Dahulu kala hiduplah seorang pangeran yang bisa melihat benang takdir seseorang. Hingga pada suatu saat dia jatuh cinta pada seseorang yang baru saja bertemu dengannya, love at first sight. Namun, pangeran itu menyadari bahwa tidak ada benang yang terhubung diantara keduanya, tidak ada takdir yang menyatukan mereka. Kenyataanya, benang sang pangeran sudah terikat dengan milik orang lain.

Pangeran itu bimbang. Dia sadar bahwa ia telah menyalahi hukum alam yang sudah digariskan untuknya. Karena rasa cintanya yang begitu besar, akhirnya pangeran mencari cara agar ia bisa bersatu dengan orang yang dicintainya itu. Apapun akan dilakukannya demi dapat bersama dengan orang yang ia cintai walaupun ia harus mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

Kau ingin tahu apa yang dilakukan sang pangeran? Ya, dia...

.

.

Destiny

Disclaimer: cerita ini punya FlowHana, member NCT punya Tuhan, SM dan orang tua mereka

Warnings: ABO Universe, typo(s), BL, mature content, DLDR!

.

.

"Kau benar-benar yakin mau sekolah hari ini?" suara Jaehyun yang datang dari arah pintu membuatnya sedikit terlonjak. Ia membalikkan badan, melihat Jaehyun yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Iya. Kurasa heatnya sudah selesai. Memang kenapa?"

"Hm, tidak apa-apa. Aku hanya bertanya keadaanmu saja, kalau kau masih sedikit tidak enak badan kau tidak perlu ke sekolah."

"Aku sudah kembali seperti sedia kala, kok."

Jaehyun mengembangkan senyumnya sambil bergumam 'baguslah', ia mendekati Taeyong yang sedang berkutat dengan dasinya, lalu tangannya mencegah tangan Taeyong. Jaehyun memasangkan dasi di lehernya, tangannya dengan cekatan membuat beberapa simpul agar dasinya terlihat semakin rapi.

"Nah, sudah selesai. Kau sudah menyiapkan tasmu? Kalau sudah ayo ke bawah, kita sarapan."

Pemuda Jung itu melangkah ke luar. Namun Taeyong tetap pada tempatnya, masih terpaku dengan kejadian barusan. Ya ampun, Lee Taeyong kenapa kau jadi gugup?

Ketika ia selesai mengumpulkan jiwanya, ia meraih tasnya yang tergeletak di atas kasur. Lalu irisnya kembali mengamati penjuru ruangan. Ini mungkin kali terakhirnya mengunjungi kamar Jaehyun. Hari ini Taeyong akan kembali ke rumahnya seiring dengan urusan heatnya yang memang sudah selesai.

"Selamat tinggal kamar Jaehyun. Ah, aku akan merindukan kasur empuk itu." Bibirnya mengerut lucu sebelum menutup pintunya.

.

Setelah sarapan di rumah Jaehyun. Keduanya berangkat bersama ke sekolah menggunakan mobil milik Jaehyun.

Kedua remaja itu kebanyakan diam, sepertinya sibuk dengan dunia masing-masing. Taeyong mengalihkan pandangannya dari kaca mobil, matanya terus memandangi jalanan yang mereka lewati. Jaehyun melirikkan matanya, sedikit menyunggingkan bibirnya melihat Taeyong yang dengan mata lucunya tidak beranjak sekali pun dari sana. Semenarikkah pemandangan di luar sana sampai pemuda itu tidak mengucapkan sepatah kata pun?

"Taeyong."

Yang dipanggil hanya bergumam, masih asik memperhatikan trotoar yang mereka lewati. "Hm?"

"Kenapa diam saja? Daritadi kau terus memperhatikan jalanan. Kukira kau orangnya sedikit cerewet."

"Begitukah? Aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

"Memikirkan apa?"

"Mmm..." Ia bergumam. "Apa yang akan dikatakan Johnny kalau aku bertemu dengannya."

Mendengar nama Johnny membuat Jaehyun menahan geram. Tentu saja dia belum melupakan semua kejadian yang menimpa Taeyong terakhir kali di sekolah. Gara-gara alpha itu Taeyong pasti akan takut kalau ada orang lain mendekatinya dengan gerak-gerik mencurigakan.

"Kupastikan kalau dia tak akan mengganggumu lagi, Tae."

Taeyong menolehkan kepalanya. "Huh? Maksudmu?"

"Kalau dia hendak berbuat macam-macam padamu aku akan menghabisinya di tempat."

"Tapi... dia sahabatku. Kami selalu pergi bersama kemana-mana. Dia juga sudah seperti kakakku sendiri. Rasanya aneh kalau hubungan kami putus begitu saja."

Jaehyun meliriknya dengan penuh keseriusan. "Tapi, Tae. Kau tentu tidak lupa apa yang pernah ia lakukan padamu, kan? Aku hanya tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Ini demi keselamatanmu. Bukannya aku kenapa-napa, tapi kusarankan kau berhati-hati dalam memilih teman, Tae. Kebanyakan omega hanya akan berada dalam bahaya kalau ia dekat-dekat dengan alpha, kecuali kalau kau ingin alpha itu menjadi matemu."

"Jaehyun, bisakah kau menurunkan aku di persimpangan? Agar orang-orang tak curiga kalau aku berangkat denganmu." Taeyong dengan cepat mengalihkan pembicaraan. Matanya memandang lurus ke depan, air mukanya sedikit teduh. Jaehyun agaknya jadi salah tingkah. Apa kata-katanya menyakiti Taeyong?

"Tidak usah. Pokoknya kita turun di sekolah. Aku tidak mau kalau sesuatu terjadi padamu setelah kau turun."

"Tapi..."

"Kalau kau khawatir dengan orang-orang yang melihat kita di sekolah itu bisa diakali. Aku hanya perlu bilang kalau kita bertemu di jalan dan aku menawarimu tumpangan." tandas Jaehyun.

Taeyong akhirnya mengangguk kecil. Tingkahnya yang lucu seperti anak kucing itu memanggil Jaehyun untuk mengelus kepalanya, walaupun ekspresinya masih cemberut begitu. "Anak pintar."

Hei, dikata dia ini hewan apa?

Rasanya baru sedetik berlalu dan ternyata mereka sudah sampai di pekarangan sekolah. Jaehyun memakirkan mobilnya dengan hati-hati. Belum juga mereka keluar dari mobil dan Taeyong sudah melihat sekumpulan murid yang mengerubungi mobil yang ditumpanginya. Firasatnya ternyata benar. Seketika ia menyesali keputusannya telah menuruti Jaehyun.

