertubuh kekar itu, untuk menjaga jarak dan bersiap.

"Hiks! D-dowajusseyoooo! Seseorang Kumohon...HAAAAA" Ronta Baekhyun, sambil menangis sejadinya. Berulang kali Ia berusaha merangkul batang ginko itu, tapi percuma...tangan mungil itu tak cukup kuat menahan tubuhnya.

Beberapa pria yang sempat menghunus busur dan pedang, kini saling bertukar pandang tak terkecuali Chanyeol.

Hanya seorang bocah rupanya. Ah entah...bagaimana Ia mengulas keadaan anak itu. Tengah tersangkut ataukah bergelantungan di atas pohon setinggi itu.

Bukan sesuatu yang penting untuknya.

Sesaat Chanyeol berdecak tak suka, lalu kembali memberi titah pada pengikutnya untuk kembali berjalan. Tanpa berniat sedikitpun menolong Baekhyun yang ketakutan di atas sana. Anak itu mati atau hidup, bukan urusannya.

"Kajja...lanjutikan perjalanan"

"Nde..."

"S-siapa disana? Sooyoung? Prajurit? J-jebal tolong aku! Turunkan Aku!"

Pekik Baekhyun saat mendengar sayup-sayup beberapa orang berbincang di bawahnya, Ia tak memiliki nyali untuk melihat ke bawah. Selain dua kaki yang meronta. Oh ayolah...Pohon itu terlalu tinggi.

"..."

Tak ada jawaban, hanya terdengar langkah kuda yang semakin menjauh. Dan Baekhyun yakin, pasti itu prajurit yang sedang berjaga di hutan ini. atau mungkin orang –orang istana yang mengapa mereka tak berhenti? Apa mereka tak mendengar suaranya?

"YACKK! Prajurit!...kau mendengarku bukan! T-turunkan aku!" Teriak Baekhyun, panik. Wajahnyapun semakin kebas karna air mata, takut kalau-kalau ia akan benar-benar jatuh dan mati.

"..."

"YACKK! Hiks...TURUNKAN AKU!"

.

.

"Pheya...anak itu—

"Abaikan saja, jangan biarkan bocah ingusan itu mengacaukan pikiran kalian"

" AYAHKU AKAN MEMENGGAL KEPALAMU JIKA KAU TAK MENOLONGKU! KAU DENGAR?! Hiks...INI PERINTAHKU!" Teriak Baekhyun frustasi, kala memberanikan diri melirik ke bawah dan melihat segerombolan pria berkuda itu, semakin meninggalkannya.

"Berani-beraninya kau bicara demikian pada Yang Mulia ka—

Ucapan pengawal itu tertahan begitu Chanyeol meraih pundak nya dan sedikit meremasnya. " Jangan sekalipun kau membuka identitas kita, meski hanya di depan bocah yang meregang nyawa itu" Bisik Chanyeol setelahnya.

"N-nde algeseumnida"

"Perintah?" Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, benar saja...ucapan Baekhyun berhasil menarik rasa ingin tahunya. Dari cara bicara bocah itu, sepertinya Ia memiliki hubungan dengan kerajaan.

"G-geurae, kemarilah...tu—turunkan aku, Ahjjushii huh...hiks, j-jangan takut ke-kemarilah...turunkan aku hmm" Isak Baekhyun kacau, berusaha membujuk satu pria yangi lebih muda untuk semakin mendekati pohon Ginko itu.

Chanyeol berdecak, siapa yang sebenarnya merasa ketakutan di sini. Anak itu benar-benar menggelikan rupanya.

"Mengapa aku harus menolongmu hn?" Ucap Chanyeol seraya menyeringai tajam, menikmati cara bocah itu bersusah payah mempertahankan dirinya berpegang pada batang pohon. Dan kaki mungil yang meronta-ronta seperti itu.

"Ngh...M-musseowo (Aku takut), J-jika aku jatuh aku akan mati!J—jebal...turunkan aku Ahjjusi. Ayahku akan memberimu banyak hadiah...ngh hiks jika kau menolongku" Racau Baekhyun ketakutan, berkali-kali Ia meringis kesakitan. Bahkan tangannya kini makin memerah...tak sanggup bertahan lebih lama lagi.

"Hadiah?"

