An EXO Chanbaek Fanfiction

Author: Arco Iria

Cast: Chanbaek, Krisho and others EXO members.

Warn: Male x male relationship,BDSM dan sedikit kekerasan, Gay, Sex Scene, bahasa kasar dan nyeleneh, dapat menyebabkan pusing dan muntah-muntah.

A/N: ide cerita ini benar-benar tengiang-ngiang terus di kepala saya. Jadi saya memutuskan untuk membuat ceritanya. Enjoy.


Baekhyun tak dapat menahan butiran di pelupuk matanya, menatap nanar pemandangan di depannya.

Tanah tempat tinggalnya terbakar, langit yang dicintainya meratap, bidadari dan jagoan kecilnya menangis dan hiruk pikuk keramaian dari rakyatnya yang berusaha menyelamatkan diri dari kobaran api menyayat hatinya.

"Paduka, kita telah kalah." Sebuah suarah lemah menyahut dibelakangnya, jendral kepercayaannya sudah sekarat nyaris mati. Baekhyun bahkan tak mampu berbalik menatap mata tangan kanannya.

Mata kecil Baekhyun menatap gundah pada ribuan, puluhan ribu prajurit sialan yang menyorak-nyoraki namanya untuk turun menghadap mereka. Baekhyun menghela nafas berat dan berbalik, berjalan mengambil pedangnya.

"Paduka! Larilah! Mereka akan membunuhmu!" cegah Jongdae, tangan kanan Baekhyun.

Baekhyun menggeleng lemah, "aku tidak akan melakukan cara pengecut itu, Jongdae." Dan kembali melangkahkan kakinya.

Baekhyun menapaki kakinya pada tanah, matanya berkeliling, mendapati ribuan rakyatnya ditawan dan dibunuh oleh beberapa prajurit. Hatinya menggeram penuh kemarahan, menatap nyalang pada seorang lelaki yang duduk gagah di atas kuda hitamnya.

Lelaki itu tampan, rahangnya indah dan matanya tajam menusuk. Ia tampak begitu tinggi di atas kuda hitamnya yang gagah seolah olah akan menggetarkan dunia. Pria itu tampak seperti keturunan dewa yunani yang turun ke dunia untuk menaklukan isinya. Ya, pria itu indah dan beracun. Sekali lihat saja Baekhyun sudah mengetahui bahwa pemuda ini adalah pemimpin dari prajurit-prajurit sialan di belakangnya.

Mulut pria tampan itu terbuka dan Baekhyun mendengar suaranya sejelas letusan gunung merapi, " aku sudah mengambil alih wilayahmu, menyerahlah." Saat suara pria itu berkumandang, tangisan bidadari bidadari kecintaannya pecah, Baekhyun menelan ludah, berusaha tenang.

"Tuan, kami adalah kerajaan yang miskin. Tidak ada apapun yang dapat kau ambil dari kami."

Pemuda brengsek itu terkekeh, turun dari atas kuda gagahnya. Ia melangkah dengan pelan mendatangi Baekhyun. Baekyun dapat melihat bahwa pemuda ini mempunyai badan yang begitu besar juga gagah. Baekhyun harus mendongakan kepalanya untuk menatap pemuda di depannya tanpa gentar. Dengan kasar, pemuda itu mencekram wajah Baekhyun, jari-jarinya menusuk dalam pipi Baekhyun. Tapi Baekhyun tidak takut.

"Aku telah menaklukan kerajaanmu, tidak bisakah kau menghilangkan wajah menatangmu itu dariku? Apa kau berpikir bisa mengalahkan ku?" Pemuda itu menghempas wajah Baekhyun dan segera mencabut pedangnya, melayangkannya pada Baekhyun.

TRANG!

Baekhyun cukup sigap dengan menahan pedang pemuda tinggi itu dengan sabuk pedangnya. Menghempaskan pedang itu, berputar dan segera mencabut pedang miliknya.

