Casting!

.

.

.

Setelah kejadian beberapa hari lalu, yang membuat Jongin menjadi model dalam MV nya Chanyeol. Baekhyun terus memaksa Jongin supaya dia ikut berpartisipasi dalam drama pada peringatan hari jadi universitasnya. Baekhyun heran mengapa pada saat Jongi diminta untuk menjadi model dalam MV Chanyeol Jongin bilang bahwa ia tidak bisa berakting padahal acting Jongin saat itu sangat bagus—menurut Baekhyun— Makanya Baekhyun terus memaksa Jongin untuk berpartisipasi dalam drama hari jadi universitasnya.

"Ayolah Jongin—ah. Kau harus ikut casting, untuk acara itu. Castingnya diadakan dua hari lagi." rengek Baekhyun. Sedangkan Jongin? Dia hanya menganggap rengekan Baekhyun ini adalah angin lalu. Melihat Jongin yang mengabaikannya Baekhyun memanyunkan/?/ bibirnya. Jongin melirik Baekhyun yang tiba – tiba diam. Jongin tersenyum melihat baekhyun.

"Jongin-ah!" panggil Baekhyun.

"Heum?" Jongin menanggapi tanpa melihat ke arah baekhyun.

"Bukan kah itu manager nya Chanyeol, siapa namanya, Lo—han? su…han? Lu..han? Ah benar Xi Luhan." bisik Baekhyunn pada Jongin. Jongin langsung menoleh ke arah baekhyun dan mengikuti pandangan mata baekhyun. Benar itu adalah managernya Chanyeol, Xi Luhan.

"Kira – kira ada apa ya dia kesini? apa jangan – jangan tahun ini mereka mengundang Chanyeol?" terka Baekhyun. Jongin hanya manggut – manggut mendengar terkaan Baekhyun.

"Jonginie, bukankah besok Chanyeol comeback ya? Itu berarti besok mukamu akan terpanpang dimana mana Jonginie. Nanti belilah masker jonginnie."

DEG!

Jantung jongin langsung bedetak lebih cepat mendengar perkataan baekhyun barusan. Otaknya langsung memutar kejadian saat syuting. Saat ia dan Chanyeol bertatap muka, tatapan matanya yang seperti mengintimidasi. Lalu senyuman Chanyeol yang dapat membuat jantung wanita mana saja berdegup kencang. Memikirkannya saja membuat jantung jongin berdetak kencang. Dan itu juga membuat pipi Jongin merona.

"Jonginnie kau tak apa? Kenapa pipimu memerah? Kau demam? Kau sakit Jonginnie?" entah karna suara baekhyun yang cetar atau memang Ia sengaja membesarkan volume suaranya? Supaya mereka di notice oleh rusa china itu?

Tapi memang dari bicaranya sepertinya baekhyun tidak sengaja. Karena well, suara baekhyun memang seperti itu. Jadi Luhan yang tak sengaja mendengar suara Baekhyun langsung menoleh kearah Baekhyun dan Jongin. Sekarang di hadapan baekhyun ada seenggok rusa yang menjelma menjadi manusia.

Krik..krik..krik…

Entah mengapa suasananya menjadi hening.

"Eum, ehem… kau Xi Luhan kan? Yang waktu itu menyuruh—bukan, meminta bantuan kepada kami untuk MV Chanyeol? atau lebih tepatnya kau manager Chanyeol?" tanya Bakehyun dengan nada yang sedikit canggung. Hanya sedikit. Melihat tingkah Baekhyun yang seperti itu Jongin jadi ingin tertawa. Hanya saja suasananya tidak pas. Jadi ia menahannya. Lagi pula Baekhyun yang terkenal petakilan sekarang menjadi seperti ini.

"Ah benar, aku Xi Luhan. Cukup panggil aku Luhan. Besok MV nya akan keluar. Aku fikir kalian sudah mendengarnya." Sahut Luhan tak kalah canggung.

"Nde, kami telah mendengarnya." Jawab Jongin seadanya. Sambil tersenyum.

"Oh ya Jongin-ssi aku ingin memberikan ini." Luhan mengatakannya dengan memberikan sebuah kartu nama.

"Agensi tempat aku bekerja sangat tertarik kepadamu. Jadi aku ingin memberikan kartu nama itu. Itu adalah kartu namaku. Jika kau bersedia masuk ke agensi ku, kau bisa menghubungiku." jelas Luhan yang melihat gelagat bingung seorang Kim jongin.

"Ah, Seperti itu. Tai aku tidak tertarik untuk menjadi seorang artis atau apapun yang berhubungan dengan dunia entertain. Mungkin kau bingung dengan yang kumaksud, dan mungkin kau berpikir kalau kau tidak ingn berhubungan dengan dunia entertain kenapa aku mau menjadi model dari MV nya Chanyeol. Itu karna aku merasa prihatin dengan kalian semua. Setelah kau memanggil kami dan berbicara bahwa kau membuthkan bantuan aku bisa melihat wajah kalian sudah sangat lelah. Apalagi harus menghadapi manusia yang benama Chanyeol itu. Saat itu aku membantu kalian dengan ikhlas kok. Itulah mengapa aku tak ingin diberi upah atau apapun. Sebelumnya aku minta maaf jika berbicara seperti ini." Bekhyun bahkan tak menyangka Jongin bisa berkata seperti itu. Sedangkan Jongin langsung menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Luhan. Bahkan kartu nama yang baru saja diberikan Luhan sedikit tertekuk dan lusuh karna jongin memegangnya terlalu erat.

"Maafkan aku." Sebenarnya Jongin merasa tidak enak dengan apa yang baru saja terjadi. Jongin sebenarnya tidak tahan dengan suasana ini. Terlalu canggung baginya. Ia jadi ingin kabur dri sini.

"ahh seperti itu. Tak apa jongin-ah. Lagi pula itu adalah hakmu memilih jadi… yaa tak apa." Sahut Luhan maklum. Bahkan Luhan tersenyum.