"U—uhm...B-banyak Hadiah! Raja akan memberi apappun y-yang kau minta! T-turunkan Aku Ahjjushiii~ Hikks"

Pemuda itu semakin menyeringai tajam. 'Jadi, inikah Putra Mahkota Georyo itu? kau benar-benar gila Yong Hwa, membiarkan satu-satunya Pangeran berkeliaran seperti ini'

"Menarik, Tapi...aku hanya ingin imbalan itu darimu" ucap Chanyeol seraya melirik licik ke atas

"M-Mwo? B-baiklah...Emas..Berlian? Makanan? Apapun akan Raja berikan jika—

"Ani (Tidak)...aku tak butuh semua itu. Beri aku sesuatu yang belum pernah kau lakukan Hwangjanim, maka aku akan menolongmu"

Baekhyun mengangguk pasrah mendengarnya. Walau nyatanya Ia sama sekali tak mengerti dengan ucapan Pria asing itu, yang jelas Baekhyun tak ingin mati sia-sia terjatuh dari pohon setinggi itu.

"Bagaimana?Apa Kau akan mengabulkannya?"

Baekhyun kembali mengangguk cepat. "Apapun y-yang kau inginkan. S-selamatkan aku. AH—YAHH! MENGAPA KAU BANYAK BICARA SEKALI AHJUSSHI! MENYEBALKAN!"

Chanyeol menghela nafas, sedikit jengkel memang, dengan sikap rusuh bocah mungil itu. Bukan seperti itu caranya bersikap jika memohon pertolongan dari orang lain. Ah...tapi, mungkin memang karna anak itu seorang Pangeran yang selalu mendapatkan segalanya dengan mudah.

.

.

"Lepaskan kedua tanganmu" Ujar Chanyeol kemudian.

Membuat bocah di atas pohon itu tak habis pikir dan menjerit jengkel mendengarnya.

"MWOOOO?! KAU INGIN MEMBUNUHKU ATAU MENOLONGKU?! SEHARUSNYA KAU NAIK KE SINI! KE SINII! APPWHAAAAA!" Baekhyun kembali menangis sejadinya dan memanggil Ayahnya di sela-sela isakkannya.

Membuat Chanyeol kembali berdecak lidah, siapa yang menyebalkan di sini. Berteriak-teriak demikian dengan sikap arogan seperti itu, siapapun tak akan sudi menolongnya bukan...tapi Chanyeol berusaha menekan emosinya. Bagaimanapun, Ia tau...bocah itu akan menjadi senjata ampuh untuknya kelak.

"Jika kau ingin hidup, lepaskan tanganmu"

Baekhyun menggeleng kasar.

"Percayalah padaku..." yakin Chanyeol lagi.

Baekhyun meneguk ludah payah, dan menatap pias pada tangannya yang kebas nyaris mati rasa, meski meronta sekeras apapun...Ahjjusi itu tetap tak lekas memanjat pohon dan menolongnya. Tak ada pilihan lain, entah Ia akan selamat atau mati dengan kepala pecah di tempat ini.

Namja mungil itu memejamkan mata dan perlahan melepas pengangan tangannya, hidupnya akan benar-benar berakhir setelah—

HUPPP

Baekhyun terlonjak begitu seseorang menangkap dan menarik tubuhnya . Ia meringis...namun tak cukup berani untuk membuka kedua matanya. Bagaimana jika sebenarnya Ia telah jatuh, dengan darah di mana-mana.

"Buka matamu huh..."

Seseorang memanggilnya? Nuguya?

"Tck! Apa kau pikir kau sudah mati? Buka matamu!"

Baekhyun membuka sebelah matanya, dan melihat samar-samar wajah seorang pria begitu dekat dengannya. Membujuknya untuk membuka kedua mata lebih lebar lalu mengerjap cepat.

"A-ahjjushiii" Ucapnya kemudian begitu sadar, Ia telah terduduk di atas kuda dengan posisi menghadap pria asing itu.

"Kau tak mati bukan?" Ucap Chanyeol seraya mengikis jarak dengan wajah namja mungil di hadapannya.

Baekhyun bersungut, sambil melipat kedua tangannya di dada. "Tapi kau...tak memanjat ke atas! Bagaimana jika tangkapanmu meleset, lalu aku benar-benar jatuh...lalu aku—

"Suka atau tak suka, aku telah menyelamatkanmu. Penuhi janjimu.." sergah Chanyeol cepat seraya memerangkap tubuh Baekhyun di atas kudanya, sesaat Ia melirik pengikutnya. Memberi isyarat untuk membiarkannya sendiri dengan namja kecil itu.

