C12H22O11©peachpeach

[Chemical React's Side Story]

.

1st : Yangjae Date

( Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

.

All cast belongs to God, themselves, family and management. Story line is mine. No profit taken.

.

.

Special treat for : wulancho95

Thank you for a lots of spamming ^^

.

.

"Tapi, pada akhir perjalananku, aku sama sekali tidak ingin seperti setiap tablet itu. Aku tidak ingin tereliminasi dari hidupmu,"—Kim Taehyung.

.

.

Jumat malam di penghujung musim semi seperti saat ini, biasanya akan jadi favorit Hoseok. Hari Jumat biasanya ia akan pergi dengan kereta untuk pulang ke Gwangju, makan masakan Ibunya, atau sekedar menghabiskan waktu sebentar dengan pergi ke studio tari bersama teman-temannya, dan berusaha sebisa mungkin untuk melupakan setumpuk tugas dengan tambahan gambar benzena yang membosankan di atas layar laptopnya atau lembaran portofolio miliknya.

Tapi sepertinya, Jumat malam kali ini Hoseok harus mengikhlaskan hatinya untuk tidak pulang ke Gwangju. Ia memilih berdiam diri di dalam kamar yang ia bagi bersama Taehyung, dan sudah lebih dari empat jam yang lalu serius mengetik sesuatu, atau mencoret kertas HVS di depannya dengan kening berkerut dalam. Demi skripsinya, Hoseok tidak peduli pada kakak perempuannya terus menerornya dengan foto-foto masakan enak buatan sang Ibu yang dikirim via pesan singkat. Pikiran Hoseok harus fokus pada data-data molecular docking senyawa yang ia teliti, masalah makanan Ibunya, Hoseok bisa balas dendam nanti.

"Hyung," Hoseok melirik sebentar, dan mendapati Taehyung dengan rambut basah sehabis mandi berdiri di depan pintu kamar mereka. Hoseok mendengus sebentar tanpa minat ke arah Taehyung, lalu kembali fokus pada layar datar di depannya.

"Di dapur ada kimchi jigae dan kaserol dari Seokjin-hyung, tinggal dipanaskan saja. Makan dulu, kau butuh karbohidrat dari makanan pokok, bukan snickers, susu kotak, dan kopi kalengan. Seokjin-hyung tahu, kau bisa kena omelan selama sehari non-stop. Lagipula, nanti kalau kau mati siapa yang mau mengurusi molecular docking-mu ?" Taehyung melempar handuk kecil di lehernya ke tempat tidur miliknya. Ia meraih ponselnya dan mulai menyamankan diri dengan bersandar pada tumpukan bantal yang ia susun setiap kali bangun tidur. Sementara Hoseok sama sekali tidak peduli dengan sindiran penuh perhatian dari Taehyung.

"Seokjin-hyung dari sini ?"

"Tidak, tadi Namjoon-hyung yang pergi ke apartemennya." Hoseok mengangguk tanda mengerti, tapi atensinya sama sekali tidak teralihkan dari layar laptopnya. Taehyung juga masa bodoh sepertinya. Bunyi notifikasi pesan yang terdengar beberapa kali dari ponsel Taehyung, sudah cukup membuat Hoseok yakin jika Taehyung juga sama sibuknya.

"Hyung," Taehyung memanggilnya lagi saat Hoseok tampak diam dan mengetukan jarinya secara acak di atas permukaan meja belajar.

"Wae ?"

"Uhm, tahu Jeon Jungkook kan ?" Kursi belajar milik Hoseok berderit ribut saat atensi pemiliknya jatuh sepenuhnya untuk merespon pertanyaan Taehyung, "Tahu, mahasiswa semester empat itu kan ? Memangnya kenapa ?"

"Well, aku mengajaknya—yah, bisa dibilang kencan hari Sabtu besok, tapi aku sama sekali tidak ada ide akan mengajaknya kemana atau memberinya sesuatu sebagai hadiah. Mungkin, ng—hyung punya saran ?" Jeda sejenak, Hoseok tampak berkedip beberapa kali untuk bisa menangkap maksud Taehyung dengan jelas. Taehyung minta saran kepadanya soal kencan ? Yang benar saja—

"Heh, kau pikir aku punya pengalaman yang lebih mumpuni darimu soal kencan ?!"

