LOVABLE

.

.

.

•Jeon Jungkook

•Kim Taehyung

.

.

Ini tulisan paling ringan/? Yg pernah gue ketik :'v karena semuanya mengalir begitu saja seperti air.

Rating? Bisa berubah sewaktu-waktu.

Juga, ini ff GS kookv pertama author, jadi selamat membaca.

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

.

.

"Kau yakin dengan ini?"

Taehyung menatap Choi Injung dengan alis yang menyatu. Sedangkan sang kawan mengangguk dengan wajah yang begitu bersemangat.

Secerca keraguan menyergap hati Taehyung. Ia membolak-balikan sebuah buku tebal ditangannya, benda tersebut adalah pemberian Injung. Gadis itu memaksa Taehyung agar membaca nya.

"Uh, aku rasa nanti saja." Buku itu melayang menghantam permukaan kasur akibat Taehyung yang melemparnya.

"Hey! Kenapa? Padahal itu buku yang bagus!" Injung merengut bangun dari duduk nya diatas lantai, berjalan meraih novel tersebut diatas kasur dan berakhir dengan menjatuhkan diri disana.

"Kau serius?" Taehyung menatap Injung yang berada disampingnya, "-itu novel ero yang sangat tidak boleh dibaca oleh anak seumuran kita!"

Ya, memang benar. Ungkap Injung dalam hati.

Mereka belum 19 tahun. Namun beberapa teman Taehyung selalu membeli novel dewasa yang tidak seharusnya mereka baca.

Seks akan menghancurkanmu, itu kata Taehyung pada teman-temannya. Namun mereka mengacuhkan kalimat tersebut, walau memang ada benarnya juga.

"Orang yang menulis buku itu punya gangguan seks!"

Pedas, kata-kata Taehyung barusan hingga sampai ke telinga Yoojung yang berada diluar kamar. Gadis itu membuka pintu dengan wajah merengut.

"Tsk! Menulis cerita seks bukan berarti punya kelainan kan? Lagi pula itu tidak mengandung unsur bondage." Yoojung duduk disebelah adiknya Injung. Mereka adalah sodara kembar, dan sama-sama seorang fangirl dari penulis novel beridentitas J on-K itu.

"Dia juga misterius, disebuah variety show ketika aku mendengar suaranya.. Oh manly sekali! Serak dan berat!" Ya, memang beberapa waktu lalu, si penulis misterius itu sempat dihubungi oleh acara bincang-bincang lewat pesawat telepon dan tidak hingga bertanya ini itu, suara pria misterius diseberang telpon hanya berkata 'ia menulis karena ia menyukainya dan melihat reaksi orang-orang terhadap novel larisnya: dia sangat senang'.

Saat itu, Injung dan sang kakak hanya menjerit-jerit tak karuan.

"Terserah kalian. Lain kali jangan paksa aku untuk membaca novel menjijikan itu."

Selesai. Taehyung menutup kalimatnya dengan semburat merah dipipi. Ia berlenggang keluar dengan menenteng tas ranselnya dipunggung, dan dua kembar itu termangu dengan mata yang berkedip bersamaan.

Bukankah membaca novel dewasa sudah lumrah dinegara ini? Asal tidak ketahuan, dan mereka akan aman.

"Dia itu, sulit sekali. Keras kepala." Injung bercicit sambil membuka lembaran-lembaran putih berisikan tulisan yang berderet rapi itu ditangannya.

"Biarlah, dia tidak akan lama seperti itu. Kemarin saja berhasil nonton bersamaku." Yoojung membalas.

"Benarkah?"

"Ya, mau taruhan?"

.

.

.

.

Diperjalanan pulang Taehyung berjalan dengan beberapa orang disekitarnya, mungkin para orang dewasa itu baru selesai dengan pekerjaannya di kantor. Beberapa tahun kemudian Taehyung juga akan seperti mereka, bekerja dikantor, pulang malam, digoda berandalan. Beginilah Korea yang sebenarnya. Tidak hanya ditemukan di film-film saja, namun beberapa kali ia melihat seorang wanita yang diganggu beberapa pria. Maka dari itu kini Taehyung lebih memilih berjalan diantara puluhan manusia yang berderap dipinggir jalan.

Beberapa kali Taehyung tertabrak oleh orang yang berjalan berlawanan dengannya namun dikali ketiga ia merasa tubrukan itu hampir membuatnya terpelanting kebelakang.