"tapi apakah aku tak apa meminta nomor ponselmu? Atau mungkin id line mu?" pinta Luhan malu – malu. Sambil menyerahkan hpnya. Disisi lain Baekhyun tersenyum kecil melihat interaksi mereka.

"Memangnya untuk apa?" tanya Jongin. Sebenarnya jantung jongin juga berdebar debar sekarang. Tapi ini tidak semendebarkan saat ia dan chnayeol saling tatap.

"Ah… Hanya ingin meminta, apakah tidak boleh?" sekarang Luhan sedang was – was jika Jongin tidak mau mmberikan nomer ponselnya, bagaimana bisa ia mendakati beruang manis ini.

"ah, baiklah" jawab jongin singkat padat dan jelas—menururt—baekhyun. Jongin langsung mengambil ponsel Luhan. Dan mengetikkan nomor ponselnya di posel Luhan.

"Ini" Jongin mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"Goma—" "Jongin noona…." Ucapan Luhan terpotong karena seseorang dengan tidak elitnya meneriaki, tidak bukan meneriaki, memanggil Jongin dengan suara cemprengnya.

Merasa namanya dipanggil jongin langsung menoleh ke sumber suara. Baekhyun menyipitkan mata nya melihat seonggok manusia yang—sepertinya—memakai sragam SMA berlari kearahnya dan dua manusia lainnya.

"Jong, bukankah itu Sehun?" tanya baekhyun tanpa mengalihkan pandangannya pada seonggok manusia yang berlari itu.

"Sepertiya iya. Tapi kenapa sehun ada disini? Bukankah pendaftaran masuk universitas masih lama?" tanya jongin balik. Sedangkan Luhan yang tidak mengetahui situasi ini hanya bisa diam. Memangnya Luhan harus berbicara? Bisa saja Luhan bertanya kepada dua gadis disebelahnya, seperti 'siapa sehun itu?' mungkin seperti itu.

"noonaa.." Sehun menyapa Jongin dengan senyum yang bisa membuat siapa saja jatuh hati.

"Hanya Jongin saja yang kau sapa bocah?" Baekhyun berucap sambil menjitak kepala Sehun. Tapi karena sehun kelebihan kalsium, jadi jitakan baekhyun hanya sampai pipi sehun. Sehun memeletkan lidahnya kepada Baekhyun.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa." Salam Luhan. Dan pergi begitu saja. Entah mengapa melihat jongin begitu dekat dengan makhluk yang sangat putih -Bahkan Luhan berpikir apakah dia albino?- itu membuat hati luhan sedikit tidak rela. Apalagi saat albino itu mengusak rambut jongin dan apa – apaan itu, tatapan mata albino itu.

"iya Luhan—sshi hati – hati" mendengar sahutan jongin yang seperti itu membuat mood Luhan naik kembali. Luhan tersenyum dengan ucapan yang diberikan Jongin kepadanya. Sedangkan sehun? Tolong jangan tanya tentangnya. Jelas saja ia menampilkan wajah bingungnya.

"Noona itu tadi siapa?" tanya sehun kepo.

"Dasar kepo." Sahut Baekhyun sambil memeletkan lidahnya.

"Kajja Jongin-ah. Kita tinggalkan saja bocah albino ini." Ceracas baekhyun yang langsung menarik tangan Jongin. Jongin diam saja saat ia ditarik baekhyun. Oh iya dia lupa, kenapa sehun bisa ada disini?

"sebentar baekhyunnie." Jongin terdiam, setelah itu ia menatap sehun. Sehun yang ditatap seperti itu menautkan alisnya.

"Bocah kenapa kau disini?" tanya jongin sakartis. Bukannya menjawab, sehun malah nyengir.

"Aku rindu padamu noona. Kemarin – kemarin kau kemana?" sehun bertanya sambil memanyunkan bibirnya beberapa senti.

"Kemarin kemarin aku kan sibuk hun-ah. Jadi maafkan, aku tidak bisa menjadi tutormu." Jawab jongin sejujurnya. Setelah membantu chanyeol ia jadi sibuk. Ya, jongin sibuk. Sibuk memikirkan hatinya. Kenapa jantungnya berdegup kecang saat mata bulat itu menatapnya? Jongin sebenarnya pernah merasakan ini. Tapi itu sudah lama. Saat ia masih bersama pria asal china yang sekarang tak tau dimana. Memikirkannya membuat jongin sedih.

"Sudahlah bocah. Apa kau tak sekolah? Pergilah kau menghalangi jalan kami." Ujar baekhyun sakartis. Baekhyun berbicara sambil menarik jongin.

"Yak! Baekhyun noona! Jangan pisahkan aku dengan jongin noona. Dasar baekhyun noonaaaa." Teriak sehun sambil berlari mengejar jongin dan baekhyun, sehun lansung merangkul jongin. Tanpa mereka sadari ada yang melihat mereka dengan tatapan sendu.

MV

Pagi ini kamar jongin dipenuhi teriakan – teriakan seseorang yang berama Byun Baekhyun. Hampir 1 jam lebih baekhyun membangunkan Jongin. Tapi tetap saja si empunya kamar tidak bangun. Sungguh sebenaya Baekhyun sudah muak, baekhyun capek diginiin jongin. Baekhyun ingin jongin mengikuti casting untuk pertunjukan ini adalah hari terakhir castingnya dibuka. Baekhyun berharap jongin ingin ikut. Karena desas – desusnya, pertunjukan kali ini adalah drama musical. Sangat berbeda dengan tahun – tahun kemarin. Dari 3 tahun yang lalu kampusnya selalu menampilkan drama kolosal. Jadi baaekhyun senang mendengar bahwa tahun ini berbeda. Sebenarnya baekhyun bisa saja ikut casting dalam pertunjukan kali ini. Tapi karena tahun kemarin ia sudah bermain peran. Jadi, tahun ini baekhyun ingin jongin yang ikut.