Jaehyun melangkah keluar duluan yang langsung disambut beberapa jeritan wanita. Hanya butuh waktu seminggu di sekolah barunya dan Jung Jaehyun sudah menyita perhatian banyak orang. Segerombolan perempuan itu langsung mengitari Jaehyun bagaikan sekumpulan piranha yang menemukan makanannya.

Hei, dia itu bukan artis.

Ah, karena itu Taeyong jadi ragu-ragu untuk membuka pintu mobil. Begitu melangkah keluar dirinya pasti akan menjadi sorotan. Apalagi fakta bahwa dia baru saja keluar dari mobil yang sama dengan Jung Jaehyun. Dia adalah tipe orang yang tidak suka keramaian, apalagi jadi pusat perhatian.

Ia menghela napas berat seraya menundukkan kepalanya pada dashboard mobil. "Tae, kenapa diam saja? Ayo keluar. Sebentar lagi masuk." Tubuhnya tersentak. Taeyong segera menoleh, sedikit mengintip dari balik poninya yang mulai memanjang, menatap Jaehyun yang melongok dari pintu seberang.

Ia berbisik menggeleng, "Aku tidak mau! Terlalu banyak orang, Jae."

"Oh, ayolah Taeyongie, tidak perlu malu begitu. Tinggal keluar saja apa susahnya?"

Crap. Sekarang orang-orang mulai mencari si Taeyongie yang disebut-sebut Jaehyun, mengintipnya dari balik kaca gelap. Okay, kalau begitu Taeyong tidak punya pilihan lain. Ia membuka pintu mobil di sisinya dan menapakkan kakinya ke tanah, hanya untuk memperoleh sorotan penuh tanda tanya dari orang-orang di sekitarnya. Tuh kan benar.

Jaehyun tahu Taeyong merasa tidak nyaman, lengannya segera menyambar pergelangan tangan Taeyong dan membawanya pergi dari sana. Perilakunya makin membuat semuanya penasaran. Beberapa bahkan berbisik keras-keras ketika mereka lewat. Jaehyun hanya tersenyum sambil terus menggandeng Taeyong di belakangnya. Tidak mengindahkan sekelilingnya yang sedang menggunjingi dirinya dan Taeyong.

"Jaehyun, kenapa kau mau repot-repot begini?" Sebuah suara halus menyapa telinganya. Jaehyun menoleh, mendapati Taeyong yang balik menatapnya tanpa ekspresi.

"Aigoo, apa kau berterimakasih dengan cara seperti itu?"

Pipi si omega langsung memanas. "Bu-bukan! Aku hanya bertanya, itu saja." Tangannya yang tidak digeret oleh Jaehyun meraih sudut kaos lelaki yang lebih tinggi itu. "Dan terimakasih."

Jaehyun diam-diam menarik kedua sudut bibirnya, senang mendengar Taeyong yang mengucapkannya dengan malu-malu. "Aku hanya mau melindungimu, Taeyongie. Bagaimana pun aku tidak akan membiarkanmu jauh dari jangkauanku. Hitung-hitung untuk jaga-jaga kalau ada yang macam-macam denganmu."

Kali ini Taeyong mencoba menahan perasaan bahagia di hatinya. Jung Jaehyun benar-benar baik. Meskipun dia adalah alpha, tapi dia mampu menahan nafsunya dan rela menolong seorang omega sepertinya. Taeyong jadi merasa iri pada orang yang akan menjadi mate Jaehyun. Pasti Jaehyun akan sangat menyayanginya lebih daripada yang Jaehyun lakukan padanya.

Mereka hanya beberapa langkah dari ruang kelasnya dan tiba-tiba atmosfernya berubah drastis daripada sebelumnya. Taeyong dapat merasakan tekanan yang melanda ulu hatinya. Udaranya berat, seolah menyulitkannya untuk membiarkan oksigen masuk ke paru-parunya. Tangannya refleks mengerat pada genggaman Jaehyun. Belum sempat ia bertanya pada Jaehyun, lelaki itu sudah membawanya bersembunyi di balik punggungnya.

Taeyong yang sudah membuka mulutnya kembali menutupnya saat mendengar sebuah suara familiar yang bersumber di depan mereka. "Hai, Tae, aku–"

"Minggir"

Itu Johnny.

"Tapi aku..."

"Kubilang, minggir."

Dan Johnny berjalan ke samping tanpa perlawanan, seolah memberi jalan pada Jaehyun yang tanpa babibu lagi langsung membawa mereka ke depan pintu kelasnya jika tidak ditahan oleh satu orang lagi. "Tae, kita perlu bicara."

Jaehyun mengerutkan keningnya. "Dan siapa kau?"

Laki-laki yang bertubuh sepantaran dengan Taeyong itu menjawab dengan santai sambil mengulurkan lengannya. "Yuta, teman Taeyong. Salam kenal."

Ah, Yuta pasti sudah tahu perihal masalahnya dengan Johnny. Pasti Johnny yang cerita padanya, pikir Taeyong.

"Kau temannya juga?" Dagunya menunjuk pada Johnny yang seperti orang linglung, hanya berdiri sambil menatap kosong. Mungkin Jaehyun menggunakan kekuatannya terlalu berlebihan.

"Cukup, Jaehyun. Aku yang akan bicara dengannya." Taeyong menyela dari belakang, badannya yang kecil melangkah sejajar dengan Jaehyun, melirik pemuda Jepang yang berdiri di hadapannya. Taeyong tidak ingin Yuta juga terlibat masalah jika berani melawan Jaehyun yang moodnya sedang diombang-ambing. "Kau bisa membicarakannya denganku, tapi tidak sekarang. Sudah hampir bel masuk. Sebaiknya kau kembali ke kelasmu, Yuta."

Mengerti dengan raut wajah Yuta yang meragukannya, Taeyong langsung menampilkan senyumnya. "Aku baik-baik saja. Jaehyun yang telah membantuku selama ini, dia tidak melakukan hal yang buruk padaku, jangan khawatir."

"Kalau memang begitu, baiklah. Aku akan menunggu. Jaga dirimu baik-baik, Tae. Aku duluan." Dan Yuta berlari menjauh.

Kali ini giliran Taeyong menatap Jaehyun yang masih terdiam di sebelahnya. "Kau juga masuklah ke kelasmu. Dan terimakasih atas bantuanmu. Maaf kalau aku sudah merepotkanmu selama ini." Taeyong membungkukkan badannya sejenak. Tubuhnya sudah akan berbalik jika saja Jaehyun tak menahan lengannya dan...

Cup

"Tidak masalah, Tae. Kau bebas meminta apapun padaku." Jaehyun berujar padanya setelah menempelkan bibirnya di keningnya. Wajahnya yang tadinya datar itu perlahan mengembangkan senyumnya.

