The story of us

.

Present by Wonujeon

.

Kim Mingyu

Jeon Wonu

.

Mature

.

Chapter

.

Ini bukan sequel. Tapi drama diantara Wonu dan Mingyu. Mature untuk sexual content. Tapi tidak untuk semua chapter, terutama dichapter ini. Dan dichapter ini aku cuma menjelaskan sedikit bagaimana Mingyu dan Wonu dikehidupannya.

Dan aku buat ini karena geram buat lanjutin masalalunya Kim Mingyu. Dan semakin geram kalau tidak dilimpahkan dengan readers tercintah yang sudah review. Loveyou, gals! Muah!

.

Disclaimer-nya saya seperti biasa. Cerita milik saya. Mingyu Wonwoo milik saya juga. Jan marah. Muah!

.

Enjoy.

.


.

Korea National University.

Universitas besar Korea selatan. Menampung banyak mahasiswa-siswi didalamnya. Dan diantaranya adalah siswa unggulan seperti Kim Mingyu.

Laki-laki bernama Mingyu kini tengah membawa beberapa buku tebal ditangannya. Bahan untuk menyelesaikan tugasnya. Beberapa mahasiswa yang didepannya mendadak menyingkir ketika Mingyu melewatinya.

Yash. Tentu saja. Siapa sih yang mau berdekatan dengan si nerd, freak, dan kutu buku seperti Mingyu.

Beberapa pujian yang pastinya sering didengar olehnya. Seperti; Dia tinggi, sayangnya freak.

Itu saja contohnya.

Tapi tinggi itu sama sekali tidak peduli dengan mulut-mulut besar orang-orang yang membicarakan. Ia lebih memilih diam dan lulus dengan IP yang baik. Itu saja.

Dan saat ini, ia mengerjakan tugasnya sendiri yang sebenarnya adalah tugas kelompok. Tapi ia menghapus namanya dari kelompok dan meminta bahan tugasnya sendiri.

Bukan tanpa alasan ia lakukan itu.

Mingyu itu cuma cari aman. Daripada ia mempunyai kelompok tapi yang mengerjakan dia sendiri dan teman sekelompoknya mendapatkan nilai yang sama dengannya? Tidak. Terimakasih.

Walaupun ia itu freak dan nerd, tidak ada orang yang mau membully-nya karena seseorang.

Ya. Seseorang.

Jeon Wonu.

Saudara tirinya.

.


.

Wonu menggeser bangkunya kebelakang. Gadis itu merenggangkan tangannya dan meliukkan tubuhnya seperti Cheetah. Gadis itu lelah.

Entah apa yang dilelahkan olehnya. Song saem baru saja meninggalkan kelas. Dan saat itu ia terbangun dari tidurnya. Gadis itu tertidur selama kelas berlangsung.

Tidak ada yang mau menegurnya. Karena dia itu terlalu nakal. Terlalu menyebalkan. Pembangkang.

Tapi, Wonu bukanlah orang yang bodoh. Walaupun dia suka tertidur saat kelas berlangsung, ia tidak pernah mendapat nilai yang rendah. Dia termasuk siswi dengan peringkat tinggi.

Hanya dengan melihat catatan teman rajinnya, maka ia akan dengan mudah menyelesaikan soal-soal yang tidak begitu susah menurutnya.

Kembali pada keadaan si gadis bernama Wonu.

"Wanita genit itu sudah keluar?" Wonu bertanya entah pada siapa. Gadis itu melirik keseluruh penjuru kelas mencari seseorang.

"Dia sudah pergi." Gadis munyil yang duduk disamping kanan Wonu menjawab pertanyaan Wonu.

"Kelas selesai dari tadi, Ji?" Tanya Wonu sambil membereskan buku yang dijadikannya alas untuk tidur.

"Baru. Kau bangun dia keluar." Jihoon. Gadis munyil itu bernama Jihoon. "Dia berulah. Masa Soonyoung disosornya. Ih." Gadis munyil menghempaskan tas selempangnya kemeja. Alih-alih mengomel, gadis munyil itu memasukkan buku-bukunya.

"Disosor gimana?"

"Wanita genit itu. Sudah tua juga, masih aja yang muda di sosor. Mana si Soonyoung sialan itu keenakan."

Oh. Tua. Muda. Tua dan muda.

"Aku tidak keenakan, Ji. Dia itu pasti sudah lembek, tidak rapat seperti milikmu." Si Soonyoung. Entah darimana datang makhluk yang satu itu.

"Soonyoung. Mulutmu! Malu sama Wonu." Jihoon memukul keras kepala Soonyoung dan membuat Soonyoung mengaduh kencang. Lalu akhirnya terkekeh.

