Disclaimer:

Fatal Frame © TECMO-KOEI

Kamikaze Kaguya © Author Gianti-Faith


Summary

Sudah 3 bulan berlalu sejak insiden Manor of Sleep. Rei, Miku, Kei, Mio dan Mayu menjalani hidup yang damai sejak itu. Namun, saat asisten Kei, Kaguya, pergi seorang diri ke Pulau Yuugure mereka kembali dihadapkan pada fenomena paranormal yang bahkan jauh lebih berbahaya dari inisiden Manor of Sleep. Apakah yang menunggu mereka di pulau terpencil itu?

This Story Follows:

Fatal Frame: Canon Ending

Fatal Frame Deep Crimson Butterfly: Promise Ending

Fatal Frame III The Tormented: Photograph Ending


Gianti-Faith Present:

Fatal Frame: The Cursed Melody

-Intro-

~Kaguya Kamikaze~

Aku sudah mulai yakin bahwa nama tengahku adalah "sial". Aku merusakkan satu-satunya jam weker di kamar tidurku pagi ini. Sebenarnya aku tak perlu memasang alarm karena tidak ada hal penting yang harus dilakukan pagi ini dan aku berniat untuk meringkuk dalam rumah sambil menyeruput segelas cokelat panas di pagi musim dingin ini. Tapi tentu saja, karena kebiasaan aku akhirnya memasang alarm bodoh itu dan saat alarm itu bunyi aku melemparkannya ke sudut ruangan dan barang malang itu pecah. Jarumnya masih jalan tentu saja tapi rasanya sayang saja kondisinya tidak sebagus beberapa menit yang lalu.

Dengan malas aku bangun dan menyeret dariku menuju dapur, masih menyelimuti diri dengan selimut tebalku karena suhu udara pagi ini dingin sekali. Aku mengambil cangkir untuk membuat cokelat panas sambil melirik ke luar jendela. Salju masih terus turun dan aku dapat melihat beberapa anak-anak bermain di pekarangan belakang apartemen. Setelah membuat cokelat panas aku meringkuk dalam kotatsu yang hangat plus selimu tebal menyelimuti bagian belakang tubuhku yang tak tertutup kotatsu.

Hari yang tenang dan damai seperti biasa.

Tentu saja itu terjadi sebelum dering ponselku memecah segala suasana damai yang menyelimutiku. Dengan malas aku mengambil ponselku di atas meja kotatsu dan menjawab panggilan dengan saura mengantuk.

"Moshi-moshi…?"

Terdengar suara kekehan dari seberang sana.

"Kau baru bangun?"

Aku hampir saja menyemburkan cokelat panas yang hendak kuminum. Demi Medusa dan ular berbisa di rambutnya, kenapa dia menelpon?!

"…Kei-san?" Tanyaku dengan suara bodoh.

"Ya. Ini aku. Bagaimana kabarmu hari ini?"

Mendadak lidahku kelu. Padahal pertanyaan yang ia tanyakan padaku itu terlalu mudah untuk di jawab. Bukan pertanyaan sulit seperti pertanyaan filsafat atau soal matematika Mio dan Mayu – walaupun sepertinya yang kesulitan dalam matematika hanyalah Mio tentu saja – tapi aku tak bisa menjawab.

"Halo? Kaguya? Kau baik-baik saja?"

"Ah… Hah? Ah iya aku baik-baik saja. Aku erm… Kabarku baik." Jaawabku gelagapan, merutuki diriku yang gugupan ini.

"Oh baguslah. Kau tidak sakit 'kan? Sudah lama kau tak berkunjung, Mio dan Mayu rindu padamu."

"Oh…"

Cuman Mio dan Mayu?

"Ah ya, aku tahu ini mendadak, tapi ada yang ingin kubicarakan."

Sudah kuduga. Tidak mungkin Kei-san menelpon hanya untuk basa-basi, aku sudah menduga ada hal penting yang ia ingin sampaikan kepadaku. Apa soal pekerjaan? Oke, jadi begini, aku adalah asisten dari Kei- san , nama lengkapnya Kei Amakura. Ia tinggal bersama dua keponakannya, Mayu dan Mio Amakura. Biasanya aku selalu dating ke rumah mereka untuk membantu Kei-san. Kei-san adalah penulis buku non-fiksi. Biasanya aku membantunya memotret atau membuat sketsa untuk bukunya.

"… Ada apa?" Tanyaku.

"Ah begini, aku ingin menulis buku baru dan aku ingin kau ikut dalam proyek kali ini."

Ah. Proyek baru yah.

"Oh… Berdua… Saja…?" Tanyaku, mengharapkan jawaban positif.

"Ah tidak. Aku mengajak Rei dan Miku,"

Ah. Sudah kuduga dia akan mengajak mereka berdua. Sejak insiden Manor of Sleep Kei-san mulai dekat dengan mereka. Tentu saja aku tidak bias sembarangan melarang-larangnya untuk mempunyai teman lain dan mengajak mereka dalam proyeknya, tapi…

"Mayu dan Mio juga bilang mereka ingin ikut. Kau bisa ikut kali ini 'kan?"

