Gloomy

Casts :

- Johnny

- Jaehyun

- Jeno

- Taeyong

- Hansol

- Doyoung

- Yuta

- Ten

- Taeil

- Renjun


Part 12 (Final)

Taeyong sedang asik membolak-balik berkas yang ada di depannya sambil menggigit ujung pulpen yang dipegangnya. Kasus keluarganya Johnny memang sudah selsai, bukan berarti pekerjaannya berakhir sampai disitu, setelah selsai kasus tersebut kini datang lagi kasus baru, walaupun menurut Taeyong tak serumit kasus sebelumnya. Dan berkat kasus keluarganya Johnny, team mereka mendapatkan penghargaan dari kepala kantor. Taeyong sempat berpikir penghargaan tersebut hanya diberikan kepada mereka untuk mencari perhatian publik dan mengangkat derajat kepolisisan karena telah menyelesaikan kasus yang terjadi di salah satu keluarga berpengaruh di Korea, ya keluarga Johnny Seo itu cukup berperan penting dalam bidang ekonomi Korea Selatan. Sampai sekarang saja berita tentang keluarga tersebut belum juga reda, mungkin akan mereda setelah persidangan berakhir.

"Taeyong sunbae, ada yang mencarimu"

Seseorang yang menggunakan seragam polisi tersebut menginterupsi Taeyong, membuat Taeyong mengangkat kepalanya dari berkas yang sedang dikerjakannya.

"oh Winwin, siapa yang mencariku?"

"Jaehyun, anak dari Johnny Seo itu. Aku baru kali ini melihatnya secara langsung ternyata dia sangat tampan"

"Jaehyun?" awalnya Taeyong memasang ekspresi kebingungannya kemudian tertawa ringan mendengar Winwin baru saja memuji Jaehyun tampan.

"hmm..." Winwin mengangguk.

Taeyong berdiri dari tempatnya, mengambil jaket kulitnya yang tersampir dikursi belakangnya dan memakainya.

"Winwin, tolong bantu aku merapikan ini yah, dan jangan satukan berkas yang ini dengan yang ini, kau mengerti?" Taeyong memerintah Winwin dan menunjuk berkas-berkas yang dimaksud.

"ya sunbae-nim"

"gomawo" Taeyong menepuk pundak Winwin sebelum berlalu meninggalkannya untuk menemui Jaehyun.

.

Taeyong berjalan menuju lobby utama kantornya, dia melihat Jaehyun yang sedang duduk menunggunya sambil asik memainkan ponselnya. Jangan lupakan beberapa polisi wanita yang sedang berbisik disekitarnya sambil memandangnya kagum. Well, Taeyong sudah tidak aneh melihat Jaehyun yang dikagumi banyak orang, karena dikampusnya sendiri pun Jaehyun seperti itu, mungkin jika dia jadi seorang idol dia akan menjadi salah satu yang paling populer karena wajahnya, sekarang pun begitu sih, dia dan juga adiknya Jeno populer karena status mereka sebagai pewaris dari perusahaan yang saat ini sedang dipegang oleh Johnny, dan jangan lupakan wajah dari dua bersaudara itu yang tak kalah saing dengan idol-idol saat ini.

"Jaehyun" Taeyong menghampiri Jaehyun dan berdiri di hadapannya yang sedang terduduk.

"Taeyong, ah..maksudku Taeyong Hyung" Jaehyun berdiri seketika, memasukkan kembali ponselnya kedalam saku belakang celana jeansnya.

"apa kau lebih nyaman memanggilku dengan nama saja, dari pada menggunakan embel-embel Hyung dibelakangnya?" Taeyong tersenyum sekilas, terdengar sekali Jaehyun tadi sedikit kaku memanggilnya dengan sebutan Hyung.

"tidak, aku hanya belum terbiasa. Biar bagaimana pun aku tetap harus mamanggilmu dengan sebutan Hyung karena tidak akan sopan jika tidak begitu"

"oh iya, ada apa kau ingin bertemu denganku?"

"ah...itu?" Jaehyun kemudian teringat kembali tujuan awalnya menemui Taeyong, Ia kemudian menggaruk kepalanya dengan jari telunjuknya sedikit ragu untuk menyampaikan keinginannya. "Hyung apakah hari ini kau sibuk?"

"tidak terlalu sih, tapi memang ada beberapa pekerjaan yang harus kukerjakan"

"ah..benarkah?" Jaehyun sedikit tidak enak mengganggu Taeyong dari pekerjaannya.

"memangnya kenapa? Katakan saja, aku akan membantumu jika aku bisa"

"sebenarnya aku ingin hari ini kau menemaniku. Aku ingin mengunjungi Hansol Hyung, diantara Appa dan Jeno hanya aku yang belum mengunjunginya, besok adalah hari persidangannya, aku ingin menemuinya sebelum itu. Aku tak ingin mengunjunginya hanya sendiri, aku juga tak bisa meminta Appa dan Jeno, jadi hanya Hyung yang bisa kuandalkan"

Taeyong tersenyum, Ia sudah bisa menebak pasti Jaehyun ingin menemui Hansol. Taeyong pernah mengirim pesan kepada Jaehyun waktu itu 'jika kau butuh teman untuk mengunjungi Hansol kau bisa menghubungiku, aku akan berusaha meluangkan waktu untuk itu'. Taeyong dengar hanya Jaehyun yang belum mengunjungi Hansol. Sesekali Taeyong bertanya pada temannya yang bertugas di Rutan, mereka mengatakan Hansol pernah dikunjungi sekali oleh Johnny dan Jeno, dan pengacara beberapa kali berkunjung untuknya dan juga sepupunya Kun, Taeyong belum dengar Jaehyun berkunjung untuk Hansol. Jadi rupanya baru hari ini Jaehyun akhirnya mau menemui Hansol lagi.

"tentu saja aku akan menemanimu, aku kan sudah berjanji padamu akan meluangkan waktu jika kau memang butuh teman untuk mengunjungi Hansol"

"kau tidak keberatan kan Hyung? aku tidak mengganggumu?"

"tidak, kau tidak menggangguku. Aku akan menemanimu, sebentar yah aku ambil dompet dan ponsel ku dulu diruanganku"

Jaehyun mengangguk, dan kembali menunggu Taeyong dengan sabar.

.

.

.

"tidak kusangka kau rupanya seorang polisi, wajahmu menipu sekali Taeyong"

"hahaha benarkah? Berarti penyamaranku berhasil"

"tapi hari ini kau berpenampilan berbeda. Penampilanmu hari ini sangat cocok dengan pekerjaanmu"

"ya seperti inilah penampilanku, yang kau lihat kemarin-kemarin hanya penyamaran saja"

Hansol mengangguk, sudah terhitung sekitar lima belas menit Ia mengobrol dengan Taeyong. Taeyong yang dilihatnya hari ini benar-benar sangat berbeda dengan Taeyong saat pertama kali Ia kenal, sekarang penampilannya terlihat sedikit lebih dewasa. Kemudian Hansol melirik seseorang yang ada disebelah Taeyong yang dari tadi hanya bungkam tak mengeluarkan suaranya, Jaehyun. Dari awal Ia datang sampai detik ini tak sedikitpun Jaehyun bersuara, Hansol jadi ingat Johnny yang kala itu mengunjunginya banyak menghabiskan waktu hanya dengan diam walaupun pada akhirnya Johnny mau berbicara juga dengannya, berbeda sekali dengan Jeno. Taeyong yang berada disamping Jaehyun pun ikut melirik Jaehyun yang hanya duduk tertunduk disampingnya, Taeyong tau Jaehyun sebenarnya ingin berkata banyak namun tak bisa mengeluarkannya. Saat pertama melihat Hansol ekspresi Jaehyun langsung berubah, seperti senang tetapi juga sedih, entahlah Taeyong tak bisa menjelaskannya. Maka dari itu untuk menghilangkan rasa canggung Taeyong berusaha mengobrol dengan Hansol.

