OMEGA

Written by REBEL4LIFE AFF

Saya sudah meminta ijin pada penulis, dan penulis memberikan saya ijin untuk mentranslate ceritanya.

.-.

Panah api muncul satu persatu; sebagian mengenai para penjaga yang berusaha melindungi Sehun. Dan sebagian lagi mengenai atap rumah-rumah dan atap istana. Teriakan itu semakin keras, seakan-akan ingin membuka gerbang itu.

"Sehun, kembali kedalam!" Yifan mendorong semua masuk kedalam istana dan menutup pintunya. Jongin kehilangan keseimbangan ketika banyak orang mendorongnya. Orang-orang itu menangis dan berteriak, takut akan apa yang terjadi pada mereka.

Ia merasakan getaran ditelinganya ketika ia melihat gerbang itu terbuka dan banyak tentara masuk. Ia melihat merika mengangkat pedang mereka dan membunuh para warga tidak berdosa itu. Jongin berteriak, tapi ia bahkan tidak dapat mendengar suaranya sendiri ditengah kebisingan ini.

Seorang tentara menemukannya terduduk di tanah dan segera berlari kearahnya dengan pedang mengacung tinggi. Hanya beberapa inchi lagi pedang itu akan mengenainya, tapi seseorang menutupi nya, menggunakan tubuhnya sebagai tamenya.

Jika tadi ia mendengar teriakan, sekarang ia tidak mendengar apapun melainkan kesunyian saat pria yang menolongnya itu terjatuh bersimbah darah. Darahnya bahkan mengenai wajahnya; Jongin hanya mampu menatap pria yang sekarat itu.

"Ke-Kenapa..." Ia mencoba berbicara.

Perlahan ia kembali mendengar suara, dan teriakan penuh ketakutan kembali terdengar. Pria itu mengangkat tangan penuh darahnya dan Jongin segera menggenggamnya.

"O-Omega J-Jongin..." Bisik pria itu. "Ay-ayah... and-anda... hid-hidup, Y-yang Mu-lia."

Ia tidak menyadari jika ia menangis sampai ia merasakan air matanya menutupi penglihatannya.

"A-apa?" Bisiknya. "Ap-apa yang... Apa..."

Pria itu membuka mulutnya beberapa kali, dan Jongin menunggu hingga ia berbicara lagi. Tetapi, pria itu meninggal dengan mata terbuka yang menatap kearahnya kosong.

Masih shock, Jongin berdiri perlahan. Matanya menatap kosong melihat kejadian yang terjadi didepannya sampai teriakan keras seorang wanita menyadarkannya. "T-tolong, jangan sakiti anakku." Pinta wanita itu.

Tiga tentara, yang satu memegang anaknya dan dua lainnya memegang wanita itu. Salah satu tentara itu merubah tangannya menjadi baja, yang satu merubah tangannya menjadi perak, dan ketiga mengubah tangannya menjadi pedang.

Beberapa dari mereka memiliki kekuatan dan beberapa tidak. Jongin menyadari itu ketika pria yang meninggal didepannya tadi melindunginya. Ketika ia mengamati sekitarnya dengan cepat ia menyadari jika yang membawa pedang itu tidak memiliki kekuatan; dan jumlah merekapun tidak banyak.

"L-Lepaskan mereka."

Jongin tidak lagi berpikir. Ia tidak peduli siapa yang melihatnya. Satu hal yang ada dikepalanya adalah untuk menyelamatkan mereka. Mungkin itu akaren insting omeganya atau karena ia merasa sedih. Apapun alasannya, ia tidak bisa hanya berdiri dan melihat mereka. Ia tahu ia tidak pandai bertarung, tapi ia cepat. Sangat cepat. Dan itulah yang ia lakukan.

Ia langsung berteleportasi didepan wanita itu, ia mengangkat tangannya kepada tentara yang memegang anaknya, dan secara tiba-tiba tentara itu hilang. Jongin menggendong anak itu dan juga menghilang sebelum kembali lagi dan melakukan hal yang sama pada kedua tentara lainnya.

Hal itu terjadi begitu cepat, hanya butuh waktu 5 detik untuk Jongin melakukannya. Wanita itu memandangnya takjub dan juga takut, tapi ia tahu Jongin tidak akan melukainya. Jongin juga menatap wanita itu dengan mata membesar, ia baru sadar ia melakukan hal itu didepan seseorang.

Wanita itu memandangnya untuk beberapa saat sebelum matanya melebar. Ia menutup mulutnya, terkejut.

"Astaga!" Katanya. "Apakah ini dirimu, Omega Jongin?"

Jongin mengambil beberapa langkah kebelakang, ia bingung dan sedikit takut. Wajah wanita itu ditutupi tanah, rambutnya berantakan seperti sarang burung dan bajunya kotor.

"Ya Tuhanku, nak!" Wanita itu maju dan memegang wajahnya. Senyum lebar penuh syukur terpatri diwajahnya. "Kau hidup! Yang Mulia, anda hidup!"

"M-Maaf?" Jongin menatap lekat-lekat wajah wanita itu sebelum ia menyadari. Wajahnya terlihat familiar- dan nafasnya tercekat. "Maiden Su?!"

"Puji Tuhan!" Maiden Su berteriak senang. "Tuhan menyelamatkanmu!"

"A-Apa yang anda lakukan disini?" Mengabaikan kesenangan itu, Jongin menatapnya dengan alis yang tertekuk.

Senyumnya menghilang dan ia mengerut. Cara Maiden Su menatapnya sedikit membutnya takut, dan ketakutan itu perlahan muncul dihatinya.

"Jangan pernah percaya siapapun, Yang Mulia." Ia berkata dengan serius.

"Chanyeol dan Suho masih hidup." Katanya, ingin memberitahukan pada Maiden Su bahwa ia tidak sendiri dan ia mempercayai kedua kakaknya. Wajahnya sedikit relaks dan senyum kecil kembali muncul diwajahnya.

"Itu baik, Yang Mulia." Ia menepuk pipi Chanyeol lembut. "Hanya percaya pada mereka saja. Aku percaya Tuhan mendengar doaku. Anda dan saudara anda akan mengembalikan kerajaan kita. Seperti Tuhan telah mengembalikan kalian kepada kami."

"K-Kami?" Rengut Jongin. "Maiden Su, aku tidak mengerti. Apa-"

Tiga anak panah langsung mengenai dada Maiden Su, ia sedikit bersandar pada Jongin yang menangkap tubuh limbungnya.

"Maiden Su!" Teriak Jongin. "Maiden Su!"

.-.

Dan dari chapter ini, karakter Jongin agak sedikit berbeda. :)

Terus, chapter selanjutnya bakal puanjang sekali. Jadi siap-siap ya guys.