"Yah, kan setidaknya hyung sudah setahun hidup lebih dahulu di dunia ini," tatapan Taehyung yang tampak tidak berdosa, membuat Hoseok ingin sekali menjejalkan segala macam racun yang ia kenal langsung ke dalam kerongkongan Taehyung.

"Ku beri tahu sesuatu, supaya otak cemerlangmu itu tidak hanya berguna soal Kimia. Apa gunanya mesin pencari di ponselmu ? Kau hanya perlu mengetik 'Tempat kencan favorit di Seoul' pada kotak pencarian, dan dalam hitungan detik kau akan mendapatkan semua referensi yang kau butuhkan."

"Sudah ku lakukan, dan semua hasil pencarian merujuk ke tempat yang terlalu biasa. N Tower, Hongdae. Saran Jimin sama saja tidak membantu, dan Namjoon-hyung jugapergi menginap di apartemen Seokjin-hyung malam ini." Taehyung menghela napas pelan, "Aku ingin mengajak Jungkook ke tempat anti-mainstream, tapi sesuai juga dengan hobinya."

"Memang hobi Jungkook apa ?"

"Sekilas yang ku lihat dari akun sosial medianya, ia sering sekali mengunggah foto pemandangan, anak-anak, dan bunga. Mungkin ia suka memotret, atau seni merangkai bunga."

"Bunga ?" Kening Hoseok kembali berkerut dalam, sama seperti saat ia mengerjakan molecular docking-nya. Bunga ya ? Setahu Hoseok, orang terdekatnya yang tertarik pada bunga hanya Ibunya, Seokjin, dan Jeonghan—adik tingkat yang juga asisten dosen satu departemennya. Hoseok pernah beberapa kali melihat Jungkook. Wajahnya manis, terlihat sangat menggemaskan jika diperhatikan lebih lama. Jungkook punya dua gigi seri seperti kelinci. Tapi badannya tidak seramping Seokjin ataupun Jeonghan. Jungkook punya badan atletis, jenis yang lebih suka kegiatan outdoor seperti hiking atau panjat tebing, meskipun pinggangnya meliuk mengagumkan dan sanggup membuat para gadis berdecak iri. Jungkook juga sepertinya tidak terlihat tertarik pada hal-hal seperti memasak, jadi agak aneh jika Jungkook menyukai bunga.

"Iya, bunga. Banyak sekali jenis bunga yang diunggah Jungkook, dari yang segar baru dipotong dan dirangkainya sendiri, sampai dalam bentuk lilin aroma terapi," Taehyung menyodorkan ponselnya ke arah Hoseok dan layarnya sedang menampilkan salah satu profil akun sosial media milik Jungkook, "Tapi tidak mungkin aku memberinya buket bunga mawar merah dengan baby's breath di hari pertama kencan. Bagaimanapun, itu terlalu feminim. Jungkook laki-laki, meskipun wajahnya manis keterlaluan." Hoseok mengangguk, membenarkan perkataan Taehyung sambil tetap fokus mengamati layar ponsel Taehyung.

"Bagaimana kalau mengajaknya pergi ke suatu tempat dengan banyak bunga ? Soal hadiah, mungkin kau bisa memberikan kumpulan buku mata kuliah Teknologi Sediaan Semi-Solida dan Likuida. Berguna, mahal, dan yang jelas Jungkook akan senang hati menerimanya."

"Saran pertama hyung memang lumayan membantu, tapi tidak dengan saran kedua. Mana ada orang yang mau bersusah payah membawa seri Martindale dan kawan-kawannya saat kencan pertama ?!" Hoseok tertawa keras saat Taehyung menatapnya dengan kesal.

"Yah, itu kan hanya saran. Mau kau ikuti atau tidak kan terserah padamu," ponsel Taehyung dikembalikan dengan cara dilempar tepat sasaran, "Sudah, tidur saja. Siapa tahu kau mendapatkan petunjuk lewat mimpi."