"Ya! Jangan menciumku sembarangan! Bagaimana kalau ada yang melihatnya? Bisa mati aku."

Pemuda Jung terkekeh setelah Taeyong memukul bahunya. "Baik, Taeyongie."

.

.

Taeyong menduduki kursinya seperti biasa. Kursi paling belakang dan paling jauh dari pintu masuk. Tempat duduk favoritnya dimana dia bisa membuang kebosanannya akan pelajaran dengan memperhatikan langit biru dari balik kaca. Ia meletakkan tasnya, mengambil buku pelajaran pertama yang akan dimulai beberapa menit lagi. Dirinya segera berpaling setelah seseorang memanggil namanya.

"Hai, Taeyong. Bagaimana kabarmu? Sudah baikan?" Kim Doyoung, temannya yang selalu duduk di sebelahnya itu bertanya dengan nada jenaka. Matanya yang seperti kelinci itu menyipit, alisnya bergerak ke atas dan kebawah seolah menyuruhnya untuk menceritakan sesuatu padanya.

"Baik. Kau lihat aku sekarang, kan?"

Oh, Lee Taeyong dengan sikap dinginnya sudah kembali. "Tae, kenapa kau tidak bilang-bilang padaku kalau kau sakit karena sedang masa bulananmu? Jadi itu yang pertama kali untukmu, ya? Wah, selamat karena sudah tahu statusmu ya. Akhirnya kau tahu juga sekarang. Aku jadi terharu."

"Ya! Kim Doyoung, apa maksudmu dengan masa bulanan? Benar-benar sebutan yang menggelikan."

"Aish, tentu saja heat yang dialami omega setiap bulannya. Tidak usah malu begitu. Aku bahkan penasaran ketika ada feromon baru yang belum pernah aku cium tiba-tiba masuk ke penciumanku. Lalu taraa... kau datang dengan membawa bau itu."

Taeyong memerah ketika mendengar penjelasan Doyoung. Rasanya memalukan menyebutnya yang dulu bertingkah layaknya alpha ini malah jadi omega. Ia menggembungkan pipinya dan menatap sengit pada Doyoung. "Diam kau. Jangan menyebutku dengan sebutan omega. Aku masih belum menerimanya, kau tahu."

"Haha. Jangan bertingkah manis seperti itu, Tae." Doyoung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ekspresinya berubah serius. Lalu ia mengatakan kalimat selanjutnya dengan pelan. "Karena kau tahu, mereka sedang menatapmu seperti singa yang kelaparan sejak kau masuk ke sini."

Taeyong kembali mengerling pada Doyoung. "Apa maksudmu, Doyoung-ah? Siapa yang–"

Deg. Sekarang Taeyong menyadarinya. Napasnya tercekat ketika delapan alpha di kelas itu tak mengalihkan pandangan mereka darinya barang sejenak. Semuanya seperti apa yang dikatakan Doyoung, mereka sedang menatapmu seperti singa yang kelaparan.

Ketiganya bahkan mendatanginya saat itu juga, salah satunya mendorong Taeyong untuk bersandar pada kursinya. Dua yang lain berada di sisi kanan dan kirinya. Yang sekarang ada di depannya, Jackson Wang, menekan bahunya, dan memangkas jarak keduanya sampai bersisa lima senti. "Lee Taeyong. Aku tidak tahu sejak kapan kau bisa seharum ini sampai membuatku mabuk. Tapi, kau benar-benar gila karena berani menggodaku."

"Wang, jangan ganggu dia." Suara Doyoung datang menyela. Dan lelaki bermarga Kim itu menyesalinya ketika salah satu kroninya beralih dan menjentikkan telunjuk ke dahinya. "Jangan macam-macam dengan kami, Kim. Kau bisa tahu akibatnya kalau berurusan dengan kami." Lalu alpha itu, Jaebum, kembali pada Taeyong yang masih dikurung oleh dua alpha lainnya.

Kedua alpha yang ada di kanan-kiri Taeyong mencekal lengannya. Taeyong sontak saja mencoba melepaskan keduanya, yang hanya dibalas dengan jeratan di tangannya yang semakin kencang.

Taeyong terlalu bingung dengan sikap mereka. Jackson Wang dan teman-temannya tidak pernah mendekatinya seperti ini. Jujur bisa dibilang mereka adalah teman sekelas yang tidak pernah terlibat masalah dengannya. Namun hubungan Taeyong dengan mereka juga tidak dekat seperti ia dengan Doyoung.

Taeyong masih mencoba untuk melepaskan tangannya, namun tenaganya yang tak seberapa itu tidak menghasilkan apa-apa, malah membuang energinya secara percuma. "Apa maksudmu, Jackson?! Kenapa kau melakukan ini?! Hei, lepaskan aku!"

Teriakannya mengundang perhatian semua yang ada di kelas itu, terkecuali Doyoung yang daritadi sudah mengamatinya dengan khawatir. Tapi dirinya yang seorang beta bisa apa melawan para alpha yang haus darah seperti mereka? Doyoung meneguk ludah, berharap ada siapapun itu yang datang dan menyela ketiganya.

Bahkan teman-teman sekelasnya juga ternyata menjijikkan, tak ada yang angkat bicara dan mencoba menghentikan para alpha yang mencoba merenggut kepolosan Taeyong. Yang ada malah beberapa kamera yang merekam kejadian. Doyoung berharap semoga guru mereka datang saat itu juga dan menghentikan mereka!

"Kubilang lepaskan!" Taeyong di sana terus meronta, matanya sudah berkaca-kaca ketika Bobby melepas satu kancing teratasnya dan melonggarkan dasinya, lalu membuka kerahnya. Menampilkan kulit putihnya yang sedikit terekspos. Napasnya tercekat ketika rahangnya dicengkeram. Jackson menyeringai dan Taeyong yang sekiranya bisa menebak apa yang akan dilakukan laki-laki itu terhadapnya terus meminta si alpha untuk menghentikannya.

Semua akan berubah mengerikan jika saja tidak ada Han songsaenim yang masuk ke dalam kelas. "Semuanya kembali ke meja masing-masing!"

Dengan begitu, anak-anak yang tadinya merekam dan memperhatikan mereka kembali pada kegiatannya semula. Taeyong langsung bernapas lega saat ketiga alpha itu beranjak dari mejanya, jantungnya berangsur-angsur kembali seperti sedia kala. Taeyong segera membetulkan seragamnya dan bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa.

"Taeyong." Ia melirik si pemanggil, Kim Doyoung. Taeyong yang mengerti apa yang mau dikatakan oleh si beta mengeluarkan senyum tipisnya, tak sadar bahwa ia lebih terlihat seperti meringis. "Aku tidak apa-apa, Doyoung-ah. Daripada itu, jangan berbicara keras-keras, bisa-bisa Han songsaenim dengar."

