Shopping Wang Sehun

.

Chapter 2

.

.

Sehun si pria kaya dari keluarga konglomerat yang menjadi pewaris utama fashion brand ternama, dibesarkan di eropa seorang diri dan tumbuh menjadi sosok yang angkuh, yang mengatasi rasa jenuhnya dengan berbelanja. Namun suatu ketika ia hilang ingatan dan bertemu dengan Jongin si pria desa yang karakternya bertolak belakang dengan Sehun. Dan Sehun mengerti jika cinta bukanlah sesuatu yang bisa didapat dengan uang.

Sebelumnya…

"tuan ada telfon dari nona irene" ucap pelayan kim dengan memberikan ponsel Sehun.

"Biarkan saja" tolak Sehun

"terima saja tuan, bukan kah musim gugur anda akan menikahinya" saran pelayan kim

"apa kau sudah gila ? Kenapa juga aku mau menikah dengannya?" teriak Sehun kesal

"Kegigihannya untuk mendapatkan hati anda.. pasti akan membuat kalian berdua berakhir di pernikahan. Coba Lihat saja. Dia pasti akan menelponmu lagi." Kata pelayan Kim

dan melihat nama Bae Irene kembali menelponya. Akhirnya Sehun mau tak mau mengangkat telponnya.

"Bagaimana cuaca di sana? Di Seoul panas... Kuharap kau tidak sakit karena AC. Aku mencemaskanmu." Ucap Irene terus nyerocos

"Hey, Bae Irene. Apa Kau mencintaiku atau bagaimana ? Kau menelpon hanya untuk bertanya kabarku, bagaimana kesehatanku dan bagaimana cuaca di sini. Kau hanya bertanya tentangku. Apa Kau tergila-gila padaku dan sebegitu merindukanku? Kalau kau mau menggilaiku, silakan saja, tapi aku tidak suka padamu. Jadi tolong, jangan pernah mimpi bisa menikah denganku. Aku tutup!" balas sehun tak kalah menyerocos, langsung menutup telponnya tanpa memberi Irene kesempatan berbicara

"Dia sangat narsis dan tahunya cuma menghabiskan uang. Memangnya siapa dia sampai berani mengatai tidak menyukaiku? Dasar aneh." Monolog Irene kesal

"Tapi Baiklah. Lihat saja, kalau kita sudah menikah apa kau masih bilang seperti itu nanti." Ucap Irene dengan senyuman licik bercampur bahagia membayangkan pernikahanya.

.

.

"Irene membuat mood berjemur ku seketika hilang" dengan langkah tegas Sehun meninggalkan pelayan kim yang kerepotan membawa payung teduh Sehun dan hanya pasrah saja mengekor di belakang Sehun dengan langkah tergopoh gopoh.

"Pak kim aku ingin jus jeruk florida sekarang" peruntah Sehun semena mena bukan, bukan seperti itu Sehun bukan semena mena hanya saja ia terbiasa dimanjakan sejak ia kecil jadi ia terbiasa memerintah orang lain

"maaf tuan sebentar lagi pergantian musim anda harus menjaga pola makan ataupun minum anda"

"terserah saja lah aku bosan berdebat dengan mu" segera diraihnya remote televisi, siapa tau jika ia menonton promosi di televisi akan menaikan moodnya.

'Disini banyak obat herbal yang biasa di orang oirangmedis, nah liatlah ini, ini akar bunga balon yang biasa digunakan untuk memperkuat tubuh saat pergantian musim

"pak kim?" Sehun berbicara kepada pelayan kim tapi tidak peenah meninggalkan eksistensinya dari benda berlayar datar tersebut

"Ya tuan"

"Tolong belikan aku itu" tunjuk Sehun seperti bocah yang ingin dibelikan mobil mobilan

"maaf tuan tapi ini bukan acara home shopping yang biasa anda tonton"

"Lantas kenapa mereka seperti menawarkan barang tersebut kepadaku"

"tuan tidak lihat judul acara ini? 'pedalaman korea"

'Nah setelah bersih cuci dan rebus, ujar laki laki berkulit tan dengan meniup bambu untuk membuat api di perapian

'apakah sulit hidup tanpa listrik disini Jongin ssi?'