"Ah maaf, maafkan aku." Seorang pria 20 tahunan dengan topi hitam dikepalanya membungkuk beberapa kali sambil tangannya menyilang didada. Taehyung tidak memungkiri kalau peristiwa seperti barusan memang sering terjadi padanya, entahlah, dia memiliki ketidakstabilan di telinganya. Maka dari itu menyeimbangkan langkah agak merepotkan.

"Tidak apa-apa." Gadis manis itu mengangguk lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Ini adalah malam yang cukup dingin, dan.. Oh, terkutuklah Injung yang tidak mengingatkan Taehyung tentang syalnya yang ketinggalan dikursi belajar.

"Oh, dingin sekali." Nafasnya mulai berasap, dan gadis itu berusaha menghangatkan lehernya dengan mengusapkan telapak tangan disana.

Taehyung nampak melewati sebuah toko yang menjual barang elektronik seperti televisi dll. Tepat didepan jendela tumpukan tv bermerk itu menayangkan sebuah variety show tentang seorang penulis novel yang misterius. 3 garis lurus berhasil membentang didahinya ketika seorang pembawa acara menunjukan sebuah buku tebal berwarna biru keabu-abuan dengan cover yang 'tampak tidak aneh' dan judul yang 'tidak asing' itu didepan tv.

"Cih,, semenarik itukah dia dan novelnya?"

"Kau suka J on-K?"

"Aaa!"

.

.

.

Ellden-K storyline present

LOVABLE

Jeon Jungkook x Kim Taehyung

"Do you like it? I do so."

.

.

.

"Aaa!" Itu pekikan yang agak keras, Taehyung terperanjat ketika seseorang menggumamkan kalimat mengagetkan itu disampingnya.

"Maaf, kau terkejut ya?" Itu suara bass yang sangat enak didengar, dan adegan mengelus dada Taehyung masih berlanjut meski kini keterkejutannya tergantikan dengan ketertarikan.

"Ya, kau sangat mengejutkan." Dengan sedikit sikap perfeksionisnya yang kemudian muncul ia merapikan untaian rambut hitamnya kebelakang telinga, kemudian gadis itu berdehem sebelum kembali menatap manik gelap nan berkilauan dihadapannya yang terbingkai sebuah kacamata ramping yang sangat cocok untuknya. "Apa aku mengenalmu?" Pasalnya hal ini tidak disengaja. Karena dibeberapa waktu Taehyung sempat melupakan teman-teman masa sekolah dasar dan SMP nya dulu. Untuk berjaga-jaga, lebih baik ia bertanya terlebih dahulu.

Pria bermantel abu-abu itu sedikit menaikan alis lalu tersenyum pada Taehyung.

"Ah, aku hanya bertanya tadi." Kedua tangan yang berada didalam saku kini satu diantaranya terulur dihadapan gadis berambut panjang tersebut. "Namaku Jeon Jungkook."

Oh, nama yang pas untuk pria setampan dia. Namun sayang dia bukan teman lama Taehyung.

Gadis itu menjabatnya, lalu menggumam tanpa diduga.

"Senang berkenalan denganmu." Begitu saja, pria dihadapannya benar-benar mampu menarik perhatian, dan pandai bergaul adalah bonusnya. Namun Taehyung enggan memberikan namanya pada pria itu, sekedar membuatnya penasaran dan benar saja. Jungkook hanya berkekeh renyah untuk sesaat lalu senyuman indah terpapar diwajahnya.

.

.

.

"Kau mau kemana?"

"Pulang." Kini mereka berjalan bersama-sama, menyusuri jalanan yang mulai terbasahi oleh rintikan gerimis kecil yang turun dari langit malam. Menambah suhu dingin yang sejak tadi melesak dileher Taehyung, ia nampak mengusap lapisan daging menggoda itu dan tentu tidak luput dari tatapan Jungkook.

Dengan tiba-tiba lengan panjang itu membawa Taehyung menuju kedai bakso ikan dipinggir jalan.

"Eh-"

"Aku tidak membawa syal-ku.. Jadi.." Jungkook tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putih yang bersih. Kedengarannya memang pas, memakan bakso ikan dikedai sederhana saat gerimis seperti ini. Taehyung mungkin akan membeli beberapa tusuk untuk dia dan ibunya.

"Baiklah, ide yang bagus."

.

.

Asap tipis mengepul ketika Taehyung maupun Jungkook menghembuskan nafasnya saat mengunyah bakso hangat itu. Rasanya memang enak, tidak kalah dengan makanan lain yang berbahan dasar daging ikan.

Jungkook hanya memperhatikan Taehyung dalam tatapannya, dan beberapa saat kemudian ia mulai mencairkan suasana.