"Jaehyun" Hansol akhirnya memberanikan diri untuk memanggil Jaehyun, jujur saja Ia juga sedikit takut bertemu dengan Jaehyun. Pertama, karena Ia pernah merasakan tinjuan Jaehyun yang sangat luar biasa itu, sampai berhari-hari Ia tidur dengan rasa sakit. Kedua, karena Ia takut Jaehyun menatapnya dengan tatapan marah atau memandangnya sebagai suatu yang menjijikan, walaupun Hansol tau dia sudah berdosa besar dengan Jaehyun dan keluarganya.

"Jaehyun" sekali lagi, tapi masih belum ada sahutan dari sang pemilik nama.

"Jaehyun"

"aku tau, kau mungkin akan sangat muak berbicara denganku. Tapi waktu kita disini hanya satu jam, dan itu tersisa lima belas menit lagi. Aku memang sedikit kurang ajar, tapi bisakah kau mengeluarkan suaramu, bahkan mendengar sumpah serapahmu padaku pun tak apa. Kau datang kesini bukan hanya untuk diam kan? aku tau kau ingin menyampaikan banyak hal padaku"

Jaehyun akhirnya mengangkat wajahnya yang tertunduk, menatap Hansol yang ada didepannya, Hansol yang duduk berhadapan dengannya walaupun mereka dibatasi oleh kaca.

"aku merindukanmu Jaehyun, sungguh" Hansol tersenyum dengan mata berkaca-kacanya. Akhirnya Ia bisa melihat wajah Jaehyun dengan jelas.

"tidak apa jika kau tak ingin berbicara denganku, melihat kau hari ini saja aku sudah senang"

"Hansol Hyung..." akhirnya Jaehyun mengeluarkan suaranya.

"apakah sakit? Aku memukulmu sangat keras, menghantammu kedinding dan bahkan membuatmu merasakan pecahan guci waktu itu, apakah sakit? Aku yakin itu sangat sakit, maafkan aku"

Hansol melebarkan kedua matanya. Ia tidak menyangka bahwa kalimat pertama yang Jaehyun keluarkan berujung dengan kata maaf. Kata yang tidak pantas didengarnya dari mulut Jaehyun, anak dari seorang wanita yang dibunuhnya. Seketika dada Hansol terasa sesak dan air matanya jatuh, Ia tidak pantas diperlakukan seperti ini.

"sampaikan maaf ku juga kepada Kun sepupumu, karena aku juga melakukan hal yang sama padanya"

Taeyong yang berada disamping Jaehyun juga memandangnya dengan perasaan takjub. Luar biasa, Jaehyun malah mengatakan maaf pada orang yang telah membunuh Eomma nya. Dibandingkan pukulan yang Ia berikan kepada mereka bukankah itu tidak sebanding dengan mereka yang telah merebut nyawa Eomma nya?

"sejak kau tidak ada di rumah, keadaan disana jadi semakin sepi. Aku harus berusaha keras membangunkan Jeno, bagaimana kau bisa membangunkannya dengan mudah? Aku saja sulit melakukannya. Akhir-akhir ini Appa sering minum sendirian di balkon kamarnya, mungkin Appa tidak menyadarinya tapi aku selalu memperhatikannya, dia sering mabuk dimalam hari. Dan aku harus menyiapkan sarapan sendiri tanpa bantuanmu, setiap kali aku melewati kamarmu aku selalu berhenti didepan pintu kamarmu dan berharap kau membuka pintu sambil menyapaku 'hai Jaehyun, bagaimana harimu, apakah menyenangkan?' seperti yang kau lakukan biasanya. Tak kusangka, tidak adanya dirimu benar-benar berdampak besar Hyung, berdampak untukku, Appa dan juga Jeno"

"jangan pernah lupakan bahwa kami bertiga benar-benar kecewa padamu Hyung. Mungkin diantara kami bertiga, Appa yang paling kecewa dan sakit hati disini. Bagaimana bisa kau melakukan itu semua terhadap Appa yang sudah kau kenal jauh sebelum aku lahir? aku tak pernah menyangka, beruntung Appa tidak gila karena itu semua. Andai waktu bisa diputar aku berharap Appa tidak menikahi Eomma dan ini semua mungkin tidak akan pernah terjadi"

Hansol menghapus air matanya, dan menatap Jaehyun dengan pandangan bertanya, begitu pula dengan Taeyong.

"apa maksudmu Jaehyun?"

"kau mencintai Appa bukan?"

Hansol melebarkan kedua matanya, bagaimana bisa? Bagaimana bisa anak ini mengetahuinya? Johnny kah yang memberitahunya?

"jangan terkejut Hyung, aku tau semuanya. Pernah sekali aku membantu Appa untuk kembali masuk ke kamarnya saat Ia mabuk dibalkon kamarnya. Kalau tidak salah itu adalah satu hari setelah Ia bertemu denganmu, Ia benar-benar mabuk berat waktu itu, aku belum pernah melihatnya semabuk itu sebelumnya"

-Flashback-

Jaehyun menyelimuti tubuh Jeno yang sudah tertidur pulas, ini adalah hari pertamanya sejak dia keluar dari rumah sakit dan seharian ini pula Jaehyun menemaninya, bahkan sampai Ia meninggalkan jadwal kuliahnya demi Jeno sang adik. Jaehyun bangkit dari tempat tidur dengan perlahan dan mematikan lampu kamar Jeno kemudian menghidupkan lampu tidurnya yang ada di meja nakas disamping tempat tidurnya.

"good night" gumamnya pelan, lalu berjalan kearah pintu kamar Jeno dengan langkah yang sangat pelan agar tak membangunkannya. Membuka dan menutup pintu tersebut dengan sangat hati-hati.

Jaehyun tak langsung masuk kekamarnya yang ada didepan kamar Jeno. Ia turun kebawah untuk mengambil minum, kebiasaannya sebelum tidur selalu menyediakan air di kamarnya agar saat Ia haus Ia tak perlu repot-repot pergi ke dapur. Sedikit terheran saat melihat seluruh ruangan dibawah masih terang dengan cahaya lampu, biasanya Appa nya akan selalu mematikan atau paling tidak meredupkan pencahayaan di ruangan bawah, baik itu ruang tamu, ruang bermainnya bahkan dapur sekalipun, jangan tanya ruang keluarga ruangan itu siang dan malam pasti akan selalu gelap.

"Appa belum tidur atau lupa mematikan lampu sih?" gumamnya pelan.

Jaehyun pergi ke dapur membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin disana tak lupa gelas miliknya juga. Mematikan lampu dapur, lalu pergi ke ruang tengah mencari remote kontrol yang biasa mereka gunakan untuk mengatur pencahayaan rumah mereka. Setelah mengatur pencahayaan seluruh ruangan menjadi lebih redup, Jaehyun berjalan menelusuri lorong dimana kamar Appa nya berada, Ia hanya ingin memastikan Appa nya itu sudah tidur atau belum.