' sebenarnya sulit tapi mau bagaimana lagi, kami disini hidup serba kekurangan tetapi saya sudah terbiasa dengan semua itu' terang Jongin dengan senyuman manis yang membuat semua orang yang melihatnya merasa damai

'jika anda diberi satu peemintaan, apa yang anda ingin kan Jongin ssi

'Hmm aku ingin lemari pendingin, karna jika musim panas tiba aku harus masak setiap hari karna lauk yang cepat sekali basi

"Pak kim tunggu apa lagi? Cepat kirimkan mereka lemari pendingin yang terbaru"

"tapi tuan disana tidak ada listrik"

"Oo" dan hanya dibalas Sehun dengan wajah 'oh sekarang aku mengerti

"Manis sekali" gumam Sehun pelan tapi cukup untuk didengar pelayan kim

"tuan bicara apa tadi?"

"tidak ada, sudahlah jangan ganggu aku menonton, kau ini. Lebih baik siapkan makan siangku saja"

.

.

"Aaaa paman jung lihat lah aku menemukannya" teriak pemuda berkulit tan dengan nada antusias

"kau menemukanya Jong?" dan hanya di jawab dengan angukan kepala oleh Jongin yang masih dengan semangat menggali tanah

Dengan hati hati Jongin mengambil akar dari pohon liar, dengan sangat hati hati seperti mengambil permata yang sangat rapuh.

"lihat lah ini paman, bukan kah begitu cantik astaga aku tidak percaya menemukan harta karun disini"

"Kau hebat Jongin, segera lah pulang jual kepasar herbal mungkin laku sampai 10juta"

"Ah paman tidak mungkin aku jual gingseng liar ini, aku akan memberikan ini kepada nenek pasti ia senang" dengan segera Jongin menaruhnya di tepak kecil agar tidak merusak barang yang menurutnya berharga seperti harta karun. Dengan langkah cepat meninggalakan paman jung.

"hati hati tersandung jong" paman jung yang melihat tinggakah hipper aktif dari jongin hanya menggelengkan kepala.

.

.

"Nenek lihat apa yang Jongin bawa" dengan semangat Jongin menggeser pintu kayu yang membatasi ruang tengah dengan kamar sang nenek.

"Nek lihat lah, bukan kah ini yang nenek inginkan? Jongin menemukanya nek untuk menyembuhkan penyakit nenek" digoncangkanya tubuh sang nenek yang sedang tertidur tapi nihil tidak tanda tanda sang nenek terganggu dalam tidurnya.

Jongin pemuda dengan tekad kuat masih saja menggoncangkan tubuh sang nenek tapi lagi lagi hasilnya nihil. "nek bangun lah, nek Jongin punya hadiah"

"n nenek b ba bangunlah" merasa janggal dengan sikap sang nenek pipi pemuda berkulit tan dengan sedikit lumpur sisa mencari akar dihutan basah, jongin terus saja menyangkal kalu neneknya sudah tertidur pulas sampai tak ingin membuka matanya lagi.

"nenek jangan, tolong jangan tunggalkan jongin, nenek tolong" dengan nafas tersedu sedu Jongin bersimpuh didepan tubuh tua renta nenek kim.

"nenek maafkan jongin belum bisa membawa jaemin pulang" dan hujan pun turun dengab deras seperti tangis Jongin.

.

.

"Hujannya deras sekali" ucap Sehun yang hanya memandangi hujan dari balkon. biarkan saja ia basah karna ia sudah lupa kapan ia merasakan dinginnya air hujan.

'ekhem

Sehun yang mendengar seseorang berdeham dibelakang tubuhnya langsung saja menoleh

"Sudah berapa kali saya tegaskan tuan, hujan tidak baik untuk anda"

"yayaya kau sudah mengakatakannya berjuta juta kali"

"dan kenapa anda selalu saja membantah padahal sudah anda dengar sebanyak berjuta juta kali" elak pelayan kim, dengan sigap menarik Sehun masuk kedalam kamar dan segera menutup pintu kaca balkon.

