THE PARK

Chapter: Bonding Time.

"Mommy? Sampai kapan kita berada di sini?"

"Memangnya kenapa Scorpius? Kau mulai bosan berada di kamar, hm?"

Anak laki-laki berambut pirang itu mengangguk.

"Aku ingin melihat dunia. Daddy tidak pernah memperbolehkanku keluar istana."

Tangan lembut Harriet mengusap pelan pipi Scorpius.

"Mommy tidak tahu sampai kapan ia mengurung kita di kamar ini Scorpius. Ini semua kesalahan Mommy. Kalau saja Mommy tidak melawan perkataannya, mungkin saat ini kau sedang bermain di luar sana."

Scorpius memeluk ibunya dengan erat.

"Tak apa, Mommy. Selama Mommy di sini, aku akan baik-baik saja. kita bisa melakukan banyak hal di sini, Mommy."

Scorpius berlari mengambil sebuah buku, "Lihat, Ma! Kita bisa membaca buku bersama atau bermain dan berlari! Kita bisa lakukan apapun!"

Harriet tersenyum melihat keaktifan Scorpius yang berumur 4 tahun itu tengah berusaha menghibur dirinya dengan berbagai hal. Namun di dalam hati Harriet tengah memohon kepada siapapun agar bisa bebas dari ruangan ini. Draco mengisolasi mereka berdua karena Harry telah berkata kasar pada Astoria. dan ini adalah hukumannya. Sudah 2 minggu mereka menghabiskan waktu di kamar tanpa diperbolehkan keluar. hanya dayang yang mengantarkan makanan dan segala kebutuhan Scorpius setiap harinya. Terkadang Draco datang hanya untuk mengecek keadaan Scorpius dan bertanya apa saja yang mereka butuhkan. Draco tak pernah peduli akan keadaan Harriet.

Entah mengapa Harry lebih memilih untuk memikirkan Scorpius dibandingkan Draco. ia sangat merindukan bayi kecilnya.

Memori lain mulai bermunculan dengan cepat.

"Ma, bangun! Umurku 5 tahun hari ini."

Harry tersenyum dan memeluk Scorpius, "Oh, kau sudah besar sekarang. selamat ulang tahun, sayang."

"Aku sudah tua sekarang."

"Kau tahu apa yang akan kita lakukan hari ini?" tanya Harriet.

Scorpius menggeleng, "Tidak, Mommy."

"Kita akan membuat kue ulang tahun untukmu." Jawab Harry.

"Kue ulang tahun?" ujar Scorpius tak percaya. Harry mengangguk. Namun Scorpius mengrenyit, "Bukankah kita tidak boleh keluar kamar, Ma? Daddy akan sangat marah."

"Siapa bilang kita akan membuatnya di dapur? Kita akan membuatnya di sini. Aku sudah meminta tolong pada dayang Nancy untuk membawa peralatan dapur ke mari."

"Kita akan membuat kue di kamar!?" ujar Scorpius yang semakin excited. Harry mengangguk dan tersenyum menanggapi itu.

"Aku akan tumbuh seperti raksasa dan aku akan sekuat monster."

"Oh, Benarkah? kenapa kau ingin seperti itu?"

"Supaya aku bisa membawa Mommy pergi dari sini."

...

...

"Kuharap itu benar, Scorpius."

"Ma, aku menjadi seekor naga."

Harry mengrenyit. Scorpius meniup udara dan tampaklah sebuah asap tertiup dari mulutnya. Harry baru sadar ternyata sudah Desember. Salju mulai turun dan mereka masih terisolasi di kamar ini. persediaan kayu bakar di perapian pun sudah habis dan Harry tak punya cara untuk menghangatkan ruangan. ia tahu Scorpius tengah kedinginan saat ini.

Namun seketika sebuah ide terlintas di pikirannya.

"Kau harus pura-pura sakit maka Draco akan mengantarmu ke rumah Tabib bernama Snape. Dia bisa menolong kita, kau cukup memberi kertas yang mommy taruh di sakumu padanya. Apa kau mengerti?" ujar Harry sambil terus menempelkan air hangat ke wajah Scorpius yang sudah memerah.

"Kenapa kita lakukan ini, Mommy?"

"Supaya kita bebas, Scorpius! Mommy mohon mengertilah. Mommy tidak ingin kau terus berada di sini."

"Jika aku pergi, bagaimana dengan Mommy?"

"Mommy akan baik-baik saja. Mommy selalu bersamamu."

"Dia sakit. Kami kehabisan kayu bakar dan aku sudah meminta kepadamu tapi kau tidak merespon perkataanku." Ujar Harry sambil menangis.

Draco mendecak namun ia menyentuh pipi Scorpius.

Laki-laki itu terdiam.