Saat melewati kamar Hansol, Jaehyun berhenti sebentar, menatap pintu kamar Hansol. Entah mengapa setelah Hansol tak lagi tinggal dirumah ini Jaehyun seperti tertarik magnet saat melewati kamar Hansol, Ia selalu menatap pintu kamar itu dalam diam, tanpa dibuka pun Jaehyun tau kamar itu pasti sangat gelap, jelas saja sekarang penghuninya tak ada. Jaehyun menghembuskan napasnya, Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar Appa nya. Terlihat dari sela-sela bawah pintu kamar tersebut sudah gelap, mungkin saja Appa nya itu memang sudah tidur. Namun Jaehyun tetap mendekati kamar Johnny, membukanya dengan perlahan takut jika Appa nya itu memang sudah tidur nanti terbangun. Jaehyun menautkan kedua alisnya saat tak melihat Appa nya berbaring di tempat tidur, tempat tidur itu masih terlihat rapi.

"Appa?" Jaehyun akhirnya masuk kedalam. "ya tuhan, kenapa larut malam seperti ini Appa masih diluar?" Jaehyun meletakkan botol dan gelas yang dibawanya di meja nakas saat melihat Johnny Appa nya berada di balkon. Kemudian Ia mengambil blanket dan mengahmpiri Appa nya itu, demi tuhan Ia saja yang masih berada didalam sudah merasakan dingin saat membuka kamar Appa nya karena hembusan angin dari balkon dan Appa nya itu sekarang malah berdiam diri disana malam-malam begini.

"oh, my big baby Jaehyun is here" Johnny menyapanya dengan suara yang terdengar parau, Ia sedang mabuk rupanya. Jaehyun melihat botol wine dan gelas dimeja kecil dicamping Johnny.

"Appa, kau tidak kedinginan? Mabuk diluar malam-malam seperti ini. Kalau Appa sakit aku jadi mengurus dua orang. Appa dan juga Jeno" Jaehyun melebarkan blanket yang dipegangnya dan disampirkannya dibahu Johnny, menutupi tubuh Appa nya itu agar tak kedinginan, jelas sekali sekarang hidung nya sudah memerah.

"Appa, apa yang sedang kau pikirkan? Aku belum pernah melihatmu mabuk seperti ini" Jaehyun berlutut didepan Johnny menatap Appa nya yang sekarang benar-benar mabuk.

"dia bilang, dia mencintaiku Jae. Aku membuatnya jadi seorang pembunuh. Eomma mu mati karena diriku Jae, karena kebodohanku"

"apa maksudnya?"

"seandainya aku tak menerima begitu saja keputusan kakekmu untuk menikahi Eomma mu. Seandainya dari awal aku berani menyatakan perasaanku pada Hansol Hyung, dia tidak akan melakukan ini semua. Dia bilang dia mencintaiku dia mengatakan dia sangat tersiksa melihatku menikahi Eomma mu" Johnny meneteskan air matanya dihadapan Jaehyun "ini semua tak akan terjadi jika tidak karena kebodohanku"

"Appa..."

"dengar Jae. Aku tak akan seperti kakekmu, aku tak akan memaksamu menikahi siapapun, aku akan membiarkan dirimu dan Jeno memilih pasangannya sendiri nanti. Aku tak ingin kalian berdua menjadi seperti diriku juga"

Jaehyun menghapus air mata yang menetes di pipi Johnny dengan ibu jarinya. Semakin merapatkan blanket yang tersampir di tubuh Johnny.

"Appa, ini bukan salahmu, dengar ini bukan salah Appa, jangan menyalahkan dirimu, ini semua memang sudah takdir" Jaehyun memeluk Johnny, sudah lama Ia tidak memeluk Appa nya ini, terakhir mungkin saat Ia masih duduk dibangku sekolah dasar. Oh bukan, terakhir kali adalah saat dirumah sakit, saat dimana Jeno ditikam dan Appa nya itu memeluk dirinya yang menangis untuk menenangkannya. Kali ini Jaehyun memeluk Johnny Appa nya untuk hal yang sama "aku tak ingin Appa hidup dengan perasaan bersalah jadi jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Ini bukan salah Appa"

Jaehyun melepaskan pelukannya, kemudian Ia membantu Johnny berdiri "ayo masuk Appa, ini sudah larut dan malam semakin dingin"

Jaehyun menuntun Johnny untuk duduk dikasurnya, menutup pintu balkon dan tirainya membuat kamar Johnny benar-benar gelap. Ia menyalakan lampu tidur dan menghampiri Appa nya lagi, berlutut didepannya.

"Appa aku sudah mengantuk, kau mau aku tidur disini, atau tetap tidur sendiri?"

"Jae, aku selalu berpikir bagaimana jadinya jika aku tidak menikahi Eomma mu? Mungkin aku akan hidup bersama Hansol Hyung dan semua ini tidak akan pernah terjadi. Tapi aku tidak akan pernah melihat mu dan Jeno jika tidak menikahinya, bagaimana pun juga kalian berdua lahir dari rahim wanita itu"

"apa Appa menyesal menikahi Eomma?"

Johnny menggelengkan kepalanya.

"aku tidak menyesal, karena dia memberikanku dua jagoan yang sangat tampan. Yang aku sesali adalah kematiannya. Aku mungkin mencintai Hansol Hyung, tapi jika aku harus memilih diantara keduanya, tentu saja aku akan memilih Eomma mu"

Jaehyun tersenyum, Ia senang setidaknya Appa nya ini tidak menyesal telah menikahi Eomma nya, setidaknya Ia tau Appa nya juga menikmati masa-masa bahagia saat Eomma nya itu masih hidup.

-End of Flashback-

"sejak saat itu aku tau perasaan kalian masing-masing. Sepertinya Appa juga tak ingat jika Ia pernah mengatakan hal itu padaku karena memang pada saat itu dia benar-benar mabuk. Aku tak menyangka bahwa diam-diam kalian berdua saling mencintai, kita hidup satu atap sudah sangat lama tapi bodohnya aku tak pernah menyadarinya"

Hansol meneteskan air matanya lagi, jadi Johnny menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian ini? Tidak, dia tidak boleh seperti itu, ini semua salahnya bukan salah Johnny.

Jaehyun bangkit dari tempat duduknya, masih ada sekitar lima menit lagi sebelum waktu berkunjung habis, tapi sepertinya Ia ingin mengakhiri semua perbincangan ini.

"Hansol Hyung kau jahat sekali, kau membuat Appa hidup dalam perasaan bersalah, kau menyiksanya. Aku tidak marah padamu Hyung, aku hanya sangat kecewa padamu, kau sudah ku anggap sebagai Hyung ku sendiri. Aku dibesarkan bukan hanya oleh kedua orang tua ku tapi juga olehmu. Saat aku lahir orang yang pertama ku kenal bukan hanya kedua orang tuaku tapi juga dirimu, kau Hyung ku, kau benar-benar seperti saudara kandung bagiku. Tapi kau mengecewakanku dengan semua perbuatanmu Hyung. Terimakasih telah memberiku pelajaran yang sangat besar dalam hidupku, pelajaran bahwa cinta itu memang tak harus saling memiliki, cukup melengkapi satu sama lain bukankah itu sudah cukup? Kau mengajariku untuk memikirkan dampak yang akan terjadi kepada diriku dan orang lain sebelum aku mengambil keputusan untuk berbuat sesuatu. Terimakasih untuk segalanya Hyung. Ingat satu hal, kau akan selalu tetap ku anggap sebagai Hyung bagiku, walaupun rasa kecewaku padamu mungkin tak akan pernah hilang" Jaehyun sambil menatap lurus Hansol, mengucapkan kalimat panjangnya itu tanpa nada penekanan, tanpa bentakan, dan makian. Dengan suara halusnya namun kalimat yang diucapkannya benar-benar menusuk Hansol.