Wonu memandang datar pada pasangan yang sama-sama punya mata kekurangan kelopak, alias sipit itu. Wonu terus dianggap anak kecil oleh mereka.

Dan Wonu hanya menggelengkan kepalanya

.


.

Semua penghuni Universitas sibuk dengan urusannya masing-masing.

Dibawah pohon rindang terdapat seorang laki-laki tengah menulis dibuku tebal. Itu Mingyu. Ia tengah menyelesaikan tugasnya.

"Mingyu-ya.."

Mingyu menoleh. Seorang gadis tinggi berdiri tidak jauh dari hadapannya. Kalau Mingyu tidak salah, nama gadis itu Minkyung. Anak fakultas hukum di universitas ini. Bukan karena Mingyu naksir dia. Tapi Minkyung itu terkenal dengan kepintarannya dalam dunia hukum.

"Ya, Minkyung?"

"Uhm. Ini. Aku bawakan roti untukmu. Ini susunya. Kau dari tadi terlihat sangat serius." Gadis itu berjalan mendekat dan menyerahkan kotak bekal berwarna kuning dan susu.

Mingyu ragu-ragu menerimanya. "Untukku?"

Minkyung mengangguk.

"Tidak salah?"

Minkyung menggeleng.

Mingyu meraih roti dan susu dari tangan Minkyung. Dan gadis itu tersenyum.

"Uhm. Boleh aku duduk disini?" Minkyung menunjuk ruang didepan Mingyu.

"Oh. Silahkan." Laki-laki tinggi itu mengangguk sambil mengambil menggeser tas dari hadapannya. Dan gadis itu duduk dihadapan Mingyu.

"Lagi buat apa?" Gadis itu melirik buku-buku tebal disekitaran Mingyu.

"Tugas."

"Ooh.."

Setelah itu keduanya diam. Mingyu sibuk dengan tugasnya. Dan Minkyung sibuk memandangi Mingyu.

Mingyu sadar ia diperhatikan oleh Minkyung. Tapi ia tidak peduli. Lebih tepatnya, berusaha tidak peduli. Sebenarnya ia risih berdekatan dengan orang lain seperti ini. Dia sudah terbiasa sendiri.

"Makanlah dulu Mingyu. Nanti lanjut lagi.." Gadis itu berusaha mencuri perhatian Mingyu.

Silaki-laki menurut. Ia meletakkan buku yang ada dipangkuannya kesamping. Lalu membuka kotak bekal pemberian Minkyung.

Swiss cake roll.

"Ini kamu yang buat?" Mingyu bertanya sambil memperlihat roti gulung itu pada Minkyung. Gadis itu mengangguk. "Serius?"

Gadis itu mengangguk lagi. "Serius. Aku buat pagi ini. Uhm. Khusus untukmu." Gadis itu menunduk malu.

Mingyu melotot.

Ia sudah sulit menutup jati dirinya yang sesungguhnya. Menimbun ketampanannya dibalik kaca mata burung hantu dan buku-buku tebal. Berpenampilan kuno agar tidak ada orang yang mendekatinya. Intinya, dia sudah sulit menutup diri. Dan gadis ini barusan berkata seakan-akan bahwa ia mendekati Mingyu dengan menggunakan Swiss cake roll ini.

"Kenapa?"

Simple.

"Maaf?"

"Kenapa membuatkan ini untukku?" Tanya Mingyu sambil membenarkan kaca matanya yang turun.

"Ingin saja.."

Ingin Mingyu bertanya lebih lanjut, tapi ia pendam. Tak baik terlalu banyak bicara.

"Ini.." Mingyu menyodorkan kotak bekal itu pada Minkyung. "Kamu harus makan juga."

Gadis itu mengangguk. Dan mengambil sepotong cake roll itu.

Tanpa keduanya sadari bahwa dua pasang mata menatap keduanya tajam.

Tatapan tidak suka.

Tatapan benci.

Dan.

Cemburu.

.


To Be Continued..


Well. Gue sebenarnya gayakin ngepost Cuma segini. Dan gue kurang yakin lo pada pasti gabakalan penasaran.

But, I don't care. Karena selama myimagine tersalurkan dan tidak tersendat, gue bakal bikin mumet para readers dengan drama yang bakal gue buat.

Bagi yang belum mudeng sama bagian ini, silahkan cek my story. Silahkan baca fanfic Low libido? terlebih dahulu. trims.

Inget. Dua pasang mata. Bukan S-E-P-A-S-A-N-G.

Kritik dan sarannya, juseyoooo~~

See you next chapter!

Bye.