THE PARK

Disclaimer : Harry Potter © J.K. Rowling
Warn : Slash, FemHarry.


Taman hiburan.

Apa yang terlintas di pikiran kalian saat mendengar kata itu?

Tempat yang menyenangkan, bukan? Taman yang penuh dengan kegembiraan dan rasa senang dari anak-anak, remaja serta orang tua. banyak balon, permen kapas, oh dan tak lupa wahana yang dapat memacu adrenalin tentunya.

Setidaknya itu yang ada di pikiranku saat mendengar kata Taman Hiburan.

Tapi kenyataan tidak seperti yang aku bayangkan.

Semuanya di mulai saat perjalanan menuju kota Lopia.

Selama perjalanan, aku masih tidak mengerti mengapa kami harus pergi sejauh ini hanya untuk bermain di taman bermain yang jauh dari kota. Apa yang ada di pikiran Ron memilih taman bermain ini? ia bahkan baru melihat iklan mengenai taman bermain itu di sebuah koran kusam yang ada di perpustakaan. Aku sudah memastikan pasti taman bermain itu sudah sangat sepi pengunjung. Di tambah lagi di kota begitu banyak wahana permainan yang lebih ramai di bandingkan taman bermain ini.

"Kita sampai!" Ron berkata sambil memarkirkan mobilnya di parkiran yang sepi.

Satu-persatu kami keluar dari mobil.

AMANDERO ISLAND AMUSEMENT PARK.

Mataku menatap bacaan yang tertera besar di gerbang menuju ke taman.

Apa yang begitu spesial mengenai tempat ini?

Tempat ini seakan tidak berpenghuni selama bertahun-tahun.

"Bersemangatlah, Harry. taman bermain ini akan berbeda dari yang lainnya." ujar Ron.

Aku menggeleng, "Tempat ini seperti kota mati, Ron."

"Aku setuju dengan Harry." sahut Hermione. "Lihatlah, bahkan tidak ada yang parkir di sini kecuali kita."

"Tidakkah kau mengecek jam, Mione? Ini sudah jam 3 sore. Mungkin taman ini sudah tutup." kata Luna.

Hermione tampak kaget dan memandang Ron dengan kesal, "Lalu? Kalau tempat ini sudah tutup, apa yang kita lakukan di sini? Menunggu taman ini buka hingga besok?"

Ron mengerang, "Oh ayolah, Mione. Taman ini masih buka. Apa kau tidak lihat gerbangnya masih terbuka leba-"

Tiba-tiba kami di kagetkan oleh intercom dari taman bermain.

"Diberitahukan kepada pengunjung taman hiburan Amandero Island, taman hiburan akan di tutup. Di mohon untuk segera menuju pintu keluar yang mengarah ke parkiran. Sekali lagi di beritahukan kepada pengunjung taman hiburan Amandero Island, taman hiburan akan di tutup. Di mohon untuk segera menuju pintu keluar yang mengarah ke parkiran. Terima kasih."

Hermione memandang Ron dengan pandangan yang berkata 'I-told-you-so'

Ron dengan kikuk berkata, "Setidaknya kita tahu bahwa tempat ini masih hidup."

"Apa sebaiknya kita pergi saja." usulku.

"Tunggu sebentar, kurasa aku melihat seseorang di booth tiket." Ujar Ron yang langsung menuju ke tempat memesan tiket.

"Oh, Ron ayolah! Apa kau tidak dengar bahwa tempat ini sudah tutup!" bentak Mione yang tampaknya sangat lelah akibat perjalanan jauh.

"Tenanglah, Mione." Hanya itu yang Ron katakan. Aku berdiri di samping Ron dan melihat seorang pria paruh baya memandang kami dengan alis tertaut.

"Sore, sir." Sapa Ron.

"Ada yang bisa kubantu?" tanyanya.

"Kami berpikir apa boleh kami masuk ke taman bermain ini?" tanya Ron.

"Taman ini akan tutup dalam 3 menit, nak. Mungkin sebaiknya kau pulang dan kembali lagi besok." Ujar pria itu sambil berbalik akan meninggalkan kami.

"Tunggu!" panggil Ron, "Kami dari luar kota dan di sini tidak ada penginapan. Aku baca di koran, taman ini memiliki tempat istirahat untuk pengunjung. Bolehkah kami menginap satu malam saja."

