Ini hari libur. Libur wajib sekolah, tapi. Dan hal yang wajar, Haizaki masih harus memproduksi iler di ranjangnya.

"Bangshat lu. Ngapain lu gedor pintu kos gue, Niji?"

Mata bengkak, bed hair, jejak iler berlebih, tak lupa satu tangan yang 'nyangkut' di dalam boxer hitamnya.

Sumpah, Nijimura geli sama Haizaki.

"Pengen belajar bareng. Mau gak?"

"Ogah,"

BUAGGHHH!

"NGAPAIN LU MUKUL GUE MONYONGG?!"

"Gak sudi aja langsung ditolak,"

"Lah buat apa lu nanya gue mau ato kag—"

Deathglare yang membungkam mulut lawan bicara dikeluarkan Nijimura dengan beringas. Ditambah kratak-kratak tulang lehernya, Haizaki sanggup keselek jakun sendiri.

"Mandi atau gue mandiin,"


Minggu Pagi Jaki

.

Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi

.

Yang belum cukup umur, please jadiin favorite aja tanpa dibaca —eh?


Haizaki Shougo. 17 tahun. Badboy tahan banting, pernah ngasih bunting anak gadis sekali.

Bejad yaowloh.

Duduk di depan meja persegi kecil dengan lawan seberang sana teman sedari merah-merah orok. Nijimura Shuuzou namanya. Biasa dipanggil Niji atau Jujo sama Haizaki.

Emosinya labil, tapi kenapa Haizaki masih bertahan untuk meladeni semua tindakan sadis Nijimura?

Mak, anakmu ini punya gejala humu dari bocah tetangga.

Kalau ditanyakan frontal, Haizaki akan menjawab kira-kira seperti itu.

"Ngapain bengong? Gue cakep?"

"Yoi. Lu cakep,"

Bogem mentah dilayangkan Nijimura. Haizaki tepar sementara.

"Geli denger lu muji gue,"

"Nanyain juga buat apa, nyet?"

"Sepi soalnya,"

Haizaki gemes sama Nijimura. Maunya sih dicipok pipi kiri-kanan.

"Eniwei Jak, minta minum dong. Gue haus,"

Menyeret badannya, Haizaki mengambil sebotol jus tomat dari kulkas.

"Kok tomat? Mangga mana?"

"Habis bego,"

Terpaksa, Nijimura menenggak minuman asam tersebut. Agak segar juga, sih.

"Enak aja belajar di kos lu. Banyak amunisi soalnya,"

"Di warteg juga bisa, bro,"

Nijimura mendengus. Recehan Haizaki dia tanggapi.


Dua jam, dua anak laki yang berkutat dengan dunia sendiri. Nijimura stay depan buku, Haizaki stay depan laptop. Kayaknya dia lagi streaming bokep.

Dibilang juga gak mau belajar, jadi Haizaki kekeuh dengan keputusannya. Biar Nijimura aja yang tambah pintar. Selagi bakat cut-paste miliknya masih jitu, kenapa tidak?

"Dua jam, nih. Belum pulang lu?"

Disitu Nijimura merasa kalau kosan Haizaki serupa dengan warnet milik Mayuzumi.

Punya notifikasi batasan waktu yang bernapas.

"Belum habis bokepnya?"

Laptop merah ditutup cepat. Haizaki merinding hebat. Penebakan Nijimura tepat sasaran.

"Makanya kalo nonton bokep volumenya gak usah besar-besar amat,"

Haizaki ilfeel. Merasa digurui oleh objek yang dianggap kurang tepat.

"Kok lu mingkem, Jak? Ajak ngobrol gitu, kek. Gue udah kelar soalnya,"

"Kalo gue mau lu pulang sekarang, gimana Ji?"

Pintu kos ditunjuk Haizaki. Pakai jari tengah biar dramatis. Nijimura menghela napas maklum.

Bangkit dari posisi awal, Nijimura bergerak membuka pintu tiga per empat bagian. Sekian detik, gerakannya terhenti.

"Coba lu sini, Jak,"

"Ngapain?"

"Gue ngeliat telur kecoak,"

"Telen aja. Lumayan,"

"Lu sini, atau pintu lu gue lepasin,"

Ingat, Nak Haizaki. Tunggakan kos 2 bulan belum dibayar.

Demi menjaga kelestarian hidupnya, Haizaki menuruti perintah Nijimura seperempat hati. Please, ibu kosnya lagi bunting anak ketiga—

Bukan kelakuan Haizaki, btw.

Ngerti gimana emosi labil ibu-ibu, kan?

"Gak ada. Lu salah li—"

Kecupan singkat Nijimura membungkam lontaran kalimat Haizaki.

"Sabtu nanti gue berkunjung,"

Mak, anakmu mau dilamar, Mak.

Punggung Nijimura yang perlahan mengecil menjadi fokus Haizaki.

Kecil, mengecil, sangat kecil, dan hilang.

"GUE MAU YANG LEBIH, NIJIMURAAA!"

See? Napsuan memang bawaan orok.


A/N - Pelarian author dari realita. Sumpah, realita kedjam saudara-saudara *nyakar tembok di pojokan*