Doyoung hanya mengangguk dan seterusnya memperhatikan pria setengah baya yang berada di depan.

Doyoung tidak tahu bahwa pada saat itu Taeyong merasa raganya seakan mau hancur, bahwa pada saat itu Taeyong mencoba mati-matian untuk tidak menangis.

.

.

Taeyong kira waktu istirahat bisa membuatnya rileks dan menenangkan otaknya yang baru saja diperas habis. Taeyong hendak berjalan pergi, tapi niatnya itu terhalang oleh segerombolan laki-laki yang rata-rata lebih tinggi darinya itu. Taeyong lantas berkeringat dingin menyadari siapa mereka. Delapan alpha mengerubunginya secara bersamaan. Membuat Taeyong bergidik ngeri dan memikirkan cara agar bisa lepas dari kedelapan alpha itu.

Apa ia tak salah lihat Seokmin yang kutu buku dan suka menyendiri itu juga bersama Jackson?! Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Mereka benar-benar aneh hari ini!

"Wah, wah, sepertinya kita menemukan buruan yang enak kali ini. Kita benar-benar tak boleh membiarkannya kabur begitu saja."

"Kau benar. Aku yakin dia akan jadi omega yang baik untuk anak-anakku nanti. Hahaha!"

Taeyong refleks mundur. "Jangan jadi pengecut begitu, Lee. Aku tahu kau sebenarnya mau, bukan? Aku berani taruhan sekali kusentuh pasti kau akan mendesah juga nantinya." Sekumpulan alpha itu tertawa puas. Jackson yang berdiri paling depan mengulurkan tangannya, hendak menyentuh Taeyong yang beringsut semakin mundur ke belakang. Taeyong segera menepisnya, mencegah tindakan dari pemuda blasteran itu. "Jangan berharap!"

Gara-gara itu Jackson semakin mengintimidasinya, dia menatap berang ke arah Taeyong. Lengannya lantas mencengkeram kerah Taeyong, membuat pemuda berwajah manis itu sedikit tercekik. "Sepertinya kau lebih suka bermain dengan cara kasar, eh? Baiklah kalau itu maumu..."

Taeyong refleks memejamkan matanya saat Jackson melayangkan tangan kanannya ke arahnya, bersiap untuk menerima tamparan di wajahnya.

Bugh!

Taeyong kira suara itu akibat Jackson yang memukulnya. Namun Taeyong termangu ketika jeratan di kerahnya terlepas. Doyoung datang entah darimana dan dengan sangat heroik menonjok pemuda Wang itu sampai terjerembap ke belakang. "Sudah kubilang jangan ganggu Lee Taeyong. Kalian mau melakukan tindak asusila disini? Hah! Menjijikan sekali! Aku tidak menyangka punya teman sekelas yang brengsek seperti kalian."

"Apa-apaan kau ini, Kim Doyoung?! Mau kuhajar kau?!" Jackson segera bangkit, seolah tak merasakan apa-apa pada sudut bibirnya yang berdarah dan langsung melayangkan tinjunya ke arah Doyoung yang berdiri tegak di hadapannya.

Grep.

Kali ini tindakan Jackson dihalangi oleh sosok berambut coklat yang datang dengan tidak terduga. Sebuah aroma familiar mendera indra penciumannya, dan Taeyong tak bisa menyembunyikan senyumnya melihat siapa yang datang, dia sangat mengenali aroma ini.

"Hei, kalian tidak boleh bertengkar di area sekolah. Kau mau guru-guru tahu kalau kau main adu jotos di sini, eoh?" Jung Jaehyun dengan santainya menahan kepalan tinju Jackson di udara dengan satu tangan. Pemuda itu bahkan melayangkan senyum bersahabat dari bibirnya sampai lesung pipitnya terlihat.

"Sialan, siapa kau? Aku tak ada urusan denganmu di sini. Aku hanya perlu berbicara dengan mereka berdua."

"Ah, tapi sayang sekali aku sudah punya janji duluan dengan mereka berdua. Jadi, kalian semua jangan mengganggu mereka lagi dan pergilah."

Doyoung melebarkan mulutnya melihat apa yang dilakukan Jaehyun ternyata sangat manjur. Lihat saja, sekumpulan laki-laki yang tadi mengerubungi mereka itu langsung beranjak dari sana tanpa bicara sepatah kata pun. Padahal saat ia yang berbicara agar mereka tidak mengganggu Taeyong ia malah balik dibentak. Doyoung benar-benar kagum dengan lelaki di depannya itu.

"Kalian tidak apa-apa?" Suara Jaehyun memecah keheningan. Matanya yang lembut memperhatikan Doyoung dan Taeyong. Menerka apakah mereka berdua terluka atau tidak. Doyoung agaknya merasa senang karena pemuda Jung itu mengeluarkan sifat perhatiannya.

"Aku baik-baik saja." jawabnya. "Tapi Taeyong sepertinya tidak begitu. Hari ini ia bahkan sudah diserang dua kali."

"Diserang?" Perhatian Jaehyun langsung tertuju pada Taeyong yang balik menatapnya dengan mata bulatnya itu. "Aku tidak apa-apa."

Doyoung menggelengkan kepalanya. "Bohong. Kalau kau tidak apa-apa kenapa tanganmu gemetaran begitu?"

"Sebenarnya apa yang terjadi, Tae?" Jaehyun menampilkan raut cemas seraya mengelus bahu kecil Taeyong yang sedikit gemetaran. Tindakannya itu menyita perhatian Doyoung yang sedari tadi menyaksikan mereka. Jaehyun benar-benar mengkhawatirkan Taeyong. Entah kenapa ada bagian di hatinya yang berdenyut melihat Jaehyun yang sangat menaruh afeksinya pada sahabatnya itu.

"Sebaiknya kuceritakan di UKS saja. Ayo kita ke sana. Sepertinya aku tahu penyebab mereka melakukan hal semacam itu kepadamu, Tae. Dan aku mungkin tahu obat yang bisa membantumu." tandasnya.

.

Begitulah mereka sampai di sini. Ruangan yang biasanya dijadikan tempat istirahat untuk orang sakit maupun siswa yang gemar membolos. Doyoung menyuruh Taeyong untuk duduk di salah satu ranjang yang disediakan di sana, tak lupa menyuruh si pemuda Jung untuk menemaninya sementara ia akan mengambilkan obat di rak.

