Heal You

Pair:

Kim Mingyu x Jeon Wonwoo

Rate: T – M

Genre: Fantasy, Drama, Romance.

Length: Part 2/2

Summary:

Mingyu adalah seorang Alpha yang menjabat sebagai psikolog di suatu rumah sakit terkemuka di Korea. Dia sudah banyak bertemu dengan berbagai macam pasien dengan berbagai kepribadian. Tapi Mingyu tidak pernah merasa begitu tertarik pada satu pasien sampai dia bertemu dengan seorang Omega bernama Jeon Wonwoo yang menderita anoreksia. / Meanie, BL, ABO!AU.

Warning:

BL, ABO!AU, Fiction.

.

.

.

.

.

.

Part 2: To The Beautiful You

"Kenapa? Ada apa dengan Jeon Wonwoo?!" desak Mingyu. Dia nyaris saja mengguncang-guncang tubuh langsing Jeonghan kalau saja si perawat tidak segera mengatakan apa yang terjadi pada pasien kesayangan Mingyu.

"Dia.. meminta makanan!" pekik Jeonghan.

"Hah?" ujar Mingyu. Kepanikan dan kecemasan tiba-tiba membuat otaknya lambat bekerja.

Jeonghan mengangguk semangat, "Pasien Jeon minta diambilkan makanan karena dia ingin makan!" pekik Jeonghan dengan senyum lebar di wajahnya.

Dan perlahan senyum lebar terbentuk di wajah Mingyu. Jeon Wonwoo seorang penderita anoreksia meminta makanan karena dia ingin makan..

Ini benar-benar suatu keajaiban.

"Cepat tanyakan makanan apa yang dia inginkan dan bawa ke sana! Aku juga akan pergi ke kamarnya."

Jeonghan mengangguk gembira dan berlari dengan riang untuk melaksanakan perintah Mingyu. Sementara Mingyu bersandar di dinding dengan senyum lebar masih terpasang di wajahnya, dia berhasil.

Sebenarnya ide Mingyu memberikan kucing itu adalah ide mendadaknya. Dia yakin Omega seperti Wonwoo tidak akan tahan melihat makhluk mungil dengan kondisi nyaris mati. Jiwa keibuan dalam Omega terlampau besar dan Mingyu merasa kalau melihat anak kucing itu akan memberikan sebuah pukulan untuk Wonwoo yang masih menolak makanan. Mingyu yakin itu akan membuat Wonwoo sadar dan mengurus anak kucing itu serta mengurus dirinya sendiri.

Hanya saja Mingyu tidak menyangka efeknya akan secepat ini. Mingyu terlampau gembira karena ide mendadaknya berhasil.

Ketika Mingyu tiba di kamar Wonwoo, dia melihat Wonwoo sedang duduk di tempat tidurnya dengan anak kucing itu di pelukannya. Jeonghan tersenyum lebar kemudian dia mengedipkan matanya jenaka dan pergi meninggalkan Mingyu dan Wonwoo di kamar.

Wonwoo mendongak saat dia menyadari kehadiran Mingyu, "Aku sedang memberi makan Beanie dan kelihatannya dia tidak mau makan kalau aku tidak ikut makan. Jadi akhirnya kami makan bersama."

Mingyu tersenyum, dia memperhatikan Wonwoo yang dengan telaten menyuapi potongan daging ikan pada anak kucing di pangkuannya kemudian melahap nasi dan ikan untuk dirinya sendiri. Mingyu menarik kursi dan duduk di sebelah tempat tidur Wonwoo, "Beanie?"

Wonwoo mengangguk dengan pipi menggembung karena nasi, "Aku yang memberi nama itu."

"Kenapa?"

Wonwoo menelan nasi di mulutnya kemudian menyodorkan potongan ikan lainnya untuk Beanie. "Karena aku suka memakai beanie hat, lagipula kalau diperhatikan Beanie seperti memakai topi! Lucu sekali!" pekiknya ceria seraya mengusap-usap kepala Beanie.