Pria itu terdiam sejenak dan kemudian mengangguk, "Baiklah. Tapi asal kalian tahu tidak ada yang berjaga malam di taman ini. kuharap kalian tidak melakukan hal yang tidak dia sukai, kalian mengerti?"

Ron mengangguk cepat dan senyum merekah di wajahnya.

"Dia? Siapa yang anda maksud, sir?" tanyaku.

Pria itu menatapku sambil tersenyum lembut.

"Jangan khawatir, aku tidak akan mengacaukan malam kalian di sini." Jawabnya yang malah membuatku makin bingung.

Kemudian pria itu menekan tombol di meja kontrol. Pintu masuk wahana pun terbuka.

Aku mengerang saat merasakan kepalaku pusing. Aku menatap tanganku sendiri sambil berusaha mengatur napas.

"Harry!? Harriet, kau baik-baik saja?" tanya Hermione khawatir.

Perlahan pusing itu menghilang dan aku mengangguk, "Aku baik-baik saja. hanya sedikit pusing."

"mungkin kau kelelahan, Harry. ayo kita masuk dan kau akan bisa istirahat." Ujar Hermione sambil memijat punggungku pelan.

Ron sudah masuk ke dalam taman bermain itu dengan semangat.

"Kita bahkan tak perlu bayar tiket untuk masuk." Gumamnya. Mata biru Ron memandang Neville yang sedari tadi terdiam, "Ayo, Neville. Bersemangatlah sedikit. Kau bahkan tidak berkata apa-apa dari tadi."

"Aku hanya lelah, Ron." Jawabnya.

Kami masih harus menaiki tangga eskalator untuk sampai ke tempat wahana. Sinar matahari sore itu membuatku lebih relax. Mataku menatap lampu-lampu yang berjejer di atas eskalator. Ada satu lampu yang berkedip-kedip sedari tadi.

"Tempat ini seperti akan runtuh dalam waktu singkat." Gumamku.

Mataku seakan tak bisa di gerakkan dan terus menatap lampu itu dengan intens. Lampu yang berkedip itu mulai mengeluarkan percikan listrik dan,

BETZ!

Mataku tertutup dengan sendirinya. Gelap dan sunyi. Aku tahu mataku sedang tertutup. Hanya saja, entah kenapa aku merasa mataku terbuka lebar. Aku panik sambil berusaha membuka mataku namun terasa sangat sulit. Badanku pun terasa sangat ringan.

Perlahan aku mendengar suara-suara yang berbisik di telingaku.

Selamat datang

Selamat datang

Selamat datang

Selamat datang

Selamat datang di-

Selamat datang di-

Selamat datang di-di

Dan kemudian hening. Baru aku akan mengambil nafas, suara teriakan tepat di telingaku membuat jantungku berhenti.

SELAMAT DATANG DI NERAKAMU!

Sontak mataku terbuka lebar.

Nafasku berpacu dengan cepat. Begitu pula dengan jantungku yang berdegup kencang.

Apa-apaan itu tadi!? pekikku dalam hati.

Seketika aku melihat sekeliling. Aku masih di tangga eskalator.

Tapi kenapa aku sendirian? Di mana Hermione, Ron, Neville dan Luna?

Dan kenapa hari sudah malam? Apa yang terjadi sebenarnya?

Aku hanya dapat terdiam sembari tangga membawaku ke atas. Keadaan sangat gelap tanpa ada sumber cahaya dari lampu yang sudah padam. Hanya cahaya bulan yang menerangi tempat ini dengan remang-remang.

Hingga akhirnya aku sampai di atas.

Taman bermain ini sangat sepi bahkan terlihat menyeramkan dari yang kubayangkan. Seperti sudah bertahun-tahun ditinggalkan.

"Ya ampun, apa yang sudah terjadi di sini." Bisikku pada diri sendiri.

Kakiku melangkah untuk masuk lebih dalam ke taman bermain menyeramkan ini. dari sini aku bisa melihat wahana kincir angin raksasa yang letaknya pasti tidak jauh dari sini. Kuakui, pemandangan ini sangatlah indah, kalau saja atmosfer di taman ini tidak seperti dunia hantu.

"HERMIONE? KAU DIMANA?" aku berteriak kencang untuk memanggil temanku itu. berharap ada salah satu dari mereka yang mendengar dan menjawabku.