Taehyung tidak menjawab, ia membiarkan Hoseok kembali menekuni pekerjaannya. Ponselnya sudah berhenti berdenting dan ia letakkan di atas meja belajarnya, matanya sudah terlalu berat, tubuhnya juga letih bukan main karena jadwal padatnya hari ini. Ia sudah menarik selimutnya sendiri sampai batas dagu, bersiap untuk tidur, dan berpesan pada Hoseok, "Hyung, ingat. Jangan lupa makan, aku tidak sudi jika besok pagi menemukan mayatmu di depan laptop."

"Ya, terserahlah. Ku doakan kencanmu tidak sukses jika menginginkan aku mati cepat."


Hari ini Taehyung sengaja bangun pagi-pagi sekali, hampir saja membuat Hoseok terbangun karena kakinya tidak sengaja menendang tempat sampah di dekat pintu kamar mereka, lalu langsung melesat pergi mandi saat jam dinding di atas televisi menunjukkan pukul enam pagi. Dan Seokjin—kekasih Namjoon—sudah sibuk dengan peralatan memasaknya saat Taehyung selesai mandi. Bukan hal aneh jika Seokjin sudah berdiri di depan konter dapur rumah mereka saat Taehyung selesai mandi dan mengambil segelas air dari dalam lemari es. Namjoon pasti melanjutkan tidurnya setelah dengan selamat membawa Seokjin ke rumah mereka untuk tugas membuat sarapan. Kebetulan, hari ini Seokjin kebagian shift malam, jadi Namjoon bebas menculiknya dari rumah sakit. Seokjin sudah terbiasa mengurus soal asupan gizi tiga pemuda dengan porsi makan besar, tapi nol dalam hal membuat makanan dan lebih parahnya lagi, mereka seringkali terlalu malas pergi membeli atau telepon jasa pengiriman makanan.

"Hai Seokjin-hyung…" Taehyung berdiri di samping Seokjin yang sedang memotong lettuce menjadi lembaran tipis.

"Hai, Taehyung… Keberatan sarapan sandwich tuna pagi ini ? Kulkas kalian hampir kosong, belum sempat belanja bulanan ya ? Giliran siapa bulan ini ?"

Mereka memang punya jadwal khusus untuk berbelanja bulanan secara bergantian sejak memutuskan untuk menyewa sebuah rumah untuk dihuni bertiga. Khusus untuk daftar simpanan makanan, Seokjin yang membuat dengan alasan demi kesehatan mereka. Tidak boleh ada soju, bir, atau kaleng soda lebih dari lima untuk satu orang dalam sebulan. Buah dan sayuran wajib ada, dan Seokjin juga masih mentolelir kopi dalam daftar belanja. Anggaran belanja mereka tanggung bersama. Atas inisiatif Namjoon, ada kaleng bekas biskuit di samping rak piring untuk menyimpan sisa uang jajan mereka setiap harinya untuk belanja bulanan dan ditambah uang jatah yang dikirim dari orang tua mereka setiap bulannya.

"Ng, giliran Hoseok-hyung sih…yah, hyung tahu sendiri skripsinya luar biasa membuat sakit kepala."

"Iya juga, makanya aku selalu menambahkan porsi ekstra tiap mengirimkan makanan untuk kalian. Orang yang sedang sibuk mengerjakan skripsi seperti Namjoon dan Hoseok bisa mati kelaparan kapan saja karena terlalu fokus. Nanti kalau sempat, aku saja dan Namjoon yang pergi belanja." Taehyung hanya mengangguk mengiyakan. Matanya mengamati campuran tuna, mayonais, dan jagung manis yang sedang di aduk Seokjin dalam sebuah mangkuk besar.

"Hyung…" Taehyung berinisiatif membuka kembali percakapan dengan Seokjin. Tangan terampil Seokjin sudah berhenti mengaduk dan berpindah untuk memotong roti tawar menjadi dua bagian dengan bentuk segitiga yang rapi.

"Ya ?"

"Mhm, boleh tahu kencan pertama hyung ? Aku butuh sedikit saran supaya ia terkesan nanti." Seokjin meletakkan pisaunya dan menatap Taehyung dengan kilat jenaka yang hangat di matanya.

