Seharusnya Sehun merasa senang karena bisa makan malam bersama 'pasangannya'. Dia bahkan sudah menyewa lantai atas McDonald super besar ini hanya untuk mereka berdua. Tapi kejadian di dalam mobil membuat semuanya jadi berantakan. Jongin jadi bersikap dingin dan menghiraukannya, hal itu membuat Sehun jadi kesal setengah mati.

Oh ayolah, seharusnya dialah yang menjadi pihak tersinggung disini. Tapi kenapa Jongin yang bertingkah seolah-olah dia yang salah?

Sehun benci kejadian tadi, Sehun benci Jongin bersikap dingin kepadanya, dan Sehun benci saat Jongin duduk di tempat yang berbeda dengannya. Ia tidak suka karena Jongin benar-benar menganggapnya seperti orang asing yang bahkan tidak di hiraukan keberadaannya.

Sehun frustasi dengan semua ini. Mau tak mau ia menghampiri meja Jongin dan duduk di depannya hingga ia di tatap tidak suka oleh pria itu. Setelah menatapnya, pria tan itu kembali melahap burger dan menyesap float yang berada di genggaman.

"Kenapa kau duduk di hadapanku, Sehun-ssi? Masih banyak kursi yang kosong di sana dan di sana."

Pria berambut hitam itu menghela nafasnya kasar. Ia harus bersikap dewasa kali ini karena ia di hadapkan dengan seorang bocah kuliahan yang tak pernah mau di anggap salah. "Baiklah, aku akan to the point. Aku tak suka dengan semua sikapmu ini, karena, for fuck sake, usia pernikahan kita tidak sampai sehari dan sudah seperti ini? Baiklah, sekarang, aku akan mengalah dan menganggap semua ini adalah kesalahanku, okay?"

"Terus?" Jongin mengangkat sebelah alisnya.

Sehun menggeram kesal, "Jangan sampai membuatku tidak ikhlas melakukan semua ini."

"Terserah." Jongin benar-benar doesn't give a fuck kepada pria datar ini. Ikhlas, tidak ikhlas itu urusan belakangan. Yang penting ia kenyang.

Jongin memasukkan beberapa picis french fries kedalam mulutnya, memakannya dengan begitu sembrono sehingga Sehun yang melihatnya hanya menatap jijik.

"Dasar jorok." Sehun mengomentari sambil meminum coffee float. "Jangan makan terlalu banyak juga, nanti kau berubah jadi babi." Lanjutnya dan Jongin hanya memberikan jari tengahnya sebagai jawaban.

Sebenarnya ia masih kesal karena Jongin membuatnya menjadi seperti ini. Oh Sehun yang dulunya adalah orang yang paling tidak suka meminta maaf, tadi malah menjatuhkan harga diri dengan meminta maaf sambil sedikit memohon kepada pria itu. Kalau Sehun tidak memiliki perasaan terhadap Jongin, sudah di pastikan pria itu sudah compang-camping dan mati kelaparan di flat nya.

"Besok kau harus benar-benar ikut denganku. Ini urusan penting." Sehun kembali berujar di saat merasa euphoria di sekitar mereka sudah membaik. "Kita juga akan mengadopsi anak. Ibumu membutuhkan tanda tangan kita untuk menyetujuinya."

Jongin hampir saja tersedak kulit ayam saat Sehun berbicara dengan lancar kalimat itu. "Apa?! Mengadopsi anak?!" Teriaknya.

"Jangan norak." Sehun memperingati. Jongin berteriak dan itu membuat malu Sehun walaupun lantai ini hanya ada mereka berdua. "Ibumu tak sabar untuk menimang cucu, jadi ia ingin cepat-cepat mengadopsi anak dari panti asuhan."

"Wah ibuku benar-benar sudah gila." Jongin menaruh ayamnya yang sudah ia makan kulitnya ke atas piring kemudian menaruh kepalanya di atas meja. Meratapi nasibnya yang benar-benar tidak di berkati Tuhan. "Masa aku sudah menimang anak saja? Kuliahku bahkan belum selesai. Aku masih muda, masih ingin bermain dengan teman-teman nongkrongku, ingin pergi ke klub, bermain wanita. Aku masih ingin melakukan itu semua.."

Sehun berdecih, "Jarang kuliah saja belagu."

Jongin menegakkan tubuhnya dan pria itu dengan cepat menyambar kerah kemeja Sehun dan menatapnya tajam. "Kau mau ku pukul?!"

Sehun sedikit terkejut dengan pergerakan Jongin, kemudian dia tertawa. "Patient, babe. I'm just kidding!" Pria berambut hitam itu merapihkan kerahnya setelah Jongin melepas genggaman kemudian duduk dengan kaki yang menyilang. "Tapi itu fakta kan?"

"Terserah padamu, Tuan Datar."

Keadaan kembali hening, hanya ada suara kecipak dari mulut Jongin yang sedang makan. Sehun tersenyum memandang Jongin. Pria itu benar-benar sangat imut saat sedang mengunyah ayam dan menyeruput kola, bibirnya yang mengerucut kedepan serta pipi yang menggembung saat menampung makanan.