"aku tau Appa memberikan pengacara terbaik untukmu dan juga Kun sepupumu. Semoga persidangan besok berjalan lancar"

Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Jaehyun keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Taeyong dan Hansol yang menangis karena perkataannya.

"aku rasa kau mendapatkan hukuman yang sangat berat dibanding kurungan penjara Hansol-ssi"

Taeyong berdiri dari tempat duduknya, membungkukan badannya berpamitan kepada Hansol, kemudian Ia berjalan keluar untuk menyusul Jaehyun. Sejujurnya Taeyong sangat terkejut dengan perkataan Jaehyun, itu kalimat terpanjang yang pernah Taeyong dengar dari mulut Jaehyun. Taeyong tak tau akan seperti apa rasanya jika berada diposisi Hansol. Melihat Hansol yang menangis tadi Taeyong yakin kata-kata yang Jaehyun keluarkan dengan suara lembutnya pasti benar-benar menusuk hati Hansol. Jaehyun tidak salah, Taeyong tau Jaehyun hanya meluapkan apa yang selama ini ingin dia katakan kepada Hansol. Taeyong tersenyum sekilas, setidaknya Jaehyun membalas dendamnya bukan dengan tangannya tapi dengan perkataannya.

Taeyong melihat Jaehyun yang bersandar didinding, dilihat dari gerakan tangannya Taeyong tau anak itu sedang menghapus air matanya. Taeyong melangkah menghampiri Jaehyun.

"Taeyong Hyung, aku tadi membuatnya menangis"

"itu bukan salahmu Jaehyun, dia menangis karena Ia menyadari kesalahannya"

.

.

.

"Hyung...apakah masih lama? Aku sudah lapar" Jeno terus saja mengeluh dari saat Ia bangun tidur sampai sekarang menunggu sarapan yang sedang disediakan oleh Jaehyun. Meletakkan kepalanya diatas meja makan sambil memegang pisau dan juga garpu, Ia benar-benar kelaparan rupanya.

"sabarlah, aku juga lapar, kau enak yaah tinggal makan saja, sementara aku disini harus memasak juga" Jaehyun masih sibuk menyediakan sarapan di counter dapur.

Johnny yang melihat Jeno terus mengeluh dan keluhannya itu mungkin akan membuat Jaehyun kesal akhirnya bangkit dari tempat duduknya, menghampiri kulkas dan mengambil sekotak susu. Menyerahkannya kepada Jeno.

"ganjal perutmu dengan itu dulu"

"Appa yang terbaik" Jeno langsung mengangkat kepalanya, meletakkan garpu dan juga pisaunya, menyambar susu yang baru saja diberikan oleh Appa nya.

Jaehyun menyelsaikan membuat pancake nya, meletakkan pancake yang Ia buat diatas meja, Johnny juga ikut membantunya. Jaehyun sebenarnya ingin makan sesuatu yang gurih seperti sandwich dengan daging panggang dan mayonaise didalamnya tapi Jeno ingin sarapan dengan sesuatu yang manis jadilah Jaehyun mengalah. Setelah selsai menghidangkan pancake nya, Jaehyun berajalan kearah kulkas mengambil cake yang tinggal empat potong itu, dan meletakkannya juga diatas meja, sarapan dengan cake mungkin tidak buruk juga.

"sesuai permintaanmu, sarapan yang manis. Pancake dengan bonus cake" Jaehyun kemudian duduk dan mulai menyantap sarapannya.

"Hyung sejak kapan kau punya cake? Siapa yang ulangtahun?"

"tidak ada, aku hanya iseng membelinya. Waktu itu aku dan Taeyong Hyung pernah makan di sebuah cafe dan Taeyong Hyung membelikanku sepotong cake. Karena cake nya enak besoknya aku langsung beli lagi"

"rupanya kau sering meghabiskan waktu dengan Taeyong yaah" tanya Johnny dengan senyum jahilnya.

"tidak, hanya sesekali saja, Taeyong Hyung benar-benar seseorang yang sibuk"

"aku dengar kau mengunjungi Hansol Hyung dengannya"

"Hyung sudah mengunjungi Hansol Hyung?"

Jaehyun mengangguk menjawab pertanyaan Johnny dan Jeno sekaligus.

"Appa, hari ini persidangannya bukan? Jam berapa?"

"sekitar jam satu siang nanti. Apa kalian akan datang?"

"tentu saja" ucap Jaehyun dan Jeno berbarengan.

.

.

.

Johnny, Jaehyun dan Jeno sudah berada diruang persidangan sekitar sepuluh menit yang lalu. Johnny duduk tenang dengan kedua anaknya disampingnya yang sedang memainkan PSP mereka lebih tepatnya Jeno yang sedang asik bermain dengan Jaehyun yang memberikannya dukungan seperti suporter disamping Jeno.

"ya terus Jeno, tidak...kau jangan lakukan itu nanti kau kalah, ganti senjata yang lebih kuat, oh ayolah kau payah sekali" Jaehyun seperti mendesak Jeno sambil merangkul bahu adiknya yang sedang memegang PSP dengan kedua tangannya dan fokus bermain game.

"oh tidak Hyung mereka menyerangku"

"jangan menyerah, kubilang ganti senjata, nah iya bagus terus pukul terus"

"yessss...!" keduanya memekik senang bahkan sampai berdiri dari tempat duduk mereka dan mengangkat kedua tangan mereka tinggi-tinggi lalu ber high-five ria saat Jeno berhasil mengalahkan musuh dalam game nya itu.

Johnny hanya tersenyum melihat kedua anaknya ini, mereka kalau sudah bermain game seperti tidak tau tempat. Apa mereka tidak sadar kalau sekarang mereka berada di ruang persidangan? Ya walaupun persidangan belum dimulai, hakim dan juga jaksa belum datang tapi kan tetap saja. Mungkin Jeno akan terlihat wajar mengingat dia masih menginjak remaja yang terkadang bersikap labil, tapi Jaehyun? Dia itu seorang mahasiswa tingkat akhir yang sebentar lagi akan menjalankan sidang skripsinya tapi lihatlah tingkah kekanak-kanakannya ini.

"apa kalian baru saja memenangkan juara dunia? Kelihatannya senang sekali" Johnny dengan halus menegur kedua anaknya itu.

"hehehe" Jaehyun dan Jeno hanya nyengir tanpa dosa dan duduk ditempatnya kembali.

Diruang sidang ini hanya ada mereka bertiga dan beberapa petugas yang sedang menyiapkan segala sesuatu untuk jalannya persidangan nanti. Johnny sudah mengatakan untuk menjadikan persidangan ini tertutup dari media sehingga para wartawan dilarang masung ke ruangan, biarkan mereka mengetahui hasil akhirnya saja tanpa tau seperti apa persidangan berjalan, Johnny tidak mau persidangan ini di tonton jutaan orang melalui layar televisi nantinya. Suara pintu dibelakang mereka terbuka membuat mereka bertiga menoleh dan melihat lima orang yang tak asing untuk mereka masuk kedalam ruangan.

"oh tuan Seo ternyata sudah disini. Annyeonghaseyo" Taeil membungkukkan badannya diikuti dengan keempat temannya yang lain dibelekangnya.

Johnny, Jaehyun, dan Jeno berdiri ikut membungkukkan badannya menyapa lima orang yang baru datang ini.