Mingyu tertawa, "Namanya cocok untuk anak kucing itu."

Wonwoo tersenyum bangga, "Tentu saja, aku berjanji aku akan merawat Beanie agar dia tidak mati!"

Mingyu tersenyum, dia melirik mangkuk nasi Wonwoo, isinya sudah habis separuh dan ini merupakan kemajuan besar karena biasanya Wonwoo hanya makan dua suap nasi. "Aku juga mau makan, aku belum makan siang."

Wonwoo mengerjap, "Kau belum makan siang?"

Mingyu mengangguk, "Hu-uhm.."

Wonwoo menyendok satu suap nasi dan menyodorkannya di depan mulut Mingyu, "Ayo makan kalau begitu."

Senyuman kembali terbit di wajah Mingyu, dia membuka mulutnya dan melahap nasi yang disodorkan Wonwoo.

Dan siang itu mereka makan bersama hingga menghabiskan tiga mangkuk nasi dan empat porsi ikan goreng.

.

.

.

.

.

.

.

Wonwoo yang sudah mulai makan membuatnya terlihat jauh lebih sehat daripada sebelumnya. Dan karena Wonwoo sudah sehat, perawatannya di rumah sakit sudah selesai dan dia sudah diperbolehkan pulang. Siang ini ibunya datang menjemputnya karena Mingyu memang sudah memperbolehkannya pulang hari ini.

Bola mata hitam kelam milik Wonwoo memperhatikan ibunya yang sibuk membereskan barang-barangnya sementara Wonwoo hanya berdiri diam sambil menggendong Beanie. "Ibu, apa aku benar-benar harus pulang sekarang?"

Ibu Wonwoo mengangguk. "Iya sayang, kau sudah sembuh. Jadi kau harus pulang."

Wonwoo melirik pintu kamarnya yang terbuka, dia belum melihat Mingyu hari ini. Dia ingin berterima kasih pada psikolognya dan ingin mengucapkan salam. Wonwoo menggigit bibirnya saat dia sadar kalau dia mungkin tidak akan bisa bertemu dengan Mingyu lagi setelah ini. Dia sudah sembuh dan Mingyu bukan psikolognya lagi.

Pelukan Wonwoo pada Beanie mengerat hingga kucing itu mengeong pelan. Kepalanya menunduk, dia sadar kalau dirinya tertarik pada psikolog yang mengurusnya tapi Wonwoo juga sadar diri. Dia hanya pasiennya, tidak mungkin Kim Mingyu tertarik padanya yang mantan penderita anoreksia. Tubuhnya juga masih kurus kering karena dia baru mulai makan dengan normal dua hari belakangan ini.

Lagipula tidak ada jaminan Alpha seperti Kim Mingyu belum memiliki Omega. Mata Wonwoo berair saat memikirkan kemungkinan Mingyu sudah memiliki Omega. Selama ini mereka tidak pernah membahas masalah pasangan sehingga Wonwoo tidak tahu Mingyu sudah memiliki Omega atau belum.

Tapi jika melihat dari betapa tampan dan sempurnanya Kim Mingyu, Wonwoo yakin dia sudah memiliki Omega. Wonwoo menggigit bibirnya untuk meredam isakannya tapi airmatanya jatuh satu persatu dari matanya.

"Ah, kalian belum pulang rupanya. Syukurlah.."

Wonwoo terpaku saat mendengar suara Mingyu di belakangnya. Dia melihat ibunya berbalik dan tersenyum pada sosok di belakang Wonwoo.

"Psikolog Kim, terima kasih atas bantuannya selama ini." Ibu Wonwoo tersenyum gembira kemudian dia menjabat tangan Mingyu.

Mingyu berdiri di sebelah Wonwoo dan menyambut tangan Ibu Wonwoo, "Tidak masalah, sudah menjadi tugasku."

Tugas..

Tugasnya?