"Oh, apakah uri Taehyungie sengaja bangun pagi hari ini untuk pergi kencan ?!"

Taehyung hanya tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal, "Yah, bisa dibilang begitu sih…" Seokjin mengulum senyum, kemudian mengelap telapak tangannya dengan kasual pada bagian depan apronnya.

"Tidak ada yang istimewa, Namjoon memaksaku untuk meninggalkan stan makanan kecil kelas dan mengajak berkeliling mencari gula kapas warna merah muda di festival musim semi saat kami masih sekolah menengah." Mata Taehyung menangkap semburat warna merah muda tipis terpoles di pipi putih Seokjin. Ah, pasti hyung-nya yang satu ini bahagia sekali mengingat kencan pertamanya.

"Kau hanya perlu membuatnya nyaman dengan sikapmu yang apa adanya, Taehyung-ah. Seperti Namjoon dulu, ia hanya bersikap spontan dan berani untuk kencan pertama. Tanpa rencana super romantis seperti pada drama, tanpa modal yang besar, tapi justru itu nilai plus-nya. Be yourself, Taehyung." Seokjin menepuk pelan pundak Taehyung, meyakinkan pemuda yang lebih muda darinya itu bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan. Taehyung menggigit pelan bagian dalam pipinya, memikirkan saran Seokjin yang terdengar sederhana tetapi sangat berguna baginya.

"Jangan lupa, kenalkan pada kami jika kencanmu berhasil," Taehyung mengangguk dengan bonus cengiran khasnya tanda setuju dengan permintaan Seokjin.

"Kau janjian jam berapa ? Siap-siap saja sana ! Kau harus terlihat dua kali lebih tampan di hari ini." Seokjin mendorong pelan punggung Taehyung supaya ia segera berlalu dari dapur.

"Oke-oke…aku akan bersiap sekarang, dan sepertinya akan sedikit terlambat jika aku harus sarapan terlebih dahulu." Taehyung meletakkan gelas bekas air minumnya di tempat cucian piring.

"Mau ku kemaskan beberapa sandwich ? Dengan jus jeruk, mungkin ?" tawaran Seokjin mendapat tanda setuju dari Taehyung sebelum menghilang di balik pintu kamarnya.


Taehyung berdiri dengan santai di jalur subway, menunggu Jungkook dengan jantung berdetak lebih cepat. Hari ini, Taehyung memutuskan untuk mengenakan kemeja denimnya yang digulung sampai siku, celana pendek berwarna khaki, sepatu kets, dan jam tangan keberuntungan—hadiah ulang tahun dari Ayahnya. Di tangannya ada paper bag berisi dua buah sandwich tuna dan jus jeruk buatan Seokjin, sedangkan punggungnya menyandang ransel berukuran sedang berisi kamera. Mengabadikan beberapa potret objek menarik seperti Jungkook terdengar seperti ide yang bagus bagi Taehyung.

"Taehyung-sunbae !" Taehyung menoleh, dan mendapati Jungkook dalam balutan kaus polo putihnya dan sebuah senyum semanis sirup gula.

"Maaf, aku terlambat sunbae." Jungkook tersenyum canggung dan dibalas Taehyung dengan gelengan pelan serta segaris senyum, "Hyung saja, Jungkook-ah. Kita sedang di luar kegiatan kuliah omong-omong."

"Ah, ya…sun—ups, hyung maksudku…" Taehyung tersenyum lagi, dalam hati menjerit bahagia melihat betapa imutnya Jungkook.

"Subway-nya akan datang lima menit lagi, sudah sarapan ?" Jungkook menggeleng pelan.

"Kita bisa sarapan sandwich tuna nanti," Taehyung menggoyang pelan paper bag dalam genggamannya dan mengundang satu senyuman lagi dari bibir merekah Jungkook.

"Kelihatannya ide yang cukup bagus, hyung. Oh ya, memang hari ini kita akan kemana ?"

Taehyung tersenyum penuh arti, "Pernah ke Yangjae ?"

"Belum…"

"Ku tunjukkan sesuatu yang menarik nanti."