"Taeyong Hyung" Jeno melambaikan tangannya kepada Taeyong dan tersenyum senang, sudah lama sekali Jeno tidak melihat Taeyong.

"hai Jeno, kau terlihat sudah sehat" Taeyong menghampiri Jeno dan mengelus rambut halus Jeno. jujur saja Taeyong juga merindukan Jeno yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

"kalian menghadiri persidangan juga?" Johnny bertanya kepada lima orang didepannya ini, lebih tepatnya bertanya kepada sang ketua, Taeil.

"ya kami tidak akan melewatkannya, aku harap kalian tidak keberatan"

"tentu saja tidak" ucap Johnny ramah.

Taeil, Ten, Doyoung, Yuta dan Taeyong mengambil tempat duduk mereka. Taeyong yang sudah ditarik Jeno akhirnya duduk diantara Jaehyun dan Jeno, sementara Taeil, Ten, Doyoung dan Yuta duduk di barisan lain dibelakang Johnny dan yang lainnya. Beberapa jaksa sudah terlihat masuk kedalam ruang persidangan dengan seragam khas mereka duduk di tempat yang sudah disediakan. Tak lama setelah jaksa duduk, pintu didepan mereka kembali terbuka dan dua orang dengan setelan jas yang sangat rapi masuk ke ruangan tersebut, dua orang yang berstatus sebagai pengacara yang akan membela terdakwa tidak langsung duduk ditempat mereka, dua orang tersebut menghampiri Johnny.

Johnny ikut berdiri dan menyambut dua orang yang sudah dikenalnya ini, mereka saling berjabat tangan.

"kami akan melakukan yang terbaik tuan Seo"

"aku percaya pada kalian pengacara Choi dan Lee, selamat berjuang"

Choi Minho dan Lee Taemin, pengacara yang diutus oleh Johnny untuk membantu Hansol dan juga sepupunya Kun dalam persidangan ini mengangguk, dan kemudian duduk ditempat mereka.

"aku tidak menyangka, Johnny menyewa pengacara kondang macam mereka" Ten berbisik kepada Doyoung yang ada disampingnya.

"ya aku juga terheran sendiri, bagaimana bisa dia mengutus pengacara sehebat itu untuk seorang yang sudah membunuh..."

"ssst..." Taeil menegur keduanya, mereka memang berbisik tapi Taeil bersumpah masih bisa mendengar bisikan mereka, jika Johnny dan kedua anaknya mendengar bagaimana.

Yuta hanya menggelengkan kepalanya melihat dua temannya yang biang gosip ini. Yuta sebenarnya juga terheran dengan Johnny yang masih saja peduli pada Hansol yang sudah berbuat kejam padanya, buktinya Ia yang memanggil pengacara untuk keduanya, tak tanggung-tanggung pengacara yang dipanggil adalah dua dari sekian banyak pengacara terbaik di Korea. Siapa yang tidak kenal Choi Minho dan Lee Taemin pengacara kondang yang selalu sukses dalam persidangan mereka, dikenal dengan kejujuran mereka dan selalu membela yang benar, mereka akan membela clien mereka mati-matian jika memang clien mereka tidak bersalah dan akan membiarkan hakim menjatuhkan hukuman kepada clien mereka jika memang clien mereka bersalah. Baru kali ini Yuta melihat hubungan yang bukan hubungan keluarga yang seerat ini, sepertinya pepatah darah lebih kental daripada air tidak berlaku untuk mereka.

Tak berselang beberapa menit, hakim yang akan memimpin jalannya persidangan masuk dan duduk ditempatnya, semua orang yang ada diruangan tersebut berdiri dan menyambutnya.

"saya Kim Jun myeon sebagai hakim, dengan ini saya menyatakan persidangan dimulai" kemudian hakim tersebut mengetuk palunya. "terdakwa dipersilahkan masuk ke ruangan"

Pintu terbuka kembali, menampakan dua orang sebagai terdakwa masuk kedalam ruangan. Hansol melirik kearah bangku penonton dan melihat Johnny dan kedua anaknya disana, Ia tersenyum singkat saat melihat Jeno melambaikan tangannya. Hansol dan Kun duduk diantara Minho dan Taemin yang akan membela mereka.

Persidangan berjalan dengan lancar, dengan jaksa yang menunjukkan gugatannya, memperlihatkan barang bukti yang dikumpulkannya, memanggil saksi yaitu para maid yang bekerja dirumah Johnny, para bodyguard lama mereka dan juga Johnny dan kedua anaknya Jaehyun dan Jeno. Minho dan Taemin yang membantu Hansol dan Kun dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh jaksa, sesekali membela mereka berdua jika jaksa melakukan hal yang berlebihan, dan juga hakim yang selalu mengawasi jalannya persidangan. Taeil dan keempat anggota team nya juga mengikuti jalannya persidangan dengan seksama, Doyoung dan Ten dengan bodohnya mengadakan taruhan dengan hasil akhir sidang nanti, dan Yuta yang tetap tenang. Taeyong sesekali melirik Jaehyun dan Jeno yang terlihat tanpa ekspresi, mungkin Taeyong sudah terbiasa dengan ekspresi datarnya Jaehyun tapi baru kali ini Taeyong melihat Jeno yang tak berekspresi, begitu pula dengan Johnny dia lebih banyak menunduk, mungkin menghindari tatapan Hansol.

"baiklah, jaksa saya persilahkan untuk memberikan pernyataan terakhir anda" tak terasa tiga jam sudah berlalu, hakim mulai mengakhiri sesi debat antara jaksa dan pengacara tersebut.

Jaksa ber name tag Oh Sehun tersebut mulai berdiri di tengah-tengah ruang persidangan untuk memberikan pernyataan terakhirnya.

"terdakwa, Ji Hansol dan Kun bekerjasama untuk membunuh seorang wanita yang merupakan istri dari Johnny Seo, orang yang selama ini sudah dikenal oleh Hansol selama puluhan tahun lamanya. Menyembunyikan barang bukti, mengalihkan perhatian keluarga korban untuk menutupi kesalahannya, memberikan kesaksian palsunya kepada polisi, menutupi semua perbuatannya dengan baik dan juga apik. Didepan mata keluarga korban, dia dengan teganya membunuh seorang ibu dan seorang istri didepan suami dan anak-anaknya, bahkan untuk anak dibawah umur seperti Jeno sehingga membuat mereka mendapatkan trauma yang besar. Bukankah itu perbuatan yang sangat keji tuan hakim? Maka saya sebagai jaksa berharap kebijakan atas hakim untuk memberikan hukuman yang pantas untuk kedua orang terdakwa tersebut. Terimakasih" Sehun membungkukkan badannya kepada hakim dan kembali duduk ditempatnya.

"untuk pengacara, saya persilahkan untuk menyampaikan pernyataan terakhir anda"

Minho dan Taemin saling pandang lalu kemudian keduanya mengangguk dengan pasti. Minho berdiri dari tempatnya melangkahkan kakinya ketengah-tengah ruang sidang, sebelum menghadap kepada hakim Ia menatap Johnny berkomunikasi lewat matanya seakan menyampaikan kami sudah melakukan yang terbaik Johnny yang seperti mengerti apa maksud dari Minho kemudian menganggukkan kepalanya. Pengacara tersebut menghembuskan napasnya dan dengan mantap menatap hakim didepannya.