"Uhn..." Baekhyun kembali mengerjap, Ia ingat...Ahjjusii itu menginginkan imbalan hanya darinya. Dengan kalut Baekhyun menelisik seluruh pakaiannya, mencoba menemukan barang berharga yang mungkin bisa menjadi imbalan.

Namun apa yang dilakukannya, membuat seorang Raja di hadapannya terkekeh pelan. 'Polos sekali' pikirnya.

"Berapa usiamu?" Tanya Chanyeol setelahnya.

Baekhyun yang masih sibuk mencari sesuatu hanya menunjukkan ke sembilan jarinya lalu kembali menelisik pakaiannya berusaha menemukan benda itu.

'Menarik sekali, aku bisa bermain dengan Putramu Yong Hwa'

"Ah! aku menemukannya! Ini...ambil imbalan ini. benda ini sangat berharga...Kau tau, Eomma yang memberikannya untukku" Celoteh Baekhyun girang seraya menunjukkan sebuah liontin bersematkan batu ruby.

Chanyeol kembali terkekeh sinis mendengarnya. Ia tak berucap apapun selain melipat jemari Baekhyun untuk menyimpan liontin itu kembali.

"Aku tak membutuhkan benda itu..." Ujarnya pelan seraya menyusuri paras Baekhyun dengan kedua manik obsidiannya.

"Tapi...aku hanya memiliki ini, Jika Kau ingin imbalan besar...ikutlah bersamaku menemui Raja. Ayahku seorang yang sangat—

"Dan akupun tak membutuhkan imbalan dari Ayahmu, Hwangjanim" Desah Chanyeol tepat di sisi telinga Baekhyun.

Membuat bocah lugu itu, sempat melenguh pelan karenanya.

"Beri aku hal yang belum pernah kau lakukan"

Baekhyun mengerjap cepat, makin tak mengerti dengan ucapan pria bermata tajam di hadapannya itu.

"Tsk...ataukah, aku sendiri yang mengambil imbalan itu darimu hn?" Lanjut Chanyeol lagi setengah menyeringai.

Baekhyun mulai mengerutkan dahi, sambil menggigit bibir bawahnya. Berusaha berpikir keras untuk mencerna ucapan sosok tinggi yang belum Ia ketahui namanya itu.

Namun, tubuhnya seketika terlonjak saat Chanyeol menarik lehernya mendekat.

Tunggu! Ia mulai merasakan ada yang salah ketika menyadari Pria itu mulai memiringkan kepalanya, dan membuatnya tergagap, dengan hembusan nafas hangat yang menyentuh pipinya.

Apa ini?

Ia mulai mencengkeram dada Chanyeol, ingin menyuarakan protesnya. Tapi detik itu pula nafasnya terhenti...

Begitu Chanyeol, mengunci bibirnya dengan sebuah ciuman.

"Uhnn~" Lenguh Baekhyun, saat Raja Silla itu menghisap bibir bawahnya, dan sedikit menyesap saliva miliknya.

.

.

Baekhyun tak mengerti dengan apa yang telah Pria itu perbuat terhadapnya, yang Baekhyun tau...sentuhan di bibir yang basah itu, membuat sesuatu terasa menggelitik perutnya. Dan itu menyenangkan untuknya.

Ya, begitu membuainya...hingga membuatnya pasif dan membiarkan sosok asing itu terus menerus melumat bibir mungilnya.

.

.

Chanyeol terkekeh pelan, saat melihat namja kecil di hadapannya itu masih terpejam dengan bibir setengah terbuka.

Oh sungguh! apa yang telah Ia lakukan? Mencuri ciuman anak di bawah umur seperti itu.

Tapi, apakah itu menjadi pedulinya?

Sama sekali Tidak!

Bocah di hadapannya kini adalah Putra dari musuhnya, hal buruk apapun yang terjadi. Bukan menjadi tanggung jawabnya dan Ia sama sekali tak menaruh hirau.

Ia cukup bersenang-senang ...

.

.

