MOON TAEIL

PAPER SHEET

Yuka

.

.

MENJADI dosen di usia muda adalah impian Moon Taeil sejak dulu. Mengajar dan membuat orang lain pintar –paling tidak melebihi dirinya, adalah prioritas seorang pengajar. Taeil mempercayai itu hingga sekarang. Tahun ini ia masih mengejar gelar S2nya agar bisa diterima menjadi dosen secara resmi sambil bekerja sebagai asisten dosen, dan demi impiannya itu, di sinilah ia sekarang.

SM University.

Kaki-kakinya yang tak terlalu panjang membawanya menuju ruang kelas di lantai dua. Taeil berpenampilan baik hari ini. Kemeja putih dengan garis-garis kecil panjang berwarna biru tua, sepatu kulit hitam yang sudah ia semir pagi tadi dan celana kain hitam tak lupa sabuk kulit coklat menjadi kostum yang pas untuk hari pertamanya magang sebagai asisten dosen di kampus tersebut. Sepasang bibir tipisnya mengulas senyum saat melihat pintu kelasnya.

Ketika pintu terbuka, beberapa mata langsung menatap padanya, "Selamat pagi..." sapanya. Ia harus menyapa kan? Ya.

Serempak, kelas yang penuh itu menjawab. Taeil tersenyum puas sambil meletakkan buku absen dan tasnya. Taeil mendongakkan kepalanya untuk melihat mahasiswanya –tidak, mahasiswa Pak Jung sebenarnya.

"Selamat pagi semuanya, pasti kalian bingung kenapa Pak Jung menjadi kurus seperti ini..." katanya mengundang beberapa suara tawa dan kekehan dari mahasiswanya –oh sudahlah.

Taeil berjalan ke tengah kelas membawa buku absen sambil berkata, "Nama saya Moon Taeil, saya lulusan Universitas Hanyang, dan dalam setengah semester ini kalian akan bertemu dengan saya di mata kuliah Sejarah Seni Musik sebagai asisten Pak Jung –karena beliau sedang dinas di luar kota." Katanya mengambil beberapa kertas.

Taeil meletakkan tumpukan kertas di atas salah satu meja mahasiswanya. Tersenyum kecil Taeil berkata, "Tolong sebarkan." Mahasiswanya itu tersenyum membuat Taeil terdiam. Sadar akan sikapnya, Taeil berjalan menjauh dari mahasiswa berambut coklat itu.

"Kalian pasti tahu hari ini kita akan mengadakan ujian kan? Semester lima seharusnya tidak main-main." Katanya mengundang segudang rengekan dari para mahasiswa yang 4 tahun lebih muda darinya. Taeil terkekeh kecil. Membalik badannya, Taeil melihat kembali ke arah mahasiswa berambut coklat yang tadi. Oh saat ia membalikkan badan dan tersenyum sambil membagikan kertas ujian, Taeil terdiam.

Menggelengkan kepala, Taeil kembali ke tempat duduknya sambil mengecek kertas soal. Melirik ke depan, Taeil mengulum senyum. Kenapa rambut coklat yang membingkai wajahnya terlihat sangat pas? Tindik panjang di telinganya, mata coklat yang lebar dan bulu mata panjangnya juga terlihat sempurna. Dan apa-apaan senyum manis itu? Dia itu laki-laki, mana bisa dia cantik begitu?

Taeil memejamkan matanya sembari mendesah. Jemarinya menulis sesuatu di sepotong kertas kecil yang kemudian diselipkan di salah satu soal.

Apa kau free untu minum kopi sepulang kuliah?

Oh, Moon Taeil berhenti berkhayal. Taeil tersenyum miris. Ah, tidak apa-apa toh dia tidak akan tahu siapa yang menulisnya.

Menghembuskan nafas kecil, Taeil berdiri membagikan soal ujian sambil menjelaskan peraturan ujian. Mata Taeil menatap masing-masing dari mahasiswanya satu per satu, termasuk mahasiswa yang dari tadi menarik perhatiannya itu, oh dia terlihat menggemaskan saat membaca soal sambil menggaruk tengkuknya. Taeil menggeleng kecil lalu duduk di tempat duduknya.

Membaca buku biografi Mozart yang baru ia pinjam kemarin dari perpustakaan kota, Taeil sesekali melirik jam tangannya. Lima menit lagi ujian selesai. Mendongak melihat kelas mulai kosong dan hanya menyisakan seseorang membuat Taeil menyadari, sudah banyak kertas jawaban terkumpul di mejanya.

Mahasiswa berambut coklat yang tadi masih duduk di tempat duduknya. Taeil mengernyit. Apa soalnya begitu sulit dimengerti? Pemikiran Taeil buyar saat mahasiswa itu berdiri mengambil tas birunya –sangat cocok dengan kemeja biru muda dan kaos putihnya. Mahasiswa itu tersenyum sambil meletakkan kertas jawabannya di meja.

"Apa kau mengalami kesulitan?" Taeil memutuskan untuk bertanya.

Mahasiswa itu menggeleng, "Beberapa soal memang sulit, tapi aku bisa mengatasinya."

Oh, Taeil suka suara itu.

Tersenyum kembali, mahasiswa itu pamit dari hadapan Taeil, meninggalkannya terdiam. Taeil memutuskan untuk menumpuk kertas jawaban di depannya menjadi satu, tapi ada kertas kecil berwarna biru muda terselip di antara kertas jawaban itu. Taeil mengernyit, mengambilnya lalu membaca...

Akan ku tunggu di bawah. ^-^

-Yuta

Senyum Taeil mengembang sempurna.

.

.

.

A/N: FIRST story dari kumpulan drabbles yang sedang dalam progress guys XD yah aku tahu ini rare pair dan tenang aja karena ini kumpulan drabbles, aku bikin dengan pairing yang berbeda. XD kayaknya seru gitu kan kalau ngeliat Yuta diharem(?) :''D duhh apalagi Yutanya imut gitu aduh bias :''D /curhat lagi/? :''v dan aku bikinnya sub!Yuta di Fic ini :''D YUTA IS SO BEAUTIFUL GUYS, WHAT ARE YOU TALKING ABOUT? /ngga nyante/? :''D terima kasih untuk yang sudah baca, maupun hanya sekedar buka :''D ku tunggu reviewnya pokoknya :''D bai bai~~

-Yuka