"Dia sangat panas. Aku akan menyuruh Nancy membawa obat-"

"Anakku tidak butuh obat! Dia butuh perawatan!" teriak Harry.

"Apa yang kau ingin aku lakukan!?" balas Draco.

Harry menghapus air matanya dan berkata, "Tolong bawa ia ke tabib atau apalah. Aku tidak ingin anakku sakit."

Draco terdiam sejenak dan kemudian menggendong Scorpius dan keluar dari kamar.

"KAU PENDUSTA!"

"A-Apa maksudmu?"

"Kau membiarkan Scorpius keluar dari istana! Dan sekarang Severus membawa anakku pergi!"

"Dia berhak untuk bebas, Draco. kau tidak bisa terus menahannya di sini."

"Kau akan menerima konsekuensi atas perbuatanmu, Harriet!"

"Jangan pernah sentuh Scorpius lagi, Draco!"

Pandangan Harry yang menggelap kini mulai menjelas. Gadis itu mendapati dirinya tengah terbaring di sebuah sofa lembut nan mewah. Refleks Harry langsung mendudukkan dirinya sekaligus memandang sekeliling. Ia masih berada di dalam mansion milik Draco Malfoy. Hanya saja kali ini terasa lebih nyata.

"Apakah semua ini membuat anda nyaman?" ujar sebuah suara. Harry menoleh dan langsung berdiri saat melihat sosok gadis yang tidak ia kenal.

"Siapa kau?" tanya Harry.

Gadis berambut merah itu tersenyum padanya,

"Namaku Ginerva, anda bisa memanggilku Ginny. Aku adik perempuan dari Ronald."

"Bagaimana aku bisa di sini?"

"Sesuatu menarikmu sangat jauh ke dalam memori dan itu bisa berakibat fatal. Maka dari itu aku menghentikan memori itu dan membawamu kemari." Jawab Ginny.

"Kalau boleh tahu, aku ada di mana sekarang?" tanya Harry untuk kesekian kalinya.

Ginny kembali tersenyum, "Kau sudah kembali di mana seharusnya kau berada, Harriet. Bertahun-tahun lamanya kami kehilanganmu. Kami semua berduka untukmu, Ratu. Namun yang paling terpuruk yaitu adalah sang Raja."

"Raja? Maksudmu, Draco?"

Ginny mengangguk.

"Ia sangat menyesal terhadap apa yang sudah terjadi padamu."

"Bagaimana dia bisa menyesal setelah membunuhku dengan tangannya sendiri! Aku bahkan tidak tahu di mana Scorpius berada-"

"Semua ini kesalahpahaman, Yang Mulia Harriet. Maafkan aku yang tidak sopan memotong pembicaraanmu. Dan Tuan Muda Scorpius, dia aman. Severus Snape membawanya kepada kami sebelum beliau tewas akibat diburu oleh para pengawal. Mereka tinggal di desa tak jauh dari kerajaan. Aku bisa mengantarkanmu ke sana."

Harry mengangguk dengan antusias,

"Ya, tolong bawa aku pada anakku. aku mohon. Aku ingin menemuinya. Dan tolong panggil aku Harriet saja."

"Dengan senang hati, Harriet."

Perjalanan menuju desa tidak memakan waktu lama. Ginny sangat pandai menunggang kuda dan ia membawa Harry bersamanya menuju kediaman keluarganya.

Harry terus berpikir apakah Scorpius baik-baik saja?

Anak satu-satunya yang sangat ia sayangi. Dari sekian banyak memori hanya saat ia bersama Scorpius lah yang sukses membuat hatinya menghangat sekaligus rindu.

Terakhir kali ia melihat anaknya yaitu saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Anaknya yang saat itu berumur 5 tahun. Harry ingat betul keperawakan Scorpius yang merupakan duplikat sang ayah, Draco. dari rambut pirangnya, hingga mata abu-abu itu. hanya saja kepribadiannya lebih seperti Harry. dan Harry bersyukur akan hal itu.

Hari menjelang sore saat mereka tiba di depan sebuah rumah tua milik keluarga Ginny. Gadis berambut merah itu turun dari kudanya sekaligus membantu Harry turun. ia menuntun Harry masuk ke dalam rumahnya,

"Selamat datang di kediaman kami, Harry." ujar Ginny. Ia membukakan pintu untuk Harry dan mempersilahkannya masuk.

Sebuah suara membuat Harry dan Ginny menoleh,

"Arthur? Apakah itu kau? Kenapa cepat sekali pulang?"

Ginny tersenyum, "Bukan, Mom. Ini aku Ginny. Dan kita kedatangan tamu, Ratu Harriet."