"Kau berhutang nyawa padaku, imbalan yang baru saja ku ambil. Belum cukup menutupnya" Desis Chanyeol, membuat Baekhyun lekas membuka mata dan mengerjap cepat. Tangan mungilnya mulai terangkat ke atas, dan menyentuh bibirnya sendiri.

Masih begitu pekat Ia rasakan, bagaimana orang itu memainkan bibirnya yang panas.

Nampaknya, Pangeran kecil itu sama sekali tak mendengar Chanyeol, dan begitu terhanyut dalam pengalaman pertamanya.

"Tsk...aku benar-benar melakukan hal yang salah" Gumam Chanyeol lirih, setengah terkekeh.

Ia kembali menatap tajam, namja mungil itu. lalu menaikkan dagunya. "Aku akan kembali...untuk mengambil sisanya. Hwangjanim"

"..."

Baekhyun terdiam, bahkan hingga Pria tinggi itu menurunkannya dari atas kuda. Ia tetap terdiam sambil memegangi bibirnya.

"HAKK!" Teriak Chanyeol, menarik pelana dan memacu kudanya. Meninggalkan seorang Pangeran mungil, yang masih kesulitan mencerna apa yang baru saja terjadi padanya.

"Appa tak pernah melakukannya...Eomma tidak pernah...Sooyoung tidak...Kyungsoo...Paman...tidak,

"Tapi...Ahjjushii itu—

"Oh Ya Tuhan...Hwangjaniiim! Mengapa kau ada di tempat seperti ini" Seorang perempuan tiba-tiba saja menariknya dan mendekapnya erat. Tak perlu dijelaskan pun Baekhyun tau...itu Dayang pengasuhnya.

Ia menyipitkan pandangan dan melihat Ayah dan juga banyak pengawal, ada di belakangnya.

"S-sooyoung...Ahjjusii itu—

"Gwaenchanayo? Tak ada binatang yang menggigitmu bukan?" Panik Sooyoung seraya menelisik seluruh pakaian Baekhyun, memeriksa setiap lengan dan kakinya. Takut kalau-kalau ada bekas gigitan ular.

"Sooyoung...Ahju—

"Kami semua mencarimu Hwajangnim, kajja pulang...aku akan menemanimu bermain di istana" Sergah Sooyoung, seraya memberi isyarat pada pengawal untuk membawa tubuh Baekhyun, masuk ke dalam tandu Ayahnya.

.

.

Baekhyun mulai melirik ke kanan dan ke kiri, di dalam tandu bersama ayahnya itu benar-benar bosan dan membuatnya tak nyaman. Jangankan mengajaknya bicara, pria itu hanya diam dengan mata terpejam seperti tengah tertidur.

Oh sungguh! Ia ingin bercerita banyak hal kepada Ayahnya itu, terutama pertemuannya dengan seorang Ahjjusi beberapa saat lalu.

"Appa...di dalam hutan, aku—

"Hhhh...Appa harap, kau tak menimbulkan masalah di hari pernikahan yang telah jauh hari kupersiapkan, Baekhyun~ah"

Baekhyun terdiam, jika cara bicara Sang Raja sudah seperti itu. Ia tau benar...Ayahnya sedang tak ingin memulai pembicaraan apapun saat ini.

Tak ada yang bisa dilakukannya selain diam sambil memainkan kesepuluh jemari mungilnya hingga tiba di Istana.

.

.

.

.

Beberapa Jam Kemudian

"Waktunya untukmu lekas tidur Hwangjanim"

Baekhyun mempoutan bibir, dan menendang selimutnya asal. "Tapi Sooyoung...aku ingin—

"Aku akan mendengar ceritamu esok hari. Berceritalah sepuasmu dan sebanyak mungkin... otteyo?" Ujar Sooyoung, sembari memaksa merebahkan kembali tubuh Baekhyun, dan merapikan selimutnya.

Namja mungil itu bersungut kesal, Ia mencibir lalu memalingkan tubuhnya membelakangi Sooyoung.

Wanita muda itupun tersenyum hangat,dan menggeleng pelan atas sikap menggemaskan Pangeran mungilnya. Ia mematikan lilin begitu Baekhyun memejamkan mata, lalu bergegas meninggalkan kamar mewah itu.

"Selamat tidur...Hwajangnim"

Tapi...sepertinya, Ia salah dengan meninggalkan Baekhyun begitu saja.

Lihat apa yang dilakukan namja mungil itu saat ini...