"Kau imut."

Pergerakan Jongin berhenti saat pujian menjijikan itu keluar dari mulut pria yang ada di depannya.

"What the fuck?"


Keesokkan harinya, Jongin terbangun di dalam sebuah kamar yang hampir mirip dengan kamar Chanyeol.

Ah kamar si mesum itu, duganya.

Pria itu bangkit dari tidurnya. Pantas saja ia tidur tidak terlalu nyaman, selain suasana kamar yang asing, tidak membuka atasan alias topless juga menjadi alasan. Akhirnya Jongin melepas kausnya dan membuangnya sembarangan. Ia tak sadar jika si pemilik kamar yang asli tengah menatap punggungnya sambil menyeringai.

"Wow, apa kau ingin menari striptease?"

Jongin kenal dengan suara itu. Ia menoleh sambil melotot ke arah belakang dan mendapati Sehun dengan wajah om-om nya.

Ah, ia tidak ingat jika ada si sialan itu.

"Sejak kapan kau ada di sana?" Jongin balik bertanya, sangat berusaha untuk tidak meninju wajah menyebalkan itu. Ia tidak peduli lagi dengan penampilannya yang setengah telanjang di depan Sehun.

"Sejak tadi." Sehun mendudukkan dirinya hingga ia berhadapan dengan Jongin yang masih memasang wajah kesalnya. "Sebagai 'istri' yang baik.." Sehun membuat tanda kutip dengan jari-jarinya. "Kau seharusnya bangun lebih pagi dariku. Kau harus membuatkanku sarapan, kau harus memakaikanku dasi di saat aku ingin berangkat kerja, kau harus merapihkan setelanku, kau–"

"Kenapa tidak sekalian saja kau menyewa pembantu?"

"Oh tidak, tidak. Aku menganggapmu sebagai istri, sayang, bukannya pembantu."

"Istri kepalamu. Aku pria, sialan!"

Sehun hanya bisa tertawa renyah disaat melihat Jongin yang marah-marah sendiri. "Baiklah, 'suami'ku.." Sehun menuntun Jongin menuju kamar mandi dan dihadiahi berontakan oleh Jongin. "Sekarang kau harus mandi. Kita harus ke rumah kakek ku dan orang tuamu secepatnya."


"Heh, Oh Sehun." Panggilan Jongin memecah keheningan didalam mobil.

Sehun hanya bergumam untuk menjawab panggilan Jongin.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Kakek Sehun. Sehun sedikit bersyukur karena ia tidak lagi mendapat tolakan Jongin untuk menemui kakeknya. Karena ia tahu, kalau bocah tan itu sedang kelabakan dan berakhir diam untuk bertemu dengan kakeknya yang pernah dikata-katai.

"Aku takut."

"Takut apa?"

"Takut dengan kakekmu lah."

"Sudah kuduga," Sehun tersenyum geli. "And for your information, kakekku bukan macan tutul, bodoh. Jadi kau tak perlu takut untuk bertemu dengannya."

Jongin berdecak, "Bukan itu masalahnya. Aku hanya merasa tidak enak nanti jika bertemu dengannya."

"Makanya, kalau punya mulut itu jangan nyinyir." Sehun menggedikkan bahu lebarnya. "Itu sih masalahmu ya. Aku tak peduli. Kau kan bergajulan, masa masalah seperti itu saja takut? Seharusnya kau harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah kau lakukan. Jangan seperti ini. Kau tahu?" Sehun merendahkan suaranya kemudian berbisik pada Jongin. "Mirip pengecut."

"KAU MENGATAIKU PENGECUT?!" Jongin memberikan ancang-ancang meninju.

"Aku tidak. Hanya bilang mirip."

"Ish, dasar tua." Jongin menurunkan tangannya. "Kalau kau tadi aku tonjok sungguhan, aku yakin kepalamu di kaki sekarang."

Kemudian hening, hanya ada suara Jongin yang menggeram dan suara musik dari radio mobil.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai dikediaman kakek Sehun. Rumahnya mewah dan memberikan kesan yang sangat sejuk karena banyak sekali pepohonan rindang yang ditanam di sekitar rumah.

"Hei, ayo masuk."

Jongin langsung sadar dari lamunannya kemudian mengikuti jejak Sehun yang ada beberapa langkah di depannya. Dahinya mengernyit saat melihat Sehun yang sedang menjulurkan tangannya di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku memintamu untuk menggenggam tanganku."

"Huh?"

"I said, genggam tanganku. Kau tak dengar juga?"

Jongin langsung memasang wajah aneh, "Kau pasti tahu jawabanku apa."

"Ayolah, hanya ini. Untuk menampilkan kesan bahagia dihadapan kakekku."

Saat mendengar kalimat dari pria tinggi itu, Jongin hanya bisa terdiam. Entah kenapa.


"Sudah lama tidak bertemu denganmu, Oh Sehun."