"Jongin-ah, bangunlah. Ayolah, hari ini adalah casting hari terakhir."

"…" tak ada sahutan dari sang empunya nama. Baekhyun menatap jongin dengan pandangan kecewa, prihatin, sedih,dsb. Baekhyun menyerah, ia tak bisa membujuk jongin kali ini.

"Baiklah jongin-ah, sekarang semuanya terserah kau jongin-ah. Itu hakmu memilih. Aku yang terlalu memaksakan kehendak. Aku pergi dulu jongin-ah." Ujar baekhyun lesu.

Klek! Pintu kamar jongin tertutup pelan. Dikira baekhyun sudah tidak ada, jongin membuka matanya. Tatapan mataya tidak bisa dijelaskan. Sebenarnya ia mau-mau saja ikut casting itu. Tapi ia takut, ia takut menjadi tekenal. Hey, jongin-ah, selama ini kau sudah terkenal. Sekarang siapa yang tak tahu Kim Jongin? Seluruh mahasiswa di Seoul National University pasti tahu. Jongin bangkit dari tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah selesai jongin menatap wajahnya sendiri di depan cermin. Tiba – tiba ia teringat baekhyun. Selama ini baekhyun selalu ada untuk jongin.

Setelah ia puas melamun ia langsung bergegas memakai baju yang pantas. Sampai di depan bangunan apartementnya jongin langsung menyetop taxi.

"Pak! Cepat kita harus ke SNU." Ucap jongin cepat kepada sopir taxi.

"Baiklah nona."

Jongin berdo'a dalam hati semoga ia tidak telat. Beberapa hari yang lalu, baekhyun sudah mendaftarkan nama jongin. Dan jika sekarang hari terakhir, nama jongin pasti berada pada urutan awal. Sesekali ia melirik jam tangan yang bertengger cantk di tangan kirinya.

"Pak, apakah tidak bisalebih cepat?" tanya jongin tidak sabaran.

"Tapi ini sudah yang tercepat nona." Jawab sang supir santai.

Jongin melihat kedepan. Beberapa meter lagi adalah kampusnya. Tapi kenapa taxinya tidak berjalan? Ia melihat kedepan lagi.

"Maaf nona, tapi didepan sepertinya ada sesuatu yang membuat macet." Jelas sang supir kepada jongin.

Tanpa pikir panjang. "Pak, saya turun disini saja. Ini uangnya." Jongin menyrahkan beberapa lembar won dan langsung membuka pintu taxi.

Jongin berlari, dia tidak ingin telat. Dia tidak ingin membat baekhyun kecewa. Padahal beberapa jam yang lalu ia mengecewakan baekhyun.

"Jebal.. jebal.. jebal." Jongin berdoa dalam hati.

Tin…Tin..

"Awas…!"

Jongin tiba – tiba merasa badannya tertarik ke depan. Saat jongin membuka matanya yang Jongin rasakan adalah ia sudah di dalam dekapan seseorang yang tinggi, memakai masker dan topi hitam. Karena jongin terburu – buru ia langsung berlari menuju kampusnya. Tanpa mengucapkan apapun ke orang yang menolongnya. Tanpa jongin sadari ada yang memperhatikan jongin dari tadi sambil tersenyum dan bergumam "Dasar"

Akhirnya jongin sampai juga di tempat diadakannya casting tersebut.

"Jongin tidak akan datang chen-ah, gantilah dengan peserta berikutnya dan casting selesai." Jongin mengenali suara ini. Suara yang dirindukannya. Jongin melihat badan baekhyun tatapan matanya bertubrukan dengan tatapan chen.

"Oh! Jongin-ah kau sudah datang?" belum sempat jongin menyuruh chen untuk diam, tapi suara cempreng milik chen sudah menggema. Bakhyun langsung balik badan. Baekhyun tak menyangka jongin ada disini.

"Kau disini jongin-ah?" tanya baekhyun tak percaya. Jongin memberikan senyumannya.

"Maafkan aku, baekhyunnie" ucap jongin menyesal. Jongin menundukkan kepalanya. Baekhyun tersenyum melihat jongin.

"Tak apa jongin-ah. Yang penting kau ada disini sekarang." Baekhyun mengusap kepala jongin.

"Nah sekarang masuklah kesana." Lanjut baekhyun setelah mendorong dengan lembut badan jongin.

"Fighting Jongin-ah." Chen ikut menyemangati jongin.

Saat jongin masuk ke dalam ruangan untuk casting ia sangat gugup. Tapi seketika rasa gugupnya entah melayang kemana, saat ia melihat senyum baekhyun tadi. Jongin baru melangkah beberapa langkah tapi ia mulai gugup kembali. Saat mengetahui siapa saja yang menjadi jurinya kali ini.

Di sebelah pojok kanan sana ada Mr. Smith, oke tak masalah itu adalah koreografer handal. Sebelah Mr. Smith ada Mrs. Krystal. Seseorang sebelah Mrs. Krystal membuatnya gugup setengah mati. Bahkan jantungnya mungkin berhenti berdetak. Mata elang itu, mata yang dulu menatapya sangat lembut. Bibir yang slalu menyemangati jongin apapun yang terjadi. Pria itu, pria yang berhasil membuat jongin menagis selama 3 hari berturut – turut. Pria yang menjungkir-balikkan kehidupan jongin beberapa tahun silam. Pria itu Wu Yifan.

Wu Yifan, satu kata untuk pria itu yang ada dipikiran jongin. Brengsek! Sungguh bisakah pria itu pergi dari sini. Sebelah pria bernama Wu Yifan ada seorang wanita dengan dress floral yang menurut jongin hampir sama dengan yang dipakai jongin hari ini. Jongin tidak tahu siapa itu. Tapi menurut jongin dia sangat cantik. Mata seperti kucing, pipi yang seperti bakpau. Ah sungguh kalau bisa jongin ingin memagang pipi itu. Disebelah wanita bermata kucing itu ada Xi Luhan. Tunggu? Xi Luhan? Jika ada Xi Luhan berarti ada Chanyeol. Dan tepat disebelah Luhan ternyata Chanyeol. Sebelah Chanyeol sepertinya dosen dari department music. Yang tak dikenal oleh Jongin.