"pak kim aku lelah selalu saja menurti semua aturan ini lah itu lah, kenapa nenek tidak pernah membiarkan ku bebas" gerutu Sehun sembari masih menatap hujan diluar sana

"Nyonya bersikap seperti ini karna ia sayang padamu tuan"

.

.

"Hiks hiks nek aku ingin appa dan eomma" pinta bocah cilik dibawah pohon natal dengan menangis tersedu sedu

"shtttt Sehunie diam nanti nenek akan membelikan semua yang Sehunie inginkan" jawab wanita yang sudah setengah abad lebih menenangkan sang cucu

"hiks hunnie ingin eoma appa nek hiks belikan hunnie eoma dan appa nek hiks"

Melihat cucu satu satunya menangis tersedu sedu Nenek Oh sangat tidak tega, bagaimana ia menjelaskan kepada Sehun kecil bahwa kedua orang tuanya telah meninggal karna insiden kecelakaan.

"Sehunie berhentilah menangis jangan membuat nenek bersedih" rayu sang nenek sembari mendekap tubuh kecil yang masih saja meraung raung ingin kedua orang tuanya kembali

Dan sejak saat itulah Sehun tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat suka menghambur hambur kan uang untuk kesenangannya. Tidak peduli barang itu berguna untuknya atau tidak, atau barang itu dibutukanya atau tidak.

.

.

"Jaemin ah bahkan sekarang kau tak tau kalau nenek sudah meninggal" monolog seorang pemuda dengan pakaian lusuh yang meurutnya terbaik, duduk dengan tenang didalam gerbong dilokomotif yang sedang melaju menuju seoul ibu kota yang katanya lebih jahat daripada ibu tiri.

Sembari mengunyah satu bungkus kimbab yang ia buat untuk menemani perjalanya Jongin melihat seorang nenek tua renta dihadapanya yang melihatnya ahh bukan melainkan melihat sebungkus kimbab yang tinggal setengah ditangan Jongin dengan mimik wajah 'nak tolong berikan sedikit sepertinya enak. Tak tega Jongin melihatnya segera Jongin merogoh tasnya.

"Silahkan nek" tawar Jongin sembari menawarkan swbungkus kimbab yang baru saja ia ambil dari tepak makannya.

"ahh tidak nak kau saja yang makan nenek sudah kenyang" tolak nya dengan halus sembari mendorong tangan Jongin untuk menjauh dari hadapannya.

"tidak apa nek aku masih punya banyak, ini untuk nenek saja"

"benarkah?" tanya sang nenek dengan wajah yang berseri seri

"ya tentu saja, ambilah" dengan segera Jongin menaruh kimbab itu di genggaman sang nenek tua

"Terimakasih nak" dan dengan segera dibukanya bungkus kimbab dan dilahapnya dengan rakus, Jongin yang melihatnya hanya tersenyum.

"Uhukk uhukkk nnn nak totolong akhhkuh" Jongin terkejut karna tiba tiba nenek dihadapanya menepuk nepuk pahanya. Melihat nenek tersebut sepertinya tersedak Jongin lantas pergi mencari air minum karna dirasa ia tak memilikinya dengan terburu buru

"Nek tunggu sebentar Jongin akan mecari minum untuk nenek" dan hanya diangguki nenek tersebut karana tidak kuat utuk membalas ucapan Jongin.

.

"nek Jongin kembali ini minu" dengan wajah linglungnya Jongin mengitari seisi gerbong karna nenek yang tadi tersedak sudah tidak ada di tempat duduknya. Bukan bukan itu yang jongin pikirkan tapi..

"Permisi ajhuma boleh kah aku bertanya dimanakah nenek yang duduk di bangku nomor 3 tadi?" dengan sopan jongin bertanya kepada seluruh penumpang digerbong tapi nihil mereka rata rata hanya menjawab ,tidak tahu.

"Aku harus bagaimana semua baju dan uang ku berada didalam tas"

.

.

Di ruang tunggu stasiun yang sudah sangat minim akan orang berlalu lalang karna jam sudah menunjukkan pukul 10 malam KST dan disinilah Jongin hanya berbekal nekad tanpa uang sepeserpun jangan tanya kenapa ia tak membawa uang sepeserpun karna semua uangnya raib hilang di tipu oleh seorang nenek berkedok wajah memelas.