Aku terdiam. Jujur, beberapa kali Kei-san sudah mengajakku ikut proyeknya dan sudah beberapa kali juga aku menolak. Alasanku adalah karena Rei Kurosawa dan Miku Hinasaki. Oke, seperti yang kubilang aku tidak berhak melarang Kei-san mengajak orang lain, toh dia itu bossku aku tak punya hak melarangnya lagipula Kurosawa -san adalah orang yang baik begitu juga Hinasaki-san. Tapi aku tak bisa menahan diri untuk tidak cemburu.

Oke deh, kuakui aku memang menyukai Kei Amakura. Dan juga, aku merasa tidak berguna kalau Kurosawa-san dan Hinasaki-san ada. Biasanya aku yang memotret tempat-tempat dan bukti-bukti faktual yang ada, namun Kurosawa-san adalah seorang fotografer yang bahkan jauh lebih handal daripadaku, potretanku tak begitu bagus dan memuaskan sketsa gambar pun sebenarnya tidak begitu diperlukan selama ada foto nyata. Intinya aku merasa aku tidak berguna.

"…Aku… "Aku menggigit bibir. Sebenarnya sudah berkali-kali aku menolak ajakan Kei-san untuk mengerjakan proyek. Untungnya selama ini aku punya banyak alas an untuk menolak dan alasanku masuk akal. Tapi kali ini tak ada satupun alasan masuk akal yang terbentuk di otakku. Lidahku kelu dan aku hanya bisa menggaruk-garuk pipiku. Oke, tidak seharusnya aku menghindari bossku tentu saja tapi aku tak bisa menghadapinya sekarang. Padahal saat awal aku menyukainya perasaanku tak serumit ini tapi semakin lama aku semakin susah menatapnya dan selalu mengalihkan perhatian. Kebanyakan waktuku di rumah Amakura kuhabiskan dengan Mayu-chan dan Mio-chan. Lalu insiden itu terjadi dan perasaanku semakin menjadi-jadi saja karena dia dekat dengan dua orang gadis. Manis-manis pula, aku merasa sangat minder.

"Kau mau 'kan?" Jantungku berdebar-debar saat mendengarnya memintaku dengan nada memelas, menandakan ia benar-benar ingin aku ikut.

"Sudah lama kita tidak bekerja bersama," lanjutnya. "Lagipula, rasanya tidak sama saat bekerja tanpamu."

Demi Amaterasu dan saudara-saudaranya! Astaga, aku yang terlalu ge-er atau memang Kei Amakura baru saja mengindikasikan bahwa ia rindu saat-saat kami bekerja bersama?

"Dengar, aku tahu kau gugup bertemu dengan orang baru," Lanjutnya lagi. "Aku bisa memberitahu Rei dan Miku untuk tidak ikut kali ini kalau itu membuatmu merasa lebih nyaman."

Baiklah, itu tidak sepenuhnya benar tapi terkadang pria memang bebal. Jujur, manis sekali saat dia memperhatikan bahwa aku memang tidak nyaman dengan orang baru, tapi rasanya lucu saja ia tidak menyadari bahwa aku hanya jadi pajangan saat Kurosawa -san ada dan memotret sana-sini, membuatku menjadi sangat minder. Tapi aku memutuskan untuk tidak mengatakannya. Lebih baik rasa cemburu ini kupendam dalam-dalam saja.

"Oh tidak, kau tidak perlu melakukan itu." Kataku. "Aku tidak keberatan Kurosawa-san dan Hinasaki-san ikut, dan ya, aku mau ikut." Jawabku pada akhirnya.

"Benarkah? Baguslah!"

Oke, tidak ada salahnya jika aku merasa ia agak terlalu bersemangat menjawab bukan? Walaupun itu hanya dalam angan-angan indahku semata?

"Aku sudah menemukan tempatnya beberapa hari yang lalu. Agak jauh tapi kuharap kau tidak keberatan."

Baiklah firasatku mulai tidak enak. Terakhir kali kami ke tempat yang agak jauh berakhir dengan kami semua yang hampir tewas mengenaskan dalam alam mimpi dan di buru setan telanjang dada bertato.

"…Memangnya tempatnya di mana?"

"Pulau Yuugure."

To be Continued


Pojok Author:

*Drum rolls* Oke, ide cerita yang sudah lama tersimpan dalam otak akhirnya keluar juga XD #Plak #Wat jadi sejak nonton Fatal Frame III Walkthrough di youtube – iya, author akuin author kagak punya uang deh – jadi jatuh cinta sama Kei Amakura XD dan akhirnya terciptalah fic dan OC ini XD wkwkkw awal-awal perkenalan singkat sama si OC dulu deh and bits about her one-sided love for Kei-kun~ #PLAK #dihajar anyway, kritik dan saran sangat author perlukan – masih pemula sih – silahkan tinggalkan mereka di kotak review.

Sampai jumpa di chapter berikut~