Ucapan Mingyu seolah terngiang dalam kepala Wonwoo. Mingyu benar, dia hanya menjalankan tugasnya, sudah jelas dia tidak menyukai Wonwoo.

Ibu Wonwoo tersenyum dan mengangguk, "Aku harus mengurus administrasi. Tidak apa kan kalau kutinggal sebentar?"

Mingyu mengangguk, "Bukan masalah,"

Dan setelahnya ibu Wonwoo keluar dari ruangan itu, meninggalkan Mingyu dan Wonwoo dengan Wonwoo yang masih menunduk dalam.

"Wonwoo, kau tidak mau menatapku?"

Wonwoo tersentak, dia memeluk Beanie erat-erat. "Ke-kenapa harus?" tanyanya dengan suara serak.

Dahi Mingyu berkerut, dia bergerak untuk berdiri di hadapan Wonwoo dan mengangkat dagunya agar Wonwoo menatap Mingyu. Dan Mingyu tersentak saat melihat wajah dan mata Wonwoo yang basah karena airmata.

"Astaga apa yang terjadi padamu? Kenapa menangis? Beanie mencakarmu?" tanya Mingyu khawatir seraya mengusap airmata Wonwoo.

Wonwoo menggeleng, "Aku baik-baik saja."

"Jeon Wonwoo, katakan sejujurnya."

Wonwoo menggigit bibirnya, "Uuuh, aku baik-baik saja! Lagipula sebaiknya jangan bersikap semanis itu pada Omega!.. hiks." Wonwoo terisak di ujung kalimatnya, sialan, menjadi Omega memang sulit, terutama ketika sedang emosional seperti ini.

"Hei, kenapa?" ujar Mingyu bingung. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa Wonwoo mendadak bertingkah seperti ini.

Wonwoo melepas pelukannya pada Beanie dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, sementara kucing kecil itu melompat dengan tangkas dan mendarat dengan mulus di lantai. "Jangan bersikap baik padaku! Aku.. aku tidak mau ditolak lagi.. hiks.. aku tidak mau.."

Mingyu terdiam, dia mencoba memahami maksud ucapan Wonwoo sementara Wonwoo masih menangis di hadapannya.

Wonwoo masih terisak, dia mencoba menghentikan airmatanya tapi dia tidak bisa. "J-jangan bersikap baik padaku.. kau hanya membuatku salah paham.. jang.. –" kalimat Wonwoo terputus karena Mingyu menarik kedua tangannya yang menutupi wajahnya kemudian membungkam bibirnya dengan sesuatu yang kenyal.

Wonwoo terdiam, tangisannya berhenti. Dia bisa merasakan tekanan lembut dari Mingyu di bibirnya, dan perlahan-lahan ketika Wonwoo menyadari situasi yang sedang terjadi, suhu tubuhnya meningkat dan wajahnya memanas.

Mingyu melepaskan ciumannya saat dia merasa Wonwoo tidak lagi menangis. Mingyu tersenyum dan merapikan poni Wonwoo. "Siapa bilang kau salah paham? Kau tidak salah paham." Mingyu menempelkan dahi mereka, "Dan aku jelas tidak akan menolakmu, kau tahu?"

Wonwoo diam dengan wajah merah pekat, "Benarkah?" cicitnya malu-malu.

Mingyu tersenyum, "Hmm, tentu saja." Mingyu menjauhkan wajahnya dan mendaratkan kecupan di dahi Wonwoo, "Kau harus tahu kalau dari pertama kali aku melihatmu, aku sudah terpikat padamu."

Wonwoo tersenyum dengan wajahnya yang merona dan tampak malu-malu. "Jadi.. kau mau jadi Alphaku?"

Mingyu menyeringai, dia menunduk untuk menggesekkan ujung hidung mereka berdua. "Tentu saja aku mau, Wonu."

Dan Wonwoo semakin merona dibuatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

_Three Months Later_

Wonwoo menumpukan dagunya di atas telapak tangan seraya menatap temannya, Omega bertubuh mungil dengan rambut berwarna pink seperti gulali yang sedang sibuk menyendok es krim di hadapannya. Temannya adalah seorang Omega yang baru saja menikah dan saat ini sedang mengandung bayi pertamanya.

