Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers.

Warning : Humor garing, jgn timpuk.

Ame to ai's note: Drabbles ini ngeganggu otak saat nulis Paramour chapter 7. Yup, fic ini dah diketik lama bgt dan baru di posting skrg. Btw, akan ada hal-hal konyol yang dikakukan Inuyasha dan Sesshoumaru berkaitan dengan adat para Inu. Drabbles ini bakalan di-update setiap ada ide tapi akan ditandai complete. I hope you'd enjoy it.


Inuyasha duduk bersila, memejamkan mata, kedua tangannya bersedekap di dada. Jari telunjuk dan tengahnya yang tidak bisa diam bergantian mengetuk-ngetuk pegangan Tetsusaiga dengan gerakan cepat. Sang hanyou sedang meradang, si brengsek Sesshoumaru yang kini bergabung dengan rombongan mereka mulai menampakkan tanda-tanda ketertarikannya pada Kagome.

Dan kejengkelannya itu semakin diperparah dengan kedatangan satu youkai bermulut besar dengan nyali kecil yang selalu berusaha terlihat lebih baik darinya. Serigala kurus itu baru saja menjejakkan kaki diantara mereka tapi emosi hanyou itu sudah meletup-letup, laki-laki itu terus saja mencari cara mendekati Kagome. Dan yang paling dibencinya adalah ookami itu tanpa malu selalu berusaha menggenggam tangan gadisnya.

Kedua telinga berbentuk segitiga itu berkedut-kedut saat suara Kagome terdengar lembut ketika ia menyebut nama serigala sial itu. Urat-urat di pelipis Inuyasha menonjol dari kulitnya saat gadis masa depan itu dan Kouga berbincang-bincang sejenak. Miko muda itu memberikan keramahan yang tidak layak ookami keparat itu dapatkan.

Hidung Inuyasha mengernyit jijik karena mual, dengan sangat jelas ia dapat mencium bau kebangkitan dari mereka setiap kali mereka mendekati Kagomenya. Iya, mereka. Umur dewasa yang dicapai Sesshoumaru dan Kouga, berpadu dengan harum Kagome memperburuk semuanya.

Memang, bukan salah gadis itu jika ia memiliki bau yang berbeda dengan manusia kebanyakan. Dan bukan pula salah ookami pengecut dan inu youkai brengsek itu yang tertarik. Kagome bagai bunga yang baru merekah. Harumnya menggiurkan setiap kumbang pejantan bedebah, termasuk dirinya. Sayangnya gadis itu terlalu polos untuk menangkap hal-hal seperti itu, sikap ambigunya pada setiap pria hanya memperburuk keadaan.

Inuyasha tahu pasti bahwa dibalik sifatnya yang terlihat bersahabat, Kouga adalah youkai yang sedang dalam masa primalnya sebagai pejantan, sama halnya dengan Sesshoumaru. Dalam kata lain, tanpa Kagome sadari ia berhadapan dengan dua youkai cabul yang siap menerkamnya kapan saja.

Lagi, bau yang tercium dari Kouga itu kini semakin kuat. Inuyasha sudah teramat muak. Dengan tiba-tiba ia menepis tangan Kouga yang bertautan dengan tangan gadis itu. Tanpa mengeluarkan satu patah katapun Inuyasha menggendong Kagome, gadis yang terkejut itu hanya dapat terkesiap dan berpegangan erat di bagian depan haori sahabat hanyounya itu.

Umpatan Kouga, pertanyaan teman-temannya teracuhkan, Inuyasha terus melompat dari satu dahan ke dahan yang lain dengan Kagome yang berada di depan dadanya.

"Inuyasha, kau mau bawa aku kemana?"

"Diamlah!"

"Turunkan aku sekarang juga! Inuyasha?!"

"Kaulah yang akan terluka bila kau ucapkan kata itu," ancamnya.