Jujur jika bisa jongin ingin pergi dari sini. Ia bisa melewati ini kalau saja di depannya bukan pria bernama Wu Yifan.

"Baiklah, peserta berikutnya adalah Kim Jongin. Untuk Kim Jongin time is yours." Entah siapa yang berbicara seperti itu. Jongin tidak mengenalinya. Jongin tidak bisa berpikir jernih sekarang. Jognin maju sedikit kedepan. Dan memegang microphone yang sudah disediakan. Ia hanya memegang dan menempatkannya didepan bibirnya.

"Eum..—ayo jongin kau pasti bisa.

"Anyeonghaseyoo. Naneun Kim Jongin imnida." Sungguh jongin ingin lari dari sini jongin tidak suka dengan suasana yang seperti ini. Menegangkan dan mencekam

"Baiklah Jongin-ah. Kami memiliki beberapa pertanyaan untukmu." Itu Mrs. Kyrstal

"Pertanyaan pertama. Apa alasanmu mengikuti casting kali ini?" tanya Mr. Smith

"Saya mengikuti ini karena saya ingin memiliki pengalaman baru. Dan juga saya tertarik dengan drama kali ini." Jawab jongin jujur.

"kenapa kau memilih drama? Kau kan ahli dalam menari, kenapa tidak ikut menari?"

DEG! Kenapa yang tanya harus dia sih? Kenapa harus Wu Yifan?

"sudah saya sebutkan tadi saya ingin memiliki pengalaman baru. Dan saya tertarik dengan drama kali ini." Jongin menjawab dengan kesan yang ketus dan dingin. Bukan karna apa – apa ia tidak ingin terlihat gugup didepan seseorang bernama Wu Yifan ini.

Diluar Baekhyun berdoa dalam hati semoga Jongin tak membencinya. Karena ada satu hal yang Baekhyun lupakan. Tentang seseorang yang membut jongin hampir gila. Wu Yifan. Ia lupa jika ada Wu Yifan tahun ini. Sugguh Baekhyun ingin Jongin keluarr dengan perasaan bahagia.

BRAAK!

Jantung Baekhyun hampir copot mendengar gebrakan itu. Dan disana diambang pintu terlihat jongin dengan wajah yang memerah. Dengan airmata yang menggenang siap turun menjadi sungai kecil dipipi gembil milik jongin.

"hiks.." jongin mulai terisak. Tidak ini bahaya. Jika sudah begini, Baekhyun bingung harus bagaimana. Baekhyun tidak ingin di musuhi jongin.

"Jongin-ah" baekhyun berbisik. Baekhyun mendekati jongin. Baekhyun mendekati jongin dan memeluknya. Membiarkan sahabatnya itu mengeluarkan semuanya. Baekhyun menepuk – nepuk punggung Jongin.

"Ssshhhh….sudahlah jongin. Jangan menangis. Jika kau menangis dan pria brengsek itu melihatnya. Ia pasti senang. Kau harus bangkit." Baekhyun tidak tega melihat keadaan Jongin yang seperti ini. Ia tahu Jongin ingin sekali melupakan lelaki itu. Tapi Baekhyun tahu bagaimana perasaan Jongin terhadap lelaki itu. Baekhyun tau Jongin bukan tipikal orang yang mudah mencintai. Jika ia sudah mencintai namja A pasti jongin akan benar – benar mencintai namja itu. Berbeda dengan Baekhyun. Jika ia diputuskan oleh pacarnya beberapa bulan setelah itu ia sudah menggandeng namja lain. Baekhyun tipikal orang yang ingin cepat bangkit dari masa lalu.

Chen bingung harus bagaimana. Ia tak tahu situasi apa ini. Ia ingin bertanya tapi ia tak begitu dekat mereka. Chen hanya mengetahui mereka. Itupun karna jongin dan baekhyun termasuk yeoja popular di kampusnya. Dan ini pertama kalinya chen berbicara dengan mereka—tidak sebetulnya bukan mereka. Ia hanya berbicara dengan Baekhyun yang gelisah tadi.

CKLEK!

Ketiga manusia yang tadinya sibuk dengan dunianya masing – masing langsung menoleh ke sumber suara. Jongin menoleh takut – takut. Ia takut jika dibalik pintu itu adalah seseorang yang telah lama tak ingin ditemuinya.

Sepertinya dewi fortuna tidak memihak Jongin kali ini. Benar saja yang keluar dari pintu itu pertama kali adalah Wu Yifan. Jongin langsung mengalihkan pandangannya dari arah pintu. Tapi saat ia mengalihkan pandangannya ia malah bertemu dengan mata bulat yang selama ini mengusik hatinya. Jongin tersenyum semampunya. Karna well, mata jongin yang memerah menandakan bahwa Jongin tidak baik – baik saja. Pemilik mata bulat itu perlahan melangkahkan kakinya menuju Jongin. Dan dibelakang namja bermata bulat itu terdapat rusa yang menjelma menjadi manusia. Namja mata bulat itu tersenyum kepada Jongin, dan mengusak rambut Jongin. Dan setelah melakukan itu namja mata bulat itu meninggalkan jongin yang membeku ditempatnya.

Jongin merasa bahwa jantungnya tak berfungsi setelah melihat senyum 5 jari dari Chanyeol. Jongin merasakan hatinya menghangat saat melihat senyum itu. Bahkan ia tak sadar mengarahkan tangannya pada dadanya. Dengan senyum merekah. Baekhyun yang melihat itu hanya bisa terseyum. Tapi ia juga heran beberapa menit yang lalu ia baru saja menangis. Tapi saat Chanyeol datang dengan senyum 100 watt nya dan membuat Jongin berhenti menangis. Itu pertanda baik bagi Baekhyun. Dan sepertinya Baekhyun tahu perasaan Jongin.