PRANG! Sekali lagi suara pedang beradu. Pemuda itu menyeringai, menjilat bibirnya bagai seorang predator yang sudah menemukan mangsanya dan berniat bermain-main sebentar. Baekhyun bersusah payah menopang tubuhnya menahan beban dari tenaga pemuda di depannya.

Trang! Baekhyun berputar dan menghantam pedangnya mencoba untuk menusuk bagian manapun dari musuhnya, yang kemudian ditangkis oleh perisai di tangan musuhnya.

Keduanya berputar, menghantam dan mengayunkan senjata keduanya sekuat tenaga. Baekhyun dengan lincah menggerakan pedangnya yang lentur, saat musuhnya lengah, Tak! Baekhyun menggerakan pedangnya dan berhasil memotong rambut di atas kepala musuhnya. Lambat sedikit saja, mungkin kepala lawannya itu akan terpotong.

Baekhyun menjauhkan tubuhnya, dan keduanya terdiam mengatur nafas masing-masing. Lawannya yang tinggi besar itu tampak waspada, dan ribuan prajuritnya sudah siap mengeroyokinya. Tombak-tombak diarahkan di sekitar Baekhyun. Tapi pemuda itu bukan pengecut, ia membuat gesture dengan tangannya sehingga prajurit-prajuritnya kembali menurunkan tombak-tombak mereka.

"Aku hanya bermain-main tadi." Desisnya berbahaya.

TRANGG! Dan tanpa aba-aba pedang keduanya kembali beradi menciptakan lengkingan dan decitan yang membelah keheningan di antara mereka. Baekhyun menahan nafasnya, ia berusaha sekuatnya. Pemuda di depannya seketika menjadi orang yang mengerikan, kecepatannya meningkat pesat dan kekuatannya tak main-main.

Baekhyun tersengal, ia tak mampu bernafas dan mengimbangi gerakan lawannya. Tapi Baekhyun berusaha. Demi rakyat-rakyatnya yang ia cintai, demi tanah airnya yang ia junjung, Baekhyun berusaha.

"ARGHHH!"

Baekhyun menjerit pilu, lengannya tertusuk pedang dari lawannya. Sekejab kemudian pedangnya sudah melayang lepas dari tangannya, dan tertancap di tanah. Baekhyun jatuh terduduk, darah segar menguncur deras dari tangannya membasahi tanah. Baekhyun dapat mendengar rakyatnya menjerit-jerit, Baekhyun bisa melihat pemuda besar yang menjadi lawannya tadi mendekatinya. Tangan besarnya menjambak rambut Baekhyun dan menghempaskannya ke tanah. Baekhyun tersedak dan ia menangis. Ia kalah. Ia gagal melindungi kerajaannya. Betapa tak bergunanya dia.

Baekhyun menegang saat pemuda tadi tiba-tiba mencekram celananya dan menariknya turun. Baekhyun tahu apa yang akan dilakukan pria ini. Sebuah tradisi untuk mempermalukan seorang pemimpin yang wilayah ditaklukan, ia akan diperkosa di depan rakyatnya kemudian dibunuh.

Baekhyun berusaha memberontak, dengan tangan yang masih menguncurkan darah ia berusaha mendorong pemuda besar itu. Baekhyun menyumpah dan ia menjerit, tapi itu tak akan berhasil. Nafas Baekhyun berhenti sejenak saat sebuah benda panjang menerobos masuk anusnya.

"Arggh! Ah!"Baekhyun berteriak kesakitan, air matanya jatuh membasahi rambutnya, darah dari lengannya yang terluka terus menguncur. Musuhnya menggeram keras , menghentakan penisnya masuk ke dalam Baekhyun dengan kasar dan dibalas dengan jeritan dari Baekhyun.

Baekhyun tak dapat berpikir kembali. Ia tak peduli kepada lengannya ataupun anusnya yang sedang dihantam habis-habisan oleh musuhnya. Baekhyun hanya mempedulikan rakyatnya. Rakyatnya yang setelah ini akan menderita dan dibunuh oleh penjajah bedebah ini. Baekhyun menangis tersedu-sedu, rasa bersalah menelusup ke dadanya.