"RON? LUNA? NEVILLE?"

Namun yang ku dengar hanyalah suara keheningan dan udara malam yang sepoi-sepoi. Aku tidak suka ini sama sekali.

Tiba-tiba, aku mendengar suara seseorang memanggilku,

"Harriet? Harriet?"

Itu suara Hermione! Dengan segera aku mengikuti arah suara itu berasal.

"Mione!? Tunggu aku! kau dimana?" teriakku lagi.

"Aku di sini, Harry. ikuti aku!" balas suara Mione yang anehnya malah terdengar semakin menjauh.

"Mione, tetap di tempatmu! Aku akan ke sana!"

"Cepat, Harry! cepat!"

Aku memutuskan untuk melangkahkan kakiku lebih cepat lagi. Aku tidak mau sendirian di tempat ini!

"Mione!"

"Ayo ke sini, Harry. ikut aku." suara Hermione justru semakin menjauh dan menjauh bahkan terdengar seperti bisikan.

"Kau tahu? jangan coba-coba menakut-nakutiku, Mione! Ini tidak lucu! Tetap di tempatmu dan aku ingin cepat pergi dari tempat aneh ini!" ujarku kesal sambil terus mencari Hermione.

Suara Hermione ternyata membawaku ke sebuah wahana,

The Fun House.

Sebuah wahana kepala badut besar dan mulutnya sebagai pintu masuk.

"Sial."

Menakjubkan, bukan?

Lebih hebatnya lagi, aku tidak suka masuk Fun House. wahana ini seperti rumah hantu, hanya saja lebih seram dan aneh. Kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalam mulut badut itu. dan aku berencana untuk tidak mau mencari tahu.

"Kau tahu, Mione? Aku tidak akan masuk ke dalam wahana itu apapun yang terjadi, kau dengar aku!?" teriakku pada Hermione yang mungkin mendengarku.

"yap, aku tidak akan masuk ke sana sampai kapanpun." Gumamku sambil menggelengkan kepala. Mataku beralih ke peta taman bermain yang tertancap tak jauh dari tempatku berdiri.

Ada 6 wahana di sini. Dan ada beberapa food court dan tempat istirahat. Mungkin aku bisa menemukan mereka di salah satu wahana-wahana ini.

Setidaknya aku tidak mau sendiri.

Jariku menunjuk sebuah wahana yang tak jauh dari Fun House.

"Perahu Bebek Air. Setidaknya wahana ini terdengar aman, Kuharap." Aku kembali berjalan menuju wahana perahu bebek air.

"Harry? kau di sana?" kembali suara bisikkan Hermione terdengar di telingaku.

"Berhenti berbisik, Mione. Aku bersumpah akan memotong rambut megarmu saat kita bertemu nanti." Umpatku.

"Terus berjalan ke mari, Harry." bisik Mione lagi yang aku acuhkan. Jujur, aku merasa seperti orang gila saat ini.

Jalan menuju ke wahana sendiri sebenarnya tidak jauh. Hanya ada jalan tanah, rerumputan di sampingnya serta batu dan pohon di sisi kanan dan kiri. Aku sempat berhenti untuk melihat sebuah patung dua ular yang saling melilitkan diri di tiang. Dan ada sebuah bacaan di bawahnya.

Gni lrade mots oui cerpe rau oy

Aku mengrenyit. Bahasa apa itu? kembali, aku menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan perjalananku menuju wahana perahu bebek air. Hanya suara jangkrik yang terdengar malam ini.

Telingaku menangkap suara air yang berderu pelan. Aku tersenyum kecil dan berlari.

Akhirnya, aku sampai.

Aku berjalan masuk ke gerbang dan menaiki jembatan kayu. Tak jauh dariku, sebuah perahu bebek berwarna putih datang menghampiriku seakan siap untuk mengantarku menikmati wahana. Atau lebih tepatnya mencari temanku.

Kakiku melangkah hati-hati untuk masuk ke perahu itu. dan sesudahnya aku mendudukkan diri dengan nyaman selagi perahu mulai berjalan.

Entah kenapa perasaanku makin tidak enak.

"Harry, kau akan baik-baik saja." suara Hermione kembali terdengar. Kini lebih dekat dan seakan berasal dari dalam gua yang akan perahu ini masuki.