Berjalan mengendap-endap, melompat dan menyelinap...hingga memanjat pembatas paviliun sang Ratu. Paling tidak, Ibunya...akan mendengarkan semua ceritanya kali ini. Ya...Ratu sangat menyanyanginya, apapun yang Ia minta...pasti Ibunya akan dengan senang hati mewujudkannya. Yakin Baekhyun.

.

.

"Eomma.." Panggil Baekhyun girang begitu tiba di pintu utama kediaman Seohyun.

"Jeoseonghamnida Hwajangnim...anda belum diperbolehkan mengunjungi Ratu Seohyun" seorang dayang tiba-tiba saja menghadangnya.

"Mwo? Aku hanya ingin bertemu Ibuku! Minggir!" Pekik Baekhyun kesal sambil berusaha mendorong tubuh wanita dihadapannya.

"Jeosseonghamnida...hamba tak bisa mengizinkan anda masuk. Ini perintah Yang Mulia Raja"

Baekhyun membulatkan mata terkejut. Apa yang terjadi? Mustahil Ayahnya sendiri yang tak mengizinkannya masuk. Ia selalu dekat dengan Ibunya, semua orang tau akan hal itu bukan?

Tak ada satupun yang berhak menghentikannya, tak terkecuali dayang di hadapannya itu.

"MINGGIR!" Teriaknya

"Ah! Hwangjanimm" Dayang itu masih bersikukuh, menahannya namun gagal...Baekhyun telah lebih dulu merangsak masuk ke dalam kamar sang Ratu.

.

.

"Eomma...boggoshippeo" ucap Baekhyun cerah, hendak menghampiri ibunya, yang duduk di atas ranjang besar itu.

Akan tetapi langkahnya tersendat, begitu menyadari sesuatu yang berbeda dari penampilan Ibunya saat ini.

Surai hitam legam nan panjang itu, kini tak lagi tertata apik. Seluruhnya terlihat acak dan tergerai kusut.

Yang Baekhyun tau, Ibunya selalu terlihat cantik...bahkan paling cantik di seluruh kerajaan ini.

Mungkinkah Ibunya sedang sakit?

"Eomma..." Panggil Baekhyun lagi.

Perlahan namun pasti, wanita yang duduk membelakanginya itu mulai menoleh.

Namun betapa terkejutnya Baekhyun melihat wajah ibunya saat ini. Paras cantik Seohyun terlihat suram karna riasan mata yang pudar dan meleleh bersama air mata. Sungguh, Ia tak ingin senyum tipis di wajah Ibunya itu, benar-benar membuatnya takut.

"Eo—Eomma" Gagap Baekhyun, seraya melangkah ragu ke belakang.

"Baekhyun? Putraku?"

Baekhyun meneguk ludah, lalu mengangguk pelan

"Apa kau masih ingin menjadi Putraku? Kemarilah sayang..."Seohyun tersenyum lebar, dan mengangkat sebelah tangannya, membujuk namja mungil itu menyambut uluran tangannya.

"M-mengapa Eomma bicara—

"Kemarilah! Mendekatlah pada Eomma Baekhyun!"

Baekhyun terkesiap, mendengar cara bicara yang berbeda itu. Ibunya tak pernah membentaknya demikian.

Ia menggeleng pelan, dan bergegas ingin keluar karna takut. Tapi tertahan, begitu Seohyun menarik pergelangan tangannya.

"Mengapa kau ingin meninggalkan Eomma?" Bisik Seohyun seraya memeluk tubuh Baekhyun dari belakang.

"M-musseowo (aku takut) Eommaa"

Seohyun tersenyum, lalu tertawa tak terkendali. "Tck...tck...tck, takut padaku? Bukankah Kau Putra kesayangan Eomma eum?"

Wanita itu beralih memalingkan tubuh Baekhyun menghadapnya, lalu meremas kedua lengan namja kecil itu.

"Ack ...Appo...appoo Eomma" Rintih Baekhyun gemetar.

"Dengar! Kau masih ingin menjadi Putraku bukan? Kemarilah...aku akan membuang bagian terkutuk itu dari tubuhmu! Aku yang akan mengembalikan semuanya seperti semula BAEKHYUN!"