"Baekhyunnie, kajja pulang. Ah, tapi sebelum pulang aku ingin membeli ayam. Tapi kau yang membayar ya?" rengek dan ajak Jongin. Melihat jongin yang—sepertinya—sudah melupakan kejadian beberapa menit lalu tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Jong—"

Bahkan sebelum seseorang itu selesai memanggil Jongin. Jongin segera menarik baekhyun.

"Anyeong Chen-ah. Kami pulang duluan ya?" teriak Baekhyun sambil melambaikan tangannya pada Chen. Chen membalas lambaian tangan Baekhyun dan tersenyum.

"Apakah kesalahanku sangat besar Jongin-ah? Sampai – sampai kau tak ingin menemuiku?" bisik Yifan. Entah ia berbisik kepada siapa. Tiba – tiba saja lengan kekarnya sudah ada yang menggandeng.

"Ayo ge, kita harus ke tempat pemotretan. Dan ke acara reality show. Dan yang satu itu akan ada Chanyeol. Kau pasti tau kan. Yang tadi bersama kita saat mengaudisi. Dan yang mengusak rambut yeoja yang bernama Jongin tadi. Aku rasa mereka berdua—"

"Tidak mungkin! Tidak Xiu, itu tidak mungkin." Ucap Yifan yang tidak dimengerti Xiumin.

Entahlah, Chanyeol sendiri bingung dengan dirinya sendiri. Ia menjadi tak tega melihat mata sayu itu sembab dan memerah karena menangis. Dan tangannya tiba – tiba bergerak tanpa ia kendali. Tiba – tiba saja tangannya sudah mengusak rambut dark brown milik mata sayu itu. Dan juga senyumannya itu juga mendadak. Yang ia pikirkan saat itu adalah memberikan senyum terbaik yang Chanyeol punya untuk Jongin.

"Chanyeol-ah!" Chanyeol tersentak dari lamunannya.

"Ada apa hyung?" Chanyeol bertanya pada managernya itu.

"Menurutmu apa Jongin sudah melihat MV nya?" bukannya menjawab pertanyaan Chanyeol, Luhan malah balik bertanya.

"Mana ku tahu hyung. Kau pikir aku cenayang apa?" balas Chanyeol kesal. Luhan hanya terkekeh dengan jawaban Chanyeol. Ah, Luhan punya ide. Luhan segera membuka ponsel nya dan membuka aplikasi telepon. Tidak susah menemukan nomor yang akan dihubungi Luhan. Ia tinggal menekan angka 8 dan tersambunglah Luhan dengan nomor yang dituju. Ia mendekatkan hp ketelinganya.

"Kau menelfon siapa hyung?" tanya Chanyeol kepo.

"Dasar KEPO!" jawab Luhan sambil memeletkan lidahnya.

"Yak! Hyung kau sudah punya pacar eoh? Kenapa kau tak memberi tau ku?" chanyeol tetap mengikuti Luhan dan memberikan berbagai pertanyaan.

Dan pada sambungan ketiga panggilan Luhan akhirnya dijawab.

"yeoboseyo?"

"….." luhan masih terdiam. Ia bahkan berhenti bernafas karna mendengar suaranya.

"yeoboseyo? Apakah kau masih disana?" tanya seseorang dari sebrang.

"Jika kau tidak menjawabnya. Aku akan mematikan ini."

"Chakkamann… Jongin-ah?" panggil Luhan. Yang membuat tubuh Chanyeol menegang. Ia tak salah dengar kan? Luhan tadi memanggil Jongin kan? Jongin? Jongin yang menjadi model dalam MV nya kan? Gadis itu? Luhan mempunyai nomor ponselnya? Tu—nggu kenapa Chanyeol jadi kepo begini?

"nde? Ini siapa?" tanya Jongin dari sebrang.

"Aku Luhan. Xi Luhan. Kau ingat aku kan?" tanya Luhan. Ia tak bisa menyembunyikan degup jantungnya. Bahkan ia merasa bahwa pipinya memanas. Ia maerasa seperti gadis remaja yang baru merasakan jatuh cinta. Padahal ini bukan pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta. Tunggu jatuh cinta? Apakah ia baru saja mengatakan itu dalam hatinya? Tapi ia rasa ini sangat berbeda dengan dulu. Saat ia masih bersama wanita dari china.

"ah, Xi Luhan-ssi? Aku ingat. Tapi ada apa ya? Kok tiba – tiba menelpon?"

"itu.. eum.. Apa kau sudah melihat MV nya?" tanya luhan balik. Melihat interaksi Luhan dengan Jongin membuat chanyeol ingin pergi dari sana. Tak beberapa lama ia memikirkan itu dalam otak encernya, ia melangkahkan kakinya menuju kamar. Hari ini sudah melelahkan.

"MV? MV apa?...tunggu, mv yang kemarin itu? Ah aku belum sempat melihatnya Luhan-ssi. Mian" ucap jongin menyesal.

"Tak apa Jongin-ah. Kalau begitu aku tutup ya? Anyeong.." tutup luhan.

Luhan memegang dadanya yang masih berdegup kencang. Tanpa luhan tau ada seseorang juga yang memegnag dadanya dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah membeli ayam satu bucket baekhyun mengajak Jongin pulang. Tapi saat baekhyun baru ingin mengajak Jongin pulang, ponsel jongin berdering., mendandakan panggilan masuk.

"Sebentar Baekhyunnie." Ucap jongin sambil menarik tangan Baekhyn.

"Ada apa Jongin-ah?" tanya baekhyun pada Jongin. Bukannya merespon pertanyaan Baekhyun, Jongin malah mengernyitkan alisnya, pertanda bingung. Jongin mengangkat panggilan tersebut. Baekhyun mendengar semuanya. Sepertinnya juga baekhyun tau apa yang dirasakan namja bermarga Xi tersebut kepada sahabatnya, Jongin.