Aku memeluk tubuhku yang baru kusadari terasa sangat dingin sekaligus menguatkan diri saat melihat betapa gelapnya gua ini.

"Aku akan menyesal sudah memilih wahana ini." gumamku.

Dan perlahan perahu mulai masuk ke dalam gua gelap itu. dan beberapa detik, mataku menyesuaikan diri untuk melihat sekeliling gua. Hanya ada bebatuan besar.

KREKK!

Aku menarik nafas cepat saking kagetnya mendengar suara dari dalam gua ini.

Dan perlahan, sebuah cahaya menyinari gua. Seperti di bioskop, sebuah gambar terlihat di dinding gua itu.

Gambar seorang laki-laki dan perempuan yang tengah duduk santai di samping pohon rindang. Perempuan berambut panjang terurai di gambar itu menyenderkan kepalanya pada bahu lelaki yang satunya lagi.

"Dahulu kala, ada dua orang sahabat karib yang saling menyayangi. Mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi. Walau pun status keduanya begitu berbeda. Yang satu adalah seorang Pangeran. Yang satunya lagi hanyalah orang biasa. Sang Pangeran bernama Almor Fulcus Cadiyo dan gadis itu bernama Zeleta Tiara Poerruth."

Perahu terus membawaku lebih jauh lagi ke dalam gua. Rasa takutku hilang karena terlalu fokus dengan cerita yang tengah ku dengar.

Lalu gambar itu pun hilang, namun muncul sebuah gambar baru lagi di dinding lain. gambar dua orang tengah berciuman.

"Rasa sayang Almor kepada Zeleta mulai berkembang lebih dari sekedar teman. Begitu pula Zeleta yang selalu menyukai Pangeran Almor. keduanya saling berbagi kasih satu sama lain tanpa peduli apa yang di katakan oleh orang lain. yang pasti, mereka saling mencintai."

Gambar lain muncul di dinding, kali ini seorang pria tengah menunjuk Pangeran itu dengan ekspresi marah.

"Namun, kisah cinta mereka tak semulus yang mereka harapkan. Sang Raja sangat menentang hubungan anaknya, Almor dengan seorang gadis biasa. Almor sendiri di kenal sebagai anak yang keras kepala."

Gambar lain menampilkan pangeran yang menggambar sebuah pentagram di sebuah dinding. Dan sosok bayangan hitam bertanduk tengah membentangkan tangannya kepada pangeran.

"Pangeran Almor terlalu buta akan cintanya dan larangan dari sang Raja justru membuatnya sangat marah hingga ia nekat menjual jiwanya pada iblis. Iblis dengan suka rela menyambut pengabdian Pangeran Almor. tetapi, pangeran Almor menginginkan posisi sebagai pemimpin para Iblis. Iblis setuju untuk memberikan posisi itu pada Almor, sebagai gantinya, ia harus memenggal kepala sang Raja dan Ratu."

Gambar berikutnya cukup membuat Harry mengrenyit, Pangeran Almor memegang kepala Raja yang sudah terpisah. Sementara sang ratu membuka mulutnya lebar seolah berteriak ketakutan.

"Malam itu juga, Pangeran Almor memenggal kepala sang Raja. Ia bisa merasakan energi sangat kuat masuk ke dalam tubuhnya seiring hilangnya kesadaran sang Raja. Namun, sang Ratu berhasil kabur dan sebelum ia pergi, ia menyumpahi Pangeran Almor,

"Demi tanah hijau yang kuinjak hingga saat ini, aku bersumpah Almor bukan anakku lagi! Darah yang dulu mengalir di tubuhmu kini bukan darahku lagi! Anakku menodai dirinya demi cinta! Kau ambil nyawa suamiku, aku pisahkan kau dari cintamu! Kekasihmu adalah hina di mata sejenismu! Cinta atau Nafsu, akan bersatu saat itu memang cinta, akan semakin terpisah jika itu hanya nafsu."

"Setelah berkata itu, sang Ratu terbakar oleh dirinya sendiri hingga menjadi abu."

Gambar selanjutnya hampir membuat Harry muntah, yaitu gambar Pangeran memberi makan iblis itu dengan kepala sang Raja.