"Aku harus bagaimana jual diri? Ahh tidak tidak" monolognya dengan tanpa sadar menggelengkan kepala nya untuk menghilangkan fikiran buruknya.

"Tunggu sebentar, sepertinya aku masih menyimpanya" dengan sigao Jongin berdiri dan mengeluarkan seikat kain dari dalam tas slempang kecilnya

"Ahh untung saja aku masih bisa menyelamatkanmu gingseng kecil" monolog nya lagi sambil menoel noel gingseng liar yang sengaja ia bawa

"aku harus menjualnya, ya harus" dengan semangat Jongin mengepalkan tangan nya keudara seolah olah seperti prajurit yang akan bertarung di medan perang.

Seorang anak sekolah ahh tidak tidak uang mereka sepertinya sedikit

Ibu ibu sosialita, uang mereka banyak tapiii apakah mereka mau membeli gingseng yang masih kotor dengan tanah sepeti ini

Orang kantoran ahh tidak aku saja ragu jika ia mengetahui apa itu gingseng tapi aku yakin uang mereka banyak

Monolog Jongin sembari mengamati orang yang berlalu lalang

A a a akhirnya bertemu juga kauu

Seorang berjas dengan wajah khas orang kaya dan jangan lupa aura aura seorang yang meyukai kesehatan, aku yakin jika orang itu membawa banyak uang.

"Ya kau tunggu saja kedepan aku akan segara kesana" dengan Langkah tergesa seorang laki laki perperawakan tinggi menjulang dengan kuping lebar berjalan dengan tatapan menghiraukan melewati Jongin.

"BERHENTIIIIII"

Chanyeol yang terkaget dengan teriakan seorang pemuda yang sepertinya berasal dari kampung bagaimana Chanyeol bisa tau, tentu saja karna Chanyeol bisa menebak dari pakaian lusuh yang dikenakan pemuda yang tiba tiba menghadangnya.

"Eeeh apa yang kau lakukan menyinkirlah aku sedang ada urusan penting" dengan mengindahkan rasa jijiknya Chanyeol mendorong dorong tubuh jongin untuk menyikir dari hadapanya yang menghalangi jalannya.

"tidakkk aku tidak akan menyikir tuan sebelum kita membuat kesepakatan" celoteh Jongin yang masih saja merentangkan tangannya untuk menghalangi jalannya tuan telinga lebar.

"Kesepakatan apa maksudmu heh anak kampung, menyingkirlah atau ku panggilan satpam" tidak menyerah Chanyeol terus saja mencoba menerobos Jongin.

"baiklah tuan akan kujelaskan kesepakatan kita tapi kumohon jangan panggilkan satpam, aku bukan orang jahat lihat lihat" jawab jongin semari tersenyum dan merayu dengan nada agak kikuk karna ia takut jika ucapan tuan ini benar ia akan memanggilkan satpam, duhhh bisa gagal semuanya.

"Apa maumu cepatahlah supirku menunggu didepan" akhirnya dengan pasrah Chanyeol menuruti anak kampung ini daripada mendapat tatapan sanksi dari beberapa orang yang masih berlalu lalang dijam semalam ini.

"Baiklah tuan jadi..

.

.

.

Hai hai hai Wendy kambek again. Wah tidak kerasaya besok udah try out kedua wah wah wah udah ah lebay -_-

Hai terimakasih yang sudah membaca meriview memfavorit memfollow cerita yang garing ini hehe. Wendy udah berusaha update walopun jadwal padat hehe, ceritanya sih ini lagi galau makanya mood banget buat nulis ff hehe. Ku galau karna baru putus hehe. Sakit ga sih ya pacar lebih deket sama sahabat dari pada merhatiin pacar nya hehe. Udah ah curhatnya.

Kalau kemarin ada yang bilang kok plotnya sama kaya di drama aslinya, ya mohon maaflah kak ini namanya juga ff remake tapi ok saran diterima insya Allah bakal Wendy rubah sedikit demi sedikit biar ga sama hehe.

Jadi makasih banget buat yang udah riview di chapter 1 dan see you di chapter selanjutnya.

#exo the first snow