"Jadi, bagaimana menurutmu si penulis itu?"

"Penulis apa?"

"J on-K, tadi kau melihat bukunya di tv."

"Ahh.." Taehyung menggumam dengan bakso ikan dimulutnya, sedangkan Jungkook asyik mengorek isi ranselnya yang agak minimalis.

"Kukira dia hanya maniak seks yang menuliskan kegilaanya dalam novel erotis. Bahkan jika aku menjadi dirinya aku akan langsung terjun dari gedung tertinggi akibat cerita memalukan yang telah aku tulis. Aku masih kebingungan kenapa sampai sekarang dia tidak membunuh dirinya sendiri?" Itu apa yang ada didalam kepala Taehyung dan tanpa sadar gadis manis disamping Jungkook ini mengungkapkan semuanya.

Pria dengan wajah tampan itu tersenyum lalu memberikan sebuah buku dengan sampul ungu kehitaman yang sangat cantik.

"Itu buku yang aku tulis, tidak kalah dengan 'orang yang kau harapkan membunuh dirinya sendiri'." Jungkook terkekeh sambil menggerakan kedua pasang jarinya dimasing-masing tangan hingga membentuk tanda kutip diatas kepalanya.

Taehyung mengkerutkan dahi.

"Kau penulis?"

"Masih amatir."

"Tidak ada 'Semi' nya kan?" Pria berambut coklat lusuh itu kembali terkekeh.

"Kau baca saja, itu cerita yang bagus 'kata temanku'." Taehyung sedikit mengkerutkan alis lalu kemudian mengangguk halus dan memasukan buku tersebut kedalam ranselnya.

"Aku akan membacanya jika sempat- oh!" Taehyung sedikit terkesiap, lalu mengacak-acak isi ranselnya. Beberapa saat ia teringat sesuatu lalu tangannya beralih mengecek kantung celana yang ia kenakan.

"Dompetku.." Ini bukan rekayasa, karena Taehyung benar-benar kehilangan dompetnya.

Jungkook hanya menatap dalam kunyahannya yang mengakibatkan gembungan dipipi.

"Ada apa dengan dompetmu?"

Taehyung teringat sesuatu.

Beberapa saat yang lalu, ketika ia berjalan di trotoar dan seorang pria berumur 20 tahunan menabraknya. Ia merasakan sesuatu yang terlepas dari kantung celananya. Namun Taehyung menghiraukan.

"Ah,," gadis itu mendesah lesu sambil memejamkan matanya. "Dompetku dicuri." Taehyung menutup wajahnya dengan kedua tangan, kini ia benar-benar merasa kesal setengah mati. Mengingat isi dompetnya bukan hanya uang saja. Namun ada kartu pelajar dan ATM didalamnya.

"Baiklah, tunggu dulu." Jungkook menemui si pedagang bakso ikan lalu membayar semua tagihan dengan uangnya. Taehyung menoleh ketika Jungkook telah kembali dengan sebungkus bakso ikan hangat untuk Taehyung.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku hanya bayar tagihannya."

"Apa? Aku tidak memintamu untuk-"

"Aku tidak terpaksa. Ayolah, biar kuantar kau pulang. Urusan dompet aku punya banyak teman dikalangan pencopet." Jungkook bergurau, dengan sisi humoris yang sepertinya salah tempat. Kini Taehyung malah menatapnya cukup sengit.

"Apa?" Jungkook yang sadar akan tatapan tersebut mengangkat bahunya.

"Kau tidak mencuri dompetku kan?" Mengingat yang dekat dengannya malam ini adalah pria asing bernama Jungkook yang baru ia kenal. Taehyung menaruh kecurigaan yang cukup besar padanya, namun ia tidak bisa gegabah. Mungkin saja Jungkook hanya berniat mencairkan suasana saja.

"Hey, aku hanya bercanda. Sebaiknya kita pulang saja, aku akan membantumu mencari dompet yang hilang."

"Sebenarnya apa maumu?" Memang patut untuk curiga ketika seseorang yang sama sekali tidak kau kenal sebelumnya bersikap baik kepadamu. Apalagi ketika keadaannya seperti sekarang ini, apakah Taehyung harus percaya bahwa dompetnya akan kembali lagi?

Tapi, berhubung besok adalah hari libur sebelum kelulusan ia jadi memiliki waktu yang cukup banyak untuk mendapatkan kembali kartu siswanya. Jika tidak dia tidak akan masuk ujian nasional bulan depan dan ini bukan hal yang baik untuk mengawali karirnya didunia pendidikan. Pasalnya Taehyung tidak ingin kesalahan apapun terjadi padanya, namun kini hal yang paling tidak diinginkan pun terjadi. Tentu saja ia gelisah, jika saja ibunya tahu bisa saja kepalanya benjol bertingkat-tingkat.