"Sudah selesai?" tanya Baekhyu kepada Jongin.

"eonnie?" panggil jongin was – was.

"Ada apa eoh?" tanya bekhyun—lagi-

"Hari ini tepat MV Chanyeol keluar kan? Itu berarti—"

"Kau pasti Kim Jongin kan?" Ucapan jongin terpotong oleh suara seseorang yang tak dikenalinya. Jongin menoleh, begitu juga Baekhyun. Jongin bingung harus bagaimana.

"Benar, tapi anda siapa?" tanya Jongin sedikit takut. Tidak dia sangat takut sekarang.

"Kenalkan aku Lee Donghae, kepala agensi yang menaungi Chanyeol. Bisa kita bicara sebentar?" tanya donghae pada jongin.

"Maafkan kami jika kami tak sopan. Tapi kami sangat sibuk permisi." Ujar Baekhyun dingin yang langsung peka dengan gelagat jongin. Walaupun tidak sopan dengan langsung menarik jongin dari depan laki – laki itu tadi tapi ini semua demi kebaikan Jongin. Ya, demi kebaikan Jongin.

"Jongin-ah kau tak apa?" tanya Baekhyun khawatir.

"Taka pa Baekhyunnie." Jongin menjawab sambil tersenyum.

"Ayo kita segera pulang Jongin-ah, nanti ayamnya jadi dingin dan tak enak dimakan." Ajak Baekhyun dan menggandeng tangan Jongin. Jongin hanya menanggapi dengan senyuman.

.

.

.

Jongin dan Baekhyun sudah sampai di apartement Jongin. Baekhyun menaruh makanan yang barusan dibelinya di meja makan.

"Jongin?" entahlah ini perasaan Baekhyun saja atau memamng kenyataan bahwa setelah bertemu dengan Donghae atau siapapun tu membuat Jongin jadi pendiam.

"Jongin?" panggil Baekhyun lagi. Yang Baekhyun lihat sekarang adalah Jongin dengan tatapan kosong. Hey Jongin tak pernah seperti ini. Setertekan apapun Jongin ia tidak pernah seperti ini.

"Jongin-ah?" panggil Baekhyun—lagi—baekhyun tak tahu harus bagaimana lagi. Ia menyentuh pundak sempit Jongin.

"Euh, ada apa?" tanya Jongin tersadar dari lamunannya. Baekhyun tersenyum.

"Kau melamun Jonginnie?" ujar baekhyun, Baekhyun membuka semua makanan yang dibelinya dengan Jongin tadi. Aroma sedap langsung menyapa indra penciuman Jongin.

"Kajja makan Jonginnie." Ajak Baekhyun semangat. Jujur Baelhyun sudah lapar sejak di kampus tadi. Ia lupa jika ia belum sarapan dari rumahnya tadi. Sebetulnya Baekhyun adalah anak orang berada. Ia juga biasanya sangat manja dengan kedua orang tuanya. Ia mempunyai kakak laki – laki bernama Byun Baek Ah. Kakak laki – lakinya ini adalah seorang model. Baekhyun sebenarnya dulu ingin menjadi model. Tapi melihat kakaknya yang jarang dirumah ia lebih memilih kuliah di jurusan sastra dan seni. Baekhyun mengusak rambut Jongin pelan.

"Eonnie.." Panggil Jongin pelan. Bahkan seperti bisikan.

"Ada apa heum?" sahut Baekhyun lembut. Sangat lembut. Jika bisa ia ingin mengangkat Jongin menjadi anaknya (?) atau adiknya. Ia sangat ingin melindungi Jongin yang rapuh.

"Aku ingin melihat MV itu." Tutur Jongin pelan. Sungguh apa Jongin tak punya kekuatan untuk berbicara?

"Kau ingin melihatnya? Sekarang?" tanya Baekhyun. Jongin hanya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, habiskan makanmu dulu oke?" Baekhyun tersenyum melihat Jongin yang megangguk lucu.

.

.

.

Seoul, 27 November 20XX

"haahhh… pada akhirnya aku berada di sini. Selamat datang di Seoul Jonginnie." Ucap Jongin pada dirinya sendiri saat kakinya sudah menapak tanah kelahirannya. Beberapa tahun lalu ia meninggalkan tanah kelahirannya karna ia mengikuti ibunya yang berpindah ke Negara orang karna Ibunya yang hawt itu ingin menikah lagi. Karna saat itu Jongin maih duduk di bangku Junior High School ibunya-Tiffany Hwang—yang hawt tidak tega meninggalkan Jongin kecil yang manis sendiriran, jadilah Jongin di boyong ibunya di Indonesia.

Tiffany menikah lagi dengan orang Thailand. Bernama Nichkhun Buck Horvejkul. Ayah tirinya itu adalah pegusaha kaya. Mereka bertemu beberapa tahun setelah eomma hawtnya itu berpisah dengan ayahnya di Seoul tentu saja. Ayah kandung Jongin berselingkuh dengan sahabat Tiffany—Jessica—wanita jalang itu menggoda ayahnya. Dan mengatakan bahwa Ibunya berselingkuh dengan adik Jessica. Selama ini Tiffany sabar dengan kelakuan Jesica. Tiffany tau semuanya. Ia mencoba bersabar. Ia harus bertahan. Ini semua demi Jogin kecilnya. Hingga suatu saat ia sudah muak. Ia melihat dengan mata dan kepalanya sendiri bahwa suaminya dan wanita jalang itu melakukan hubungan yang tak sharusnya dilakukan. Yang hanya boleh dilakukan oleh suami dan istri. Hari berikutnya Tiffany memberikan gugatan cerai kepada ayah kandung Jongin.

Seoul, 12 April 19

"Jonginnie?" panggil Tiffany pada Jongin kecil saat itu.

"Nde, Eomma." Jawab Jongin kecil.