Doyoung mencari-cari kotak obat yang sudah dipisah sesuai kelompoknya itu. Ketika menemukan apa yang sudah dicarinya ia segera memberikannya pada Taeyong serta segelas air mineral. "Ini pil supresan. Pil ini bisa menekan feromonmu dalam beberapa jam, membuat baumu tidak terlalu menyengat. Aku berpikir sepertinya mereka terbuai dengan baumu yang terlalu merebak, Tae. Kau yakin masa heatmu sudah selesai?"

Taeyong mendongak dari telapak tangannya yang memegang pil putih itu. Sedikit kagum dengan Doyoung yang notabene seorang beta bisa mengetahui hal-hal semacam itu. "Iya, Kim. Aku benar-benar sudah selesai kemarin. Dan aku tidak mengerti kenapa mereka bisa melakukan itu padaku. Mereka tidak seperti biasanya kalau kau memperhatikannya dengan lebih rinci."

Pemuda Kim itu manggut-manggut. "Ini aneh. Feromonmu seharusnya tidak sekuat ini kalau kau dalam keadaan normal. Para alpha itu bahkan tidak mengganggu omega lain yang ada di dalam kelas."

"Entahlah. Memikirkannya saja sudah membuatku pusing. Hei, bisa kau ambilkan aku obat pereda sakit kepala juga? Kepalaku barusan berdenyut."

Sesuai permintaan Taeyong, ia mengambilkannya lagi sebuah pil berwarna oranye yang langsung diminum oleh anak itu saat ia memberikannya. Doyoung memperhatikan pemuda itu, matanya menatap jeli ke arah Taeyong yang sedang meneguk pil supresannya. "Dan kau tahu apa lagi yang aneh, Tae?" Si empunya nama pun menaikkan alisnya, penasaran dengan nada yang dilontarkan sahabatnya itu.

Doyoung meneruskan dengan lirih. "Baumu berbeda dari saat sebelumnya dengan yang sekarang. Maksudku sebelum dan sesudah Jaehyun datang. Aku dapat merasakannya. Sepertinya... feromon Jaehyun yang kuat itu mampu menutupi baumu. Dengan kata lain, alpha-alpha itu pasti akan langsung menjauh jika Jaehyun ada di dekatmu. Tapi, Jaehyun juga seorang alpha. Bagaimana kau bisa menahan hasratmu itu, Jaehyun? Aku yakin itu tidak mudah. Bahkan Namjoon yang sudah punya mate itu pun ikut tergoda dengan aroma Taeyong. Wae? Wae? Wae?"

Jaehyun menggaruk rambutnya, tidak tahu bagaimana ia harus menjawab pertanyaan yang dilontarkan secara beruntut barusan. "Err... entah, mungkin karena aku bisa menahan diriku?"

Doyoung mengelus dagu sambil menopang satu tangannya dengan lengan yang satunya, gerakannya mengimitasi detektif seolah-olah ia sedang memecahkan suatu kasus. Lalu tiba-tiba dari kepalanya itu seakan muncul lampu bohlam kuning seperti di film-film. "Hei, tunggu sebentar, jangan-jangan kau... ah ya, bodohnya diriku bagaimana aku bisa lupa, kau si alpha spesial itu kan? Yang bisa mengeluarkan perintah absolut?" serunya penuh antusias sembari tersenyum lebar.

Mendengar kata alpha spesial membuat Taeyong dilanda rasa penasaran. Seumur hidupnya sepertinya dia belum pernah mendengar julukan itu. Sementara itu Jaehyun yang duduk di sebelahnya menahan diri untuk tidak tertawa begitu melihat secara langsung bagaimana ekspresi Doyoung yang sangat antusias itu. "Darimana kau tahu?"

"Tentu saja dari buku. Aku suka membaca buku apa saja, dan beberapa waktu yang lalu aku pernah membaca tentang pengelompokkan alpha, beta, dan omega. Di sana dijelaskan juga tentang alpha istimewa. Dia punya kekuatan untuk mengeluarkan suatu perintah yang akan dipatuhi semua orang. Dan tadi aku melihatmu melakukannya pada Jackson! Aku sebenarnya tidak tahu bagaimana kau bisa melakukannya tapi lalu aku teringat dengan buku itu. Jadi, itu benar kau, Jaehyun?"

Jaehyun hanya bisa tertawa kecil saat Doyoung menjelaskan semuanya. Lelaki yang berparas seperti kelinci itu sangat lucu saat menceritakannya, antusiasmenya tak dapat disembunyikan.

Sementara itu, Taeyong merasa blank. Irisnya melirik Jaehyun dan Doyoung yang bercengkrama dengan asiknya. Suasana diantara Doyoung dan Jaehyun seakan membuatnya merasa terkucilkan. Apalagi jika Doyoung yang penuh semangat menceritakan segala sesuatunya dan Jaehyun akan membalasnya dengan senyum lebar, sesekali tertawa dan menampilkan lesung pipitnya.

"Kurasa belnya sebentar lagi berdering. Ayo kita kembali ke kelas." Taeyong bangkit dari ranjang UKS. Namun Doyoung menahan lengannya secara tiba-tiba, mencegahnya untuk berjalan lebih jauh. Pemuda itu memandangnya ragu-ragu. "Lebih baik kau di sini, Tae. Setelah semua yang terjadi tadi aku merasa khawatir denganmu. Mukamu pucat, sebaiknya kau istirahat saja di sini. Nanti akan kuberitahu Nam songsaenim kalau kau sakit."

Taeyong menolak. "Tidak apa-apa ayo kembali ke kelas saja."

"Benar apa yang dikatakan Doyoung. Lebih baik kau di sini saja sampai pulang sekolah. Aku juga tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kalau kau memaksakan diri, Taeyongie." Seketika Taeyong bungkam setelah Jaehyun bersuara. Si alpha menatapnya seakan dia memang begitu peduli. Yeah, Taeyong tahu Jaehyun itu sangat baik padanya bahkan sejak mereka pertama kali bertatap muka.

Namun fakta bahwa ia ditinggal sendirian di sini, sedangkan Jaehyun akan pergi ke kelas bersama Doyoung entah kenapa membuatnya sedikit enggan merelakannya.

Ia menghela napas sebelum berujar dengan sedikit ketus. "Ya sudah, pergi sana! Aku mau tidur saja." Taeyong segera berbaring menghadap tembok dan menaikkan selimut sampai ke atas perutnya. Sedangkan di belakangnya, Jaehyun dan Doyoung sweatdrop melihat tingkah laku Taeyong yang ngambek tiba-tiba.

.

Jaehyun dan Doyoung berjalan beriringan menuju kelas mereka. Begitu sadar kalau keduanya sudah agak menjauh dari tempat Taeyong berada saat itu, ia langsung melirik ke sekitarnya, memastikan bahwa tempat itu sepi dari keramaian.