Sehun melepaskan genggaman tangannya dengan Jongin dan langsung menyambut pelukan kakeknya dengan senyuman hangat.

"Sudah lama juga tidak bertemu denganmu, kakek." Sehun kembali berdiri di samping Jongin. "Bagaimana kabar kakek?"

"Kakek akan baik jika perusahaan juga baik." Kemudian mereka berdua tertawa sedangkan Jongin hanya mengernyit aneh. Apanya yang lucu?

"Ah, ini Kim Jongin ya?" Ucap kakek Sehun tiba-tiba membuat Jongin yang sedang memasang wajah judes itu langsung gelagapan. Ia sontak membungkukkan badan setelahnya.

"Ya, saya Kim Jongin. Senang bertemu denganmu, Tuan Oh."

Kakek Sehun hanya bisa terkekeh mendengar ucapan formal Jongin, begitu pula Sehun.

"Panggil saja kakek, tak usah formal. Kita sudah berkeluarga. Silahkan duduk."

Tanpa menjawab apa-apa, Sehun dan Jongin langsung duduk saat pria berambut putih itu mempersilahkan.

Di sana, Jongin kembali diam. Oh Sehun dengan kakeknya sedang berbincang ria tentang bisnis yang sama sekali Jongin tidak mengerti. Ditambah daddy's joke yang dilontarkan membuat Jongin harus terpaksa tertawa ketika tak sengaja bertatap.

Disela-sela tawa paksaannya, Jongin menggertakan gigi sambil melotot ke arah Sehun. Setelah diberi tatap seperti itu oleh Jongin, Sehun langsung menyeringai.

"Ah ya, kakek."

"Hmm?" Tanya pria tua itu sambil menyesap kopinya.

"Maksud kedatangan kami berdua adalah karena istriku ingin meminta maaf kepada kakek."

Apalagi si sialan ini, batin Jongin kesal.

"Meminta maaf?"

Sehun dengan menyebalkannya menyenggol lengan atas Jongin sebagai kode untuk menjelaskan sendiri apa yang telah Jongin lakukan kepada kakeknya.

Mampus aku.

Entah kenapa keringat dingin bercucuran di dahi Jongin.

Hah, padahal Jongin hampir setiap hari melayani guru BP, tapi kenapa menghadapi kakek Sehun dia jadi selembek ini?

"Maaf atas ketidaksopananku disaat pernikahan berlangsung. A—aku hanya sedang shock saat itu. Terlebih lagi aku belum pernah melihat bagaimana.. rupa.. calonku.." Jongin menggaruk rambut belakangnya. "Ya, kurang lebih seperti itu."

"Ah tidak apa-apa. Hal itu bukan apa-apa bagiku." Kakek Sehun tersenyum bijak membuat Jongin menghela napas lega dan kembali memberi tatapan tajam kepada Sehun yang memasang wajah tak berdosanya.


Setelah berbincang dan menceritakan hal-hal palsu (seperti keharmonisan rumah tangga mereka) kepada kakek Sehun, mereka segera berpamitan dan bergegas menuju rumah Jongin untuk memindahkan barang-barang Jongin ke apartemen Sehun. Namun disaat ingin menghampiri mobil, Sehun dan Jongin malah bertengkar.

"Apa yang kau lakukan, brengsek?!" Jongin berucap marah sambil kakinya menendang bokong Sehun dengan kuat.

"Ouch! Ini sakit, sayang." Sehun mengelus bokongnya. "Untung bokongku yang kau tendang, coba bokongmu. Ah, pasti aku tidak rela dia akan tepos."

"TEPOS APANYA, BANGSAT?!" Jongin hanya bisa menahan seluruh emosinya sendiri. "Dasar gila kau! Aku membencimu!"

"Hey! Mau kemana kau?!" Sehun langsung panik disaat Jongin pergi keluar rumah kakeknya. Bahkan bocah tan itu dengan lihai menghindari tangan-tangan kekar para penjaga yang menahannya untuk keluar.

"Aish, sial." Sebenarnya ia sangat bisa mengejar Jongin. Tapi mengingat janji temunya dengan ibu Jongin yang hanya sebentar, membuat Sehun mengurungkan niatnya.

Lagipula Jongin tidak sebodoh itu untuk kabur tanpa tujuan.

Akhirnya, pria tinggi itu memasuki mobil Hummer nya dan mengendarainya menuju rumah Jongin.


"Kau yakin, Jong?" Tanya Chanyeol sambil menatap Jongin was-was.

"Aku yakin dan tutup saja mulutmu, sialan. Jangan bertanya lagi." Jongin kembali menelan cairan memabukkan itu dan mengisi isinya kembali dengan penuh.

Ya, Jongin tadi di jemput oleh Chanyeol saat kabur dari Sehun. Jongin buru-buru menghubungi Chanyeol untuk menjemputnya dari kediaman kakek Sehun disaat ia izin pergi ke toilet tadi.

