"Bagaikan langit dan bumi, diriku memang tak pantas bersama mu. Tapi, bukankah sebagai seorang pendamping seharusnya kamu membantuku untuk setidaknya sedikit saja lebih pantas bersamamu?" – Jongin

"Ibu aku ingin Selai nya lagi."

Sehun menatap sang ibu dengan raut wajah kesal, dirinya meminta selai tapi sang ibu mengabaikan nya dan malah sibuk memakan Roti panggang miliknya sendiri.

"Ibu,aku bilang-"

"Kamu sudah punya istri kan? Suruh istrimu, mengapa ibu? Berhenti merengek padaku, Sehun." Chanyeol melotot kearah Sehun yang balas memandangnya datar. "Jongin ambilkan selai lagi untuk Sehun." Jongin mengambil Selai Stroberi didekatnya.

Bangkit berdiri dan melangkah mendekati Sehun, namun terhenti saat telapak tangan Sehun menghentikannya. "Tidak usah, aku sudah kenyang." Ucapnya datar.

Jongin tersenyum miris, Chanyeol menatap Sehun tidak percaya.

"Bagaimana bisa dirimu bersikap seperti itu pada Istri yang baru kau nikahi beberapa hari yang lalu, Oh Sehun?"

Sehun melirik Baekhyun yang asyik makan roti panggang bersama Kyungsoo yang diam-diam memperhatikannya. "Bisa lebih cepat, Baek? Kita terlambat." Baekhyun mengangguk patuh.

Lisa memutar kedua bola matanya malas, kejadian seperti itu sering terjadi semenjak kakak-kakak nya menikah. "Ayah, cepat! Aku ingin ke kampus." Rengek Lisa pada Yifan yang sedang menikmati secangkir Kopi.

"Ah, berangkatlah seorang diri. Kau sudah dewasa, jangan manja." Keluh Yifan, Baekhyun tertawa senang melihat Ekspresi Cemberut sang Adik.

"Dengarkan Bayi besar, sana berangkat sendiri." Lisa mengambil Garpu, ingin melemparnya kearah Baekhyun namun terhenti saat melihat pelototan sang Ibu.

"Nah, Kyungsoo." Kyungsoo menoleh saat Baekhyun memanggil namanya. "Aku akan pergi kekantor bersama Sehun Hyung, kau baik-baiklah dirumah dan jadilah menantu yang baik dan penurut untuk Ibu ku yang cantik ini." Chanyeol tersenyum lembut melihat interaksi Baekhyun dan Kyungsoo.

"Tentu." Kyungsoo mengangguk kecil, wajahnya memerah malu dan senyumnya berubah kaku saat sang Suami mengecup Keningnya sayang. "Hati-hati dijalan, Baekhyun." Ucapnya lembut yang dibalas anggukan.

Jongin menunduk mencoba menghindari pemandangan mesra dihadapan matanya, ekor matanya melirik Sehun yang sudah berdiri dan menenteng Jas kerjanya. "Ibu aku berangkat." Pamit Sehun pada sang Ibu, dirinya mencium pipi Ibu nya sayang.

"Hati-hati dijalan, sayang." Chanyeol mengelus pipi Sehun dan Baekhyun bergantian saat kedua anaknya mencium Pipinya.

"Ayah, kami duluan ke kantor." Ucap Sehun pada sang Ayah yang hanya berdehem saja.

"Sehun." Chanyeol menghentikan langkah Kaki Sehun yang ingin meninggalkan ruang makan. "Pamit kepada Jongin." Perintahnya.

"Haruskah?" Sehun bertanya santai dan dengan nada datar.

Jongin semakin menundukkan kepalanya dalam, menyembunyikan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca dan siap pecah menghasilkan airmata. Hanya pertanyaan seperti itu saja sudah membuat dirinya seperti ditusuk ribuan jarum, bukankah sudah seharusnya seorang Suami pamit pergi bekerja kepada Istrinya? Lalu, mengapa Sehun masih bertanya? Apa dirinya tidak dianggap?. Itulah yang ada didalam pikiran Jongin saat ini.