Tentu saja Kagome mengerti, mengucapkan 'osuwari' di ketinggian beberapa kaki dari tanah dengan kecepatan yang ditempuh Inuyasha sama saja membunuh dirinya sendiri tapi tidak dengan hanyou itu. Bila laki-laki bersurai silver itu menggendong di punggung seperti biasa pun ia tidak berani apalagi bila Inuyasha menggendongnya dengan cara pengantin seperti saat itu.

Setelah beberapa lama, Inuyasha berhenti, dengan hati-hati ia menurunkan Kagome. Gadis itu memeriksa sekeliling, kini mereka jauh berada di kedalaman hutan. Saat ia berbalik badan hendak bertanya tiba-tiba bibirnya diselimuti oleh milik Inuyasha. Lengan kekar Inuyasha sudah mengelilingi Kagome, ia mendekapnya sambil mendorong miko itu kebelakang, Inuyasha berhenti ketika punggung Kagome sudah membentur kulit pohon yang kasar.

Pertautan bibir itu terlalu cepat, kikuk, dan terburu-buru untuk dikatakan sebagai sebuah ciuman.

Laki-laki itu melepaskan pelukannya. Kagome dapat mendengar Inuyasha mengendus beberapa kali sebelum memberi perintah, "tetap tutup matamu Kagome!"

Suara Inuyasha yang penuh ketegasan mengurungkan niat Kagome untuk membuka matanya. Ciuman yang tiba-tiba itu sedikit mengejutkannya. Walau bukan seperti itu ciuman pertama yang ia impikan tapi tetap saja hatinya berbunga-bunga, ia merasa senang dan sangat antusias menanti ciuman yang berikutnya.

Selang beberapa waktu, tak jua ada ciuman maupun sentuhan lain dari Inuyasha. Namun Kagome masih dapat merasakan hangat pria itu di hadapannya. Ia tahu hanyou tampan itu masih ada sejengkal darinya walau yang ia dengar hanyalah bunyi gemerisik pakaian.

Tunggu, bunyi gemerisik pakaian?

Ketakutan mulai menyergapnya. Ini tidak seperti yang ia harapkan. Semuanya terlalu cepat. Ia masih terlalu muda. Meskipun ia mencintai Inuyasha dan ingin laki-laki itu menjadi yang pertama untuknya, tetap saja situasi itu membuatnya gugup. Wajahnya memerah membayangkan apa yang pernah diceritakan oleh ketiga temannya di era modern. Darah bisa saja mengalir kapan saja dari hidungnya kala mengkhayalkan apa yang akan ia lakukan dengan Inuyasha.

Tapi ketakutannya tak terjadi.

Imajinasi indah namun mengerikan pun tak menjadi nyata.

Alih-alih mendapatkan sentuhan yang membuat melayang ia malah mendapatkan kesialan.

'What the..'

Pahanya basah, cairan itu mengalir deras ke betis, lalu membasahi kaos kaki dan sepatunya sebelum tergenang di tanah. Air seni kekuningan itu tentu saja tak diragukan lagi milik sahabatnya.

Pandangannya beralih dari kejantanan milik Inuyasha yang berada diantara kedua pahanya, hanyou yang ada dihadapannya masih terpejam dengan wajah penuh kelegaan yang khas pejantan terbrengsek yang pernah ada.

Benaknya mengutuk dan mengumpat. Semua bentuk kata cacian yang berada di dalam kamusnya telah keluar. Kagome menghitung satu sampai sepuluh dalam hati, percuma, amarah tak juga reda.

Ia bukanlah fire hydrant di pinggir jalan.

Ia bukan benda untuk yang begitu saja dapat dimiliki dan ditandai!

Angkara murka merajainya. Hujan meteor tak lebih dahsyat bila dibandingkan kemarahan Kagome, teriakan gadis itu menggema di setiap sudut hutan.

"INUYASHAAAAAA!"

Netra emas itu terbuka sesaat sebelum terbenam di kulit bumi.

"OSUWARI!"


End notes: Gimana? Yaiks bgt kan XD

P.s. Paramour chapter 10 on working.

For all reader, minna saiko arigatou^^.