Jongin benar-benar kesal dengan perilaku Sehun yang luar biasa menyebalkan di depan kakeknya tadi. Ditambah dengan embel-embel 'istri' yang pria itu layangkan kepadanya, membuat Jongin tambah muak. Maka dari itu Jongin memilih untuk pergi saja dan tidak ikut pria tua itu ke rumahnya.

Saat ini mereka di klub, Jongin yang memaksa tadi. Padahal Chanyeol sudah wanti-wanti untuk tidak direpotkan oleh Jongin yang sedang mabuk. Karena Demi Tuhan, Jongin benar-benar menyusahkan saat sedang mabuk.

Oke, oke. Sebenarnya Chanyeol tidak masalah pergi ke klub malam atau dengan Jongin yang mabuk. Masalahnya adalah, suami kakek-kakeknya Jongin itu!

Bagaimana jika dia tahu kemudian pria tua itu akan marah? Kan Chanyeol belum mengetahui sama sekali bagaimana watak pria tua itu. Terlebih lagi Chanyeol yang membawa Jongin kabur. Bisa-bisa Chanyeol terkena ulah pedofilnya.

"Terserah kau deh! Jika suami kakek-kakekmu itu marah, jangan ikut sertakan aku dengan drama rumah tanggamu! Aku tidak mau jadi poligaminya dia!"


Sehun sudah sampai di kediaman orang tua Jongin. Sehun sudah berusaha menghubungi pria kuliahan itu, tapi panggilannya tak kunjung di angkat. Pada akhirnya, Sehun pasrah dan berakhir mencari alasan tentang ketidakikutan Jongin ke sini.

Baru saja masuk beberapa langkah dari pintu utama, Sehun dikejutkan oleh wanita paruh baya yang memotong perkataannya.

"Permi—"

"Waaaaa! Menantu tampanku sudah datang rupanya!" Ibu Jongin langsung memeluk Sehun dengan gembira. Kemudian ia memasang wajah bingung saat melihat anak bergajulannya tak ada di samping Sehun. "Bocah bergajulan itu dimana, huh? Apa ia menolak untuk ikut denganmu?"

"Ah tidak-tidak." Jawab Sehun sambil tersenyum tampan, membuat ibu Jongin berfangriling ria. "Jongin masih tertidur di apartemen kami. Ia masih kelelahan katanya, ibu."

"Kelelahan karena apa?" Hening sebentar, kemudian ibu Jongin memasang wajah iykwim nya. "Hebat juga kau, Sehun bisa membuat orang seperti Jongin tepar." Ucapnya sambil menepuk-nepuk lengan atas Sehun.

Sedangkan Sehun yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum canggung.

Astaga, mertuanya ini benar-benar mengira kalau Jongin kelelahan karena permainan Sehun di atas ranjang. Hhh… boro-boro bercinta dengan Jongin, dekat-dekat saja dia dimarahi.

"Ah iya!" Pekik ibu Jongin. "Ibu mau berbicara padamu, Sehun. Ayo duduk terlebih dahulu. Ibu sudah menyiapkan teh hijau untukmu."

Sehun membungkuk sedikit kemudian mengekori ibu Jongin menuju ke ruang tengah. Lalu ia mendudukkan pantatnya ke atas sofa empuk panjang sedangkan ibu Jongin duduk di sofa single yang ada.

"Silahkan diminum, menantuku yang tampan. Aaaa! Jongin benar-benar beruntung mempunyai suami sepertimu, Sehun!"

"Aku juga beruntung memiliki Jongin."

"Ah, kau bisa saja~"

Sehun hanya bisa terkekeh pelan. Kemudian tangannya mengambil secangkir teh yang telah dituang dan menyesapnya sedikit. Setelah menaruhnya kembali, Sehun berbicara.

"Apa yang ingin ibu bicarakan?" Tanya Sehun dengan sopan membuat ibu Jongin mengalihkan tatapannya dari Sehun.

"Jadi begini," Ibu Jongin mengubah raut wajahnya menjadi sedih. "Ibu membawa berita buruk untuk kau dan Jongin."

Dahi Sehun mengernyit.

"Ini berkaitan dengan adopsi anak." Ibu Jongin terdiam sebentar, "Setelah ibu bicarakan kepada pemilik panti asuhan, ternyata kalian belum boleh mengadopsi seorang anak."

"Kenapa?" Tanya Sehun bingung.

"Usia pernikahan kalian belum genap 5 tahun, lalu umur Jongin belum mencukupi untuk mengadopsi anak. Jadi tidak bisa." Ibu Jongin langsung mengusap-usap genggaman tangan Sehun. "Maafkan ibu tidak bisa melakukan apa-apa untuk ini."

Sehun langsung tersenyum hangat, "Tidak apa-apa, ibu. Ibu sudah melakukan yang terbaik. Ibu tidak perlu merasa kecewa, karena perjalanan kami masih panjang ke depannya."


Tik!