Tidak ada yang hal istimewa selama mereka menempuh perjalan singkat menggunakan subway menuju Yangjae. Tidak ada bahu yang saling bersentuhan karena jarak yang terlalu dekat, apalagi jemari yang saling menggenggam hangat. Mereka hanya mengobrol ringan, bercerita banyak topik sebanyak yang ingin mereka gali satu sama lain. Terkadang mereka tertawa ringan saat Taehyung bercerita soal dosen mereka yang kelewat killer atau Jungkook yang bercerita dengan antusias soal nilai terbaiknya di kelas Farmasi Fisika. Mereka tampak seperti kebanyakan mahasiswa yang sedang menikmati hari liburnya dengan agenda jalan-jalan. Tangan mereka hanya terisi sandwich tuna buatan Seokjin setelah turun dari subway dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki sejauh dua ratus meter dari stasiun.

"Wah ! Jadi Yangjae itu pasar bunga, hyung ?! Besar sekali !" pekikan antusian Jungkook otomatis membuat Taehyung tertawa pelan. Dalam hatinya, Taehyung berjanji akan membawa Jungkook lebih sering mengunjungi tempat-tempat lain yang tak kalah menakjubkan di Seoul, jika imbalannya wajah bahagia Jungkook.

"Suka ?" Jungkook mengangguk cepat, membuat helaian ravennya bergerak lembut mengikuti gerakannya. Sedangkan Taehyung tidak bisa menahan diri untuk mengusapnya lembut.

"Tunggu sampai kita sampai di dalam dan membuatmu tidak akan mau pulang." Jungkook tertegun, senyum Taehyung terlukis sekali lagi dan ia membiarkan pergelangan tangannya di genggam lembut oleh Taehyung untuk mengikuti langkahnya. Setelah usapan di kepala, lalu sekarang genggaman lembut di pergelangan tangannya ? Ah, sampai kapan Taehyung berhenti membuatnya berdebar dalam waktu singkat ?

"Mereka punya banyak jenis bunga, tidak hanya yang lokal. Kau bisa menemukan yang impor dengan harga yang murah disini. Lilin aroma terapi dengan wangi bunga favoritmu juga—oh, maaf !" Taehyung melepas genggamannya dengan cepat, lalu memandang Jungkook dengan senyum canggung.

"Maaf, apa aku membuatmu tidak nyaman ?" Taehyung boleh saja populer, tapi soal pengalaman kencan romantis dan berkesan, ini pertama kalinya. Syukurlah, Jungkook menggeleng pelan, dan cukup untuk menghapus rasa khawatir Taehyung yang berlebihan.

"Um, tidak apa-apa hyung. A-aku hanya kaget saja tadi,"

"Kau bisa bilang padaku jika tidak nyaman, oke ?" Jungkook mengangguk kembali, kemudian memilih untuk berjalan disisi Taehyung, menikmati semerbak berbagai macam wangi bunga dan wangi samar aroma ginger-mint dari Taehyung yang tercium dari jarak sedekat angin dan memenuhi paru-parunya dengan cara yang menyenangkan.

. . .

Entah salah atau benar, ketika Taehyung mengantar Jungkook sampai depan gedung apartemennya, tepat saat matahari mulai beranjak perlahan dan meninggalkan semburat jingga melukis senja. Taehyung jadi merasa seperti seorang gentleman. Padahal, Jungkook punya ilmu bela diri yang mumpuni ketimbang dirinya yang malas olahraga. Tapi nyatanya, Taehyung berdiri canggung tepat di depan Jungkook. Mengantarnya dengan selamat meskipun ia harus melewati rute menuju rumah sewanya.

"Uhm, terima kasih ?" Nada tanya dengan ekspresi kebingungan Jungkook lagi-lagi memancing tawa Taehyung yang kesekian kalinya hari ini.

"Untuk ?"

"Semuanya. Mulai sandwich tuna di pagi hari, sampai bunga impor dari Italia. Ah, untuk cake dan latte-nya juga…" Jungkook mengerling ringan pada kedua tangannya yang penuh dengan barang.