"Jaehyun, sebenarnya aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Aku tidak tahu ini benar atau tidak, tapi kurasa kau harus mendengarnya. Mungkin kau lebih tahu tentang ini daripada aku."

Dahinya berkerut. Menatap Doyoung dengan raut wajah bingung. "Jaehyun-ah, aku sudah tahu bahwa kau adalah alpha istimewa. Seperti yang aku bilang, aku mengetahui ciri-cirinya dari buku yang aku baca. Tapi di buku itu masih banyak hal-hal lainnya yang baru aku ketahui. Semua tentang kelompok kita, segala hal yang berhubungan dengan tiga kelompok yang menghuni bumi ini. Dan aku menemukan sebuah sub bab dengan judul omega istimewa di sana.

Mungkin kau bisa mengira aku mau berbicara apa kalau dihubungkan dengan Taeyong. Ya, aku berpikir bahwa Taeyong adalah omega itu, Jaehyun. Taeyong sedikitnya mempunyai hal yang sama seperti pada deskripsi, feromonnya akan mempengaruhi setiap alpha yang berjarak cukup dekat darinya. Membuat mereka tergila-gila dengan si omega."

Jaehyun terus mendengar si beta, menyerap setiap informasi yang diungkapkan pemuda bermarga Kim itu. "Dan baunya yang tidak bisa dikalahkan oleh omega biasa itu bisa mengundang para alpha untuk melakukan kau-tahu-apa-maksudku padanya saat itu juga. Yang lebih parah lagi, obat apapun takkan bisa menekan aromanya termasuk pil supresan yang kuberikan tadi."

Jaehyun menatap laki-laki itu tidak percaya. "Jadi maksudmu pil itu tak berpengaruh padanya sekarang? Doyoung, dia sendirian di UKS!" serunya panik. Dirinya tak bisa membayangkan kalau ada orang lain yang datang ke UKS, apalagi kalau orang itu adalah seorang alpha, dan menemukan Taeyong di sana dan–

"Tenanglah, Jaehyun! Aku yakin dia baik-baik saja. Hanya ada satu jalan menuju ke sana dan kita sedang melewatinya, kau lihat daritadi tidak ada yang lewat selain kita, kan?"

Doyoung benar. Lorong ini sepi dan tak ada yang berjalan di lorong itu selain mereka. Berpikir positif, Jaehyun. "Lalu apalagi yang kau dapat?"

"Cara untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan omega itu adalah dengan menandainya. Dengan kata lain dia harus cepat-cepat punya mate, kalau tidak kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi padanya, Jaehyun-ah. Hanya mate-nya yang bisa melindunginya dari kejaran alpha-alpha buas di luar sana. Setidaknya kalau dia sudah punya mate maka bau alphanya akan menempel padanya dan membuat semua orang tahu kalau omega itu sudah dimiliki orang lain, jadi alpha lain tidak akan bisa menandainya."

Mata Jaehyun menangkap ujung benang merah milik Doyoung yang seolah melilit jari pemuda itu dan mencekik pembuluh darahnya, warnanya berubah menggelap. Sebenarnya apa yang sedang dirasakannya?

Pemuda kelinci itu menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Jaehyun, lantas tersenyum simpul. "Dia harus segera menemukan mate-nya. Itu solusi terbaik." Doyoung menepuk pundaknya dan berkata, "Temanilah Taeyong. Aku tahu sebenarnya dia membutuhkanmu. Hah, dasar anak itu memang sedikit keras kepala! Oh ya, aku lupa jaketmu masih ada padaku. Nanti kutitipkan saja ke teman kelasmu ya? Dah, Jaehyun! Jaga Taeyong baik-baik!"

Doyoung langsung berlari menjauh, tak membiarkan Jaehyun menyempatkan diri untuk sekedar mengucapkan terima kasih kepadanya. Jaehyun jadi menimang-nimang keputusannya lagi. Pemuda dengan status beta itu terlalu baik, ada sisi di hatinya yang tak tega untuk membuat pemuda itu kecewa nantinya.

Tuhan, bagaimana caranya agar aku bisa lolos dari situasi ini?

.

.

Jaehyun memutuskan untuk kembali ke UKS seperti yang dikatakan Doyoung. Ah, anak itu. Jaehyun jadi teringat kembali dengan pencariannya untuk memutus benang takdirnya itu. Memikirkan Taeyong bukannya membuatnya semakin gencar untuk mencaritahu caranya, ia malah terfokus pada paras manis Taeyong yang sedang terlelap itu. Untuk ukuran seseorang yang baru ditinggal tak sampai sepuluh menit ternyata dia tipe orang yang gampang tertidur juga.

Jaehyun tersenyum kecil, tangannya bergerak untuk mengelus rambut hitam milik Taeyong.

Tae, apa kau tahu caranya untuk memutuskan ikatan ini? Aku bingung, Tae.

Jaehyun tanpa sadar mulai melamun, memikirkan kemungkinan cara agar ikatan itu terputus. Serta teka-teki bagaimana Taeyong yang seorang omega spesial itu malah tidak punya benang merah yang akan menunjukkan siapa mate-nya.

Awalnya Jaehyun memang ingin menjadikannya mate-nya. Tapi kini ia lebih berpikir luas. Apa dampak yang akan terjadi pada Doyoung? Terkadang lubuk hatinya itu kembali berpikir rasional untuk tetap mempertahankan benang takdirnya dengan Doyoung. Tapi lalu ia teringat dengan Taeyong, kalau dia tidak menjadikannya belahan jiwanya kemungkinan besar Taeyong tidak akan mempunyai alpha, kecuali kalau ada benang merah yang tiba-tiba melilitnya.

"Eung... Jaehyun?" Ia tersentak, begitu pandangannya terfokus ia langsung disuguhkan pada dua mata bulat milik Taeyong, mata yang mampu menyihirnya dan membuatnya semakin menyukai pemuda mungil itu. Mengerjap-ngerjap dengan lucunya di hadapannya.

"Jaehyun? Kau tidak apa-apa?" Oke, sekarang Taeyong malah menatapnya dengan raut wajah khawatir. "Ah, maaf aku melamun." Tangannya yang masih bertengger di atas kepala Taeyong lanjut mengelus rambut hitam milik pemuda itu.

"Tae, mulai sekarang berjanjilah untuk selalu berada di dekatku."

"Huh? Untuk apa?"

"Hmmm berjanjilah."

Si pemuda Lee mengangguk tanpa bertanya lebih jauh. Matanya sedaritadi tak lepas dari pemuda Jung yang masih mengelus rambutnya. Kedua netra coklatnya memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan Jaehyun. "Kau tidak kembali ke kelas?"