Seketika itu juga seorang wanita berambut merah keluar dari dapur dan menatap Harry tak percaya,

"A-apa? Ratu Harriet?"

Mata biru wanita itu terbelalak dan seketika ia menunduk,

"Suatu kehormatan bertemu dengan anda, Yang Mulia. Namaku, Molly Weasley. Aku senang akhirnya anda sudah kembali. Maaf atas ketidak sopanan dan keadaan rumah kami yang seadanya."

"Tidak apa, Molly. Aku kemari untuk bertemu dengan anakku, Scorpius." Ujar Harry sambil tersenyum.

Molly yang masih dalam keadaan shock pun mengangguk dan segera menyuruh Ginny memanggil Scorpius. Saat Ginny beranjak memanggil Scorpius, Molly mempersilahkan Harry duduk.

Harry meminta Molly untuk menceritakan bagaimana keadaan Scorpius selama berada di bawah asuhan keluarga Weasley.

"...dia anak yang sangat sopan, kuakui dia sangat begitu mirip dengan ayahnya, Yang Mulia. Saat itu Arthur berkunjung ke kediaman milik Severus Snape dan ia sangat kaget saat melihat pria itu sudah tidak bernyawa. Yang tertinggal hanyalah secarik kertas di tangannya yang bertuliskan, penyimpanan gudang. Arthur masuk ke dalam gudang dan di sanalah ia menemukan Scorpius tengah meringkuk, kedinginan dan ketakutan."

Harry menutup mulutnya saat mendengar keadaan anaknya saat itu.

"Arthur membawanya pulang dan saat itu kami bingung. Kami sangat bersedia menerima Scorpius di keluarga kami, hanya saja kami keluarga yang seadanya. Namun hebatnya anak itu bukanlah anak yang manja. Ia bahkan mau membantu Fred dan George mengusir Gnome di halaman belakang."

Harry tersenyum, "Ia terlalu lama berada di istana, jadi kurasa tidak heran jika ia sangat suka berada di luar."

Dan tak lama, langkah kaki turun dari tangga dan munculah sosok anak kecil yang kini sudah beranjak remaja.

"Mom..."

Harry tak dapat menahan air matanya saat itu juga, ia langsung beranjak dan memeluk Scorpius dengan erat.

Scorpius pun membalas pelukan sang ibu dengan erat.

"Aku merindukanmu. Maafkan aku, mom! Aku harusnya membawamu keluar dari sana! Harusnya aku meminta bantua-"

"Tak apa, Scorpius. Mom baik-baik saja. Mom sangat merindukanmu." Harry mengelus wajah tampan Scorpius yang kini tampak lebih dewasa.

Scorpius menyurukkan wajahnya di leher sang ibu sambil menangis. Harry membelai rambut pirang anaknya dengan lembut sembari berbisik,

"Tidak apa, Scorpius. Kita baik-baik saja. dia tidak akan menyakiti kita lagi."

Scorpius melepaskan pelukannya dan menatap Harry dengan serius.

"Ini bukan salah Dad, Mom."

Harry mengrenyit,

"Apa maksudmu, Scorpius?"

"Ramalan itu..."

"Ramalan apa?"

"Ramalan tentang aku yang akan membunuh Astoria Greengrass."

"Darimana kau tahu Ramalan itu?" tanya Harry.

"Dari seorang cenayang di daerah sini. Bantu aku memenuhi ramalan itu, Mom. Kita bisa menyelamatkan Dad."

Harry tersenyum pada Scorpius,

"Tentu, Scorpius. Aku akan membantumu membunuhnya."

TBC

A/N

Absurd ya? Gak ada salahnya sih nampilin Scorpius dulu ketimbang Draco yang duluan. Entah kenapa aku ngebayangin Scorpius itu Leonardo Dicaprio versi muda *imajinasi terlalu absurd* Maaf kalo telat update, maklum tugas kuliah menerpa bagai ombak *apalah* Tapi bentar lagi liburan, mudah mudahan bisa update kilat deh.

Review for Guest:

Yuko: udah lanjut

Drarry Shipper: jujur, aku jg pusing ini maunya happy ending atau sad ending atau malah cliffhanger *bunuhed* jahatnya Draco sebenernya ada alasannya sih. cuma entar itu buat chap next next aja yaaa. gak mau spoilerr~

Luna: Astoria emang jahat *ada dendam tersendiri*

RevealRevival: halo juga, underrated dalam segi apa nih hehehe gak papa sih sebenernya, lagian aku udah dapat review aja udah bersyukur kok. kedengernya modes banget ya. tapi beneran loh, aku nulis ini sekedar hobi. mungkin aku kurang interaksi jg sama author-author lain, but it's okay. makasih ya udah mampir di ficnya vee.

See ya next chapter ya.

Vee