"Sehun, jaga ucapanmu." Chanyeol memperingati, tatapan matanya dingin.

Yifan, menatap sang anak tertua tak kalah dingin.

"Ya ampun, cepat pamit dan kau bisa pergi, Sehun." Lisa berujar santai saat merasa hawa sekitarnya sudah seperti mau berperang. "Ribet sekali."

"Jongin, aku pergi." Ucap Sehun datar.

Yifan memanggil-manggil Sehun yang sudah pergi meninggalkan ruang makan, namun sang Anak malah pura-pura tidak mendengar.

Ekor mata Chanyeol memperhatikan Jongin yang terus-terusan menunduk.

"Kyungsoo, Jongin. Bereskan meja makan, Ibu ingin kekamar sebentar." Perintahnya kepada kedua menantunya.

Kyungsoo mengangguk, Jongin terdiam dan masih menunduk hingga ruang makan benar-benar Kosong karena Ayah mertua dan Lisa sudah pergi bersamaan dengan Chanyeol yang bilang ingin ke kamar.

"Jangan menangis terus-menerus, tangisan mu tidak akan membuat piring-piring dan gelas-gelas ini bersih dengan sendiri." Ucap Kyungsoo kesal, kedua tangannya sibuk mengangkat gelas-gelas dan Piring-piring dan meletakkan nya kedalan westafel.

"Kau dengar aku tidak! Cepat!"

"Ba-Baik, Hyung." Jongin mengangkat wajahnya, mengelap wajah penuh airmatanya ke lengan kemeja yang digunakan nya. "Aku yang akan mencuci piring dan kau bisa duduk."

"Bagus, memang seharusnya seperti itu." Kyungsoo berucap angkuh, lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi di meja makan. "Oh iya, habis ini buatkan aku Teh hijau." Perintah Kyungsoo dan dibalas anggukan patuh oleh Jongin.

Mencuci piring dilakukan Jongin hanya dengan memakan waktu 10 menit dan setelah merasa selesai, dirinya langsung membuatkan Teh hijau yang diinginkan Kakak tirinya.

Saat sedang membuat Teh hijau di counter dapur, tiba-tiba terdengar bunyi telepon dari ruang Tengah. Jongin ingin menghampiri namun didahului oleh Kyungsoo yang mengatakan bahwa dia saja yang mengangkat.

"Baiklah."

"Selagi aku menerima telepon, Kau harus membuatkan teh hijau yang enak untukku."

Jongin berdehem mengerti.

"Halo, Kediaman keluarga Oh." Ucap Kyungsoo dengan lancar dan dengan rasa percaya diri.

'Halo.'

Suara berat dan tegas menyapa gendang telinganya, membuat kedua bola mata milik Kyungsoo yang sudah Bulat semakin bertambah bulat.

"Se-Sehun hyung?" Ucap Kyungsoo terbata, beberapa detik menahan nafas saat tak mendengar balasan.

'Ya ini aku, apa disitu ada Ibu?' balas Sehun akhirnya, membuat nafas Kyungsoo agak lega.

"Tidak hanya ada aku, ada apa Hyung?"

'Aku sedang diperjalanan ke kantor, hari ini rapat dan aku meninggalkan berkas ku di kamar. Bisa tolong ambilkan? Suruh Ibu, supirku akan mengambilnya nanti.' Jelas Sehun

"Baik, nanti ku sampaikan."

'Aku memberi judul dimap itu, proposal pembelian saham perusahaan dan berwarna biru.'

"Baik, akan ku sampaikan judul dan warnanya juga"

'Terima kasih.'

Sambungan berakhir, Kyungsoo memandang telepon rumah ditangannya. Bibir nya menampilkan seringai lebar.

'Hari ini akan ada drama yang bagus.'

"Jongin, tadi yang menelpon adalah Sehun Hyung." Kyungsoo masuk kedalam ruang makan, menatap Jongin yang membelakangi dirinya.