"Mhm, ku harap kau tidak bosan pergi dan menghabiskan waktu luangmu untuk sekedar pergi bersamaku lain kali," Taehyung mengulum pelan bibirnya, "Nanti setelah sampai di rumah, akan ku kirim foto-foto dalam kameraku. Mungkin kau ingin mengunggah beberapa ke instagram."

"Ya, aku juga akan mengirim foto hasil rangkaian bunga ini," Keduanya saling melempar senyum hangat, meskipun atmosfer canggung masih enggan beranjak meninggalkan mereka berdua.

"Ah, ya—aku punya bingkisan untukmu. Uh, ku harap kau membukanya nanti saat sedang sendiri di kamarmu, atau—yah, jika waktumu senggang." Taehyung membuka ranselnya dengan cepat, kemudian menyerahkan sesuatu yang dibungkus kertas kado dengan rapi.

"Terima kasih sekali lagi, hyung…"

"Oke, sepertinya kau harus segera masuk. Mungkin kakak sepupumu sudah menunggumu pulang,"

"Well, take care…" Taehyung melambai ringan sesaat sebelum tubuhnya berbalik, meninggalkan Jungkook dengan jantung yang masih berdebar dan rona samar merah muda di pipinya.


Mungkin, hari ini adalah hari dimana Jungkook pertama kalinya mandi kilat dan menolak satu kotak ayam goreng tepung gratis dari Mingyu yang datang berkunjung ke apartemennya hari ini. Jungkook juga menghiraukan kakak sepupunya yang menyuruhnya makan malam terlebih dahulu. Jungkook hanya ingin segera membuka bingkisan sederhana Taehyung yang dibungkus kertas kado berwarna pastel. Jadi, sekarang Jungkook duduk di atas tempat tidurnya, memeluk bantalnya erat-erat, serta menghiraukan tetesan air dari helaian ravennya. Jungkook merasakan jantung berdebar dan tangan gemetaran seperti pasien Parkinson. Jemarinya dengan cepat merobek kertas pembungkusnya, dan menemukan sebuah buku di dalamnya. Ya, sebuah buku. Dengan warna biru yang dominan, dan tulisan besar "Biofarmasi dan Farmakokinetika Terapan". Jungkook tertawa pelan, saat menyadari buku tersebut tidak baru, ada nama Taehyung dalam hangul berantakan dan tertempel dengan kertas label pada covernya. Jungkook juga menemukan beberapa post-it warna-warni yang menjadi menanda pada setiap bab. Perhatian Jungkook kemudian terpusat pada selembar kertas HVS yang terselip diantara lembaran-lembaran buku.

"Surat izin ? Atau hitungan soal ?" Jungkook menggumam, kemudian memutuskan untuk membuka lipatan kertas.

'Dear, Jeon Jungkook.

Kupikir ini menggelikan, serius. Kau boleh membuangnya segera setelah menemukan kertas ini dan mual tiba-tiba dengan tulisan dear di awal—'

Alih-alih tertawa keras, ataupun mual mendadak, Jungkook malah tertegun, antara percaya tidak percaya menemukan sebuah surat dengan tulisan tangan Taehyung.

'—tapi ku harap, kau mau dengan ikhlas dan menahan rasa mualmu untuk membaca ini sampai selesai.

Pertama, mungkin aku perlu memberitahumu soal buku yang sekarang ada di hadapanmu. Kau wajib mempunyainya jika tidak ingin diusir pada kelas Profesor Ahn pada semester depan.

Jadi, ku pikir, catatan kecilku dan bukunya bermanfaat bagimu. Setidaknya aku tidak menuruti nasehat Hoseok-hyung untuk memberikan satu set Martindale. Ku jamin, kau tidak akan kuat membawanya.'

Tawa ringan Jungkook lolos begitu saja saat menyadari bahwa 'surat-cinta-Taehyung' terasa sangat konyol dan jauh dari kata romantis meskipun ada kata 'dear' diawal.