"Jihoonie, apa mengandung itu merepotkan?" tanya Wonwoo pada temannya, Jihoon.

Jihoon menghentikan gerakannya menyuap es krim, "Tidak juga, hanya saja nafsu makanku jadi bertambah besar. Soonyoung bilang ini wajar karena aku memang butuh nutrisi lebih untuk bayiku."

Wonwoo mengangguk-angguk, dia yakin suami Jihoon tidak berbohong karena Alpha itu berprofesi sebagai dokter umum di rumah sakit yang sama seperti Mingyu.

"Oya, bagaimana hubunganmu dengan si psikolog kelebihan kalsium itu?" tanya Jihoon.

Wonwoo berdecak, Jihoon memang sebal setengah mati pada pacarnya karena ketika Wonwoo memperkenalkan mereka, reaksi pertama Mingyu adalah tertawa kecil karena melihat betapa mungilnya Jihoon. Apalagi setelah dia tahu Jihoon adalah tunangan Soonyoung (saat itu mereka memang belum menikah), dia langsung heboh meledek Soonyoung memacari anak sekolah dasar.

"Namanya Mingyu, Jihoonie.."

"Aku tidak sudi menyebut nama tiang listrik yang berulang kali menyebutku 'pendek'."

Wonwoo mengangkat kedua tangannya pasrah, "Oke, terserah. Dan soal jawaban untuk pertanyaanmu, maka jawabannya adalah kami baik-baik saja. Mingyu sibuk, tapi dia masih sering menghubungiku dan kadang-kadang kami kencan di akhir pekan."

Jihoon mengangguk-angguk, "Lalu bagaimana dengan kegiatan ranjang kalian?"

"Eh?" wajah Wonwoo memerah sempurna saat mendengar Jihoon mengucapkan itu.

Jihoon mengangguk kemudian melahap satu sendok es krim lagi, "Iya, bagaimana? Apa si tiang listrik itu hebat? Soonyoungie bilang Mingyu itu terkenal mesum di waktu sekolah dulu. Mereka kuliah di tempat yang sama, kan?"

Wonwoo mengangguk, dia menggerak-gerakan jarinya gelisah. "Uuh, kalau soal itu.. aku.. dan Mingyu.."

"Ya?"

"K-kami.. belum pernah melakukannya.." lirih Wonwoo malu-malu.

"APA?!" pekik Jihoon keras.

Wonwoo terlonjak kaget saat mendengar suara melengking Jihoon. Dia menatap sekeliling dengan panik dan menggumamkan permintaan maaf.

"Kalian belum pernah melakukannya? Yang benar saja, memangnya kau tidak heat?"

Wonwoo menunduk dalam, "Aku heat kok. Heatku teratur tiap sebulan sekali."

"Dan bagaimana bisa kau dan dia tidak melakukan apa-apa? Jangan bilang Mingyu juga belum mengklaimmu."

Wonwoo menggeleng cepat, "Dia sudah mengklaimku kok." Wonwoo menarik kerah bajunya, memperlihatkan bekas gigitan Mingyu. "Dia sudah mengklaimku sebulan setelah kami bersama."

"Lalu kenapa kalian belum melakukan apa-apa? Apa Mingyu tidak bernafsu pada tubuhmu?"

Wonwoo menggerakkan kakinya gelisah, dia bergerak-gerak random di kursinya. "Dia.. bernafsu kok. Mingyu itu liar sekali kalau menciumku." Wonwoo menggigit bibirnya, "Hanya saja.. aku malu."

"Kenapa?"

"Yaah, kau tahulah aku itu mantan penderita anoreksia. Aku ragu tubuhku bagus, maksudku aku pernah kurus kering hingga seperti kerangka berjalan sebelumnya. Aku tidak mau Mingyu jijik saat melihatku."