Jungkook yang sejak awal memang ingin 'berniat baik' mengkerutkan alisnya.

"Tidak ada, aku hanya ingin membantu." Pria itu tersenyum teduh lalu menatap Taehyung yang masih menilainya baik-baik.

"Tidak, terima kasih. Aku akan pulang saja." Dengan nada ketus Taehyung berlenggang meninggalkan Jungkook tanpa menerima bungkus bakso ikan yang pria itu sodorkan untuknya. Dan Jungkook pun mengejar.

"Butuh tumpangan? Aku membawa mobilku diseberang sana."

"Tidak, aku naik bus saja."

Dengan sigap Jungkook menyambar lengan mungil itu hingga Taehyung berbalik begitu cepat. Sang gadis nampak sedikit terkejut namun beberapa saat mampu menguasai mimik wajahnya menjadi datar kembali.

Jungkook mengaitkan tali plastik bakso ikan yang ia bawa diujung jari Taehyung, lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celana.

"Gunakan dompetku, jika kau masih menganggap aku adalah pencurinya." Jungkook menggenggamkan dompet kulit bermerk itu ditangan Taehyung dan gadis dihadapannya hanya termangu akibat terkejut. "Lagipula kau tidak punya dompet, untuk apa naik bus?"

"Tidak, aku tidak bisa melakukannya." Ketika Taehyung hendak mengembalikan dompet yang sepertinya terisi penuh itu ketangan Jungkook, pria berkacamata ini menolak. Ia melangkah lebih dekat hingga ujung hidung keduanya hampir bersentuhan.

"Aku akan membantumu dan kembali membersihkan namaku. Karena aku bukan pencopet itu, dan ketika aku mendapatkan dompetmu. Kita akan bertemu lagi." Berdebar, itu adalah suara jantung Taehyung yang berpacu didalam dadanya. Oh, tidak perlu menunggu lama pipinya bersemu merah. Pria ini, apakah dia sering menggoda gadis dengan cara seperti ini. Jika iya, pacarnya pasti banyak.

.

.

.

.

Entah melamunkan apa Taehyung didalam bus. Namun manik brown itu menatap jalanan kota Seoul yang basah tanpa berkedip.

Ditangannya sebuah dompet coklat tergenggam sangat erat dan disampingnya sebungkus bakso ikan hangat teronggok diatas kursi.

Apa maunya pria itu? Kenapa dia tiba-tiba baik pada Taehyung, dan kenapa dirinya bisa tersipu seperti ini! Ya Tuhan! Ini gila.

Taehyung menoleh pada dompet ditangannya, lalu ia membukanya perlahan. Oh, penuh sekali isinya!

Wajah Taehyung sampai pucat, seperti di film-film kartun jepang kesukaannya. Lucu sekali.

"Dia itu gila atau bodoh?"

Disebuah sisi ketika Taehyung membalik lapisan dompet yang membagi jalannya menjadi 3 bagian, gadis itu nampak mengeluarkan sebuah kartu nama.

"Jeon Jungkook."

Taehyung menggumam.

Jujur saja, perasaannya memang sulit dibohongi. Dan mungkinkah ini seperti 'love at first sight?' Nyatanya Taehyung pikir itu hanya ada didalam dongeng-dongeng kuno jaman dia sekolah dasar dulu.

Tanpa disadari, segaris senyuman manis disunggingkannya. Entah apa yang membuatnya tersenyum, Taehyung pun kembali memasukan kartu nama tersebut kedalam dompet.

.

.

.

.

Didalam mobil Jungkook nampak memegang sebuah kartu nama dengan kedua tangannya. Ia menyandarkan lengan panjang tersebut diatas stir lalu menatap benda itu lamat-lamat.

Pria itu tersenyum begitu tenang, dengan wajah angelic nya.

"Kim Taehyung, eoh?"

Setelah beberapa saat puas memandangi kartu nama itu, Jungkook melemparnya dengan lembut kesamping jok mobil yang kosong. Oh tidak, disana juga terdapat sebuah dompet wanita berwarna putih.

Mungkinkah?

Pria itu pun menyalakan mesin mobilnya lalu melaju membelah jalanan kota seoul yang berair.

.

.

.

.

TBC

.

.

Kritik dan sarannya? Masih Newbie..