'Jungkook-ah, lembaran ini terselip pada bab perjalanan obat secara oral pada tubuh manusia. Jika pertemuan denganmu bisa aku umpamakan, mungkin aku akan memilih akan seperti tablet. Ya, tablet. Tablet yang awalnya akan terdisintegrasi—terpecah menjadi beberapa molekul yang lebih kecil untuk bisa di absorpsi, terdistribusi, kemudian baru bisa menuju organ target dan menyembuhkan rasa sakit seseorang, meski pada akhirnya akan terbuang dari tubuhmu lewat proses eliminasi. Tapi, pada akhir perjalananku, aku sama sekali tidak ingin seperti setiap tablet itu. Aku tidak ingin tereliminasi dari hidupmu,'

"Apa-apaan ini," Jungkook menggerutu pelan, sadar benar jika paragraf yang baru saja ia baca adalah paragraf dengan unsur romantis yang menggelikan. Jungkook hanya tidak sadar saat ini pipi putihnya seperti disepuh warna cherry blossom yang cantik.

'Jadi, Jeon Jungkook…would you be mine ? -Kim Taehyung.'

"Ah, mwoyaa—" kertas HVS berisi ungkapan hati terdalam Kim Taehyung terlempar begitu saja dari genggaman Jungkook, sedangkan yang bersangkutan membenamkan wajahnya pada bantal dalam dekapannya.

'p.s : Line dan semua jenis aplikasi pesanku aktif untuk menunggu jawaban pertanyaanku.'


Semalam, Taehyung sulit tidur. Insomnia mendadak karena menunggu jawaban Jungkook. Pesan berisi puluhan foto yang dikirim Taehyung semalam, sama sekali tidak ada respon dari Jungkook. Membuat Taehyung cemas dengan segala asumsi dalam otaknya. Jadi, pagi ini ia duduk di meja makan dengan wajah seperti zombie—mati enggan, hidup pun segan. Ia hanya mengaduk tanpa selera sup ikan pedas buatan Seokjin dan sebelah tangannya memegang erat ponsel yang terus siaga.

"Apa kencannya gagal kemarin ?" Seokjin berbisik pelan kepada Hoseok, dan dijawab dengan gelengan pelan arti tidak tahu. Seokjin juga memperoleh jawaban yang sama saat ia melemparkan pandangan bertanya kepada Namjoon. Seokjin melempar tatapan prihatin ke arah Taehyung yang masih linglung dan masih tidak menyuapkan makanan buatannya ke dalam mulut.

"Taehyung, setidaknya kau—" ucapan Seokjin mendadak terhenti saat mendengar bunyi notifikasi pesan dari ponsel Taehyung. Taehyung meletakkan sendoknya, lalu dengan cepat membuka pesan pada ponselnya dengan jantung berdebar, sama seperti tiga orang lainnya yang serentak menghentikan kegiatan sarapan mereka.

Jeon Jungkook-ie

08.45 a.m

Maaf..aku baru saja bangun, hyung.

Semalam aku membuat ini~

Jadi lupa membalas pesanmu.

[Jeon Jungkook-ie sent a picture]

Sudah ku jawab ya, pertanyaanmu. Hehe ^^

"TERIMA KASIH TUHAN ! SEOKJIN-HYUNG TIDAK USAH MEMASAK MAKAN SIANG HARI INI ! HUBUNGI JIMIN, KU TRAKTIR KALIAN MAKAN HARI INI !" Seokjin dan Namjoon mendadak terdiam saat Taehyung berdiri dari tempat duduknya, lalu berlari untuk mengintari meja makan seperti Lee Dong-gook sebagai bentuk selebrasinya. Sedangkan Hoseok memilih melanjutkan sarapannya yang tertunda.

"Ah, jadi kencannya berbuah manis—Hoseok, kapan mau seperti Taehyung ?" Hoseok tersedak kuah sup ikannya sendiri saat Namjoon bertanya dengan nada tanpa dosa.

"Nanti, saat Yoongi-sunbae sudah lebih tinggi dari Jungkook."


*FIN*

a/n : ini apa ? ngga tau ._. ini gaje. Serius deh. Aku kehilangan sense fluff setelah sekian lama, bawaannya pengen yang angst terus TT_TT

I have some NamJin and MinYoon for this series :3 Minat ?

Terima kasih buat semua yang sudah mendukung Chemical React, semua review/follower/favorite :3. Yaudah, sekarang review lagi, mau ? ^^