Jihoon berdecak, "Kau dan kasus percaya dirimu itu.." ujar Jihoon frustasi. Dia membanting sendoknya dengan keras, "Oke! Aku akan membantumu."

"M-membantu apa?"

"Membantu malam pertamamu dengan si tiang listrik itu! Aku kasihan juga padanya kalau kau seperti ini terus. Dia itu sudah mengklaimmu dan itu berarti dia hanya mau dirimu!" Jihoon menggeleng-geleng seraya memijat pelipisnya, "Dan Alpha itu memiliki nafsu yang besar. Aku kagum juga dia sanggup menahan diri hingga lebih dari satu bulan."

Wonwoo diam saja, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa karena untuk urusan semacam ini, Jihoon jelas lebih berpengalaman.

"Nah, ayo ke rumahku." Jihoon berdiri kemudian dia menyambar tasnya di kursi.

.

.

.

.

.

.

.

Wonwoo menggigiti bibirnya dengan gugup, di depannya saat ini ada sebuah kapsul dan segelas air putih yang diberikan Jihoon padanya. Tadi siang mereka pergi ke rumah Jihoon dan Jihoon menyuruh Wonwoo untuk telanjang agar dia bisa menilai bentuk tubuh Wonwoo.

Mulanya Wonwoo menolak, walaupun Jihoon juga Omega tapi Wonwoo itu pemalu. Tapi akhirnya setelah beberapa paksaan Wonwoo akhirnya mau membuka pakaiannya. Dan rasanya ucapan Jihoon saat itu masih terngiang dalam kepala Wonwoo.

"Aku tidak tahu kau ini bodoh atau apa Jeon Wonwoo. Tapi badanmu bagus. Sumpah, badanmu lebih bagus daripada para model film dewasa. Kau sudah berubah menjadi berisi dan karena kau makan dengan baik, tubuhmu jadi montok di tempat yang tepat. Jadi jangan ragu lagi dan cepat buka kakimu untuk Alphamu!"

Wonwoo merona saat ucapan Jihoon terngiang di kepalanya. Sepertinya menikah dengan Soonyoung membuat Jihoon yang sudah frontal menjadi tambah frontal.

Karena itulah akhirnya Jihoon 'sedikit' membantu Wonwoo yang pemalu itu dengan memberinya obat untuk mempercepat heat. Obat itu tidak berbahaya selama dikonsumsi saat heat terakhirnya sudah lewat sekitar seminggu yang lalu. Dan heat Wonwoo sudah selesai dua minggu lalu, dia jelas aman untuk mengkonsumsi obat itu.

Wonwoo sudah mengirim pesan pada Mingyu kalau hari ini dia akan berkunjung ke rumah sakit dan untungnya Mingyu mengizinkan karena jadwalnya kosong hingga sore, dia hanya perlu mengerjakan beberapa kegiatan administrasi dan data-data pasiennya.

Wonwoo melirik jam dinding di kamarnya, sudah jam tiga sore. Wonwoo harus segera ke sana karena shift Mingyu akan berakhir jam delapan malam nanti. Wonwoo memantapkan hatinya kemudian dia mengambil kapsul itu dan meneguknya cepat.

.

.

.

.

.

.

.

Mingyu membalik dokumen yang berada di mejanya dan menuliskan beberapa hal di kertas itu. Hari ini dia mendapat jadwal shift siang dan pasien terakhirnya sudah pergi sepuluh menit lalu. Jadi saat ini pekerjaannya yang tersisa hanyalah mengurus beberapa dokumen dan kegiatan administrasi lainnya.

Tok Tok Tok

Mingyu mengangkat kepalanya saat mendengar ketukan di pintunya. Dia yakin itu adalah kekasihnya karena Seungkwan sudah pulang karena bayinya sedang sakit. Lagipula bagian psikiatri terletak di ruang paling pojok agar pasien dari bagian lain tidak terganggu.