"Jonginnie ikut eomma ya?" tanya tiffany tersenyum lembut pada anak satu – satunya itu.

"Eomma akan pergi?" tanya Jongin kecil dengan mata yang mulai berkaca – kaca.

"…" Tiffany tidak bisa menjelaskan kata perceraian pada Jongin kecil. Tiffany tidak ingin menjelaskan apa – apa. Ia sudah sakit hati dengan kelakuan—bahkan menyebut namanya saja ia muak.

"Jonginnie, ikut eomma ya?" tanya Tiffany—lagi

"Nanti Jongie akan eomma belikan boneka beruang yang besar." Bujuk Tiffany.

Jongin kecil langsung memberhentikan semua kegiatannya dan berdiri, "Jinjja! Baiklah Jongie akan ikut eomma." Entahlah Jongin kecil saat itu melupakan ayahnya.

Hingga Jongin kecil dan eomma hawtnya meninggalkan mansion mewah milik Mr. Kim. Jongin kecil menggenggam tangan tiffany sangat erat. Begitupun juga tiffany ia memegang tangan jongin dengan erat. Tiffany suah berkaca – kaca. Air matanya mungkin bisa turun saat ia mengedipkan matanya.

.

.

.

"Jonginnie kau jadi melihatnya tidak?" pertanyaan Baekhyun membuat Jongin tersentak.

"Ah, iya aku ingin melihatnya." Jawab Jongin tersenyum kearah Baekhyun.

"Chaa.. Baiklah, tunggu sini aku akan mengambil Laptop dikamarmu." Jongin terkekeh dengan penuturan Baekhyun barusan. Memangnya dia akan kemana eoh? Lagi pula ini kan apartement nya. Ngomong – ngomong ia sudah beberapa hari ini mengabaikan eomma hawtnya. Tadi malam ia ditelfon eomma hawtnya tapi tak diangkat. Jongin kecapaian saat itu. Jongin jadi merindkan eomma hawtnya. Jongin meraih ponselnya yang tak jauh dari tempatnya sekarang. Tak sampai pada nada sambungan ke tiga, ia sudah terhubung dengan eomma hawtnya yang sekarang ada di Indonesia.

"Halo, Jonginnie?" sahut sang eomma.

"Eomma…." Jongin terdiam beberapa saat.

"Iya sayang, ada ap—"

"Jongie rindu eomma." Jongin langsung memotong ucapan sang eomma. Karna well, jongin sangat rindu dengan eommanya. Setelah lulus SMP di Indonesia Jongin ingin melanjutkan pendidikannya di tanah kelahirannya, Seoul. Tak terasa ia sudah meneteskan air matanya. Dulu saat ia masih duduk di bangku SMA di SOPA, setiap bulan ia akan dikunjungi oleh eomma hawtnya dan juga ayah tirinya, Nichkhun. Bagi Jongin Nichkhun adalah ayah yang baik. Ia—Nichkhun—slalu memberikan apa yang Jongin mau. Tapi saat Jongin tau eommanya sedang hamil adiknya, Jongin melarang eommanya untuk berpergian jauh. "biarkan Jongin yang ke Indonesia saja eomma. Eomma sedang hamil tua, tidak boleh kecapaian." Ujar Jongin saat itu. Sebagai orang yang merawaat Jongin dari kecil. Ia tahu Jongin khawatir dengan dirinya. Dan Tiffany hanya bisa mengiyakan kemauan anaknya itu.

"Iya sayang, eomma juga rindu Jongie." Balas sang eomma sendu. Tiffany juga rindu dengan jongie nya. Akhir – akhir ini Jongin sibuk sedangkan Tiffanyc sedang hamil anak Nichkhun. Jadi beberapa bulan ini ia tak bisa bertatap muka dengan Jonginnya.

"Jongie lebih merindukan eomma. Hiks…eomaa…." Jongin terisak. Ia tahu bagaimana ayahnya saat itu berubah menjadi paman Nichkhun. Jongin kecil tau ada yang tidak beres dengan keluarga. Hingga dia masuk bangku SD ia tak sengaja bertemu ayahnya dengan aunty Jessica. Saat itu ia, eomma dan paman Nichkhun sedang berlibur di pulau Jeju. Untung saja Tiffany langsung menyadarinya dan membawa pergi Jongin.

Tanpa Jongin sadari dari tadi Baekhyun melihat apa yang dilakukan oleh Jongin. Ia jadi ikut sedih, melihat Jongin yang seperti itu.

Greb! Baekhyun memeluk Jongin, berusaha menenangkan Jongin.

"Sudah dulu ya eomma, anyeong." Jongin buru – buru menutup telfonnya. Ia tak ingin menangis di depan ibunya. Walaupun itu hanya melalui sambungan telfon.

"Sudalah Jonginnie, jangan menangis. Suatu saat nanti kau pasti mempunyai waktu menemui Ibumu. Kau hanya perlu bersabar. Hey! Bukankah tadi kau ingin melihat MVnya Chanyeol?" ucap Baekhyn seraya mengelus (?) punggung Jongin. Baekhyun langsung menempatkan bokong seksinya di sebelah Jongin.

"Chaa… Ayo kita lihat bagaimana wajahmu." Ujar Baekhyun terkekeh setelahnya. Jongin hanya tersenyum menaggapi.

Baekhyun dan Jongin melihat video yang berjudul "Tell Me What Is Love—Chanyeol Park" itu dengan cermat. Jongin melihat wajahnya sendiri dalam MV itu. Saat itu cordi noona yang ada disana memilihkan beberapa pasang baju. Cordi noona saat itu ingin Jongin memilih bajunya sendiri. Akhirnya mata jongin tertuju pada dress floral berwarna peach selutut tanpa lengan. Dan Baekhyun saat itu yang menjadi MUA nya memberikan kesan natural. Perpaduan yang sangat pas.