Sehun memasang wajah datarnya saat ia tak mendapati Jongin di dalam flatnya. Sekarang sudah menjelang sore dan Jongin belum juga pulang dari acara kaburnya itu. Padahal ia mengharapkan Jongin sudah ada diflat sambil tersenyum manis ke arahnya.

Ah, Sehun rasa itu hal yang sangat tidak mungkin mengingat bocah kelewat gengsi itu sangatlah judes dan masih membencinya.

"Ini harus saya taruh mana, Tuan Sehun?" Pertanyaan dari seseorang dibelakangnya membuat Sehun membuyarkan lamunannya. Itu orang suruhan Sehun untuk membawa semua barang-barang Jongin.

Hey, Sehun tidak mau serepot itu untuk membawanya sendiri.

"Tolong taruh di depan kamar utama. Nanti biar aku yang memasukkan."

Sehun kemudian mendudukkan dirinya di sofa velvet miliknya. Jari-jari panjangnya mengetikkan nama kontak Jongin dan terus-terusan menghubungi bocah itu. Tapi tetap saja tidak diangkat.

"Aish, kemana bocah itu?" Umpat Sehun pelan.

"Tuan Sehun, maaf mengganggu Anda. Bagaimana dengan boneka beruang ini?"

Sehun mengalihkan perhatiannya ke arah boneka beruang mungil yang ada di hadapannya.

Ah, itu kan boneka beruangnya Jongin.

Jadi begini. Saat Sehun sedang memandang kamar Jongin yang super duper berantakan, Sehun tak sengaja melihat sebuah peti kayu kecil berwarna cokelat di atas lemari Jongin. Dengan rasa keingitahuan yang tinggi, Sehun mengambilnya dan membukanya. Ia beruntung karena ia juga tak sengaja menemukan kunci kecil disebelahnya.

Si bodoh. Jongin benar-benar tak pandai untuk menyembunyikan sesuatu.

Lalu tangannya dengan cepat membuka peti tersebut dan menemukan boneka beruang mungil di dalamnya. Bonekanya terlihat sangat imut dengan sebuah pita merah yang terikat di lehernya. Dan tanpa keraguan, Sehun membawa boneka itu untuk digunakan sebagai alat meledek Jongin.

Cih, gayanya saja yang sok-sok berandal.

But he can't deny that Jongin with his bear things are the cutest thing ever.

Tanpa sadar Sehun tersenyum tipis. Membuat orang yang bertanya tadi menatap Sehun bingung.

"..Tuan Sehun?"

Sehun kembali pada kesadarannya setelah memikirkan bocah itu. "Ah, iya. Berikan saja padaku." Sehun mengambil boneka itu dengan terburu sambil memasang wajah datarnya.

Sial, sial, sial! Ia malu sekali!

"Jika kalian sudah selesai, kalian boleh kembali."

Setelah berkata seperti itu, orang suruhannya langsung pergi meninggalkan flat. Sehun kembali sibuk untuk mencoba menelpon Jongin. Hingga pada panggilan ke sembilan, akhirnya ada juga yang mengangkat.

"Hey bocah! Kau kemana saja, hah?!" Tanya Sehun langsung. Kemudian dahinya mengernyit saat Jongin diam saja. "Jongin!" Panggilnya sekali lagi.

"E—errr.. ya?"

Kernyitan dahinya semakin bertambah saat telinganya malah tak mendengar suara Jongin. Ini suara orang lain.

"Siapa kau?"

"A—anu, saya temannya Jongin, Chanyeol. Ini siapanya ya? Nama kontakmu 'Jangan diangkat'.."

"Bocah itu benar-benar." Geram Sehun. "Aku suaminya. Dimana Jongin sekarang?"

"J—Jongin ada di flatku."

"Flat 629.." Gumamnya. Sehun segara bergegas untuk mendatangi flat Chanyeol yang ia masih ingat dimana letaknya. "Jangan kemana-mana."

Chanyeol diseberang sana langsung kelabakan. Mampus.

"Aduh, lebih baik Anda tak usah kemari. Jo—Jongin bilang ia akan pulang sebentar lagi kok."

"Kau melarangku?" Ucap Sehun sambil menutup pintunya.

"Tidak-tidak! Bukan begitu!"

"Kau mencurigakan." Sehun langsung memutuskan panggilannya tanpa peduli Chanyeol yang terus melarangnya untuk mendatangi flat pria itu.


"Hey, Jongin! Berhenti bercinta! Suami kakek-kakekmu mengintai!" Chanyeol mengetok-ngetok kamarnya yang sialannya di kunci oleh Jongin dari dalam.

Sahabat tahiknya itu tak sengaja menemukan jalang di klub dan mereka seenaknya melumat dihadapan Chanyeol. Sudah begitu, Jongin meminta untuk bercinta di flat nya saja. Habislah Chanyeol hanya bisa pasrah sambil menatap kesal dari spion tengah mobilnya ke arah mereka yang sedang bercumbu. Kan sialan.