"Pangeran Almor berhasil menjadi Raja Iblis. Ia pun juga menggantikan posisi sang Raja yang sudah ia bunuh. Tak lupa, Almor membawa Zeleta sebagai ratu di kedua singasananya. Namun, para iblis tidak menyukai keberadaan Zeleta sebagai Ratu mereka. Zeleta hanyalah manusia biasa yang rendah. Tak mau di geser dari tahtanya serta keselamatan Zeleta, Raja Almor menjadikan Zeleta sebagai budaknya dan mencari iblis wanita lain untuk menjadi ratunya."

Lalu gambar selanjutnya ialah Zeleta tengah berlari di hutan sambil menutup kedua tangannya seolah sedang berdoa.

"Merasa terkhianati, Zeleta kabur dan memohon pada dewi bulan untuk mengirimnya jauh dari Raja Almor hingga ia tak bisa mengingat apapun lagi. Ia meminta pada dewi bulan untuk memberinya kehidupan baru. Dan malam itu, ia mendapatkan apa yang ia harapkan."

DUAKK!

Harry kembali di kagetkan oleh perahunya yang tak sengaja menabrak salah satu batu yang ia lewati. Kembali mata Harry terfokus pada gambar yang kini menampakkan Raja Almor tengah bersimpuh dan menunduk.

"Mendengar kabar bahwa Zeleta lenyap, Almor begitu terpuruk dan menyesali perbuatannya. Ia berjanji akan mencari Zeleta sampai kapan pun. ia akan membunuh siapapun yang terlibat dalam hidup Zeleta. Karena Raja Almor yakin, seseorang telah menculik kekasihnya. Dan ia juga yakin, ini adalah kutukan dari ibunya."

Cahaya dari lubang gua menandakan bahwa wahana ini sebentar lagi berakhir. Harry bersyukur akan hal itu. namun ada satu gambar lagi yang tertampil di dinding. Sosok Raja Almor yang membentangkan kedua tangannya.

"Raja Almor akan menjemputmu, Zeleta. Ia menunggumu saat ini. kembali lah, kembali lah, kembali lah."

Perlahan perahu pun akhirnya keluar dari gua. Namun, jantung Harry berdegup saat kepala bebek perahu ini perlahan berputar menghadapnya. Wajah bebek itu sendiri sangat hancur dan matanya begitu merah. Lalu kepala bebek itu kembali ke posisinya semula.

Begitu sampai di jembatan, Harry langsung keluar dari perahu itu dan berlari meninggalkan wahana aneh itu.

Beberapa kali ia melihat ke belakang, namun perahu bebek itu sudah hilang. Ia hanya menggeleng berusaha menghilangkan pikiran negatif yang berseliweran di kepalanya. Ia menghampiri peta taman bermain yang ada di samping pagar wahana perahu bebek.

"Selanjutnya, Octopus Ride? Setidaknya kuharap salah satu dari mereka ada di sana." Gumam Harry sambil melanjutkan perjalanannya menuju ke wahana Octopus.

Selama berjalan, Harry baru menyadari ia tengah memegang sebuah kertas yang entah sejak kapan ia memilikinya.

Ia membuka kertas itu dan membaca tulisan yang tertera,

em ott xendo otsu oyes row ro froret teb rof

emno pu ev igto tony aw adni fsyaw al

llati eva sna cevol ru o

"Apa maksud dari ini? aku tidak bisa bahasa asing!" kata Harry pada dirinya sendiri. Ia memilih untuk memasukkan kertas itu ke saku jeansnya. Ia berharap ia menemukan Hermione untuk menerjemahkan bahasa apapun yang tertera di kertas ini.

Baru dua langkah ia berjalan, ia kembali mendengar suara yang familiar.

"HARRRYYY!"

Mata emerald itu terbelalak sempurna.

"ROOONN!"

TBC

A/N

Hey guys, baru nyelesain fic Mean Boys, vee balik lagi dengan fic baru yang, entah lah ini apa namanya. Horornya belum kerasa ya, kan baru chap satu hehehe. Dan Harry sengaja kubikin jadi cewek di sini *meringis* Fic ini udah lama di folder dan baru mau di publish setelah vee edit dan ini lah jadinya. Mohon maaf kalau ada kesalahan di mana-mana, maklum vee masih bergulat dengan cara penulisan alur yang suka kecepatan semoga suka ya^^

See ya next Chapter.

Vee.