Jaehyun balik menatapnya. "Tidak. Aku lebih memilih menunggumu di sini daripada ikut pelajaran yang tidak kuminati."

Taeyong mendengus. "Jangan membolos hanya demi aku, Jae. Aku jadi tidak enak padamu. Sepertinya aku terlalu sering membuatmu repot."

Yang lebih jangkung hanya menggeleng. "Aku melakukan ini dengan sukarela, Taeyongie. Masalah bolos atau tidak itu keinginanku sendiri."

"Tapi tetap saja..." Taeyong mengerucutkan bibirnya yang membuat Jaehyun jadi gemas dan mencubit pipi Taeyong. "Sudah, tidur lagi saja, Tae. Aku akan menjagamu di sini."

Kata-kata Jaehyun membuat hatinya dag dig dug tanpa alasan yang jelas. Wajahnya sukses tersipu. Padahal kalau ia tidak terlalu memikirkannya pasti kata-kata itu terdengar biasa saja. Ah, kenapa dengan dirinya ini?

Taeyong akhirnya memilih untuk menutup matanya kembali. Berharap dirinya terbang ke alam mimpi dan melupakan Jaehyun yang terus mengamatinya itu. Taeyong jadi salah tingkah, kan. Ah, semoga saja Jaehyun tidak menyadari wajahnya yang seperti kepiting rebus karena terus membayangkan rupa pemuda itu.

.

.

.

.

"Eh? Jaehyun, ini bukan jalan ke rumahku."

Jaehyun tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan, tangannya sibuk membanting setir mobil yang sedang mereka tumpangi. "Memang bukan, aku akan mengantarmu ke suatu tempat dulu sebelum mengantarmu pulang." balasnya sambil menyunggingkan senyum penuh percaya diri.

Taeyong malah melotot. Tak dipungkiri kalau sebenarnya dia curiga dengan lelaki di sebelahnya ini. Puluhan skenario terburuk langsung melanda otaknya. "Lalu kemana kita pergi? Kau tidak akan berbuat macam-macam, kan? Hei, jawab aku, Jaehyun!"

Si alpha tertawa pelan. Menyaksikan Taeyong yang menggemaskan seperti ini bukanlah kesempatan yang mudah. "Nanti kau akan tahu sendiri."

Beberapa menit berselang dan sekarang tibalah mereka di sebuah kompleks pertokoan di daerah Gangnam. Jaehyun lagi-lagi tertawa melihat Taeyong yang masih cemberut sambil memandang keluar. Mulutnya yang mungil itu tiba-tiba membentuk huruf o. Ketika Jaehyun juga ikut memperhatikan apa yang sedang dilihat Taeyong ia lalu sadar apa yang membuat mata bulatnya sampai tak berkedip. Taeyong sedang melihat makanan yang dijajakan di pinggir jalan.

Ah, ternyata dia lapar. "Aku akan membelikanmu makanan setelah kita berkunjung ke toko itu. Ayo turun dulu."

Lalu Jaehyun menuntunnya untuk memasuki toko di sudut jalan. Tokonya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil pula. Tipikal butik yang ada di kompleks mereka berada. Dindingnya dicat warna pastel yang menentramkan hati, lembut dan tidak kontras. Namun menampilkan kesan elegan begitu kau masuk ke dalamnya.

Taeyong terus bertanya pada Jaehyun perihal kunjungan mereka, sayang pertanyaannya hanya dibalas dengan jari telunjuk yang menempel di bibir sang alpha.

Salah satu pelayan toko berjalan menghampiri begitu menyadari ada yang datang, lalu terkejut saat mendapati Jaehyun yang berdiri di sana. Wajahnya menampilkan senyum yang sangat ramah saat melihatnya. "Ah, rupanya tuan muda Jung! Mari, akan saya tunjukkan jalannya."

"Tuan muda Jung?" Taeyong menyikut lengannya. "Kau kenal dengan pemilik toko ini?"

Jaehyun terkekeh. "Tentu saja, ini salah satu butik milik ibuku." Taeyong bungkam, terlampau terkejut dengan fakta yang disuguhkan padanya. Pemuda di sebelahnya ini benar-benar berduit. Bahkan ibunya pun punya butik, yang pasti hanya salah satu dari sekian banyak usaha yang dikelola keluarganya itu.

Ternyata pelayan itu mengarahkan mereka ke ruangan khusus untuk VVIP. Taeyong terus mengikuti Jaehyun, ikut duduk di salah satu sofa empuk yang ada ketika si alpha juga duduk di sana.

"Sebenarnya untuk apa kau membawaku ke sini, Jaehyun?" bisiknya.

Sebelum mendapat balasan dari pemuda Jung itu, si pelayan perempuan yang tadi menyambut mereka datang dan membawakan sebuah kotak di tangannya. "Silakan, tuan muda. Saya sudah membawa sesuai yang Anda minta."

Jaehyun tersenyum tipis dan mengambil sesuatu yang ada di kotak itu, lalu menunjukkannya pada Taeyong. "Bagaimana menurutmu?"

Taeyong melongo dan menatap Jaehyun lekat-lekat, tidak mengerti maksud pemuda di depannya ini.

"Apa kau suka? Aku akan membelikannya untukmu kalau kau menyukainya."

Si pelayan berujar sambil tetap menampilkan senyumnya, "Anda boleh mencobanya."

Dengan begitu, Jaehyun lantas memasangkan benda itu pada lehernya. Taeyong mendadak blank, matanya bertumpu pada Jaehyun yang dengan lembut memasangkan choker di lehernya. Choker berwarna hitam dengan sebuah plat berwarna emas di bagian depannya. Bagian hitam choker itu ternyata bermotif dan menempel pas di lehernya. Ia tidak sadar kalau plat itu sebenarnya benar-benar dilapisi emas asli.

"Ini bagus." ujar Jaehyun padanya. "Lihatlah ke kaca."

"Huh? Untuk apa kau membelikanku ini?" Taeyong memandang bayangannya di cermin, meraba-raba choker yang sekarang menghiasi lehernya.

"Antisipasi kalau ada yang ingin menandaimu tapi sebenarnya kau tidak mau, Taeyongie. Jadi, ketika kau menemukan alphamu kau bisa membukanya sesuai keinginanmu." Jaehyun semakin tersenyum lebar sambil mengamatinya dari bayangannya di cermin. Lelaki itu mengagumi betapa manisnya Taeyong saat memakainya.

"Choker ini belum dikenal banyak orang karena masih baru dan perlu kunci untuk membuka chokernya." Taeyong tak sempat untuk berjengit kaget karena si pelayan sudah berdiri di sebelahnya. Perempuan itu menyalurkan sebuah kunci kecil yang tipis dan berwarna senada dengan platnya, lalu menyuruhnya untuk memasukkan kunci itu pada celah sempit di sisi plat. Dan choker itu terbuka dengan sendirinya.