Dan tadi, nama kontak 'Jangan diangkat' tak henti-hentinya menghubungi Jongin. Chanyeol yang polos menjurus bodoh itu hanya mengabaikan sesuai dengan kata yang ada di layar ponsel sahabatnya. Namun karena sangat mengganggu ia yang sedang menonton Netflix ditambah suara desahan dari dalam kamarnya, akhirnya Chanyeol mengangkatnya saja. Tapi tak disangka-sangka. Ternyata dia adalah suami kakek-kakeknya Jongin yang menelepon dan menanyakan keberadaan bocah itu. Awalnya ia hanya gugup biasa, karena Chanyeol pikir suami Jongin tidak mengetahui flatnya dimana. Tapi ternyata suami Jongin tahu persis dimana dia tinggal.

Pada akhirnya Chanyeol ketar-ketir seperti sekarang.

Bagaimana tidak?! Jongin sedang bercinta, lalu suaminya akan menghampirinya ke sini!

Ting Tong! Ting Tong!

Chanyeol melotot horror.

"Haduuuuuuu, mampus aku." Chanyeol menggigit-gigiti kukunya.

Pada akhirnya Chanyeol berjalan pelan menuju pintu hitamnya. Tangannya bergetar untuk sekedar membuka knop pintu. Dan entah kenapa suasananya jadi sangat seram bagi Chanyeol.

Cklek!

Pintu Chanyeol terbuka, matanya yang terpejam itu lama-lama terbuka dan ia mendapati seorang pria tampan berumur sekitar 27 tahunan di depan pintunya. Pada akhirnya Chanyeol menghela napas lega.

"Ah, ku kira siapa." Chanyeol menyengir. "Ada apa ya?"

Pria itu—Sehun, langsung menatap garang ke arah Chanyeol. Di saat keadaan seperti ini Chanyeol malah menyengir seperti kuda. Siapa yang tidak kesal?

"Dimana Jongin?" Tanya Sehun garang.

"Kau siapanya Jongin? Bodyguard nya ya?"

Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol, Sehun langsung saja menyerobot masuk ke dalam flat bocah itu.

"Aish! HEY! KAU TIDAK SOPAN, DUDE!" Chanyeol mengejar dan mencoba menghentikan Sehun yang membuka-buka seluruh ruangan yang ada di apartemennya. "Apa yang kau lakukan?!"

"Bisakah kau diam?! Aku sedang mencari Jongin!"

"Ya tapi tidak usah mengacak-acak juga! Kau kan bisa tanya!"

"Aku tadi bertanya, tapi kau tidak menjawab. Dan bisakah kau sopan sedikit? Aku lebih tua darimu."

"Jongin ada di kamark—"

"Di mana kamarmu?" Ucap Sehun memotong pembicaraan Chanyeol.

"Mengapa kau harus tahu?"

"Karena aku suaminya Jongin. Jadi aku harus tahu dimana Jongin berada sekarang."

Chanyeol membuka mulutnya dramatis.

Apa?! Ini.. suaminya Jongin?!

Bukannya suami Jongin itu kakek-kakek?!

"Dimana kamarmu?"

"K—kamarku ada di sebelah sana." Tunjuk Chanyeol.

Sehun sontak saja langsung menghampiri ruangan yang tadi Chanyeol tunjuk. Kemudian dia mencoba untuk membuka kamar berpintu hitam tersebut, tapi selalu tidak bisa.

"Kau memegang kuncinya?" Tanya Sehun tanpa menoleh ke arah Chanyeol.

Chanyeol yang berubah menjadi seperti anak kucing itu merasa takut saat melihat wajah Sehun, ditambah dengan alis luar biasa tebal yang menukik tajam karena kesal.

"Jongin menguncinya dari dalam.." Chanyeol kelabakan saat mendapat tatapan tajam tak percaya dari Sehun. "Aku serius! Suwer deh!" Ucapnya sambil memberikan peace sign nya kepada Sehun.

TOK TOK TOK TOK TOK TOK

"JONGIN!" Teriak Sehun sambil mengetuk pintu. "HEY JONGIN! BANGUN SEBELUM AKU MENDOBRAK PINTU INI!"

Chanyeol yang mendengar jika Sehun akan mendobrak pintunya langsung membantu pria itu untuk membangunkan Jongin. Bisa-bisa Chanyeol akan mengeluarkan uang jika pintunya rusak.

Mereka yang berantem kok aku yang rugi ya, batin Chanyeol.

"HEY JONGIN! BANGUN!"

TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK

"Iya, iya! Berisik!"

Tuk! Cklek!

Akhirnya pintu kamar Chanyeol terbuka juga. Mereka berdua mendapati Jongin sedang bertelanjang dada dengan hickeys bertebaran di tubuhnya. Sedangkan Jongin memakai bokser sebagai bawahan. Rambutnya berantakan, lalu bibirnya yang merah itu masih bengkak.

Sehun menggeram kesal saat melihat keadaan Jongin. Bibir itu, tanda itu. Ia sungguh tidak suka.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sehun pelan kepada Jongin yang terlihat biasa saja dengan kedatangannya.