Dirinya sempat melihat kedua bahu Jongin yang tersentak beberapa detik dan lalu kembali rileks. "Dia mengatakan berkas nya tertinggal didalam kamar dan dia ingin kau mengambilnya, dia bilang cepat karena supir nya sebentar lagi akan mengambil berkas itu." Kyungsoo menjelaskan.

"Sungguh?" Jongin menatap Kyungsoo polos. "Tentu saja, Map berwarna biru." Jelas Kyungsoo lagi.

"Apa ada namanya?" Tanya Jongin.

Kyungsoo menggeleng, lalu menyesap Teh hijau yang sudah selesai dibuat oleh Jongin untuknya. "Tidak tahu dan maaf aku tidak bisa membantu, aku ingin membaca majalah dikamar." Ucapnya sambil berlalu, meninggalkan Jongin yang kebingungan.

"Map berwarna biru dan Namanya saja Kyungsoo Hyung bilang tidak tahu, lalu kalau map nya banyak bagaimana?" Tanya nya seorang diri.

Kedua kakinya melangkah meninggalkan ruang makan menuju kamarnya dengan Sehun dilantai dua, lalu melangkah masuk dan mulai membuka lemari samping sofa yang didalamnya banyak sekali berkas-berkas.

"Apa aku bilang, map biru nya banyak sekali. Bagaimana ini?" Jongin menyentuh map-map berwarna biru didalam lemari berkas milik Sehun. "Apa aku kirim saja semua ke kantor Sehun, nanti disana Sehun bisa memilihnya."

"Ya, begitu saja." Keputusan Jongin final, kedua tangan kurusnya memindahkan map-map berwarna biru dari dalam lemari keatas kasur dan lalu mengangkatnya keluar Kamar.

"Nyonya." Panggil seseorang dari belakang tubuhnya.

"Ah, pak Jung. Bisa bantu aku? Ini agak berat."

Pak Jung menghampiri sang Nyonya muda, mengambil setengah berkas yang berada ditangan nya dan membawanya kebawah.

"Terima kasih." Ucap Jongin dengan senyum manis.

"Kalau boleh saya bertanya, semua berkas ini untuk apa?" Tanya pak Jung pada Jongin.

"Oh, tadi Sehun menelpon kerumah. Dia berkata berkas nya ada yang tertinggal dan aku disuruh mengambilnya." Jelas Jongin masih dengan senyuman manis.

"Sebanyak ini?"

Jongin tersenyum kecut, menatap Pak jung yang memandang banyak nya berkas sampai geleng-geleng kepala.

"Tidak, sebenarnya aku tidak tahu berkas nya yang mana. Jadi aku berpikir untuk membawa semua berkas biru ini ke kantor Sehun, agar Sehun bisa memilihnya."

"Baiklah."

"Ah, Pak Kim ini berkas Sehun." Jongin menghampiri seorang lelaki paruh baya yang berdiri di samping Mobil Mewah milik Sehun. "Ini cukup banyak dan akan sangat ribet jika dibawa semua."

"Nyonya, kenapa banyak sekali?" Tanya pak Kim heran, dirinya baru tahu kalau berkas yang dikatakan Sehun sebanyak ini.

"Aku tidak tahu berkas yang dimaksud Sehun, jadi aku mengambil semua nya." Jongin berucap lirih.

"Ah, jangan bersedih Nyonya. Saya akan mengantarkan ini semua." Hibur Pak kim, bibirnya mengembangkan senyum hangat yang mengingatkan Jongin kepada sosok Ayahnya di desa.

"Terima kasih." Jongin membungkuk Sopan kearah Pak jung dan Pak Kim, lalu melangkah masuk kedalam rumah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Iya benar seperti itu Jongin." Chanyeol tersenyum senang saat melihat Menantu pertamanya melakukan tugas nya dengan benar, mata nya lalu beralih pada Kyungsoo yang memotong-motong bahan masakan makan malam dengan wajah tidak enak dipandang. "Ada masalah, Soo?" Tanya Chanyeol.