"terdakwa, Ji Hansol dan Kun adalah dua bersaudara yang saling bergantung satu sama lain. Mereka telah melakukan kesalahan yang sangat besar dalam hidup mereka, menghabisi nyawa seseorang, seseorang yang masih sangat dibutuhkan oleh keluarganya, oleh suaminya oleh anak-anaknya. Tetapi mereka sudah mengakui kesalahan mereka, mereka sudah menyesali apa yang mereka perbuat. Bukankah keluarga korban sendiri sudah memaafkan perbuatan mereka? Saya yakin tuan hakim tadi mendengar bahwa mereka sudah memaafkannya. Saya dan juga rekan saya Lee Taemin sebagai pengacara yang membela mereka mengakui bahwa mereka melakukan pelanggaran hukum yang sangat besar. Tetapi saya berharap kebijaksanaan tuan hakim untuk memberikan hukuman ter-ringan atas kesalahan mereka, sama seperti keluarga korban yang sudah memaafkan mereka. Terimakasih" Minho membungkukkan badannya kemudian kembali ketempat duduknya.

Hakim bernama Kim Jun myeon tersebut kemudian mengangguk, butuh waktu hampir tiga puluh menit untuk dia berdiskusi dengan dua orang disampingnya untuk menjatuhkan hukuman yang pantas, dan tiga puluh menit itulah waktu yang paling menegangkan baik untuk Hansol dan Kun, untuk kedua pengacara mereka, untuk Johnny dan kedua anaknya, dan juga Taeil dan keempat teman teamnya. Taeyong melirik Jaehyun yang mengatupkan kedua tangannya dipangkuannya, Taeyong tau Jaehyun juga sedikit tegang. Siapa yang tidak tegang, hukuman yang akan dijatuhkan bisa jadi hukuman seumur hidup penjara atau lebih parahnya hukuman mati, jika saja kata-kata terakhir pengacara yang bernama Minho itu berhasil membujuk hakim mungkin mereka akan mendapatkan hukuman paling ringan dua puluh tahun penjara. Taeyong meraih tangan Jaehyun menggenggam tangannya untuk memberikan sedikit ketenangan, dan tersenyum padanya saat Jaehyun menoleh kearahnya.

"aku sedikit tegang Hyung" ucap Jaehyun pelan.

"iya aku tau"

Johnny yang ada disamping Jaehyun pun tak jauh berbeda. Taeyong tau mereka takut seandainya hakim memutuskan untuk memberikan hukuman terberat, yaitu hukuman mati. Sungguh Taeyong juga tak akan tega bila hukuman itu yang diberikan.

"baiklah untuk terdakwa silahkan berdiri" hakim mulai membuka suaranya dan membuat suasana semakin menegangkan.

Hansol dan Kun berdiri ditengah-tengah ruangan menghadap kepada hakim yang akan membacakan hasil akhir dari sidang ini.

"terdakwa Ji Hansol dan Kun, telah melakukan suatu pembunuhan berencana terhadap Ny. Seo. Menutupi kejahatannya selama satu tahun dengan menghilangkan barang bukti dan memberikan pernyataan palsu. Menghilangkan nyawa seseorang tentu saja bukanlah kesalahan yang kecil, terdakwa telah melanggar hukum dan seorang yang melanggar hukum tentu saja pantas untuk diberikan hukuman yang sesuai dengan perbuatan mereka. Seperti pengacara katakan, keluarga korban telah memberikan maaf mereka, serta kedua terdakwa yang tidak menyangkal atas perbuatan mereka maka dengan ini sayang menyatakan untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa dengan kurungan penjara maksimal dua puluh tahun" hakim tersebut mengetuk palunya.

"dan dengan ini saya nyatakan persidangan selsai, terimakasih" Hakim dan jaksa mulai berdiri dan meninggalkan ruang persidangan.

Hansol dan Kun menghembuskan napasnya, Hansol melirik Kun yang ada disampingnya lalu tersenyum pada sepupunya tersebut.

"Hyung kita terbebas dari hukuman mati"

Hansol memeluk Kun dan berbisik "maafkan aku sudah melibatkanmu, maafkan aku sudah menghancurkan hidupmu, maafkan aku Kun"

"jangan lupakan bahwa aku keluargamu Hyung, aku sudah memaafkanmu, aku senang bisa bersamamu" Kun mengelus punggung Hansol dan tersenyum.

Hansol dan Kun kemudian menghampiri Minho dan Taemin yang sudah membela mereka, kemudian membungkukkan badan mereka kepada dua pengacara tersebut.

"terimakasih sudah membantu kami"

"sama-sama, maafkan kami hanya itu yang bisa kami lakukan" Taemin menepuk pundak Hansol.

"setidaknya kalian telah membebaskan kami dari hukuman mati, kami benar-benar berterimakasih"

"aku tau dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi kalian harus tetap semangat" Minho mengepalkan tangannya untuk memberikan semangat kepada dua clien mereka ini.

Dua pengacara itu kemudian pergi meninggalkan ruangan setelah sebelumnya berjabat tangan dengan Johnny saat melewati pria itu yang masih duduk ditempatnya.

Dua petugas kemudian datang untuk menuntun Hansol dan Kun keluar dari ruangan. Johnny dan kedua anaknya Jaehyun dan Jeno langsung berdiri dari tempat mereka, menghampiri Hansol sebelum petugas tersebut benar-benar membawanya keluar.

"Hansol Hyung" Johnny dengan ragu memeluk Hansol yang ada didepannya ini, mungkin ini untuk yang pertama dan terakhir "jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatanmu Hyung, aku akan merindukanmu" Johnny menepuk punggung Hansol sekilas sebelum melepas pelukannya.

Hansol hanya tersenyum dan mengangguk.

"Hansol Hyung, sampai jumpa" itu suara Jeno, dengan senyuman khasnya.

Hansol tertawa singkat "saat aku keluar nanti aku sudah tua Jeno. kita akan berjumpa lagi dan aku akan bertemu dirimu yang sudah dewasa"

"Hansol Hyung, maaf atas perkataanku kemarin, aku akan merindukanmu"

"kau tidak salah Jaehyun, aku mengerti maksudmu. Aku juga akan merindukan kalian, sekali lagi maafkan aku dan juga sepupuku, jika masih diberi kesempatan kita mungkin akan bertemu lagi dua puluh tahun mendatang. Sekali lagi maafkan aku, kalian sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri, sampai jumpa"

Dan setelah Hansol menyelsaikan kalimatnya, dia dan sepupunya Kun pergi meninggalkan ruangan tersebut meninggalkan Johnny Jaehyun dan Jeno. Mereka tidak menangis, tidak seperti kemarin-kemarin ketika mereka terlihat sangat cengeng. Mereka ingin setidaknya berpisah dengan suasana yang baik tanpa air mata dan kesedihan, mereka bertemu pada saat yang baik maka mereka berpisah dengan baik-baik juga. Hansol tak akan pernah melupakan betapa kecewanya tiga orang itu kepada dirinya, Hansol sadar hukuman yang didapatnya ini tidaklah sebanding dengan rasa kecewa tersebut, Hansol akan selalu ingat bahwa Johnny, Jaehyun dan Jeno pernah mengisi hari-harinya dengan kebahagian, membiarkannya merasakan bagaimana rasanya kehangatan keluarga, Hansol tak akan melupakan itu dan Hansol akan selalu berterimakasih kepada mereka, tak lupa Hansol juga akan selalu merasakan perasaan menyesal dan bersalah kepada mereka, Hansol tak akan pernah melupaknnya.

.

.

.