Scene pertama, keluarlah Jongin dengan dress floralnya yang sedikit tertiup angin. Ia sedikit berlari kearah seorang namja yang ada didepannya. Namja itu duduk membelakangi Jongin.

Scene kedua, Jongin memeluk namja itu dari belakang. Dan kamera meshoot mereka dari depan. Wajah Jongin terlihat bahagia dan terpampanglah wajah Chanyeol yang terlihat kaget dan bahagia secara bersamaan.

Saat melakukan itu Jongin sangat gugup. Sangat gugup. Bahkan dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

Selanjutnya dengan dress yang berbeda Jongin terlihat marah dan sedih, didepannya ada Chanyeol dengan kemeja polos berwarna maroon dan ripped jeans berwarna hitam terlihat lelah. Diadgan itu mereka terdiam satu sama lain, hingga akhirnya Jongin meninggalkan Chanyeol sendirian. Tiba – tiba Chanyeol menangis. Seperti roll film, kenangannya bersama Jongin terputar diotaknya. Bayang – bayang senyuman Jongin, saat ia mengahabiskan waktu bersama Jongin di taman ini.

Dan bagian terakhir, Chanyeol yang menatap Jongin dari kejauhan. Dan MV yang berdurasi 4 menit 36 detik tersebut selesai.

"Huuaaa, Jonginnie aktingmu sangat bagus." Puji Baekhyun bertepuk tangan seperti anak kecil. Jongin tersipu.

"Benarkah?" tanya Jongin. Ah sungguh dimata Baekhyun Jongin sungguh lucu. Pipi gembilnya merona.

"Ya, itu benar. Tidak salah aku mendaftarkan namamu dipertunjukan seni nanti. Aku harap kau berakting seperti di MV Chanyeol." Ucap Baekhyun sambil bertepuk tangan.

.

.

.

Hari ini adalah pengumuman casting untuk drama musical untuk memperingati ulang tahun Seoul National Univesity. Baekhyun sangat antusias dengan hari ini. Berbeda dengan Jongin. Dia terlihat tidak bersemangat hari ini.

"Jonginnie? Ada apa heum? Kau sakit?" tanya Baekhyun saat mereka berdua akan berangkat menuju kampusnya.

"Tidak, eonnie!" panggil Jongin. Baekhyun menatap Jongin. Seolah dalam tatapannya ia berkata 'ada apa?'

"Aku takut. Bagaimana jika mereka mengenaliku? Bagaimana jika mereka tidak suka denganku. Atau bahkan membenciku?" tanya Jongin menundukkan kepalanya.

Baekhyun mengusap kepala Jongin sayang. "Tak apa, selagi ada aku. Sudahlah jangan bersedih. Lihatlah hidungmu terlihat lebih mungil." Goda Baekhyun.

Hingga akhirnya mereka naik Ferrari merah Baekhyun. Dan melesat menuju kampus. Melihat pengumuman tentu saja.

.

.

.

"Kenapa rame sekali hyung?" tanya Chanyeol.

"Namanya juga tempat menuntut ilmu, kau ini." Jawab Luhan sekenanya.

"Ah, kau tak asik hyung." Luhan hanya terkekeh. Tiba – tiba mata bulatnya tak sengaja melihat seonggok manusia yang menatapnya tajam.

"Itu Wu Yifan. Biasa di pangil Kris." Chanyeol menatap managernya itu bingung.

"Siapa?"

"Itu yang ram—

"Yang nanya!" tawa Chanyeol pecah. Sungguh jika Chanyeol membawa ponsel. Ia akan mengunggah wajah konyol managernya ke akun instagramnya.

"Hung, tapi aku lihat tadi didepan kenapa banyak wartawan?" tanya Chanyeol.

"Mana ku ta—jangan – jangan mereka mencari Jongin." Chanyeol menatap managernya. Mata bulatnya tiba – tiba menatap Ferrari merah yang membelah wartawan. Saat seseorang keluar dari sana, wartawan langsung mengerubungi seseorang itu.

"Hyung, tunggu sini." Ucap Chanyeol sambil berlari menuju Jongin. Ya! Seseorang itu adalah Jongin.

"Yak! Chanyeol-ah! Kau mau kemana? Aish aku diabaikan." Luhan menggerutu.

Chanyeol mencoba membelah kumpulan wartawan yang ada disitu.

"nona, berikan tanggapan anda."

"nona Kim Jongin, siapa anda sebenarnya."

"CUKUP! Kalian membutnya bingung, jika kalian ingin tau siapa Jongin. Dia adalah TUNAGANKU! Dan tolong kalian berikan ruang untuk berjalan. Jika kalian tak pergi dari sini dan masih mengusak Jongin. Tak segan – segan aku menyuruh security untuk menyeret kalian." Ucap seseorang yang membuat Chanyeol membeku ditempat. Tuggu jika yang berbicara bukan Chanyeol lalu siapa yang mendekap Jongin?

.

.

.

Jongin mendongak melihat seseoran yang mendekapnya. Kris Wu? Kenapa harus dia? Jongin mengedarkan pandangannya. Mata sayunya bertubrukan dengan mata bulat di sebrang sana.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Huaaaaaa pada akhirnya chpt 3 selesai juga. Setelah lama hiatus. Sebenarnya gak hiatus sih. Waktu itu lagi macet ditengah jalan. Gak ad ide. Dan akhirnyaaaa…..

Jadilah Chapter 3 ini. Panjang kan? Iya dong panjang, kayak anunya oppa/wkwkwk/

Semoga kalian suka.

Oh ya, aku mau minta saran nih. Menurut kalian aku uploadnya sering tapi pendek – pendek atau jarang tapi panjang. Ya walaupun aku gak janji sama yang satu ini.

Terus menurut kalian sehun enaknya diapain? Nikah sama aku boleh kali ya /digebrukin massa/

Pokoknya, enjoy sama cerita aku ya. Maafkan jika ada typo.

Kritik dan saran boleh lah.

Much Love,

Aulie~