"Masuk," seru Mingyu. Dia kembali menunduk untuk menyelesaikan dokumennya namun gerakannya menulis terhenti seketika saat dia mencium aroma manis yang begitu memikat dari hadapannya.

Mingyu mendongak dengan cepat dan dia melihat Wonwoo yang berdiri di depan mejanya dengan napas terengah dan wajah yang merona.

"M.. Ming.. gyuhh.."

Sialan, kenapa Wonwoo mendesah seperti itu?

Wonwoo menumpukan kedua tangannya di meja Mingyu, "Ah.. M-Mingyu.."

Mingyu menggeram, dia tahu apa yang sedang terjadi di sini. Wonwoo sedang terserang heat. Psikolog bertubuh tinggi itu berdiri dan memeluk Omeganya yang menggeliat penuh kebutuhan.

Mingyu menjilat belakang telinga Wonwoo dengan sensual, "Kenapa, sayang? Butuh bantuanku?"

Wonwoo mengangguk, dia menggeliat pelan. "A-aku menyiapkan ini untukmu.."

Mingyu mengendus leher Omeganya penuh nafsu dan sesekali menjilat bekas gigitannya. "Hmm? Maksudmu?"

Wonwoo menarik lepas mantel yang sejak tadi membungkus tubuhnya dengan rapat dan Mingyu membulatkan matanya saat menyadari kalau Omeganya hanya memakai kemeja putih di balik mantel tebalnya.

"Wow," gumam Mingyu kemudian dia mengeluarkan siulan menggoda. Wonwoo yang sekarang sudah berubah dari Wonwoo yang dulunya kurus kering menjadi Wonwoo yang bertubuh berisi di tempat yang tepat. Mingyu yakin Alpha yang dulu menolak Wonwoo sekarang akan menyesal kalau melihat Wonwoo yang sekarang.

Mingyu mendorong tubuh Wonwoo agar duduk di mejanya sementara dia berdiri di sela kaki Wonwoo yang terbuka lebar. "Aku tidak tahu kau akan menyiapkan sesuatu seperti ini, sayang." bisik Mingyu sambil membuka kemeja yang dikenakan Wonwoo.

"Uuh.. kau tidak suka?"

Mingyu terkekeh dan mengecup tulang selangka Omeganya, "Kau bercanda? Tentu saja aku suka." Mingyu melarikan daerah jajahannya ke bibir Wonwoo yang agak terbuka dan menyerangnya dengan ciuman yang terburu-buru.

Wonwoo tersentak kaget tapi dia segera melingkarkan kedua lengannya di sekitar leher Mingyu sementara kakinya juga melingkar erat di pinggang Mingyu.

Ketika Mingyu merasa Wonwoo sudah terlena akan ciumannya, Mingyu menggerakkan jemarinya ke pusat tubuh Wonwoo yang menegang dan panas untuk dia permainkan tanpa ampun. Wonwoo melepas ciuman mereka untuk menjerit kecil dan kemudian pekikan penuh ekstasi keluar dari mulutnya.

Mingyu menyeringai, dia benar-benar mencintai sosok Wonwoo yang baru dia lihat saat ini. Wonwoonya memang biasanya bertingkah dingin tapi sebenarnya itu hanya karena Wonwoo adalah sosok yang pemalu. Makanya ketika melihat sosok Wonwoo yang liar dan bernafsu seperti ini jelas tidak bisa diabaikan Mingyu begitu saja.

Wonwoo mencengkram bahu Mingyu erat-erat ketika dia merasakan kalau dirinya akan sampai sebentar lagi. "Aah.. Mi-Mingyu.. a.. aku…"

Mingyu membungkam bibir Wonwoo dengan ciuman, "Keluarkan saja."

Wonwoo memejamkan matanya rapat-rapat kemudian dia memekik pelan saat akhirnya dia mendapatkan puncaknya hanya karena permainan tangan Mingyu. Ini adalah pertama kalinya Wonwoo bisa sampai dengan bantuan orang lain. Biasanya dia harus melakukannya sendiri saat masa heat karena dia memang malu untuk meminta pada Mingyu.