Jaehyun tersenyum senang, Ia melangkah dengan ringan. Ini adalah hari bahagianya, hari dimana segala perjuangannya dalam menempuh kuliah selsai sudah, hari dimana dia akan menghadapi dunia yang baru. Dengan topi toganya Ia terlihat sangat tampan dan bersinar, semua mahasiswa yang baru diwisuda pasti akan merasakan hal yang sama, betapa senang dan gembiranya mereka saat akhirnya mereka bisa lulus dan menjadi seorang sarjana.

"Jaehyun" seorang wanita memanggilnya, membuatnya menghentikan langkahnya dan menoleh.

Chaeyeon, wanita yang memanggilnya tersebut menghampirinya dan tersenyum kepada Jaehyun "congratulations" Chaeyeon mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Jaehyun.

"you too, congratulations" Jaehyun dengan senang hati menyambut tangan Chaeyeon dan berjabat tangan dengannya, membalas senyuman wanita cantik tersebut.

Ya, Jaehyun sudah berubah, Ia jadi sedikit lebih ramah dengan orang disekitarnya, dan Jaehyun harus berterimakasih pada seseorang yang telah mengajarkannya untuk membuat dirinya sedikit terbuka dengan orang lain. Bahkan sudah tak terhitung Jaehyun mengucapkan selamat kepada teman-teman seperjuangan lainnya atas kelulusan mereka.

"Jaehyun Hyung..." suara seseorang berteriak memanggilnya, tanpa menoleh pun Jaehyun tau kalau itu Jeno adiknya.

"kalau begitu aku permisi" Chaeyeon berpamitan pada Jaehyun dan meninggalkannya.

"Renjun ayo cepat" Jeno menarik Renjun temannya yang kerepotan membawa dua buket bunga untuk menghampiri Jaehyun Hyungnya.

"sabar sedikit, aku memegang banyak buket bunga kau hanya memegang satu yah" protes Renjun.

"Hyung congratulations" Jeno langsung memeluk Hyung nya itu saat Ia sampai, menyalurkan rasa bahagianya juga, Jeno menyerakhan buket bunga yang dibawanya kepada Jaehyun.

"Thank you my beloved dongsaeng" Jaehyun menerima buket bunga yang diberikan Jeno lalu mengelus kepala adiknya dengan sayang. Ini buket bunga pertamanya.

"Hyung selamat yaah, kau sudah jadi sarjana, ini dariku" Renjun menyerahkan satu buket bunga yang dibawanya "dan ini dari tiga sekawan Mark, Haechan dan Jaemin, mereka juga titip salam padaku untuk mengucapkan selamat padamu Hyung" Renjun kemudian menyerahkan satu buket bunga lagi yang ada ditangannya.

"waah..terimakasih yah Renjun dan dimana Mark, Jaemin dan Haechan?"

"katanya mereka langsung datang kerumah saja Hyung, sekalian makan-makan"

"cih dasar anak-anak itu"

Jaehyun kemudian mengedarkan pandangannya, masih ada seseorang yang ditunggunya untuk mengucapkan selamat padanya. Bukan, bukan hanya seseorang tapi dua orang, Jaehyun masih mengharapkan dua orang itu datang walaupun Jaehyun tau satu diantara mereka mungkin tidak akan datang.

"my big baby"

Jaehyun tersenyum, itu Appa nya, satu dari orang yang ditunggunya. Johnny memeluk Jaehyun dan menyerahkan buket bunga yang dibawanya.

"congratulations, I really proud of you"

"Thank you, dan mulai sekarang Appa jangan panggil aku big baby lagi, Appa tidak lihat aku sudah jadi sarjana?" Jaehyun menunjukkan topi toga yang dipakainya kepada Johnny.

"oke, aku tak akan memanggilmu big baby lagi, now you are my boy"

"Jaehyun"

Jaehyun menoleh kearah sumber suara, senyumannya kembali mengembang saat tau siapa yang baru saja memanggilnya. Orang kedua yang ditunggunya, dia datang, di tengah-tengah kesibukannya menyempatkan diri untuk datang, sungguh Jaehyun sangat senang.

"congratulations" orang tersebut menyerahkan buket bunga yang dibawanya.

"terimakasih Taeyong Hyung, aku senang kau menyempatkan diri untuk datang"

"tentu saja aku harus datang, bukankah ini moment penting?"

Jaehyun mengangguk senang. Ditangannya sudah penuh dengan buket bunga. Orang yang dinantinya sudah hadir bersamanya, lengkap sudah, ini benar-benar hari bahagia untuk Jaehyun.

"nah karena ini moment penting bagaimana jika aku memotret kalian, Jeno pinjam kameramu" Taeyong yang melihat Jeno mengalungkan sebuah kamera, memintanya untuk menyerahkan kamera tersebut padanya.

Johnny, Jaehyun dan Jeno berdiri berdampingan, ini akan jadi foto keluarga pertama mereka setelah sekian lamanya. Mereka tersenyum kearah kamera yang dipegang oleh Taeyong.

"siap yaah, satu dua tiga"

Klik!

Taeyong tersenyum senang, begitu pula dengan Renjun yang ada disampingnya. Taeyong baru saja mengabadikan moment bahagia sebuah keluarga, mungkin tidak sempurna, tapi melihat ketiganya tersenyum Taeyong tau, jika keluarga itu sekarang sangat bahagia.

.

.

.

3 tahun kemudian

Seseorang tengah duduk di salah satu bangku yang tersedia dilapangan luas, sambil membuka beberapa surat yang ada ditangannya. Membacanya satu persatu dan tersenyum saat membaca isi surat tersebut. Ini menjadi kebiasaan rutin Hansol setelah tiga tahun belakangan ini, dalam sebulan sekali Ia akan menerima dan membaca kiriman surat dari Johnny, Jaehyun dan juga Jeno, dilapangan Rutan yang tersedia, satu-satunya tempat dimana Ia bisa menghirup udara segar.

Hansol Hyung, kau harus mengucapkan selamat padaku karena sekarang aku adalah seorang mahasiswa. Aku diterima di universitas dimana Jaehyun Hyung pernah belajar disana, oh iya Hansol Hyung ingat Renjun? Temanku yang waktu itu menemaniku untuk mengunjungimu. Dia juga sekarang seorang mahasiswa jurusan kedokteran, hebat bukan? Dan aku, aku akan mengambil jurusan bisnis, jurusan yang selama ini aku inginkan, jika sudah lulus nanti aku akan membantu Appa dan Hyung di perusahaan, Hansol Hyung harus mendukungku agar aku sukses nanti. Bagaimana kabarmu disana Hyung? aku harap kau baik-baik saja, seperti biasa pesanku, untuk jaga kesehatanmu Hyung, aku merindukanmu.

-Jeno-

Hansol Hyung, apa yang kau lakukan kepada karyawan-karyawanmu itu? Mereka sangat manja dan lamban sekali, kau terlalu memanjakan mereka Hyung, aku jadi kerepotan menggantikan posisimu. Lihat saja, aku tak akan memperlakukan mereka sama seperti Hyung memperlakukan mereka, Hyung kurang tegas sehingga mereka jadi seperti itu. Oh iya, Appa akhir-akhir ini sering mengajakku untuk bertemu dengan para pemegang saham, aku jadi mulai akrab dengan perusaahan sekarang. Hyung doakan aku supaya aku bisa membangun perusahaan ini lebih baik bersama Appa, aku juga akan selalu mendoakanmu dari sini Hyung dan akan selalu merindukanmu.