Taeyong menatap chokernya dengan kagum. Baru pertama kali ia melihatnya dan mencobanya. Matanya langsung saja menangkap Jaehyun yang bersandar di sofa. "Jaehyun-ah, gomawoyo." Taeyong tak bisa menahan dirinya untuk tidak lari ke pelukan Jaehyun dan melingkarkan lengannya di sekeliling bahu pemuda itu.

Taeyong tak tahu bahwa ketika ia menyenderkan kepalanya di bahunya, Jaehyun mati-matian menahan napas agar tak menghirup aroma Taeyong yang seperti bunga lavender itu. Bunga dengan bau favoritnya. Jaehyun takut kalau dia lepas kendali di saat situasinya sedang bagus begitu.

Jaehyun dapat menghirup udara kembali setelah si omega melonggarkan pelukan mereka. Dia melirik Taeyong yang masih tersenyum seperti anak kecil. "Ayo kita pulang."

Dan Taeyong membalasnya dengan anggukan riang, sepertinya omega itu senang sekali, eh?

.

Keduanya sampai di kediaman Lee setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar lima belas menit. Jaehyun tak bisa melepaskan netranya dari Taeyong yang menampilkan raut wajah senang selepas mereka keluar dari butik dan membeli beberapa makanan. Di dalam mobil pun omega itu terus tersenyum dan memegang choker barunya.

Awalnya Jaehyun mengira Taeyong sedikit risih dengan benda yang melilit lehernya itu. Tapi saat ditanya pemuda Lee itu malah berkata sebaliknya, mau tak mau Jaehyun jadi merasa senang juga.

"Terima kasih untuk hari ini, Jaehyun-ah. Juga untuk yang kemarin dan kemarinnya lagi." ucapnya lembut. "Ah ya, setelah aku turun cepat pergi dari sini. Aku tak mau ketahuan berbohong menginap di tempatmu."

"Hahaha baik, baik. Sampai jumpa besok, Taeyongie. Jaga kuncinya baik-baik." Jaehyun dengan cepat menarik lengannya sebelum Taeyong membuka pintu, lalu mengecup pipinya yang selembut kapas.

Taeyong yang terpaku hanya bisa melongo sebelum tersadar dan memukul lengan si alpha. "Ya! Kau mau mati, ha?! Bagaimana kalau ada yang lihat?!"

Jaehyun tertawa. Tangannya bergerak untuk mengacak surai gelap milik Taeyong. "Maaf, maaf. Sudah sana turun, kalau tidak nanti kau ketahuan berbohong."

Taeyong mendesis dan membuka pintu mobil, lalu menutupnya keras-keras. Ekspresi ngambeknya itu lucu sekali sampai membuat Jaehyun tertawa terpingkal-pingkal sebelum melajukan mobilnya dan pergi dari tempat itu, menyisakan Taeyong yang melangkah dengan pelan ke depan pintu rumahnya.

Jantungnya berdegup semakin kencang. Kira-kira apa yang akan appa dan eomma katakan ketika mengetahuinya?

Ia menyempatkan untuk mengetuk pintu sebelum membukanya. "Aku pulang..."

Suara seorang laki-laki menyahut dari dalam, disusul dengan suara langkah kaki yang semakin jelas. Dan detik berikutnya Taeyong melihat ibunya yang memang berjenis kelamin sama seperti dirinya, berstatus sebagai omega milik ayahnya, berdiri di hadapannya sambil terpaku melihat putranya. Menyadari jelas-jelas ada yang berbeda pada tubuh anaknya disertai feromon asing yang menguar di sekitarnya.

"Yongie, kau... sejak kapan?"

"Eomma... maafkan aku." Taeyong segera memeluk sosok itu erat-erat. Menenggelamkan kepalanya di bahu ibunya yang ringkih. Berada di pelukan sosok yang sudah melahirkannya itu selalu bisa membuatnya tenang. Membuatnya melupakan masalah yang selalu ia hadapi.

Sang ibu mengelus punggungnya pelan. Memastikan untuk tidak membuat anaknya semakin tertekan. Ia memang sudah terbiasa kalau Taeyong memeluknya pasti ada sesuatu yang membebankan hatinya. "Kenapa kau minta maaf, huh? Kau tidak salah apa-apa, Yongie. Jika takdir tidak berjalan sesuai keinginanmu, pasti ada alasan dibalik semua itu. Yang harus kau lakukan adalah menjalaninya seperti air yang mengalir, Yongie."

"Eomma, sebenarnya aku tidak menyukai keadaanku. Namun, ada seseorang yang sangat baik hati selalu menolongku ketika aku benar-benar membutuhkannya. Dia seperti seorang pahlawan yang akan datang saat aku memanggilnya. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar menyukainya atau tidak, tapi... kalau benar aku menyukainya aku juga merasa ada yang salah. Seperti akan ada sesuatu yang buruk menghampiriku. Aku harus bagaimana, eomma? Perasaanku padanya sepertinya benar-benar salah."

.

TBC

.


Heyheyhey... kembali lagi sama Hana di sini. Hayo tebak itu yg jadi ortunya taeyong siapa? yg bener nanti dapet kecup basah dari flow lho wkwk

Seperti biasa, jangan heran kalo updatenya lama karena Hana memang selalu begitu waks /digampar/ tapi yg penting chap ini jauh lebih panjang drpd chap sebelumnya. iya gak? iya gak?

aku mau cerita sedikit, jadi kemaren aku chat flow minta pendapat siapa idol korea yg cocok jd alpha yg perannya jahat, sebenernya aku udah nulis dr kemaren2nya emang udah jackson, tapi aku sendiri ragu2 lho kira2 dapet ga ya perannya terus td malem dia nyebutin si jackson tanpa dia tau kalo aku tuh udah nulis dr awal emang perannya dia. aku kadang gumun ya kok bisa mikirnya sama gitu lho padahal artis korea kan bejibun wkwkwk

oh ya teman-teman kali ini Hana punya pengumuman, kalo FlowHana mau HIATUS dulu sampe sekiranya beban2 ujian hilang :'''' tapi tenang aja karena ga bakal discontinue kok, kalo tiba2 ada pengumuman discon ceburin aja flow ke lautan garam wkwk soalnya selanjutnya yg bakal apdet dia, ya gak beb?

minta doa restunya ya kawan2 biar bisa lulus dengan nilai memuaskan. yg seperjuangan juga semangaaaat!

dan selamat tahun baru 2017!

Salam,

.

Hana