"Aku?" Tunjuk Jongin. "Aku sehabis sex dengan jalang. Kenapa? Masalah? Ha—hik—haha!"

Sehun langsung mengernyit saat mencium aroma alkohol dari mulut Jongin.

Ah Sehun menyimpulkan bahwa Jongin pergi ke klub saat kabur darinya siang tadi.

Pria putih itu masuk ke dalam kamar Chanyeol untuk mengambil pakaian Jongin yang berserakan tanpa peduli pada wanita bertelanjang dada di atas kasur Chanyeol yang menatapnya bingung.

Disaat Sehun akan memakaikan Jongin atasan, pria tan itu malah menggeleng dengan bibir yang mengerucut.

"Diam." Ucap Sehun telak, membuat Chanyeol yang sedari tadi hanya melihat bergidik.

Sehun dengan telaten memakaikan Jongin atasan, dan pria itu langsung menggenggam pergelangan tangan Jongin setelah selesai.

"Ayo pulang."

Jongin merengek. "Ah, aku tidak mau~~ Aku mau menginap di tempat Chanyeol sajaaa~~" Tangan Jongin meraih lengan atas Chanyeol, kemudian pria tan itu menggesek-gesekkan pipinya di lengan Chanyeol. "Ya Chanyeol, ya? Kau kan sahabat—hik—ku~~"

Chanyeol langsung memasang wajah tidak enaknya sambil menyingkirkan kepala Jongin di lengannya saat Sehun menatap penuh kecemburuan.

"Ish, Yeollie jahat sekal—hik—lii~~"

Yeollie? Cih menggelikan, batin Chanyeol.

"Ayo pulang, Jongin. Jangan membuat ku tambah kesal."

"Aku mau me—hik—menginaaaapppp~~"

Sehun langsung saja menarik tangan Jongin sehingga genggaman Jongin terlepas dan mereka segera keluar dari apartemen Chanyeol.

Setelah keluar dari apartemen Chanyeol, Sehun melangkahkan kakinya dengan cepat. Membuat Jongin yang berjalan sempoyongan itu menjadi tidak karuan. Karena tidak sabaran, akhirnya Sehun langsung berhenti berjalan dan membalikkan tubuhnya ke arah Jongin. Jongin yang diperhatikan seperti itu menatap Sehun bingung.

"A—hik—apa yang kau.. lihat, huh—AAAA!"

Kemudian dengan tiba-tiba Jongin langsung di gendong bridal oleh Sehun. Jongin refleks mengalungkan tangannya di leher jenjang pria yang sedang menggendongnya ini karena tadi ia hampir saja jatuh.

"Turunkan aku, brengsek." Jongin memasang wajah cemberutnya yang sangat kontras dengan ucapannya.

"Diam, bodoh. Aku sedang membencimu."

Walaupun mengumpat, jantung Sehun berdebar lebih cepat dari biasanya.

Lalu, Jongin. Pria itu bahkan tidak tahu kalau jantungnya ikut berdebar lebih cepat saat tak sengaja melihat wajah Sehun dari dekat.

Ah, mungkin ia hanya mabuk.

.

Keesokkan paginya, Jongin terbangun dan langsung pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Hal yang biasa terjadi sehabis dia minum.

Jongin bangun setelah memflush toilet kemudian memejamkan matanya, ia mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin. Lalu matanya membola saat Jongin ingat kalau tadi malam ia di gendong bridal oleh Sehun. Ditambah dengan tangan sialannya yang melingkar dileher pria putih itu.

"Ah, benar-benar memalukan, Kim Jongin. Kau membuat pria gay itu besar kepala. "

Tangan Jongin menangkup air kemudian dia membasuh dengan kasar ke wajahnya. Setelahnya Jongin memilih untuk menggosok gigi. Bayang-bayang kejadian memalukan tadi malam membuat Jongin semakin kasar menggerakkan sikat giginya.

Setelah selesai, Jongin memandang sebentar wajahnya yang basah. Kemudian ia memutuskan untuk ke luar toilet, dan Jongin terkejut saat mendapati Sehun berdiri di depan pintu toilet.

"Apa saja yang kau lakukan kemarin?" Tanya Sehun to the point.

Jongin memutar bola matanya malas melihat Sehun yang sok keren—menurutnya.

"Aku hanya melakukan hal-hal yang membuatku senang. Ada masalah?"

Sehun memasang wajah tidak sukanya terhadap jawaban Jongin, "Tentu saja, masalah. Kau kira aku tidak cemburu melihat kau bercinta dengan jalang?"

"Berhentilah, Oh Sehun. Kau membuatku mual. Awas."

Sehun menyingkirkan badannya agar Jongin bisa keluar dari kamar mandi. Kemudian pria itu hanya bisa menghela napas lelah melihat Jongin yang masa bodo dan langsung bermain dengan ponselnya. Sehun mendudukkan bokongnya di atas tempat tidur empuk miliknya kemudian berkata, "Barang-barangmu sudah ada disini semua."

"Hmm." Gumam Jongin tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar ponsel.