-Jaehyun-

Hansol Hyung, apa kau tau, Jaehyun benar-benar ditakuti oleh karyawan-karyawan disini, banyak yang bilang jika Jaehyun lebih menyeramkan dariku Hyung. sungguh aku tidak tau jika anak itu akan sangat tegas seperti sekarang, tapi berkat itu pekerjaanku jadi sedikit lebih mudah, aku benar-benar bangga padanya Hyung, dan Jeno juga sekarang sudah jadi mahasiswa, aku akan selalu menantikkan saat dimana Jeno juga akan terjun ke perusahaan. Tapi harus kuakui bekerja denganmu lebih menyenangkan daripada dengan Jaehyun, anak itu lebih serius daripada dirimu,tidak asik sekali. dan akan kuberitau satu rahasia, aku yakin Jaehyun pasti tidak mengatakannya padamu Hyung, dia akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersama Taeyong. Tak terasa kedua anakku itu sudah beranjak dewasa Hyung, aku jadi meresa semakin tua hahaha. Hyung jaga kesehatanmu yah, karena kau sudah lebih tua dariku haha, becanda Hyung, jangan marah, aku merindukanmu.

-Johnny-

Hansol tersenyum membaca semua surat tersebut, surat yang akan selalu meningkatkan mood nya ketika dia membacanya. Hansol merapikan surat-surat tersebut dan memasukannya kembali kedalam amplopnya. Ia kemudian membuka satu amplop lagi yang belum dibacanya. Hansol sedikit terkejut saat membuka amplop itu, berbeda dengan amplop sebelumnya yang berisi sebuah surat, amplop yang dibukanya ini berisi sebuah photocard. Hansol melihat Johnny, Jaehyun dan Jeno didalam photocard tersebut, dengan Jeno yang berada ditengah-tengah memegang sebuah cake dengan lilin yang menyala. Ketiganya tersenyum dengan menggunakan topi kerucut yang biasa digunakan untuk merayakan ulang tahun. Ini pertama kalinya Hansol menerima sebuah photocard, mata Hansol mulai berair, sungguh Hansol benar-benar merindukan ketiga orang yang ada didalam photocard tersebut. Hansol membalik photocard tersebut dan menemukan tulisan

Hansol Hyung, Happy birthday, wish you all the best, we miss you and love you

-3J-

Hansol meneteskan air matanya, ini hari ulang tahunnya? sungguh Hansol tidak mengingatnya. Hansol membalik photocard tersebut dan kembali melihat tiga orang yang ada didalam photocard tersebut. Selembaran yang sangat sederhana tapi Hansol sangat senang, ini merupakan hadiah ulang tahun yang sangat indah menurutnya.

"terimakasih, dan aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian" gumam Hansol.

Johnny, Jaehyun, Jeno dan Hansol kembali melanjutkan kehidupan mereka masing-masing. Memulai kembali dari awal dan mencoba melupakan semua yang terjadi, walau tak bisa dipungkiri rasa kekecewaan selalu menyertai Johnny, Jaehyun dan Jeno, juga Hansol yang selalu dihantui oleh penyesalan. Dari semua kejadian ini Johnny dan kedua anaknya Jaehyun dan Jeno belajar bahwa dendam tak akan menyelsaikan suatu masalah, dan memaafkan merupakan sesuatu yang indah. Mungkin Hansol terlambat, tapi Ia menyadari bahwa rasa ingin memiliki dapat membawamu menjadi serakah dan menggiringmu untuk berbuat sesuatu yang tak pantas, mereka semua telah mendapatkan pelajaran mereka masing-masing. Hidup damai tanpa adanya dendam, pepatah mengatakan darah lebih kental daripada air, pepatah yang berarti bahwa keluarga akan selalu unggul dibandingkan orang lain, tapi bukankah menghabiskan waktu yang sangat lama dengan orang lain dapat membuat kalian merasa bahwa orang lain tersebut adalah keluarga kalian? Menjalani susah senang bersama, menangis dan tertawa bersama itu merupakan hal yang dilakukan oleh keluarga kan? dan itulah Johnny, Jaehyun, Jeno dan Hansol saat mereka hidup bersama didalam satu atap, mereka adalah keluarga yang tak terhubung dengan ikatan darah, pepatah tersebut tidak berlaku untuk mereka.

-END-


Annyeonghaseyo~

yeaayyyy ini udh End, dengan Winwin, Minho, Taemin, Sehun, dan juga jun myeon alias Suho sebagai casts numpang lewat hehehe. Star sampai buka mbah google dulu loh soal hukuman untuk pembunuhan berencana dan di google memang hukuman mati atau penjara seumur hidup tapi ada juga hukuman paling ringan yaitu 20 tahun penjara, nah disini Star ambil deh hukuman 20 tahun penjara buat Hansol dan Kun biar gak sedih-sedih banget. ini dia beberapa alasan Star dalam memilih cast:

Johnny, Star memilih Johnny sebagai karakter Appa disini karena dia menurut Star yang paling Daddyable diantara semua member NCT yang lainnya, dan aura dia menurut Star emang dapet banget buat jadi seorang Daddy eaaaaa hehehe...

Jaehyun, Star memilih Jaehyun karena disini pada awalnya Jaehyun merupakan orang yang sangat tertutup dan sedikit menyeramkan, tapi sangat manis dan baik hati ketika bersama adiknya Jeno. Star pilih Jaehyun karena Jaehyun itu menurut Star kalu lagi masang ekspresi datar atau tidak senyum itu sedikit mengintimidasi dan semua akan hancur ketika senyuman malaikatnya muncul, jadi Star anggap dia cocok untuk menjadi karakter Jaehyun disini.

Jeno, Star pilih Jeno karena diantara semua member NCT Dream cuma Jeno yang Star anggap pantas jadi adiknya Jaehyun, coba perhatiin deh, mereka berdua terkadang mirip kok, apalagi pas selfie bareng diacara MAMA award, ya kaaan.

Hansol, member NCT yang terlihat kalem, diam-diam menghanyutkan, dan karena Hansol itu selalu dipasangkan sama Johnny jadilah Hansol memerankan karakter Hansol di ff ini. maafkan Star untuk para Hansol stan.

Taeil, Yuta, Taeyong, Ten, Doyoung. Jujur aja Star ngambil sisa dari member NCT buat memerankan karakter polisi.

Renjun, kenapa Renjun jadi adiknya Doyoung? karena menurut Star cuma Renjun member NCT Dream yang cocok jadi dongsaengnya Doyoung.

dan Kun, maafkan Star, jujur aja Star dari awal emang cuma pengen member NCT yang jadi cast karena waktu itu cuma Kun yang tersisa jadilah dia memerankan karakter pembunuh, padahal gak cocok banget yaah dengan wajah dan senyum malaikatnya, mungkin Yuta akan lebih cocok tapi Yuta sudah terlanjur Star jadikan polisi.

ini benar-benar ff pertama Star, baru belajar nulis dari ff ini, maafkan Star kalau masih banyak kesalahan disana sini, tidak bisa membawakan alur cerita dengan baik karena ini memang baru belajar. Star ucapkan terimakasih kepada semua readers yang sudah menyempatkan diri untuk membaca ff pertamaku ini, dan special thanks untuk kalian yang me review dari chapt pertama sampai akhir walaupun Star tak pernah membalas review kalian Star benar-benar terimakasih I love you, dan tidak lupa untuk Fav and Follow. Star harap kalian beri kritik dan saran kalian di review untuk chapt ini agar Star bisa belajar dari kritik dan saran kalian. sekali lagi terimakasih untuk para readers, sampai jumpa di cerita berikutnya. Annyeong~

-100BrightStars-