Mingyu menari jarinya yang basah dan menggesekkannya di sekitar tempat Mingyu akan menghujamkan bagian tubuhnya nanti. Mingyu merasakan kalau dia sudah benar-benar siap untuk menerobos Wonwoo, hanya saja dia ingin memastikan Omeganya yang manis ini tidak terluka atau tersakiti walaupun Mingyu masih yakin rasa sakit itu pasti akan ada.

Wonwoo menggeliat pelan saat dia merasakan jari Mingyu memasuki tubuhnya. Sensasi saat jari Mingyu menggaruk dinding bagian dalamnya benar-benar tidak bisa dijelaskan sehingga yang bisa dilakukan Wonwoo hanya mendesah pelan dengan tangan yang masih meremas bahu Alphanya.

"Sayang, aku boleh masuk?" bisik Mingyu berat. Dia bisa merasakan kalau bagian tubuh Wonwoo yang sedang dieksplorasi oleh jarinya sudah benar-benar siap untuknya. Didalam sana begitu basah dan hangat serta sempit. Mingyu nyaris gila membayangkan bagaimana rasanya saat dia berada di dalam tubuh Omeganya.

Wonwoo mengangguk, dia menarik napas dalam dan mempersiapkan dirinya ditembus oleh bagian tubuh Alphanya yang memang sudah sangat keras.

Mingyu membuka celananya dengan terburu-buru dan bergegas menyiapkan miliknya untuk masuk ke dalam tubuh Omeganya. Dia menggesekkanya sebentar kemudian mulai bergerak untuk masuk ke dalam tubuh Wonwoo.

"Eung.." Wonwoo meringis saat dia merasakan perih, dia yakin itu karena milik Alphanya yang jauh lebih besar dari yang dia perkirakan.

Mingyu menggeram puas ketika akhirnya seluruh tubuhnya masuk ke dalam tubuh Wonwoo. Dinding-dinding Wonwoo yang hangat memijatnya dengan lembut dan Mingyu harus menahan dirinya untuk tidak menggila dan memperkosa Wonwoo dengan brutal.

"Sayang, aku boleh bergerak?" bisik Mingyu di depan bibir Wonwoo yang setengah terbuka untuk mencari udara.

Wonwoo mengangguk dan menarik wajah Alphanya untuk menempelkan bibir mereka berdua. Mingyu mencium Wonwoo dengan lembut sementara dia mulai bergerak dengan gerakan konstan.

Wonwoo melepaskan ciuman itu dan mendesah karena sensasi yang baru dia rasakan pertama kali dalam hidupnya. Sial, kalau dia tahu rasanya akan senikmat ini, tidak seharusnya dia menahan Mingyu yang hendak bertindak lebih jauh selama ini.

"A-ahh.. M-Mingyu.. a-aah.." desah Wonwoo, sama sekali tidak peduli dimana dia berada sekarang dan pintu ruangan Mingyu yang tidak terkunci.

Mingyu menggeram saat akhirnya dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruhnya di dalam tubuh Omeganya sementara Omeganya yang juga mencapai puncak bersama dengannya mengeluarkan pekikan dan setelahnya dia melemas dalam pelukannya.

Mingyu terengah-engah, dia melepaskan penyatuan mereka dengan perlahan. "Wow, hari ini kau sangat penuh kejutan, sayang."

Wonwoo menggigit bibirnya, "Apa kau suka?"

Mingyu tersenyum lebar kemudian dia memeluk Omeganya erat-erat, "Kau bercanda? Aku mencintainya! Tuhan, aku benar-benar mencintaimu! Rasanya aku ingin menyeretmu ke rumah orangtua kita saat ini juga agar aku bisa segera menikahimu!"

The End

.

.

.

.

.

Yap, sesuai janji, ini cuma twoshoot dan adegan ehem-ehemnya adanya di chapter ini. hahaha

Btw, aku suka karakter Jihoon disini T^T

Kesannya lain sekali dari biasanya tapi aku sukaaa~ /abaikan/

.