Seohyun semakin tak terkendali dengan menghempas tubuh Putranya ke ranjang. Ia beralih menarik belati dari sisi ranjangnya, lalu menyingkap paksa pakaian Baekhyun hingga memperlihatkan perut putihnya.

"AHH! EOMMAA! ANDWAE! APPPAAAA! APPPPAAAA!" Teriak Baekhyun ketakutan begitu, Ibunya menghunuskan mata belati yang tajam itu tepat di atas perutnya.

"DIAM! BIAR AKU MEMBUANGNYA! RAHIM TERKUTUK ITU YANG MEMBUAT AYAHMU MENINGGALKANKU! AKU AKAN MENGELUARKANNYA SAYANG!"

"AAPPPAAAAAAA!"

BRAAKKKKK

Pintu terbanting keras, membuat wanita yang tak terkendali itu terperanjat dan menatap bengis ke arah pintu.

"HENTIKAN SEOHYUN! APA KAU INGIN MELUKAI PUTRAMU SENDIRI!"

"YA! JIKA AKU MEMBUANG RAHIM ITU, KAU TAK AKAN MUNGKIN MENIKAHI WANITA KHITAN ITU, KAU TAK AKAN MENINGGALKANKU!"

Yong Hwa Menghela nafas berat, tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya Seohyun akan kehilangan akal sehatnya seperti ini. Apakah...Ia mengambil keputusan yang salah?

Tapi pernikahan itu tak mungkin bisa dibatalkan, atau...Khitan akan beralih haluan menjadi musuh.

"Mari kita bicara...lepaskan Baekhyun. Jangan membuatnya menderita Istriku" Ujar Yong Hwa sepelan mungkin, seraya berjalan mendekat.

"Kau ingin mengelabuiku?!"

"Kita harus bicara, lepaskan belati itu..arrasseo?"

"Andwae! Kau hanya ingin membodohiku. Biarkan aku membuang—AHH! LEPASKAN AKU!" Berontak Seohyun, begitu seorang pria kekar, menahan kedua tangannya dari belakang...dan membuang cepat belatinya.

Yong Hwa yang melihatnya cepat-cepat meraih Baekhyun, dan membawanya menjauhi istrinya.

"Nghh...Appaaaa" Isak Baekhyun seraya meremas kuat-kuat pakaian Ayahnya.

Raja Goryeo itu, hanya memejamkan mata pedih. Ia menngangkat Baekhyun dalam gendongannya...lalu memerintahkan para dayang memberikan ramuan penenang pada istrinya.

"Ssshh...gwaenchana, Appa di sini Baekhyun~ah" bisik Yong Hwa menenangkan, Ia tersenyum hangat begitu buah hatinya itu makin menggelayut dan memeluk erat lehernya sambil terisak-isak. Tentu...anak itu pasti takut bukan main melihat ibunya menjadi demikian.

.

.

.

.

"H-hwangjanim" Sooyoung berjalan tergopoh-gopoh saat melihat Pangeran kecilnya tertidur dalam gendongan Raja.

"Jangan meninggalkannya...malam ini"

Sooyoung meneguk ludah, Ia telah melakukan kesalahan dengan lalai meninggalkannya dan mebiarkannya berkeliaran di tengah malam.

"Ah ye...Pheya"

.

.

"Jangan biarkan Baekhyun mendekati Ibunya...untuk sementara waktu ini" Ujar Yong Hwa, selepas merebahkan Baekhyun, dan menarik selimutnya.

"Dia adalah Putraku yang berharga" Raja itu menyeka linangan air mata, di pipi Baekhyun. Dan tersenyum getir, begitu melihat ke arah perut Baekhyun.

.

.

.

.

~Silla~

"Pastikan semua berjalan sesuai rencanaku...kita akan menyerang tepat di saat acara pernikahan itu berlangsung" Desis Chanyeol, sambil memainkan belati dan persik di tangannya.

"Dan pastikan pula...anak itu—

JLEBBB

Percikan ranum nan manis, mengucur dari buah persik yang terkoyak mata pisau belati.

"Menjadi milikku"

.

.

.

.

.

.

.

Tbc

Annyeong, Happy Chanyeol's Daaaaayyyyyy

Sembari menunggu Blood On A White Rose, saya kembali lagi membawa FF baru ChanBaek version

Mohon Reviewnya, jika FF ini layak dilanjutkan Chinguyaa

Saranghaeeeeeeee...