Tubuh kecil Baekhyun terhempas-hempas seiring hentakan dari pria besar di atasnya. Baekhyun dapat merasakan anusnya sobek dan perih tidak terhingga. Ia dapat merasakan tangan si bedebah itu menelusup ke dalam pakaiannya mengelus-elus perut dan dadanya.

"Uh! Arghh!ku-mohon! Haaa-ah! Rakyatku! ARGGHH! Uh! Ah!" Baekhyun berusaha berbicara diantara nafasnya yang tak beraturan dan denyut-denyut rasa sakit yang menghantam tubuhnya, sedangkan pemuda besar di atasnya hanya sibuk menyodoknya sambil menggeram rendah.

"Kumo-hoon jangan! Uh! Bunuh mereka! Hiks!"Baekhyun kembali mencoba berbicara, kali ini dengan suara yang sangat memelas. Untuk rakyatnya dia siap untuk merendahkan harga dirinya sekalipun. Tapi pria di atasnya tidak menjawab, malah semakin menghantam Baekhyun dengan kecepatan maksimal. Di sodokan terakhir pria itu menegang dan menyodok penisnya dalam sekali, mengeluarkan benihnya di dalam Baekhyun.

Baekhyun menangis sambil mengigit bibirnya hingga sobek. Ini benar-benar menyakitkan baginya. Matanya bergulir pada rakyat-rakyatnya lalu kemudian jatuh pada pemuda besar yang sedang menetralkan nafasnya. Setelah beberapa saat, lawannya itu mengelus tengkuknya lembut.

"Apa yang kau tawarkan atas keselamatan rakyatmu?" Tanya pria itu intens memandang dalam pada Baekhyun, ke wajah mulusnya yang cantik dan mata sembabnya yang penuh air mata. Ke bibir merahnya yang bengkak. Turun pada perut langsing dan pahanya yang menawan. Bagaimana bisa seorang laki- laki, dan seorang raja yang tangguh bisa semenawan ini?!

"Semuanya! aku akan melakukan semuanya. Jadikan aku apapun yang kau mau, aku akan bertarung untukmu, aku akan memberikan nyawaku kepadamu asalkan kau tidak membunuh rakyatku!" jawab Baekhyun tegas diantara sisa-sisa harga dirinya.

Pria itu memandang tangan kanannya yang menatap mereka dengan tatapan tak terdeksripsikan. "Kai! Bawa dia dan obati lukanya! Kita kembali ke Exordium!" Kai membalas dengan anggukan cepat.

Baekhyun hanya pasrah saja saat dirinya diangkat oleh Kai ke dalam gerobak besi tempat menyimpan pedang dan tombak. Ia diberikan sebuah kain besar untuk menutupi tubuhnya dan seorang perempuan yang membantu membalut luka di lengannya.

Di samping itu, Baekhyun menatap sendu rakyatnya yang menangis sambil mengelukan namanya, beberapa pria dewasa mencoba melawan prajurit untuk mencegah mereka membawa Baekhyun. Baekhyun menangis mencoba menguatkan hatinya, bagaimana bisa rakyatnya tetap mengharapkannya meskipun ia telah kalah dan dipermalukan di hadapan mereka. Ah! Dasar bodoh.

Baekhyun memandang Jondae yang menangis ke arahnya, lelaki kepercayaannya itu memang sangat cengeng. Baekhyun tersenyum meskipun air matanya tetap mengalir, pemuda mungil itu melambai, "kuserahkan mereka bersamamu." Ucapnya tanpa suara, namun pasti dimengerti oleh Jongdae. Tingkahnya itu kemudian mendapatkan dengusan datar dari raja para penjajah.

Ini semua demi mereka. Baekhyun mengulang kalimat itu di dalam hatinya membuatnya tak gentar saat gerobak tempatnya terbaring berjalan.

"Selamat tinggal, Persei,"


A/N: Kerajaannya Baekhyun namanya Persei ya. Tolong berikan tanggapannya lewat kotak review ya. THANK U!.