Kyungsoo menghentikan tugas memotongnya dan memandang sang Ibu mertua disertai gelengan kepala. "Ah, tidak ibu." Jawab nya singkat.

Chanyeol tersenyum lembut, tangan nya ikut sibuk mencuci sayur-sayuran segar yang akan mereka masak sebentar lagi. Tapi, kegiatan nya terhenti saat kedua telinga nya mendengar keributan di depan "Ada apa itu?" Tanya Chanyeol, dirinya menatap penuh tanda tanya kearah kedua menantu nya yang sama bingung dengan dirinya.

"Aku tidak tahu." Kyungsoo menggeleng, menatap Ibu mertuanya. "Tapi, seperti nya mereka telah kembali dari kantor."

"IBU!" Chanyeol terlonjak kaget, saat sosok Anak tertua nya muncul didapur dengan wajah menahan emosi. "Kenapa kau lakukan ini?"

Chanyeol menggeleng tidak mengerti, wajah nya mengeras bercampur bingung. "Melakukan apa?!"

"Kau mengirimkan semua berkas yang berwarna biru. Kau membuat aku malu didepan para kolega-kolega ku, Ibu." Jelas Sehun, mukanya sedikit melembut dan memelas.

Dibelakang dirinya ada Baekhyun yang menatap sang ibu dengan wajah panik, dimulai dari kantor hingga Rumah Sehun memang sudah menahan emosi dan Baekhyun menyadarinya.

"Aku tidak ada mengirimkan berkas-berkas apapun." Terang Chanyeol cepat. "Tidak satupun."

"Apa maksud ibu?"

"Aku, aku yang mengirimnya." Jongin buka suara, lirih namun masih bisa didengar oleh orang-orang diruangan itu.

"Mengapa kau lakukan ini?" Tanya Sehun dingin dan menusuk, wajahnya berubah galak dengan tatapan tajam yang membuay Jongin takut. "Kau tahu, karena tingkah sok kepintaran mu aku jadi menanggung malu."

"Sehun!" Chanyeol melotot tak suka kearah Sehun.

"Tidak, jangan tahan aku ibu."

Kyungsoo tersenyum diam-diam, dirinya sudah tahu sedari awal kalau ini semua akan terjadi.

"Tadi aku menghubungi telepon rumah dan yang mengangkat adalah Kyungsoo, aku bertanya dimana ibu dan dia menjawab ibu dikamar. Aku mengatakan padanya bahwa berkas ku tertinggal dikamar." Chanyeol mendengarkan penjelasan yang keluar dari mulut sang anak dengan seksama, sesekali ekor matanya melirik kearah Jongin yang menatapnya takut-takut.

"Kyungsoo." Panggil Chanyeol bermaksud meminta penjelasan.

"Aku sudah mengatakan apa yang Sehun Hyung katakan dan saat aku ingin menyampaikan pada Ibu, Jongin datang dan mengatakan bahwa dia saja yang mengambilnya." Jongin menggeleng lemah saat mendengar penjelasan palsu yang dikeluarkan Oleh Kyungsoo. "Aku sudah bilang jangan, tapi dia memaksa. Jadi, aku biarkan saja dan aku kira dia mengerti."

"Ibu dengar kan?" Sehun menatap sang Ibu dengan wajah kesal. "Jangan membelanya terus Ibu."

"Tunggu sebentar."

Semua orang didalam dapur menoleh ke sumber suara, disana sudah ada Yifan dan Lisa disamping dirinya. Seketika semua orang terdiam, memperhatikan gerak-gerik sang kepala keluarga yang melangkah mendekat kearah mereka. "Aku mendengar semuanya, ada baiknya kita tanya langsung kepada Jongin." Saran Yifan, matanya menatap sang menantu tertua yang sudah mulai mengeluarkan isakan lirih.

"JANGAN MENANGIS!" Marah Sehun, tubuh Jongin tersentak kaget.

Yifan memperingati kearah Sehun dengan tangan nya untuk menahan Emosi. "Tahan, Nak."

"Katakan Jongin." Suruh Chanyeol.

"A-aku."

TBC

Review please ^^