"Kau tidak berterima kasih?"

Jongin menatap malas Sehun, "Thank you, Oh—jerk—Sehun."

Sehun yang mendapat balasan seperti itu tentu saja kesal. Sudah yang membawa barang-barang bocah itu dia sendiri(walaupun menyuruh orang), kemudian tadi malam Sehun repot-repot mengurusi Jongin yang sedang mabuk, eh Jongin malah tidak tahu diri dan mengatainya jerk.

"Terserah."

Hening sebentar, kemudian suara Sehun kembali terdengar. "Aku lupa untuk bilang ini kepadamu." Sehun tetap melanjutkan walau Jongin seperti masa bodo dengannya. "Kita belum boleh mengadopsi anak."

Jongin mengangkat kepalanya dan menatap Sehun girang. "Serius?! HELL YEAH!"

"Bocah gila." Ucap pria putih itu saat ia mendapat respon tak terduga dari Jongin.

Jongin langsung berhenti berteriak. "Excuse me?"

"Iya kau bocah gila. Ibumu sedih karena berita ini, dan kau malah bahagia? Benar-benar anak durhaka."

"Heh, Oh Sehun. Coba kau pikir. Siapa yang akan mengurusi bocah ingusan itu jika mereka benar-benar diadopsi sekarang?"

"Kau lah, siapa lagi? Aku sudah cukup lelah bekerja. Dan kau, seharusnya yang mengurus urusan rumah. Memasak, mengurus anak, menyambutku disaat aku pulang kerja, memijatku disaat aku pegal, dan hal-hal lain yang dilakukan oleh seorang istri pada umumnya. Bukannya malah mabuk dan bercinta dengan jalang."

"Sudah berapa kali aku bilang kalau aku bukan istrimu?! Aku laki-laki! Kau tak bisa lihat aku macho begini?!"

"Macho kau bilang?" Sehun tertawa remeh, kemudian sebelah tangannya yang dari tadi mengobrak-abrik sesuatu terangkat ke atas. Jongin yang melihat benda yang dipegang oleh Sehun langsung kaget dan terdiam, bahkan kata makiannya kembali tertelan ke dalam.

Darimana dia mendapatkan itu?

"Lalu apa benda ini? Bukankah benda ini sangat manis dan lucu, heh Jongin?"

Jongin memandang kearah benda yang ada di tangan Sehun, kemudian menatapnya dengan air mata yang menggenang.

Benda itu..

Taemin..

Lee Taemin..

"I found it on top of your closet. Bagaimana? Ini boneka beruangmu kan? Apakah aku menemukannya setelah benda ini hilang? You look surprise tho." Sehun menggoyang-goyangkan benda itu di depan Jongin. "Benar-benar, memalukan. Kau bilang dirimu macho tapi ka—"

"Diam."

"Kenapa? Oh, dan apa air mata ini? Cry baby Jongin.."

"Bisakah kau diam jika kau tidak tahu apa-apa?!" Ucap Jongin dengan nada marahnya sambil menatap ke arah Sehun. Sehun yang dibentak seperti itu sebenarnya terkejut, tapi ia masih bisa mengendalikan ekspresinya. "Jangan berkata apapun kali ini, Oh Sehun. Aku membencimu." Setelahnya Jongin merebahkan dan menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Membelakangi Sehun yang masih terdiam dengan perasaan bingungnya terhadap sikap Jongin yang berubah 180 derajat.

Ada apa sebenarnya?

To Be Continued

.

.

.

Setelah nggak up cerita ini selama hampir atau udah setahun mungkin, finally gue bisa update juga wkwk

Maaf kalo alur ceritanya makin membosankan dan kelamaan..

Gue udah berusaha semaksimal mungkin untuk mengelola cerita ini, walaupun bisa dibilang sangat amat lama updatenya, huhu

Jadi kepergian(?) gue dari ffn itu karena gue waktu itu lagi aktif2nya di wattpad. Gue gak pindah kok, gue cuma iseng2 aja nulis cerita non baku yang udah berdebu di laptop.

Ayo, monggo di baca dengan judul 'Mbak-mbak Online'. Jalan ceritanya itu, si Kai ini jualan hoodie online gitu. Nah dia ketemu pelanggan kayak Sehun yang mesum, tukang gombal, plus receh. Ya kalian bayangin aja sendiri gimana bentuknya wkwk

Pairing Hunkai, bahasa non-baku, Sehun sangat nista disana, karakter Kai galak sangat dan tsundere, recehnya naudzubillah, dan Alhamdulillah udah selesai dengan tidak jelasnya :')

Ah iya, under username yang sama dengan ffn. SmolJongin :))

Terus, sekarang ini gue bakalan fokus di ffn. Jadi mudah2an gue bisa update-in cerita2 gue disini

Oke udah gitu aja, wkwk

Ps: Kalo mau baca(?) jangan ragu ya buat komen cerita gue di wp atau ffn, karena komenan sama vote itu sangat amat bikin gue seneng :')

Bubye, see you next time!