.

.

Nah, ditunggu juga tanggapannya untuk yang ini~

Terima kasih banyak untuk review di part pertama.

Love ya!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Epilogue

Wonwoo meniup-niup poninya dengan bosan. Dia sudah berulang kali memeriksa arlojinya dan melakukan hal random tapi yang ditunggunya tidak juga datang.

"Ish, kemana si Kim Mingyu itu?" gerutu Wonwoo. Dia menyambar green tea lattenya dan meneguknya beringas.

Wonwoo mengetuk-etuk meja café tempatnya menunggu dengan bosan. Sore ini dia dan Mingyu berjanji untuk bertemu di café ini setelah Mingyu selesai bekerja untuk pergi memilih desain undangan untuk pernikahan mereka. Wonwoo melirik arlojinya lagi dan berdecak kesal kemudian dia bergerak memainkan cincin pertunangan yang melingkar di jari manis tangan kirinya.

"Jeon Wonwoo?"

Wonwoo mendongak saat mendengar suara seseorang yang memanggilnya dan dia melihat sosok dari masa lalunya berdiri di depan mejanya. "Junhui?" pekiknya terkejut.

Ya, orang di depannya adalah Junhui atau Wen Junhui, sosok Alpha yang sudah menolaknya dan membuatnya menjadi anoreksia.

Junhui tersenyum lebar, "Hei, apa kabar? Sudah lama tidak bertemu."

Wonwoo tersenyum gugup, "Aku baik."

Junhui tersenyum lebar, dia tidak menyangka Omega gendut yang dulu ditolaknya sudah berubah menjadi Omega yang sangat manis dan mempesona. "Kau sendirian?"

Wonwoo menjilat bibir bawahnya gugup, "Aku.. sedang menunggu seseorang.."

"Oya? Siapa?"

"Ehem!"

Junhui dan Wonwoo menoleh ke arah asal suara dan mereka melihat Mingyu berdiri di sana dengan kemeja berwanra biru muda yang lengannya digulung hingga ke siku dan sebuah jas di tangannya yang lain.

"Mingyu-ya.." Wonwoo tersenyum saat akhirnya Mingyu datang sementara Junhui mengangkat sebelah alisnya.

"Ehem, permisi Tuan. Ada perlu apa dengan tunanganku?" ujar Mingyu sambil menatap Junhui dengan tajam dan dingin.

Seketika itu juga mata Junhui membelalak, "Tunangan?"

Mingyu mendecih sinis, "Kau tidak lihat cincin di jarinya? Dia itu tunanganku. Lagipula sebagai Alpha seharusnya kau bisa mencium itu dari aromanya." Mingyu menggerutu kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah Wonwoo, "Ayo sayang, kita harus pergi sekarang."

Wonwoo mengangguk patuh, dia meraih tangan Mingyu dan Mingyu segera menggenggamnya dengan protektif.

Wonwoo tersenyum pada Junhui, "Junhui, senang bertemu denganmu lagi. Oya, apa aku boleh minta alamat atau kontakmu?"

Junhui tersenyum ceria, "Tentu saja."

"Benarkah? Baguslah, berarti aku bisa mengirim undangan ke rumahmu."

Senyum Junhui luntur seketika, "Undangan?"

Wonwoo mengangguk ceria, "Iya, undangan pernikahan kami!" jelasnya semangat.

"O-ooh.." ujar Junhui kecewa, dia memberikan kartu namanya yang diterima dengan gembira oleh Wonwoo.

"Oke, kalau begitu kami permisi." Mingyu berujar dingin kemudian dia menarik tangan Wonwoo, meninggalkan Junhui yang merutuki nasibnya dan juga menyesal sudah menolak Wonwoo. Kalau saja dia tahu Wonwoo akan berubah menjadi seperti itu, Junhui jelas tidak akan menolaknya dulu.

End of The Epilogue